Anda di halaman 1dari 5

Proses Desalinasi Air Laut dengan Metode Osmosis Terbalik

Desalinasi

Desalinasi adalah proses pengurangan kadar garam pada air laut, air payau, atau air
limbah. Proses desalinasi biasanya digunakan untuk mengolah air laut menjadi air bebas
mineral yang dapat dikonsumsi oleh manusia (Retno, 2001). Bagian dari air murni terbentuk
dalam aliran produk, garam yang terlarut terkumpul dalam aliran limbah (brine) yang
dibuang dari sistem sebagai blow down. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air
dengan kandungan garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk
keperluan domestik, industri, dan pertanian (Majari Magazine, 2011).

Instalasi desalinasi biasanya menggunakan air laut (langsung dari lautan diambil jauh
dari pantai dan garis pipa, atau dari mata air dekat pantai, atau laut dalam), air tanah yang
payau atau air yang dikembalikan sebagai umpan. Hampir semua proyek desalinasi dalam
skala besar menggunakan air laut sebagai umpan. Air laut yang digunakan sebanyak 72,9%
sebagai umpan instalasi desalinasi. Pipa pengambilan umpan air untuk instalasi desalinasi
harus diletakkan jauh dari saluran buangan pabrik untuk menghindari agar buangan tidak
terambil.

Produk air desalinasi biasanya lebih murni dari air minum standar. Jadi ketika air
hendak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari biasanya dicampur dengan air yang
mengandung TDS yang lebih tinggi. Air hasil desalinasi murni biasanya sangat asam dan
menyebabkan korosi pada pipa jadi harus harus dicampur dengan sumber air lain yang
diambil dari luar atau dengan mengatur pH, kesadahan dan alkaliitas sebelum dialirkan keluar
(Retno, 2001).

Dalam pemisahan air asin menjadi air tawar, ada beberapa teknologi proses desalinasi
yang telah banyak dikenal antara lain proses destilasi, teknologi proses dengan menggunakan
membran (osmosis terbalik), proses pertukaran ion, dan lain-lain.

Osmosis Terbalik

Apabila dua buah larutan dengan konsentrasi encer dan konsentrasi pekat dipisahkan
oleh membran semipermeabel, maka larutan dengan konsentrasi yang encer akan terdifusi
melalui membran semi permeabel tersebut masuk ke dalam larutan yang pekat sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi. Fenomena ini dikenal sebagai proses osmosis.

Osmosis terbalik (RO) adalah suatu metode penyaringan yang dapat menyaring
berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada
larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses
tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut
murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau
bisa memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian lebih kecil dari larutan)
tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti molekul berukuran besar dan ion-ion.

Osmosis terbalik dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada bagian larutan
dengan konsentrasi tinggi menjadi melebihi tekanan pada bagian larutan dengan konsentrasi
rendah. Sehingga larutan akan mengalir dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses
perpindahan larutan terjadi melalui sebuah membran yang semipermeabel dan tekanan yang
diberikan adalah tekanan hidrostatik (Shun Dar Lin, 2001).

Membran Osmosis Terbalik

Membran semipermeabel yang digunakan pada osmosis terbalik disebut membran


osmosis terbalik (membran RO). Membran RO memiliki ukuran pori <1 nm. Karena ukuran
porinya yang sangat kecil, membran RO disebut juga membran tidak berpori. Membran RO
biasanya digunakan untuk pengolahan air, seperti pengolahan air minum, desalinasi air laut,
dan pengolahan limbah cair. Saat ini membran RO juga banyak digunakan pada proses
pengolahan air isi ulang.

Air Laut

Sekitar 97% air di bumi merupakan air laut yang 96,5% komposisinya adalah air dan
3,5% terdiri dari zat-zat lain yang ada sebagai hasil proses fisik, kimia, dan biologis. Secara
umum material yang terdapat dalam air laut digolongkan dalam 5 kategori, yaitu: garam-
garam terlarut, gas-gas terlarut, unsur organik terlarut, unsur organik padat, dan unsur
anorganik padat. Adapun yang paling mempengaruhi sifat fisik dan kimia air laut adalah
garam-garam terlarut. Adapun jenis ion yang terkandung di dalam air laut adalah sebagai
berikut:

Tabel. 1. Kandungan Jenis Ion dalam Air Laut

Unsur Konsentrasi (ppm)


Na + 10,561
Mg2+ 1,272
Ca2+ 400
K+ 380
Cl- 18,980
SO42- 2,649
HCO3- 142
Br- 65
Padatan lain 3

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah dan komposisi padatan terlarut
adalah presipitasi, penguapan, pembekuan, dan pencairan salju dan es, pertukaran kimia dan
atmosfer, aktivitas gunung berapi, aktivitas biologi, aliran sungai, adsorpsi partikel dan
peluruhan radioaktif.

2. Metode dan Proses

Proses desalinasi menggunakan sistem RO terdiri dari 4 proses utama, yaitu:

(1) Pretreatment
Air umpan pada tahap pretreatment disesuaikan dengan membran dengan cara
memisahkan padatan tersuspensi, menyesuaikan pH, dan menambahkan inhibitor untuk
mengontrol scaling yang dapat disebabkan oleh senyawa tetentu, seperti kalsium sulfat.

(2) Pressurization

Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah melalui proses pretreatment
hingga tekanan operasi yang sesuai dengan membran dan salinitas air umpan.

(3) Membrane separation

Membran permeable akan menghalangi aliran garam terlarut, sementara membran akan
memperbolehkan air produk terdesalinasi melewatinya. Efek permeabilitas membran ini akan
menyebabkan terdapatnya dua aliran, yaitu aliran produk air bersih, dan aliran brine
terkonsentrasi. Karena tidak ada membran yang sempurna pada proses pemisahan ini, sedikit
garam dapat mengalir melewati membran dan tersisa pada air produk. Membran RO memiliki
berbagai jenis konfigurasi, antara lain spiral wound dan hollow fine fiber membranes.

(4) Post treatment stabilization.

Air produk hasil pemisahan dengan membran biasanya membutuhkan penyesuaian pH


sebelum dialirkan ke sistem distribusi untuk dapat digunakan sebagai air minum. Produk
mengalir melalui kolom aerasi dimana pH akan ditingkatkan dari sekitar 5 hingga mendekati
7. (BPPT, 2011).

Sistem pengolahan air sangat bergantung pada kualitas air baku yang akan diolah.
Kualitas air baku yang buruk akan membutuhkan sistem pengolahan yang lebih rumit.
Apabila kualitas air baku mempunyai kandungan parameter fisik yang buruk (seperti warna
dan kekeruhan), maka yang membutuhkan pengolahan secara lebih khusus adalah
penghilangan warna, sedangkan proses untuk kekeruhan cukup dengan penjernihan melalui
pengendapan dan penyaringan biasa. Tetapi apabila kualitas air baku mempunyai kandungan
parameter kimia yang buruk, maka pengolahan yang dibutuhkan akan lebih kompleks lagi.

Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang digunakan pada
umumnya adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas air tanah ini sangat bergantung dari
curah hujan. Jadi bila pada musim kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan
sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh
air laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau mengandung kadar
garam klorida dan TDS yang tinggi.

Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan klorida dan TDS yang tinggi,
membutuhkan pengolahan dengan sistem Osmosis terbalik (RO). Sistem RO menggunakan
penyaringan skala mikro, yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membran.
Dengan sistem RO ini, klorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan sama
sekali. Syarat penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam
elemen membran harus bebas dari besi, mangan dan zat organik (warna organik). Dengan
demikian sistem RO pada umumnya selalu dilengkapi dengan pretreatment yang memadai
untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor, seperti besi, mangan dan zat warna organik.
Air baku yang mengandung Fe dan Mn dialirkan ke suatu filter yang medianya
mengandung MnO2.nH2O. Selama mengalir melalui mediatersebut Fe dan Mn yang terdapat
dalam air baku akan teroksidasi menjadi bentuk Fe (OH)3 dan Mn2O3 oksigen terlarut dalam
air, dengan oksigen sebagai oksidator.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

4 Fe2+ + O2 + 10 H2O 4 Fe(OH)3 + 8 H+

Mn2+ + MnO2.nH2O MnO2.MnO.nH2O + H+

Untuk reaksi penghilangan besi tersebut diatas adalah merupakan reaksi katalitik
dengan MnO2 sebagai katalis, sedangkan untuk reaksi penghilangan Mn adalah merupakan
reaksi antara Mn2+ dengan hidrat mangandioksida. Jika kandungan mangan dalam air baku
besar maka hidrat mangandioksida yang ada dalam media filter akan habis dan terbentuk
senyawa MnO2.MnO.nH2O sehingga kemampuan penghilangan Fe dan Mn nya makin lama
makin berkurang.

Untuk memperbaharui daya reaksi dari media fiternya dapat dilakukan dengan
memberikan klorin kedalam filter yang telah jenuh tersebut.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

MnO2.MnO.nH2O + 2 H2O + Cl2 2 MnO2.nH2O + 2 H+ + 2Cl-

Air baku yamg mengandung besi dan mangan dialirkan melalui suatu filter bed yang
media filternya terdiri dari mangan-zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7). Mangan Zeolit berfungsi
sebagai katalis dan pada waktu yang bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air
teroksidasi menjadi bentuk ferri-oksida dan mangandioksida yang tak larut dalam air.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

K2Z.MnO.Mn2O7 + 4 Fe(HCO3)2 K2Z + 3 MnO2 + 2 Fe2O3 + 8 CO2 + 4 H2O

K2Z.MnO.Mn2O7 + 2 Mn(HCO3) K2Z + 5 MnO2 + 4 CO2 + 2 H2O

Reaksi penghilangan besi dan mangan dengan mangan zeoite tidak sama dengan proses
pertukaran ion, tetapi merupakan reaksi dari Fe2+ dan Mn2+ dengan oksida mangan tinggi
(higher mangan oxide).

Filtrat yang terjadi mengandung mengandung ferri-oksida dan mangan-dioksida yang


tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan penyaringan. Selama
proses berlangsung kemampunan reaksinya makin lama makin berkurang dan akhirnya
menjadi jenuh. Untuk regenerasinya dapat dilakukan dengan menambahkan larutan Kalium
permanganat kedalam zeolite yang telah jenuh tersebut sehingga akan terbentuk lagi mangan
zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7).

Pada pengolahan air minum, membran RO didesain untuk dapat melewatkan molekul-
molekul air dan menahan solid, seperti ion-ion garam. Membran RO dapat memisahkan dan
menyisihkan zat terlarut, zat organik, pirogen, koloid, virus, dan bakteri dari air baku.
Efisiensi penyisihan membran RO untuk zat terlarut total (TDS) dan bakteri masing-masing
adalah 95-99% dan 99%. Sehingga pada akhir proses akan dihasilkan air yang murni.
Efisiensi penyisihan membran RO yang tinggi menyebabkan terjadinya penyisihan mineral-
mineral alami pada air baku. Mineral-mineral alami ini tidak hanya memberikan rasa yang
enak pada air tetapi juga membantu fungsi vital sistem tubuh. Air minum akan kurang sehat
bagi tubuh apabila kurang mengandung mineral-mineral ini.

Dengan kata lain, air murni yang dihasilkan oleh membran RO tidak sehat bagi tubuh.
Selain itu, membran RO memiliki keterbatasan dalam pengoperasiannya, di antaranya:

Tekanan air baku adalah antara 40 70 psig (800 1.000 psi).

Kekeruhan air baku tidak boleh lebih dari 1 NTU.

pH operasi berkisar antara 4 11.

TDS air baku tidak boleh lebih dari 35.000 ppm. Nilai TDS yang lebih tinggi akan
menurunkan kecepatan produksi.

Suspended Solid air baku; (dinyatakan dengan SDI, Salt Density Index), harus
kurang dari 5.

Sisa klor air baku harus nol (0).

Masalah lain yang sering terjadi pada aplikasi membran RO adalah terjadinya
membrane fouling. Membrane fouling adalah peristiwa menumpuknya zat terlarut pada
permukaan membran atau di dalam pori membran, sehingga kinerja membran akan menurun.
Apabila membran mengalami fouling, perlu dilakukan pencucian dengan larutan kimia atau
penggantian membran.

Anda mungkin juga menyukai