BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
dipasang seri di dalam dua kolom terpisah. Air bakunya melewati penukar kation
dulu, baru kemudian dilalukan di penukar anion. Tetapi urutan ini bisa saja
dibalik, bahkan bisa juga dicampur dalam satu kolom yang disebut mixed bed atau
monobed. Artinya, semua susunan resin tersebut memiliki kelebihan sekaligus
kekurangan, bergantung pada tahap prosesnya, kualitas media resinnya dan
kualitas air baku yang diolahnya.
lain. Dengan kata lain, setelah terbentuk kopolimer stiren divinilbenzena (DVB),
maka diaminasi, kemudian di klorometilasi untuk memperoleh resin penukar
anion. Berikut adalah contoh reaksi dalam pembuatan resin penukar anion
(mengadsorpsi asam)
R-X + HCl ⇋ R-X.HCl
Konsentrasi asam keseluruhan yang dihasilkan oleh reaksi diatas disebut Free
Mineral Acid (FMA). Jika nilai FMA turun, berarti kemampuan resin mendekati
titik-habis dan regenerasi harus dilakukan. Reaksi pada tahap regenerasi adalah
sebagai berikut :
7
Terdapat dua tipe penukar anion basa kuat. Tipe I dan tipe II. Keduanya
memiliki kelompok ammonium kuartener sebagai bagian aktif penukar. Dalam
tipe I ,kelompok melekat pada nitrogen biasanya kelompok alkil,sementara pada
tipe II, salah satu dari kelompok adalah alkanol.
Resin penukar anion basa lemah dapat diregenerasi dengan NaOH, NH 4OH atau
N2CO3 seperti ditunjukkan oleh reaksi di bawah ini :
mineral positif, maka reaksi ion exchange yang terjadi pada kolom resin yakni
sebagaiberikut:
2 R-H + K2+ → R2K + 2 H+
Ion kalsium yang terlarut di dalam air biasanya berbentuk kalsium
bikarbonat. Pada saat ion kalsium diikat molekul resin, kalsium bikarbonat akan
terpecah membentuk molekul air dan karbondioksida.
2 R-H + Ca(HCO3)2 → R2Ca + 2 H2 + 2 CO2
Molekul karbondioksida hasil reaksi di atas dikeluarkan melalui sistem
CO2 removal. Berikut adalah skema kombinasi kolom resin kation, anion serta
sistem pembuang CO2.
Gambar 2.2 Kombinasi Kolom Resin Kation, Anion, dan Sistem Pembuang CO2
Ion H+ yang lepas ke dalam air akan berikatan dengan anion terlarut di
dalam air. Sehingga reaksi ion hidrogen tersebut akan menghasilkan asam kuat
seperti asam sulfurik, hidroklorik, dan asam nitrit. Untuk menghilangkan
keasaman ini, air dialirkan lebih lanjut ke resin anion. Saat melewati resin anion,
ion-ion negatif yang larut di dalam air akan terikat oleh molekul resin diikuti
dengan terlepasnya ion OH–. Jika A adalah ion negatif yang terlarut di dalam air,
maka reaksi yang terjadi pada resin anion adalah sebagai berikut:
2 R-OH + A2- → R2A + 2 OH–
Pada akhirnya ion H+ dan OH– akan bereaksi membentuk molekul air baru:
H+ + OH– → H2O
12
Gambar 2.4 Proses Demineralisasi Air dengan Resin Anion Kuat dan Lemah
berisi resin kation dan anion sekaligus. Dalam proses ini, air dialirkan melewati
resin-resin tersebut, reaksi penukar ion terjadi secara berulang dalam unit,
sehingga menghasilkan penghilangan kotoran berupa ion-ion yang lebih banyak
dibandingkansistem dua bed.
dinyatakan dalam ekivalen atau gram CaCO3 dibagi dengan beban pertukaran ion
yang dinyatakan dalam satuan yang sama. Semakin rendah nisbah regenerasi,
semakin efisien penggunaan larutan regenerasi. Harga nisbah regenerasi
merupakan kebalikan harga efisiensi regenerasi. Operasi regenerasi dilakukan
dengan mengalirkan larutan regenerasi dari atas.
Indikator-indikator pelaksanaan regenerasi unit penukar kation/anion yaitu:
a. Jumlah air yang melewati unit penukar ion mencapai ± 2200 m3
b. Kadar silika dari aliran keluar penukar anion ≥ 0.05 ppm
Regenerasi resin dilakukan dengan proses kebalikan dari operasi service.
Regenerasi dibagi menjadi 3 tahap operasi yaitu :
1. Backwashing
Backwashing dilakukan dengan membalikan arah aliran dari bawah ke atas
dengan demin ke exchanger. Tujuannya untuk menghilangkan zat suspensi yang
terakumulasi dan partikel-partikel resin halus yang terpecah.
2. Regenerasi dengan zat kimia
Resin cation diregenerasi menggunakan larutan H2SO4, sedangkan resin
anion menggunakan larutan NaOH.
3. Pembilasan lambat (slow rinse) dan pembilasan cepat (fast rinse)
Setelah regenerasi dengan bahan kimia kemudian dilakukan slow rinse atau
displacement. Air dialirkan melalui atas dengan laju yang lambat dan waktu yang
lebih singkat dibandingkan fast rinse untuk displacing asam sulfat yang tersisa.
Operasi terakhir adalah fast rinse sebagai pembilasan terakhir untuk membuang
sisa sisa asam atau garam (garam sulfat dan natrium) yang ada. Air yang
digunakan untuk pembilasan keluar dari bagian bawah exchanger.
Berikut adalah Regenerasi yang dilakukan pada masing-masing resin kation
dan anion:
a. Regenerasi kation
Regenerasi kation dilakukan dengan cara mengganti kembali ion H+ yang
telah jenuh dengan merekasikannya dengan H2SO4. Reaksi yang terjadi pada
waktu regenerasi adalah :
RCa + H2SO4 RH2 + CaSO4
RMg + H2SO4 RH2 + MgSO4
17
b. Regenerasi anion
Regenerasi resin penukar anion sama dengan regenerasi kation, jika sudah
jenuh maka dapat dikembalikan ke keadaan dengan menggunakan alkali. Soda
kaustik dipakai sebagai penukar anion dari basa kuat. Reaksi yang terjadi pada
waktu regenerasi adalah :
RSO4 + 2 NaOH R(OH)2 + Na2SO4
RCl2 + 2 NaOH R(OH)2 + 2 NaCl
R(NO3)2 + 2 NaOH R(OH)2 + 2 NaNO3
RSiO3 + 2 NaOH R(OH)2 + Na2SiO3
Sama dengan regenerasi pada kation, pada anion juga terdapat beberapa
tahapan. Tahap-tahap yang dilakukan pada proses regenerasi anion :
1) Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk
membuang/menghilangkan deposit kotoran yang menempel di resin.
2) Preheat bed
3) Caustic injection yaitu penambahan kaustik dengan cara menginjeksian
NaOH 4%.
4) Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang
telah di proses.
5) Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit
air yang besar.
18
Selama proses regenerasi, limbah air yang dihasilkan ditampung pada bak
penampung regenerasi (neutral basin) untuk dinetralkan sebelum akhirnya
dibuang ke sungai. Biasanya regenerasi dilakukan dengan melewatkan regeneran
melalui bed resin penukar ion pada arah yang sama dengan air baku yang diolah;
proses ini disebut regenerasi ‘co-current’. Jika regenerasi co-current (aliran ke
bawah) terjadi, lapisan bawah kolom diregenerasi dengan buruk, kecuali jika
digunakan regeneran asam atau basa dalam jumlah yang sangat besar. Di sisi lain,
jika regenerasi dilakukan counter-current (dengan arah yang berlawanan), lapisan
bawah resin yang jenuh lebih efektif diregenerasi. Proses ini terjadi pada
pengurangan kebocoran natrium (pada penukar kation) dan silika (pada penukar
anion) hingga tingkat pengurangannya sangat rendah selama siklus pertukaran.
Pada studi lebih lanjut, teknik fluidisasi telah digunakan untuk
demineralisasi. Pada proses ini, air mentah diolah dengan mengalirkan ke atas dan
regenerasi dilakukan oleh regeneran (zat peregenerasi) melalui aliran ke bawah.
Beberapa kasus khusus ditemui di mekanisme demineralisasi. Pada unit aliran
counter-current, hal yang sangat penting untuk menjaga kekompakan resin
sepanjang waktu selama regenerasi dan lebih baik juga selama proses layanan.
Pengganggu lainnya dari kation bed selalu mengarah ke kebocoran natrium. Unit
aliran counter-current harus dioperasikan sedemikian rupa sehingga titik akhir
natrium dan silika untuk unit kation dan anion tidak berlebih. Hal ini penting
karena umpan untuk pabrik demineralisasi setelah pengolahan awal harus bebas
dari berbagai residu klorin.
dari berbagai macam polutan. Baik polutan bahan organik, kimia, atau logam
berat.
b. Bahan Utilitas Industri
Dalam skala industri air memiliki peranan penting yaitu sebagai bahan
utilitas. Air dibutuhkan mulai dari air proses, air pendingin, air sanitasi dan air
boiler. Air sebagai umpan boiler pada umumnya berasal dari air sumur, air sungai,
air hujan dan air laut yang telah dilakukan pemrosesan lebih lanjut. Untuk
kebutuhan industri, adanya kontaminan atau mencemar dalam air memang
menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Dimana keberadaan kontaminan bisa
menimbulkan masalah serius. Mulai dari korosi, kerak, hingga carry over. Oleh
karena itu, air yang digunakan wajib merupakan air yang sesuai spesifikasi atau
sudah melalui proses pemurnian. Industri yang menggunakan air demin ini sendiri
yaitu pada industi petrokimia, oleokimia, elektronik, farmasi dan sebagai tenaga
pembangkit pada PLN.
Adapun kekurangan yang diperoleh dari air demin, yaitu sebagai berikut:
a. Air demin tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita kekurangan
mineral karena dapat memungkin kekurangan mineral padatubuh akan
semakin parah
b. Proses pemurnian membutuhkan biaya yang relatif besar dan perwatan
yang cukup rutin serta membutuhkan sumber daya manusia yang cukup
handal dalam perawatannya.
dua macam resin yaitu resin kation dan resin anion yang keduanya berfungsi
sekaligus untuk menghilangkan sisa kation dan anion.
Pre-filter terdiri dari beberapa filter catridge dengan diameter 50μm yang
berfungsi untuk menyaring pengotor mekanik dari air baku dan melindungi resin
penukar ion yang sensitif. Penukar kation terdiri dari 2 buah filter yang berfungsi
untuk memisahkan kation garam-garam yang terlarut dalam air. Penukar anion
terdiri dari 2 buah filter yang berfungsi untuk memisahkan anion termasuk asam
karbonat dan silikat dalam air. Mixed bed exchanger terdiridari 2 buah filter yang
berfungasi untuk memisahkan garam-garam yang tersisa dalam skala renik (trace)
yang tidak terpisah oleh penukar kation dan penukar anion. Resin strainer
digunakan untuk mencegah abrasi resin agar tidak masuk ke tangki penyimpanan.
2.7.3 Sistem Demineralisasi Air pada PLTN OPR 1000 dan AP 1000
OPR 1000 dan AP 1000 adalah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)
jenis PWR (Pressurized Water Reactor), yang menggunakan air ringan
24
bertekanan sebagai pendingin. Prinsip kerja PLTN adalah panas hasil reaksi fisi
berantai yang terjadi di teras reaktor diambil oleh air pada sistem sirkulasi primer
dengan menggunakan pompa pendingin reaktor. Air sirkulasi primer mempunyai
suhu keluar bejana reaktor sekitar 329 oC dan suhu masuk sekitar 299 oC. Tekanan
dipertahankan sekitar 160 atm oleh pressurizer, sehingga air tidak mendidih
meskipun suhunya tinggi. Berdasar prinsip kerja PLTN PWR, air dipandang
sebagai komponen penting dalam pengoperasian PLTN.
Air dalam sirkulasi pendingin primer berfungsi sebagai pendingin reaktor
sekaligus media pembawa panas hasil reaksi fisi menuju pembangkit uap.
Sedangkan air dalam sirkulasi sekunder berfungsi sebagai umpan pembangkit uap,
yang kemudian berubah menjadi uap. Selain itu air juga digunakan sebagai
pendingin pada beberapa komponen lain dalam PLTN. Sebelum digunakan, air
harus memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk masing-masing penggunaan.
Sebagai pendingin reaktor dan umpan pembangkit uap, air harus diolah sehingga
kandungan ion-ion yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan. Salah satu sistem
pengolahan tersebut adalah menggunakan proses demineralisasi.
Demineralisasi air pada semua PLTN mempunyai tujuan yang sama yaitu
menghilangkan kandungan ion dalam air yang dapat mengakibatkan kerak dan
korosi dalam sistem. Namun demikian, tiap-tiap PLTN mempunyai model sistem
demineralisasi yang berbeda. Metode demineralisasi air dapat dilakukan dengan
menggunakan membran secara reverse osmosis (RO) dan elektrolisis,
elektrodeionisasi (EDI), maupun ion exchange.
diregenerasi dengan asam kuat sedangkan resin penukar ion negatif diregenerasi
dengan basa kuat, yang masing-masing reaksinya adalah sebagai berikut :
regenerasi resin penukar ion kationik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Proses Demineralisasi yaitu bertujuana untuk
menghilangkan ion-ion pengotor yang terdapat dalam air. Proses
Demineralisasi air itu sendiri, seperti proses distilasi, reverse osmosis, dan
penukar ion.
2. Demineralisasi pada umumnya dilaksanakan dengan
ion exchanger yang terdiri atas cation exchanger (catex, penukar kation)
dan anion exchanger (anex, penukar anion).
3. Air demin yang dihasilkan pada proses demineralisasi
merupakan air yang bersih dan terbebas dari mineral-mineral berbaya
ataupun yang menyebabkan kerugian.
4. Aplikasi air demin dalam bidang indutri yaitu untuk
Umpan Ketel, sebagai Pendingin Reaktor, dalam PLTN (Pembangkit
Linstrik Tenaga Nuklir) OPR 1000 dan AP 1000
29
DAFTAR PUSTAKA
Booth, N. 2005. Water Treatment for Fossil Fuel Power Generation. Nottingham:
Crown
Chang, L.Y. 1993. Hazardous Waste Source –Reduction Study With Treated
Groundwater Recycling. California: Departement of Chemical
Engineering University of California
Lee, S. 2006. Encyclopedia of Chemical Processing. New York : Taylor and
Francis
Lestari, D.E. 2007. Karakteristik Kinerja Resin Penukar Ion pada Sistem Air
Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS. Tangerang : Pusat Reaktor Serba
Guna-BATAN
Martono, M.I. 2009. Prinsip Penentuan Kapasitas Resin Sistem Demineralisasi
Air. Jakarta Utara : CV. Formasi Tangguh
Setiadi,T. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Priambodo, D., S. Alimah, E. Dewita. 2009. Studi Banding Sistem Demineralisasi
pada PLTN OPR 1000 dan AP 1000. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir.
Vol 11(2)
Huda, N., Setyono, Sumijanto, E.L. Diah, M. Ikhsan. 2003. Analisis Spesi Kimia
pada Tahapan Proses Pembuatan Air Bebas Mineral Reaktor G.A.
Siwabessy. Prosiding Presentasi Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir VIII.
ISSN No. 1410-0533