Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap makhluk hidup, air dapat
digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam segi pangan, yaitu air
yang diminum sehari-hari. Selain dibutuhkan oleh makhluk hidup, air juga sangat
diperlukan dalam bidang industri, pertanian, perikanan, dan beberapa bidang
lainnya. Sumber air, baik air permukaan maupun air tanah akan terus mengalami
peningkatan kontaminasi pencemar disebabkan meningkatnya aktivitas pertanian
dan industri.
Agar dapat digunakan dan diaplikasikan, air dapat di proses dengan
berbagai cara, diantaranya sedimentasi, demineralisasi, penyaringan dan masih
banyak lagi. Dalam makalah ini, proses yang akan dibahas lebih lanjut yaitu
demineralisasi air. Proses demineralisasi air adalah proses penghilangan atau
pemisahan ion-ion pengotor yang terdapat dalam air, sehingga dapat
menghasilkan air yang bebas dari ion-ion mineral atau disebut juga dengan air
demin. Proses demineralisasi merupakan proses yang mudah dan dalam prosesnya
sangat banyak cara untuk dapat menghasilkan air yang murni. Salah satu yang
banyak digunakan yaitu dengan ion exchanger (penukar ion) dengan
menggunakan resin sebagai medianya. Air demin sangat banyak digunakan,
diantaranya sebagai air minum dan sebagai utilitas pada sistem pengoperasian.
Hal ini dikarenakan air demin merupakan air yang murni, sehingga tidak
membahayakn ataupun merugikan, seperti timbulnya kerak ataupun korosi pada
alat.
1.2 Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui dan memahami proses demineralisasi
2. Dapat mengetahui salah satu proses dimineralisasi yaitu ion exchanger
(penukar ion)
3. Dapat mengetahui karakteristik dan kegunaan air demin
4. Dapat mengetahui dan memahami aplikasi demineralisasi pada industri
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Demineralisasi Air


Demineralisasi adalah proses mengambil semua ion yang terkandung di
dalam air. Air yang telah mengalami proses ini disebut air demin (deionized
water). Sistem demineralisasi disiapkan untuk mengolah air filter dengan penukar
ion (ion exchanger) untuk menghasilkan air bebas mineral yang akan digunakan
sebagai air proses. Untuk keperluan air proses tidak cukup hanya air bersih, oleh
karenanya air tersebut masih perlu diperlakukan lebih lanjut yaitu penghilangan
kandungan mineral yang berupa garam-garam terlarut untuk mencegah korosi dan
deposit yang dapat merusak pipa serta valve.
Demineralisasi umumnya mempergunakan media penukar ion yang
dibedakan atas muatan listrik yang terkandung didalamnya, yaitu penukar kation
dan penukar anion. Dengan inilah dapat menghilangkan kandungan ion-ion yang
terdapat diair untuk menghasilkan air murni. Untuk keperluan proses, air tidak
cukup hanya bersih, tetapi perlu dilakukan tahapan lenih lanjut yaitu dengan
penghilangan kandungan mineral yang berupa garam-garam terlarut untuk
mencegah korosi dan deposit yang dapat merusak pipa atau valve.
Seperti namanya, demineralisasi dengan ion exchanger (resin) ini bertujuan
menghilangkan zat padat terlarut (ionic) di dalam air (dan zat cair lainnya)
sehingga banyak diterapkan untuk memurnikan air (purification), tidak sekadar
penjernihan (clarification). Purifikasi hanya diterapkan untuk kalangan industri
demi memperoleh air bebas mineral sebagai air proses, boiler, atau yang lainnya.
Bisa dikatakan, aplikasi utama demineralisasi ialah menyiapkan air berkualitas
tinggi untuk umpan (feed water) boiler. Guna lainnya ialah dalam pabrik serat
sintetis seperti nylon, rayon, dan kain pada umumnya. Begitu pula pabrik
komponen elektronika seperti televisi, komputer, dan farmasi perlu air ultramurni.
Bahkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dan yang berbahan bakar
batubara pun perlu proses demineralisasi atas air umpannya.
Demineralisasi pada umumnya dilaksanakan dengan ion exchanger yang
terdiri atas cation exchanger (catex, penukar kation) dan anion exchanger (anex,
penukar anion). Dua jenis atau dua tahap penukar ion inilah yang biasanya
3

dipasang seri di dalam dua kolom terpisah. Air bakunya melewati penukar kation
dulu, baru kemudian dilalukan di penukar anion. Tetapi urutan ini bisa saja
dibalik, bahkan bisa juga dicampur dalam satu kolom yang disebut mixed bed atau
monobed. Artinya, semua susunan resin tersebut memiliki kelebihan sekaligus
kekurangan, bergantung pada tahap prosesnya, kualitas media resinnya dan
kualitas air baku yang diolahnya.

2.2. Proses Demineralisasi


Proses demineralisasi dilakukan untuk dapat menghasilkan air demin
melalui berbagai proses permurnian. Proses Demineralisasi air itu sendiri, seperti
proses distilasi, reverse osmosis, dan penukar ion. Berikut adalah penjelasan
mengenai proses-proses demineralisasi air:
2.2.1 Proses Distilasi
Distilasi merupakan proses pemurnian yang didasarkan pada perbedaan titik
didih atau kemampuan suatu zat untuk menguap. Zat cair akan dipanaskan sampai
titik didihnya. Adapun uap yang dihasilkan dialirkan ke dalam kondensor atau
pendingin untuk dikumpulkan. Sehingga hasil yangdiperoleh dari pengembunan
(kondensasi) berupa zat cair murni tanpa bahan pengotor baik pengotor dari
mineral-mineral ataupun pengotor lainnya, yang disebut dengan air demin.
2.2.2 Proses Reverse Osmosis (RO)
Reverse Osmosis merupakan proses pemurnian atau penyaringan air melalui
membran RO. Membran yang digunakan memiliki karakteristik pori-pori ukuran
sangat kecil yaitu sekitar 0,0001 mikron. Karena itulah membran mampu
menyaring zat pencemar, zat berbahaya, dan termasuk zat pengotor lainnya seperti
mikroorganisme yang terlarut dalam zat cair.
2.2.3 Proses Penukar Ion (Ion Exchanger)
Proses demineralisasi dengan penukar ion disebut juga dengan deionisasi
yaitu proses pengolahan air dengan terjadinya pertukaran ion melalui media ion
exchanger resin. Proses ini dapat menghasilkan air dengan tingkat kemurnian
yang tinggi. Dimana kandungan zat ionik dan anionik hampir tidak bisa dideteksi
lantaran jumlahnya dibuat mendekati nol. Sehingga proses ini paling sering
digunakan untuk dapat menghasilkan air demin dibandingkan proses lainnya.
4

2.3. Resin Penukar Ion


Salah satu proses yang paling sering digunakan dalam demineralisasi air
yaitu dengan penukar ion (ion exchanger). Dikarenakan prosesnya yang mudah
dan memiliki hasil yang lebih bagus. Dalam proses penukar ion ini menggunakan
resin penukar ion untuk dapat menghasilkan produk berupa air demin.
2.3.1 Pengertian Resin Penukar Ion
Resin merupakan zat yang punya pori besar dan bersifat sebagai penukar ion
yang berasal dari polysterol, atau polyakrilat yang berbentuk granular atau bola
kecil dimana memiliki struktur dasar yang bergabung dengan grup fungsional
kationik, nonionik, atau asam. Seringkali resin dipakai untuk menghilangkan
molekul yang berasal dari air, misalnya asam humus, lignin dan asam sulfonat.
Resin ialah senyawa hidrokarbon tiga dimensi yang berisi gugus fungsional
(contoh gugus fungsi ialah: alkohol, karboksilat, karbonil). Gugus fungsi ini
mempengaruhi karakteristik senyawa (campuran) organik dan disinilah tertambat
ion yang dapat ditukar serta larut di dalam air.
Resin penukar ion adalah suatu struktur polimer yang mengandung suatu
gugus aktif yang terikat pada kerangka organik. Bahan resin bisa berupa media
alami, bisa juga media sintetis. Yang paling banyak diterapkan ialah resin sintetis
karena bagus kinerjanya. Sebagai media porus, resin mudah tersumbat (fouling).
Ion besi dan mangan, juga koloid, suspended solid dapat menyumbat resin.
Apalagi resin dapat dimasukkan sebagai koagulan yang baik bagi zat padat. Oleh
sebab itu, konsentrasi padatan sebaiknya kurang dari 2 NTU. Mengacu pada
angka ini, maka air yang masuk ke resin akan tampak sangat jernih.
Pada saat dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam air
akan teresap ke resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam
kesetaraan ekivalen, dengan melihat kondisi tersebut maka kita dapat mengatur
jenis ion yang diikat dan dilepas. Sebagai media penukar ion, maka resin penukar
ion harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran


ion yang tinggi.
5

2. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat digunakan


berulang-ulang. Resin akan bekerja dalam cairan yang mempunyai sifat
melarutkan, karena itu resin  harus tahan terhadap air
3. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range pH
yang luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi
dan radiasi.
4. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan
mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
2.3.2 Sinetis Resin Penukar Ion
Resin penukar ion ini dibuat dengan kondensasi fenol dengan formaldehida
yang kemudian di ikuti dengan reaksi sulfonasi. Resin penukar ion sintesis
merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua bagian yaitu struktur fungsional
dan matrik resin yang sukar larut. Gugus ion dalam penuakar ion merupakan
gugus yang hidrofilik (larut dlam air). Ion yang terlarut dalam air adalah ion-ion
yang dipertukarkan, karena gugus ini melekat pada polimer, maka ia dapat
menarik seluruh molekul polimer dalam air, maka polimer resin ini diikat dengan
ikatan silang (cross linked) dengan molekul polimer lainnya, akibatnya akan
mengembang dalam air.
Resin penukar kation dibuat dengan mereaksikan senyawa dasar dengan
gugus ion yang dapat melepaskan atau meghasilkan ion positif. Gugus ion yang
biasa dipakai pada resin penukar kation yaitu gugus sulfonat. Dengan
menambahkan gugus sulfonat pada rangkaian polimer yang akan terikat kuat
dalam butiran dan setiap gugus bermuatan negatif. Maka butiran ini akan menarik
kation dari air dan melepas kation resin. Berikut adalah kondensasi dari fenol-
polihidrat dengan formaldehida akan menghasilkan resin yang mengadsorpsi ion-
ion Ca2+ dan membebaskan ion-ion H+ atau Na+.
2Na-R + Ca2+ ⇋ Ca-R2 + 2Na+
2H-R + Ca2+ ⇋ Ca-R2 + 2H+
Resin penukar ion yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat
melepaskan ion negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion
diperleh dengan matriks yang sama dengan resin penukar kation, tetapi gugus ion
yang dimasukkan harus bisa melepas ion negatif, misalnya –N(CH3)3+ atau gugus
6

lain. Dengan kata lain, setelah terbentuk kopolimer stiren divinilbenzena (DVB),
maka diaminasi, kemudian di klorometilasi untuk memperoleh resin penukar
anion. Berikut adalah contoh reaksi dalam pembuatan resin penukar anion
(mengadsorpsi asam)
R-X + HCl ⇋ R-X.HCl

2.2.3 Jenis-Jenis Resin Penukar Ion


Resin penukar kation mengandung gugus fungsi seperti sulfonat (R-SO3H),
phosphonat (R-PO3H2), phenolat (R-OH), atau karboksilat (R-COOH), dengan R
menyatakan resin. Gugus fungsi pada resin penukar anion adalah senyawa amina
(primer/R-NH2, sekunder/R-N2H, tersier/R-R'2N) dan gugus ammonium kuartener
(R-NR'3/tipe I, R-R'3N+OH/tipe II), dengan R' menyatakan radikal organik seperti
CH3. Resin anion yang mempunyai gugus fungsi ammonium kuartener disebut
resin penukar anion basa kuat dan resin penukar anion basa lemah mempunyai
gugus fungsi selain ammonium kuartener.
Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin penukar ion dapat
dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
a) Resin Penukar Kation Asam Kuat
Resin penukar kation asam kuat yang beroperasi dengan siklus H, regenerasi
dilakukan menggunakan asam HCl atau H2SO4. Reaksi pada tahap layanan
sebagai berikut :

Konsentrasi asam keseluruhan yang dihasilkan oleh reaksi diatas disebut Free
Mineral Acid (FMA). Jika nilai FMA turun, berarti kemampuan resin mendekati
titik-habis dan regenerasi harus dilakukan. Reaksi pada tahap regenerasi adalah
sebagai berikut :
7

b) Resin Penukar Kation Asam Lemah


Gugus fungsi pada resin penukar kation asam lemah adalah karboksilat
(RCOOH). Jenis resin ini tidak dapat memisahkan garam yang berasal dari asam
kuat dan basa kuat, tetapi dapat menghilangkan kation yang berasal dari garam
bikarbonat untuk membentuk asam karbonat, atau dengan kata lain resin ini hanya
dapat menghasilkan asam yang lebih lemah dari gugus fungsinya. Reaksi-reaksi
yang terjadi pada tahap layanan untuk resin penukar kation asam lemah dengan
siklus H, dinyatakan oleh reaksi-reaksi berikut ini :

c) Resin Penukar Anion Basa Kuat


Resin penukar kation asam kuat siklus hidrogen akan mengubah garam-
garam terlarut menjadi asam, dan resin penukar anion basa kuat akan
menghilangkan asam-asam tersebut, termasuk asam silikat dan asam karbonat.
Reaksi reaksi yang terjadi pada tahap layanan dan regenerasi adalah sebagai
berikut :
8

Terdapat dua tipe penukar anion basa kuat. Tipe I dan tipe II. Keduanya
memiliki kelompok ammonium kuartener sebagai bagian aktif penukar. Dalam
tipe I ,kelompok melekat pada nitrogen biasanya kelompok alkil,sementara pada
tipe II, salah satu dari kelompok adalah alkanol.

Gambar 2.1 Tipe-Tipe Penukar Kation Basa Kuat


Biasanya resin tipe II digunakan dalam pemurnian air,karena murah. Namun,
mereka tidak secara efektif menghilangkan silika, dan juga rentan terhadap
pencemar organik.
d) Resin Penukar Anion Basa Lemah
Resin penukar anion basa lemah hanya dapat memisahkan asam kuat
seperti HCl dan H2SO4 , tetapi tidak dapat menghilangkan asam lemah seperti
asam silikat dan asam karbonat, oleh sebab itu resin penukar anion basa lemah
acap kali disebut sebagai acid adsorbers. Reaksi-reaksi yang terjadi pada tahap
layanan adalah sebagai berikut :
9

Resin penukar anion basa lemah dapat diregenerasi dengan NaOH, NH 4OH atau
N2CO3 seperti ditunjukkan oleh reaksi di bawah ini :

2.4. Sistem Demineralisasi


Setelah penjernihan, maka perlu pula dilakukan pemurnian air yang
bertujuan untuk mengurangi mineral dalam air. Proses yang banyak dipakai untuk
tujuan ini adalah softener demineralisasi. Jika TDS < 100 dan silica < 10, maka
softener dapat diaplikasikan. Tetapi untuk kandungan mineral yang tinggi, lebih
cocok jika menggunakan demineralisasi. Demineralisasi bekerja menurut prinsip
penukaran ion. Penukar ion lebih digunakan karena biayanya lebih rendah dan
kualitasnya sebanding dengan hasil proses distilasi. Berikut adalah skema kolom
resin ion exchange pada proses demineralisasi:

Gambar 2.1 Skema Kolom Resin Ion Exchange Pada Proses Demineralisasi


10

Demineralisasi dilaksanakan dengan ion exchanger yang terdiri atas cation


exchanger (catex, penukar kation) dan anion exchanger (anex, penukar anion).
Dua jenis atau dua tahap penukar ion inilah yang biasanya dipasang seri di dalam
dua kolom terpisah. Air bakunya melewati penukar kation dulu, baru kemudian
dilalukan di penukar anion. Tetapi urutan ini bisa saja dibalik, bahkan bisa juga
dicampur dalam satu kolom yang disebut mixed bed atau monobed. Artinya,
semua susunan resin tersebut memiliki kelebihan sekaligus kekurangan,
bergantung pada tahap prosesnya, kualitas media resinnya dan kualitas air baku
yang diolahnya.
Ion natrium ditukar oleh ion kalsium dan magnesium dalam jumlah yang
ekivalen (setara) sehingga hakikatnya tidak terjadi pengurangan jumlah zat padat
terlarut (dissolved solid) di dalam air olahan. Oleh sebab itu, kalau air hendak
digunakan untuk keperluan boiler atau farmasi, dll maka ion natrium itu tidak
boleh lolos ke kompartemen air olahannya. Sebab, baik ion kalsium, magnesium
maupun natrium memberikan kontribusi yang sama pada pembentukan zat padat
terlarut (dissolved solid). Untuk maksud ini, kationnya lantas diganti dengan ion
hidrogen dan ion hidroksida sebagai pengganti anionnya. Ion hidrogen (H+) dan
hidroksida (OH-) ini akan bergabung menjadi air (H2O) sehingga tidak ada
tambahan padatan terlarut dan tidak mempengaruhi pH.
Ada dua tipe kolom resin yang umum digunakan pada proses demineralisasi
air. Keduanya adalah Single Bed dan Mixed Bed Ion Exchange Resin. Single
Bed berarti di dalam satu kolom hanya terdapat satu jenis resin saja yakni kation
resin saja atau anion resin saja. Akibatnya dalam proses pengoperasiannya,
diperlukan lebih dari 1 kolom, sehingga disebut dengan multi stage
demineralization. Sedangkan kolom Mixed Bed berisi campuran resin kation dan
anion. Kedua tipe kolom resin di atas bekerja pada dua tipe sistem demineralisasi
yang berbeda:

2.4.1 Multi Stage Demineralization


Pada awal proses demineralisasi multi-stage, air akan melewati resin kation
untuk mengikat ion-ion mineral positif. Proses ini diikuti dengan pelepasan ion
H+ ke dalam air. Jika R dan K2+ berturut-turut adalah molekul ion resin dan ion
11

mineral positif, maka reaksi ion exchange yang terjadi pada kolom resin yakni
sebagaiberikut:
2 R-H + K2+ → R2K + 2 H+
Ion kalsium yang terlarut di dalam air biasanya berbentuk kalsium
bikarbonat. Pada saat ion kalsium diikat molekul resin, kalsium bikarbonat akan
terpecah membentuk molekul air dan karbondioksida.
2 R-H + Ca(HCO3)2 → R2Ca + 2 H2 + 2 CO2
Molekul karbondioksida hasil reaksi di atas dikeluarkan melalui sistem
CO2 removal. Berikut adalah skema kombinasi kolom resin kation, anion serta
sistem pembuang CO2.

Gambar 2.2 Kombinasi Kolom Resin Kation, Anion, dan Sistem Pembuang CO2
Ion H+ yang lepas ke dalam air akan berikatan dengan anion terlarut di
dalam air. Sehingga reaksi ion hidrogen tersebut akan menghasilkan asam kuat
seperti asam sulfurik, hidroklorik, dan asam nitrit. Untuk menghilangkan
keasaman ini, air dialirkan lebih lanjut ke resin anion. Saat melewati resin anion,
ion-ion negatif yang larut di dalam air akan terikat oleh molekul resin diikuti
dengan terlepasnya ion OH–. Jika A adalah ion negatif yang terlarut di dalam air,
maka reaksi yang terjadi pada resin anion adalah sebagai berikut:
      2 R-OH + A2- → R2A + 2 OH–
Pada akhirnya ion H+ dan OH– akan bereaksi membentuk molekul air baru:
      H+ + OH– → H2O
12

Gambar 2.3 Proses Demineralisasi Air Multi-stage


Bentuk variasi sistem demineralisasi lain yakni dengan menggunakan kolom
resin anion kuat dan lemah. Sistem ini menghasilkan kualitas output yang sama
dengan hanya menggunakan satu resin anion. Keuntungan sistem ini yaitu lebih
ekonomis saat harus mengikat anion-anion kuat seperti sulfat dan klorit, karena
pada saat proses regenerasi resin, larutan NaOH pekat yang keluar dari kolom
resin kuat sudah cukup untuk meregenerasi anion resin lemah. Untuk menghadapi
anion kuat terlarut dalam air dengan jumlah yang sama, jumlah larutan NaOH
yang dibutuhkan untuk meregenerasi dua anion resin tersebut, lebih sedikit
dibandingkan NaOH yang meregenerasi sistem dengan satu anion resin.

Gambar 2.4 Proses Demineralisasi Air dengan Resin Anion Kuat dan Lemah

2.4.2 Mixed Bed Demineralization


Pada beberapa kebutuhan industri, terkadang dibutuhkan tidak satu tahap
proses pertukaran kation dan anion. Pada beberapa proses, bahan baku air
dilewatkan sampai dua atau tiga kation dan anion kolom resin. Untuk meringkas
proses, maka setiap stage pertukaran ion dapat digunakan satu kolom resin yang
13

berisi resin kation dan anion sekaligus. Dalam proses ini, air dialirkan melewati
resin-resin tersebut, reaksi penukar ion terjadi secara berulang dalam unit,
sehingga menghasilkan penghilangan kotoran berupa ion-ion yang lebih banyak
dibandingkansistem dua bed.

Gambar 2.5 Skema Proses Demineralisasi Mixed Bed


Pada akhir proses demineralisasi, akan didapatkan air dengan kualitas
sangat murni. Sistem ini sangat cocok digunakan pada pabrik-pabrik pengguna
boiler bertekanan tinggi, serta industri elektronik untuk kebutuhan mencuci
transistor dan komponen-komponen elektronika lainnya.

2.5. Tahapan Proses Demineralisasi


Operasi sistem demineralisasi yang berlangsung dengan proses pertukaran
ion dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :
1. Tahap layanan (service)
2. Tahap pencucian balik (backwash)
3. Tahap regenerasi, dan
4. Tahap pembilasan
Tahapan-tahapan tersebut dapat pula dilihat pada Gambar 2.6 berikut.
14

Gambar 2.6 Tahapan-tahapan operasi dalam sistem pertukaran ion

2.5.1 Tahap Layanan (Service)


Tahap layanan adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion.Tahap
layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu, atau
volume air produk yang dihasilkan.Hal yang penting pada tahap layanan dalah
kapasitas (teoritik dan operasi) dan beban pertukaran ion (ion exchange load).
Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan sebagai jumlah ion secara teoritik yang
dapat dipertukarkan oleh resin per satuan massa atau volume resin. Kapasitas
pertukaran ion teoritik ditentukan oleh jumlah gugus fungsi yang dapat diikat oleh
matriks resin. Kapasitas operasi adalah kapasitas resin aktual yang digunakan
untuk reaksi pertukaran pada kondisi tertentu. Beban pertukaran ion adalah berat
ion yang dihilangkan selama tahap layanan dan diperoleh dari hasil kali antara
volume air yang diolah selama tahap layanan dengan konsentrasi ion yang
dihilangkan. Tahap layanan ini dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan dari
atas (down flow).
15

2.5.2 Tahap Pencucian Balik


Tahap pencucian balik dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik
habis. Sebagai pencuci, digunakan air produk. Pencucian balik dilakukan dengan
pengaliran air dari bawah ke atas (up flow). Pencucian balik mempunyai sasaran
sebagai berikut :
1. pemecahan resin yang tergumpal
2. penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin
3. penghilangan kantong-kantong gas dalam reaktor, dan
4. pembentukan ulang lapisan resin

2.5.3 Tahap Regenerasi


Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion
awal yang semula berada dalam matriks resin dan pengembalian kapasitas ke
tingkat awal atau ke tingkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat
menghasilkan titik puncak (mengembalikan waktu regenerasi dan jumlah larutan
yang digunakan). Jika sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal,
maka ekivalen ion yang digantikan harus sama dengan ion yang dihilangkan
selama tahap layanan. Jadi secara teoritik, jumlah larutan regenerasi (dalam
ekivalen) harus sama dengan jumlah ion (dalam ekivalen) yang dihilangkan
(kebutuhan larutan regenerasi teoritik).
Operasi regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti semula sangat
mahal, oleh sebab itu maka regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan
sebagian dari kemampuan pertukaran awal. Upaya tersebut berarti bahwa
regenerasi ditentukan oleh tingkat regeneras yang diinginkan. Tingkat regenerasi
dinyatakan sebagai jumlah larutan regenerasi yang digunakan per volume resin.
Perbandingan kapasitas operasi yang dihasilkan pada tingkat regenerasi
tertentu dengan kapasitas pertukaran yang secara teoritik yang dapat dihasilkan
pada tingkat regenerasi itu disebut efisiensi regenerasi. Efisiensi regenerasi resin
penukar kation asam kuat yang diregenerasi dengan H2 anion basa kuat yang
diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh sebab itu pemakaian larutan
regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik. Besaran untuk menyatakan
tingkat efisiensi penggunaan larutan regenerasi adalah nisbah regenerasi
(regeneration ratio) yang didefinisikan sebagai berat larutan regenerasi
16

dinyatakan dalam ekivalen atau gram CaCO3 dibagi dengan beban pertukaran ion
yang dinyatakan dalam satuan yang sama. Semakin rendah nisbah regenerasi,
semakin efisien penggunaan larutan regenerasi. Harga nisbah regenerasi
merupakan kebalikan harga efisiensi regenerasi. Operasi regenerasi dilakukan
dengan mengalirkan larutan regenerasi dari atas.
Indikator-indikator pelaksanaan regenerasi unit penukar kation/anion yaitu:
a. Jumlah air yang melewati unit penukar ion mencapai ± 2200 m3
b. Kadar silika dari aliran keluar penukar anion ≥ 0.05 ppm
Regenerasi resin dilakukan dengan proses kebalikan dari operasi service.
Regenerasi dibagi menjadi 3 tahap operasi yaitu :
1. Backwashing
Backwashing dilakukan dengan membalikan arah aliran dari bawah ke atas
dengan demin ke exchanger. Tujuannya untuk menghilangkan zat suspensi yang
terakumulasi dan partikel-partikel resin halus yang terpecah.
2. Regenerasi dengan zat kimia
Resin cation diregenerasi menggunakan larutan H2SO4, sedangkan resin
anion menggunakan larutan NaOH.
3. Pembilasan lambat (slow rinse) dan pembilasan cepat (fast rinse)
Setelah regenerasi dengan bahan kimia kemudian dilakukan slow rinse atau
displacement. Air dialirkan melalui atas dengan laju yang lambat dan waktu yang
lebih singkat dibandingkan fast rinse untuk displacing asam sulfat yang tersisa.
Operasi terakhir adalah fast rinse sebagai pembilasan terakhir untuk membuang
sisa sisa asam atau garam (garam sulfat dan natrium) yang ada. Air yang
digunakan untuk pembilasan keluar dari bagian bawah exchanger.
Berikut adalah Regenerasi yang dilakukan pada masing-masing resin kation
dan anion:
a. Regenerasi kation
Regenerasi kation dilakukan dengan cara mengganti kembali ion H+  yang
telah jenuh dengan merekasikannya dengan H2SO4. Reaksi yang terjadi pada
waktu regenerasi adalah :
RCa + H2SO4  RH2 + CaSO4
RMg + H2SO4  RH2 + MgSO4
17

RNa2 + H2SO4  RH2 + Na2SO4


Ada beberapa tahapan yang dilakukan pada proses regenerasi kation :
1) Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk
membuang/menghilangkan deposit kotoran yang menempel di resin.
2) Pemberian asam tahap 1 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4  1,75%
3) Pemberian asam tahap 2 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4  3,5%
4) Pemberian asam tahap 3 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4  5,25%
5) Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang
telah di proses.
6) Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit
air yang besar.

b. Regenerasi anion
Regenerasi resin penukar anion sama dengan regenerasi kation, jika sudah
jenuh maka dapat dikembalikan ke keadaan dengan menggunakan alkali. Soda
kaustik dipakai sebagai penukar anion dari basa kuat. Reaksi yang terjadi pada
waktu regenerasi adalah :
RSO4 + 2 NaOH  R(OH)2 + Na2SO4
RCl2 + 2 NaOH  R(OH)2 + 2 NaCl
R(NO3)2 + 2 NaOH  R(OH)2 + 2 NaNO3
RSiO3 + 2 NaOH  R(OH)2 + Na2SiO3
         Sama dengan regenerasi pada kation, pada anion juga terdapat beberapa
tahapan. Tahap-tahap yang dilakukan pada proses regenerasi anion :
1) Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk
membuang/menghilangkan deposit kotoran yang menempel di resin.
2) Preheat bed
3) Caustic injection yaitu penambahan kaustik dengan cara menginjeksian
NaOH 4%.
4) Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang
telah di proses.
5) Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit
air yang besar.
18

Selama proses regenerasi, limbah air yang dihasilkan ditampung pada bak
penampung regenerasi (neutral basin) untuk dinetralkan sebelum akhirnya
dibuang ke sungai. Biasanya regenerasi dilakukan dengan melewatkan regeneran
melalui bed resin penukar ion pada arah yang sama dengan air baku yang diolah;
proses ini disebut regenerasi ‘co-current’. Jika regenerasi co-current (aliran ke
bawah) terjadi, lapisan bawah kolom diregenerasi dengan buruk, kecuali jika
digunakan regeneran asam atau basa dalam jumlah yang sangat besar. Di sisi lain,
jika regenerasi dilakukan counter-current (dengan arah yang berlawanan), lapisan
bawah resin yang jenuh lebih efektif diregenerasi. Proses ini terjadi pada
pengurangan kebocoran natrium (pada penukar kation) dan silika (pada penukar
anion) hingga tingkat pengurangannya sangat rendah selama siklus pertukaran.
Pada studi lebih lanjut, teknik fluidisasi telah digunakan untuk
demineralisasi. Pada proses ini, air mentah diolah dengan mengalirkan ke atas dan
regenerasi dilakukan oleh regeneran (zat peregenerasi) melalui aliran ke bawah.
Beberapa kasus khusus ditemui di mekanisme demineralisasi. Pada unit aliran
counter-current, hal yang sangat penting untuk menjaga kekompakan resin
sepanjang waktu selama regenerasi dan lebih baik juga selama proses layanan.
Pengganggu lainnya dari kation bed selalu mengarah ke kebocoran natrium. Unit
aliran counter-current harus dioperasikan sedemikian rupa sehingga titik akhir
natrium dan silika untuk unit kation dan anion tidak berlebih. Hal ini penting
karena umpan untuk pabrik demineralisasi setelah pengolahan awal harus bebas
dari berbagai residu klorin.

2.4.4 Tahap Pembilasan


Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi
yang terperangkap oleh resin. Pembilasan dilakukan menggunakan air produk
dengan aliran down flow dan dilaksanakan dalam dua tingkat, yaitu:
1. Tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi, dan
2. Tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion.
Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam
dan dibuang, sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan
digunakan sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi.
19

2.5.5 Penghilangan Gas (Deaerator)


Penghilangan gas dilakukan sebelum air keluaran kolom kation diolah di
kolom resin penukar anion dimaksudkan untuk mengurangi beban pertukaran
pada kolom penukar anion, yang berarti juga mengurangi penggunaan larutan
regenerasi. Air yang diolah di kolom degasifier mengandung karbon dioksida
yang ekivalen dengan alkalinitas bikarbonat ditambah dengan jumlah karbon
dioksida yang larut dalam air tersebut. Kandungan CO2 dalam air menggunakan
udara yang dihembuskan oleh blower atau secara vakum. Pemakaian kolom
degasified dapat mengurangi kandungan karbon dioksida menjadi 5 mg/l.

2.6. Air Demin


Air demin adalah air yang tidak memiliki kandungan mineral di dalamnya.
Dimana mineral-mineral yang terkandung dalam air tersebut sudah melalui proses
pemurnian, sehingga air bebas dari kontaminan berbahaya dan aman diminum.
Air secara alami memiliki kandungan mineral yang tinggi. Seperti adanya
kandungan magnesium (Mg2+), kalsium (Ca2+), dan mineral lainnya yang termasuk
berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan. Tidak hanya untuk dikonsumsi,
dengan adanya kandungan mineral dalam air maka akan menyebabkan pengotoran
pada unit-unit dalam industri, sehingga menimbulkan kerak ataupun korosi yang
dapat menghambat proses.

2.6.1 Kegunaan Air Demin


Adapun kegunaan atau manfaat air demin yaitu sebagai berikut:
a. Air minum yang aman dikonsumsi
Tubuh manusia membutuhkan mineral organik. Kandungan mineral organik
dapat diperoleh dari sumber makanan sayuran dan buah-buahan. Oleh karena
mineral diperoleh dari makanan, maka mineral dalam air masih dapat
dikesampingkan. Bahkan beberapa pederita gagal ginjal dianjurkan untuk
meminum air yang sedikit atau bahkan tidak mengandung mineral agar ginjal
dapat bekerja lebih ringan atau yang biasa disebut air demineral. Air bebas
kandungan mineral atau minim kandungan mineral akan menjadi air yang jauh
lebih bermanfaat dan sehat bagi tubuh. Hal ini mengingat kebutuhan manusia
yang utama yaitu untuk mengonsumsi air minu jernih, bersih murni dan terbebas
20

dari berbagai macam polutan. Baik polutan bahan organik, kimia, atau logam
berat.
b. Bahan Utilitas Industri
Dalam skala industri air memiliki peranan penting yaitu sebagai bahan
utilitas. Air dibutuhkan mulai dari air proses, air pendingin, air sanitasi dan air
boiler. Air sebagai umpan boiler pada umumnya berasal dari air sumur, air sungai,
air hujan dan air laut yang telah dilakukan pemrosesan lebih lanjut. Untuk
kebutuhan industri, adanya kontaminan atau mencemar dalam air memang
menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Dimana keberadaan kontaminan bisa
menimbulkan masalah serius. Mulai dari korosi, kerak, hingga carry over. Oleh
karena itu, air yang digunakan wajib merupakan air yang sesuai spesifikasi atau
sudah melalui proses pemurnian. Industri yang menggunakan air demin ini sendiri
yaitu pada industi petrokimia, oleokimia, elektronik, farmasi dan sebagai tenaga
pembangkit pada PLN.

2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Air Demin


Berikut adalah kelebihan air demin dalam pemanfaatannya:
a. Bebas dari kandungan mineral berbahaya, sehingga aman dikonsumsi.
Terlebih bila mengingat resiko jika mineral dalam air menumpuk dalam
tubuh dapat memicu kerusakan organ dalam
b. Air demineral sangat dianjurkan untuk dikonsumsi bagi penderita penyakit
tertentu yang harus membatasi asupan mineral
c. Air demineral tidak memiliki kandungan magnesium dan kalsium, sehingga
dapat digunakan sebagai umpan boiler tanpa perlu khawatir resiko ketel uap
berkarat atau korosi
d. Proses pemurnian pada air demin relatif lebih mudah, dikarenakan banyak
cara yang bisa dilakukan dalam pemrosesannya
e. Proses pemurnian menggunakan alat yang mana dalam proses instalasinya
tidak membutuhkan terlalu banyak ruang, terutama bila memilih sistem
dengan ion exchanger untuk dapat menghasilkan air demin
21

Adapun kekurangan yang diperoleh dari air demin, yaitu sebagai berikut:
a. Air demin tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita kekurangan
mineral karena dapat memungkin kekurangan mineral padatubuh akan
semakin parah
b. Proses pemurnian membutuhkan biaya yang relatif besar dan perwatan
yang cukup rutin serta membutuhkan sumber daya manusia yang cukup
handal dalam perawatannya.

2.7. Aplikasi Air Demineralisasi dalam Industri


2.7.1 Air Demin untuk Umpan Ketel
Air umpan ketel yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan masalah
seperti terjadinya kerak (scale), korosi, dan busa. Kerak dapat terjadi akibat
presipitasi padatan dalam air lalu melekat di permukaan dinding ketel. Ini
berakibat pada pemanasan lanjut lokal (local overheating) sehingga fungsi logam
ketel sebagai konduktor berkurang atau bahkan gagal. Beberapa kerak yang sering
terbentuk antara lain: kalsium karbonat (kalsit), kalsium sulfat, magnesium
hidroksida, besi oksida, kalsium silikat, magnesium silikat. Berkenaan dengan
korosi, fenomena ini disebabkan oleh pH airnya terlampau rendah, ada gas
oksigen di dalam air, karbondioksida, klor, hidrogen sulfida, dll. Juga adanya
garam- garam dan zat padat tersuspensi. Oksigen di dalam air, apalagi didukung
oleh pH yang rendah justru dapat menambah proses korosi sehingga logam
berubah menjadi bentuk bijih logam dalam proses elektrokimia yang kompleks.
Secara umum reaksi korosi bisa ditulis sebagai berikut:

Fe + 2H2O ↔ Fe(OH)2 + H2.

Khusus untuk air boiler, demineralisasi dilaksanakan dengan ion exchanger


yang terdiri atas cation exchanger (catex, penukar kation) dan anion exchanger
(anex, penukar anion). Dua jenis atau dua tahap penukar ion inilah yang biasanya
dipasang seri di dalam dua kolom terpisah. Air bakunya melewati penukar kation
dulu, baru kemudian dilalukan di penukar anion. Tetapi urutan ini bisa saja
dibalik, bahkan bisa juga dicampur dalam satu kolom yang disebut mixed bed atau
monobed. Artinya, semua susunan resin tersebut memiliki kelebihan sekaligus
22

kekurangan, bergantung pada tahap prosesnya, kualitas media resinnya dan


kualitas air baku yang diolahnya.
Berikut adalah proses demineralisasi air pada umpan ketel yag bertujuan
untuk menghilangkan air dari unsur-unsur silika, sulfat, klorid dan karbonat
dengan menggunakan resin:
a. Cation exchanger
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur logam yang berupa
ion-ion positif yang terdapat dalam air dengan menggunakan resin kation R-
SO3H. Proses ini dilakukan dengan melewatkan air melalui bagian bawah, dimana
akan terjadi pengikatan logam-logam tersebut oleh resin. Proses ini menghasilkan
asam, seperti HCl, H2SO4 dan asam-asam lainnya dengan pH berkisar antara 2,8-
3,5. Untuk memperoleh resin yang kembali aktif, dilakukan regenerasi dengan
menambahkan H2SO4 pada resin tersebut.
b. Degasifier
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari asam
karbonat pada proses sebelumnya. Reaksi yang terjadi:
H2CO3  H2O + CO2
Proses ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan
menggunakan steam ejector, di dalam tangki terdapat netting ring sebagai media
untuk dapat memperluas bidang kontak sehingga air yang masuk lebih dulu
diinjeksikan dengan steam. Sedangkan keluaran steam ejector dikondensasikan
dengan menginjeksikan air dari bagian atas dan selanjutnya ditampung dalam seal
pot sebagai umpan recovery tank, maka CO2 akan terlepas sebagai fraksi ringan
dan air akan turun kebagai sebagai fraksi berat.
c. Anion Tower
Berfungsi untuk menyerap atau mengikat ion-ion negati yang terdapat
dalam kandungan air yang keluar dari degasifier. Resin pada anion exchanger
adalah R=NOH. Reaksi ini menghasilkan H2O, oleh karena itu air demin selalu
bersifat netral. Air keluar tangki ini memiliki pH 7,5-8,5.
d. Mix Bed Polisher
Berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa logam atau asam dari proses
sebelunya, sehingga diharapkan air yang keluar dari mix bed polisher digunakan
23

dua macam resin yaitu resin kation dan resin anion yang keduanya berfungsi
sekaligus untuk menghilangkan sisa kation dan anion.

2.7.2 Air Demin sebagai Pendingin Reaktor


Air yang digunakan sebagai pendingin promer reaktor adalah air murni. Air
ini dihasilkan dari instalasi pembuat air bebas mineral (water demineraliztion
plant). Tingkat kemurnian air yang diperlukan tinggi untuk dapat menekan
paparan radiasi akibat terkativasinya pengotor di dalam air pendingin. Disamping
itu, kemurnian air juga mempengaruhi laju korosi terhapap logam atau paduan
logam pada komponen reaktor. Berikut adalah proses pemurnian air yang
digunakan sebagai pendingin reaktor:

Gambar 2.7 Skema Proses Pemurnian Air sebagai Pendingin Reaktor

Pre-filter terdiri dari beberapa filter catridge dengan diameter 50μm yang
berfungsi untuk menyaring pengotor mekanik dari air baku dan melindungi resin
penukar ion yang sensitif. Penukar kation terdiri dari 2 buah filter yang berfungsi
untuk memisahkan kation garam-garam yang terlarut dalam air. Penukar anion
terdiri dari 2 buah filter yang berfungsi untuk memisahkan anion termasuk asam
karbonat dan silikat dalam air. Mixed bed exchanger terdiridari 2 buah filter yang
berfungasi untuk memisahkan garam-garam yang tersisa dalam skala renik (trace)
yang tidak terpisah oleh penukar kation dan penukar anion. Resin strainer
digunakan untuk mencegah abrasi resin agar tidak masuk ke tangki penyimpanan.

2.7.3 Sistem Demineralisasi Air pada PLTN OPR 1000 dan AP 1000
OPR 1000 dan AP 1000 adalah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)
jenis PWR (Pressurized Water Reactor), yang menggunakan air ringan
24

bertekanan sebagai pendingin. Prinsip kerja PLTN adalah panas hasil reaksi fisi
berantai yang terjadi di teras reaktor diambil oleh air pada sistem sirkulasi primer
dengan menggunakan pompa pendingin reaktor. Air sirkulasi primer mempunyai
suhu keluar bejana reaktor sekitar 329 oC dan suhu masuk sekitar 299 oC. Tekanan
dipertahankan sekitar 160 atm oleh pressurizer, sehingga air tidak mendidih
meskipun suhunya tinggi. Berdasar prinsip kerja PLTN PWR, air dipandang
sebagai komponen penting dalam pengoperasian PLTN.
Air dalam sirkulasi pendingin primer berfungsi sebagai pendingin reaktor
sekaligus media pembawa panas hasil reaksi fisi menuju pembangkit uap.
Sedangkan air dalam sirkulasi sekunder berfungsi sebagai umpan pembangkit uap,
yang kemudian berubah menjadi uap. Selain itu air juga digunakan sebagai
pendingin pada beberapa komponen lain dalam PLTN. Sebelum digunakan, air
harus memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk masing-masing penggunaan.
Sebagai pendingin reaktor dan umpan pembangkit uap, air harus diolah sehingga
kandungan ion-ion yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan. Salah satu sistem
pengolahan tersebut adalah menggunakan proses demineralisasi.
Demineralisasi air pada semua PLTN mempunyai tujuan yang sama yaitu
menghilangkan kandungan ion dalam air yang dapat mengakibatkan kerak dan
korosi dalam sistem. Namun demikian, tiap-tiap PLTN mempunyai model sistem
demineralisasi yang berbeda. Metode demineralisasi air dapat dilakukan dengan
menggunakan membran secara reverse osmosis (RO) dan elektrolisis,
elektrodeionisasi (EDI), maupun ion exchange.

1. Proses Demineralisasi Air pada PLTN OPR 1000


Sistem demineralisasi yang diadopsi OPR 1000 adalah sistem resin penukar
ion. Tahapan dalam sistem ini adalah unit filter karbon aktif, penukar kation asam
kuat, dekarbonator, penukar anion basa kuat, dan unggun resin campuran (mixed
bed ion exchanger). Sistem ini dilengkapi dengan subsistem pendukung yaitu
subsistem regenerasi resin penukar ion. Subsistem regenerasi terdiri dari sebuah
tangki penyimpan asam, dua pompa umpan asam, tangki penyimpan sementara
asam, dua pompa pengukur meteran asam, tangki penyimpan air panas kaustik,
sebuah tangki penyimpan basa, dua buah pompa umpan basa, sebuah tangki
harian basa, dua buah pompa pengukur meteran basa dan dua pompa air
25

regenerasi. Gambar 2.8 memperlihatkan skema sistem demineralisasi pada OPR


1000.

Gambar 2.8 Skema Sistem Demineralisasi OPR 1000


Pada sistem demineralisasi OPR-1000 digunakan tiga buah pompa air baku
tipe horisontal dan sentrifugal dengan kapasitas 50%. Pompa tersebut memompa
air dari tangki penyimpan menuju jalur demineralisasi. Air baku kemudian
dilewatkan dalam penyaring karbon aktif dengan kapasitas 100% yang berfungsi
membuang residu klorin dan kontaminan berupa zat organik. Kemudian air bebas
klorin dan kontaminan organik, dialirkan menuju bejana yang berisi unggun resin
kationik (penukar ion positif) untuk menghilangkan pengotor mineral terlarut (ion
logam bermuatan positif), dan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 RSO3H(s) + Ca2+ / Mg2+(aq)  (RSO3)2Ca / (RSO3)2 Mg(s) + 2H+(aq)

Selanjutnya air diumpankan ke dekarbonator untuk menghilangkan gas CO2 yang


terlarut. Proses berikutnya adalah penghilangan ion negatif dengan bantuan resin
penukar anion, dan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

RR’3NOH(s) + Cl-(aq)  RR’3NCl(s) + OH-(aq)

Proses terakhir bertujuan untuk menyempurnakan penghilangan pengotor-


pengotor ion positif dan negatif yang dilakukan dalam bejana berisi unggun resin
penukar ion anionik dan resin penukar ion kationik. Sehingga dalam satu bejana
terjadi pengambilan dua jenis pengotor ion yang mengikuti mekanisme reaksi (1)
dan (2). Produk air demineralisasi selanjutnya disimpan dalam tangki air demin.
Pada sistem ini tiap bejana unggun resin penukar ion dilengkapi dengan
tangki beserta pompa untuk regenerasi resin. Resin penukar ion positif
26

diregenerasi dengan asam kuat sedangkan resin penukar ion negatif diregenerasi
dengan basa kuat, yang masing-masing reaksinya adalah sebagai berikut :
regenerasi resin penukar ion kationik

(RSO3)2Ca / (RSO3)2 Mg(s) + 2HCl(aq)  2RSO3H(s)+CaCl2/MgCl2(aq)

regenerasi resin penukar ion anionik

RR’3NCl(s) + NaOH(aq)  RR’3NOH(s)+NaCl(aq)

Sistem regenerasi ini beroperasi saat resin mengalami kejenuhan, yang


ditunjukkan dengan konduktivitas air keluar dari bejana unggun resin lebih dari
0.2 μS/cm

2. Sistem Demineralisasi Air Pada PLTN AP 1000


Sistem demineralisasi air pada PLTN AP 1000 terdiri dari tiga tahap proses
yaitu pengolahan awal, demineralisasi primer serta demineralisasi sekunder. Dua
buah penyaring cartridge berkapasitas 100% sebagai pengolahan awal bertujuan
untuk menyaring partikel-partikel dalam air baku yang dapat mengakibatkan
penyumbatan pada membran RO. Demineralisasi primer terdiri dari dua unit RO
disusun seri yang mempunyai kemampuan menghilangan pengotor ionik sampai
90% dan dilengkapi dengan pompa sentifugal bertekanan yang beroperasi pada 2–
17 bar. Pada tahap berikutnya digunakan elektrodeionisasi sebagai alat
demineralisasi sekunder dan penghilang gas CO2 terlarut. Gambar 2.9
memperlihatkan skema sistem demineralisasi pada PLTN AP 1000.

Gambar 2.9 Skema Sistem Demineralisasi pada PLTN AP 1000


27

Aliran retentat dari unit RO tahap kedua diumpankan kembali menuju RO


tahap pertama bersama-sama dengan air baku untuk meningkatkan efisiensi proses
RO. Setelah melalui proses demineralisasi primer di unit RO, produk air/permeate
selanjutnya menuju proses demineralisasi sekunder di unit elektrodeionisasi
(EDI). Unit EDI akan menyempurnakan proses demineralisasi dengan
menghilangkan 90% sisa ion-ion pengotor yang masih terbawa dari proses
demineralisasi primer. Elektrodeionisasi adalah suatu proses pemisahan
komponen ionik berdasarkan pada beda potensial listrik, yang merupakan sinergi
antara proses elektrolisis dan pertukaran ion. Unit/sel EDI tersusun dari membran
penukar ion (selektif kation dan selektif anion), resin penukar ion (penukar kation
dan penukar anion), sepasang elektroda (katoda dan anoda) dengan daya dorong
berupa sumber arus listrik searah (DC). Gambar 2.10 memperlihatkan skema alat
EDI.

Gambar 2.10 Skema Alat EDI


Air produk kemudian dikirim menuju tangki air demin, sedangkan sekitar
95% konsentrat diumpankan kembali menuju EDI dan sisanya diumpankan
kembali melalui pompa menuju RO tahap kedua. Unit EDI juga berfungsi untuk
menghilangkan gas CO2 yang terlarut dalam air. Sistem demineralisasi dirancang
untuk tetap bisa beroperasi dengan satu unit RO saat satu unit lainnya sedang
dalam pemeliharaan. Dalam kondisi ini berarti unit EDI akan beroperasi pada
beban maksimal penghilangan pengotor ionik.
28

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Proses Demineralisasi yaitu bertujuana untuk
menghilangkan ion-ion pengotor yang terdapat dalam air. Proses
Demineralisasi air itu sendiri, seperti proses distilasi, reverse osmosis, dan
penukar ion.
2. Demineralisasi pada umumnya dilaksanakan dengan
ion exchanger yang terdiri atas cation exchanger (catex, penukar kation)
dan anion exchanger (anex, penukar anion).
3. Air demin yang dihasilkan pada proses demineralisasi
merupakan air yang bersih dan terbebas dari mineral-mineral berbaya
ataupun yang menyebabkan kerugian.
4. Aplikasi air demin dalam bidang indutri yaitu untuk
Umpan Ketel, sebagai Pendingin Reaktor, dalam PLTN (Pembangkit
Linstrik Tenaga Nuklir) OPR 1000 dan AP 1000
29

DAFTAR PUSTAKA

Booth, N. 2005. Water Treatment for Fossil Fuel Power Generation. Nottingham:
Crown
Chang, L.Y. 1993. Hazardous Waste Source –Reduction Study With Treated
Groundwater Recycling. California: Departement of Chemical
Engineering University of California
Lee, S. 2006. Encyclopedia of Chemical Processing. New York : Taylor and
Francis
Lestari, D.E. 2007. Karakteristik Kinerja Resin Penukar Ion pada Sistem Air
Bebas Mineral (GCA 01) RSG-GAS. Tangerang : Pusat Reaktor Serba
Guna-BATAN
Martono, M.I. 2009. Prinsip Penentuan Kapasitas Resin Sistem Demineralisasi
Air. Jakarta Utara : CV. Formasi Tangguh
Setiadi,T. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Priambodo, D., S. Alimah, E. Dewita. 2009. Studi Banding Sistem Demineralisasi
pada PLTN OPR 1000 dan AP 1000. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir.
Vol 11(2)
Huda, N., Setyono, Sumijanto, E.L. Diah, M. Ikhsan. 2003. Analisis Spesi Kimia
pada Tahapan Proses Pembuatan Air Bebas Mineral Reaktor G.A.
Siwabessy. Prosiding Presentasi Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir VIII.
ISSN No. 1410-0533

Anda mungkin juga menyukai