Anda di halaman 1dari 42

Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang
menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decision making)
mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut
seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari
tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-
tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum (public policies)
yang menyangkut pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation) dari sumber-sumber (resources) yang ada.
Siyasah syar`iyah menurut istilah para fuqaha pula
mentakrifkannya sebagai: Tindakan pemerintah terhadap sesuatu perkara
karena mendapatkan suatu kemaslahatan walaupun tindakan itu tidak
mempunyai dalil pada juzunya. Dalam penakrifan lain mereka berkata:
Menguruskan kemaslahatan manusia dengan mengikut ketentuan
syarak. Kebanyakan tulisan yang berkaitan dengan siyasah
syar`ieyyah mendefinisikan pengertian siyasah dengan definasi yang
berkisar di atas kedua-dua takrif tersebut.
Siyasah syar`iyah ialah ilmu yang membincangkan mengenai
pentadbiran sebuah kerajaan atau sistem pemerintahan Islam yang terdiri
dari undang-undang dan sistem yang berasaskan kepada asas-asas Islam
atau mentadbir urusan umum daulah Islamiah dengan cara yang membawa
kebaikan kepada manusia dan mengelakkan mereka daripada
kemudharatan, tanpa melanggar sempadan syarak dan asas-
asas kulliah walaupun dalam perkara yang tidak disepakati oleh ulama
mujtahidin.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 2

Korupsi adalah suatu jenis perampasan terhadap harta kekayaan
rakyat dan negara dengan cara memanfaatkan jabatan demi memperkaya
diri. Dibantah atau tidak, korupsi memang dirasakan keberadaannya oleh
masyarakat.Ibarat penyakit, korupsi dikatakan telah menyebar luas ke
seantero negeri. Terlepas dari itu semua, korupsi apa pun jenisnya
merupakan perbuatan yang haram. Nabi saw. menegaskan: Barang siapa
yang merampok dan merampas, atau mendorong perampasan, bukanlah
dari golongan kami (HR Thabrani dan al-Hakim).
Terdapat banyak ungkapan yang dapat di pakai untuk
menggambarkan pengertian korupsi, meskipun tidak seutuhnya benar. Akan
tetapi tidak terlalu menjauh dari hakikat dan pengertian korupsi itu sendiri.
Ada sebagian yang menggunakan istilah ikhtilas untuk menyebutkan
prilaku koruptor, meskipun dalam kamus di temukan arti aslinya yaitu
mencopet atau merampas harta orang lain. Sementara itu terdapat
pengungkapan Ghulul dan mengistilahkan Akhdul Amwal Bil Bathil,
sebagaimana disebutkan oleh al-quran dalam surat al-baqarah : 188


Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui. (Q.S. Albaqarah:188).
Korupsi ini tidak hanya dilakukan oleh perindividu melainkan juga
dilakukan secara bersama-sama tanpa rasa malu. Jadi korupsi dilakukan
secara berjamaah. Yang lebih berbahaya lagi sebenarnya adalah korupsi
sistemik yang telah merambah ke seluruh lapisan masyarakat dan sistem
kemasyarakatan. Dalam segala proses kemasyarakatan, korupsi menjadi
rutin dan telah diterima sebagai alat untuk melakukan transaksi sehari-hari.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 3

Selain itu, korupsi pada tahap ini sudah mempengaruhi perilaku
lembaga dan individu pada semua tingkat sistem politik serta sosio-
ekonomi. Bahkan, pada tingkat korupsi sistemik seperti ini, kejujuran
menjadi irrasional untuk dilakukan.
Jika kenyataannya sudah sedemikian parah, maka tidak ada upaya
lain yang harus dilakukan kecuali mengerahkan segala kemampuan dan
segenap energi bangsa ini untuk saling bahu membahu memberantas
penyakit yang sudah sangat kronis ini. Sudah saatnya bangsa ini
mengibarkan bendera perang terhadap tindak korupsi ini.
Sistem politik berhubungan dengan kasus korupsi. Rendahnya
hukuman yang diberikan kepada para koruptor memunculkan pendapat jika
sistem politik khususnya Indonesia sangatlah buruk Politik dalam
Islam adalah suatu yang maklumun minad din bidz-
dzarurah. Memisahkan politik dari Islam, dengan menjadikan Islam hanya
sebatas ritus dan moral adalah pendiskreditan Islam. Logis kalau
Ide pemisahan Islam dengan politik ini tidak kita jumpai pada generasi
Islam terdahulu. Ini adalah ide nyleneh yang sebelumnya tidak dikenal di
dalam Islam.
Memang, dalam hazanah turats Islam kadang kita jumpai pendapat
atau orang yang nyleneh. Abu Bakar Al-asham misalnya. Dia
seorang tokoh Muktazilah yang ekstrim. Dia menyatakan bahwa
mengangkat imam itu tidak wajib. Pendapat ini didokumentasikan dengan
sangat baik oleh Imam Al-qurtubi dalam tafsirnya: Al-asham berkata:
imamah itu tidak wajib dalam agama bahkan hal tersebut hanya
melengkapinya (saja). Bahwa umat itu ketika mereka menegakkan hujjah,
jihad, serta mengatur apa yang ada diantara mereka, mencurahkan yang haq
dengan diri mereka, membagi ghanimah, fai, zakat atas yang berhak, dan
menegakkan had-had atas siapa saja yang diwajibkan atasnya, maka Allah
akan membalas mereka atas hal tersebut. Tidak diwajibkan atas mereka
untuk mengangkat imam untuk mengatur hal tersebut.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 4


Meski Abu Bakar al-Asham menegaskan bahwa mengangkat
Imam (khalifah) itu tidak wajib, tapi dia masih mensyaratkan bahwa
hukum-hukum yang seharusnya dilaksanakan oleh Imam mesti terlaksana.
Rupanya bagi Abu Bakar al-Asham esensi keberadaan khilafah lebih
penting dibanding sosok khilafah itu sendiri. Maka bagi dia, masalah semua
hukum yang seharusnya diimplementasikan dengan khilafah sudah berjalan
maka keberadaan khilafah itu bukan suatu keharusan. Tapi pertanyaan yang
menarik yang kita terpaksa kemukakan adalah mungkinkah? Jawabannya
jelas dan pasti, yaitu tidak mungkin. Padahal ide pemisahan politik dari
Islam, yang sekarang dijajakan oleh segelintir kaum Muslim adalah
pemisahan tanpa syarat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sistem politik yang diajarkan oleh Islam ?
2. Bagaimanakah pandangan Islam terhadap ulama yang terjun ke dunia
politik ?
3. Bagaimanakah pandangan Islam terhadap partai politk?
4. Bagaimanakah solusi untuk meminimalisir terjadinya kasus korupsi?
5. Hukuman apa yang pantas diberikan kepada seorang koruptor?

C. Manfaat dan Tujuan Penulisan
1. Dapat mengerti sistem politik yang diajarkan oleh Islam.
2. Dapat membedakan sistem politik menurut Islam dengan berbagai
macam sistem politik yang ada saat ini.
3. Dapat mengetahui pandangan Islam tentang partai politik dan
ulama yang terjun ke politik.
4. Dapat memahami dan memberikan solusi pemberantasan
terhadap berbagai macam kasus korupsi.
5. Dapat mengetahui hukuman yang pantas diberikan kepada
koruptor.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 5

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Politik
Kata politik berasal dari bahasa Latin politicos yang berarti
relating to cityzen (hubungan warga negara), dalam bahasa Arab, politik
biasa diterjemahkan dengan kata siyasah, kata ini diambil dari kata saasa-
yasuusuyang diartikan mengemudi, mengendalikan dan mengatur ( M.
Quraish Shihab, 2000 Jadi kata politik diartikan mengurus, mengatur
kepentingan seseorang.
Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang
berarti kota atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi
polites yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua yang
berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara
dan politikos yang berarti kewarganegaraan.
Menurut Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang
pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya
tentang manusia yang ia sebut zoon politikon. Dengan istilah itu ia ingin
menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah politik dan interaksi
antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik.
Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat
dihindari manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan
posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan
pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima
pandangannya.
Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan
kemampuan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi
adalah melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di
dalam suatu kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik
sosial dan membentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 6

menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim
dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan
dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan
keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian
(distribution) atau alokasi (allocation).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang
menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decision making)
mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut
seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari
tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-
tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum (public policies)
yang menyangkut pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation) dari sumber-sumber (resources) yang ada.
Untuk bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan itu,
perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan
digunakan baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan
konflik yang mungkin timbul dalam proses itu. Cara-cara yang digunakan
dapat bersifat meyakinkan (persuasive) dan jika perlu bersifat paksaan
(coercion). Tanpa unsur paksaan, kebijakan itu hanya merupakan
perumusan keinginan (statement of intent) belaka.
Politik difungsikan untuk menjaga agar masyarakat tidak kembali
pada pola masyarakat yang tanpa hukum, melainkan moralis yang
berdasarkan pada hukum dan politik. Atas dasar inilah, para ahli politik
menetapkan beberapa fungsi pokok politik, yaitu :
Menjaga ketertiban (maintaining order)
Penyelesaian pertikaian (resolving conflict)
Berkeadilan (achieving justice)
Pemenuhan kesejahteraan (providing a good life)

Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 7

B. Macam-macam Sistem Politik di Dunia
1. Sistem Politik Liberal
Liberal berasal dari kata liberty yang artinya kebebasan.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan bertempat tinggal,
kebebasan pribadi, kebebasan untuk menentang penindasan, dan
sebagainya.Jadi, liberal adalah suatu sifat yang suka perubahan
cepat, substansial, dan progresif berdasarkan kekuatan legal untuk
mencapai tujuan.Dalam banyak hal liberalisme mendasarkan dari
pada prinsip, bahwa setiap orang mempunyai hak-hak tertentu yang
tidak dapat dipindahkan dan tidak dapat dilanggar oleh kekuasaan
mana pun.
Hak-hak yang dimiliki oleh setiap individu telah dibawanya
sejak lahir, sedangkan fungsi negara tidak lebih dari melindungi
setiap individu dalam melaksanakan hak-hak tersebut. Negara sama
sekali tidak. dibenarkan untuk ikut campur dalam pelaksanaan hak
tiap-tiap individu. Contoh negara yang menganut politik liberal ini
adalah Amerika Serikat.
Ciri-ciri ideologi liberalisme adalah sebagai berikut:
1. Bidang ekonomi menganut paham kapitalisme.
Perekonomian diserahkan kepada kepentingan perorangan
sehingga menimbulkan pertentangan dan ketimpangan
karena yang kaya makin kaya dan yang
miskin makin bertambah miskin. Ekonomi liberal-
kapitalisme memberikan kemerdekaan dan kekayaan
kepada sekelompok kecil masyarakat saja, tidak kepada
rakyat banyak.
2. Bidang politik menonjolkan individu artinya bisa saja orang
menuntut sesuatu kepada negara atas dasar prinsip liberal.
Keadaan itu menjadikan kehidupan politik menjadi labil
sehingga pemerintahan sering berganti. Selain itu didukung
serta adanya partai oposisi (partai yang kalah dalam
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 8

pemilu) yang tugasnya mengawasi dan mengevaluasi
pemerintah (partai yang berkuasa).
3. Bidang sosial budaya, anggota masyarakatnya
bersifat individual dan sangat mementingkan prestasi
pribadi.
4. Bidang agama, mengenal paham sekuler, artinya negara
tidak ikut campur atau menomorduakan dalam urusan
agama sebab agama adalah urusan masing-masing pribadi
dan lembaga keagamaannya.

2. Sistem Politik Demokrasi
Negara demokrasi adalah negara yang menganut bentuk
atau mekanisme sistem pemerintahan dengan mewujudkan
kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini
diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi
dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ciri negara demokrasi adalah adanya kebebasan bagi
warganya untuk mengurusi diri sendiri. Salah satu wujudnya
adalah adanya otonomi daerah. Dengan otonomi ini, pemerintah
daerah diberikan kebebasan oleh pemerintah pusat untuk mengurus
diri sendiri.Pemerintah daerah diberi keleluasan untuk mengelola
wilayah sesuai aspirasi rakyat di daerah bersangkutan.Keleluasaan
itu meliputi hampir semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan
pemerintahan. Yang tidak termasuk wewenang daerah antara lain
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 9

sosial politik, luar negeri, pertahanan, keamanan, mata uang,
peradilan dan agama.
Ciri-ciri Negara Demokrasi, yaitu :
1. Legitimasi pemerintah
2. Pengaturan organisasi secara teratur dalam negara paling
tidak terdapat 2 partai politik.
3. Setiap warga negara sudah memenuhi syarat berhak dalam
pemilu
4. Setiap warga negara dalam pemilu dijamin kerahasiannya
5. Masyarakat dijamin kebebasannya
6. Memiliki pers yang bebas
Salah satu ciri-ciri negara demokrasi adalah memiliki pers
yang bebas dan bertanggung jawab.Di negara demokrasi,
partisipasi rakyat mendapat tempat yang terhormat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.Karenanya, negara demokrasi
menjamin kemerdekaan menyampaikan pikiran baik secara lisan
maupun tulisan.

3. Sistem Politik Komunis
Negara yang menganut paham komunisme dalam sistem
politiknya menganut sistem satu partai dengan sistem demokrasi
keterwakilan yang dilakukan oleh elit-elit partai, karenanya dalam
negara komunis tidak dikenal hak perorangan termasuk hak politik.
Contoh Negara komunis (Marxisme-Leninisme) yang masih ada
hingga kini adalah RRC, Kuba, Korea Utara, Laos dan Vietnam.
Ciri-ciri Sistem Politik Negara Komunis :
1. Tidak ada ketentuan politik bagi rakyat.
2. Kekuasaan terpusat pada negara (elit politik).
3. Menolak keyakinan atau agama.
4. Hukum ditegakkan demi kepentingan negara.
5. Pemerintahan dijalankan secara tertutup.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 10

6. Partisipasi rakyat dipaksakan.

4. Sistem Politik Fasisme
Sebagai gerakan politik, muncul di Italia setelah Perang
Dunia I dan menguasai negara itu tahun 1922 hingga 1943.Fasisme
dikembangkan oleh Mussolini dan Nazisme Hitler.Gerakan ini
merupakan perkembangan radikal dari teori negara yang telah
dikembangkan dan mengatakan bahwa pengorbanan yang
diberikan individu kepadanya merupakan ikatan substansi antara
negara dan seluruh anggotanya.Pengorbanan tersebut dipandang
sebagai wujud dari tugas dan kewajiban seseorang dalam
negara.Fasisme menolak kembalinya liberalisme dengan segala
macam institusi pendukungnya.Sebaliknya, fasisme mendekati
nasionalisme.Negara menurut pandangan fasisme terlepas dan ada
di atas semua perintah moral.Kebebasan individu dibatasi untuk
memberikan perhatian sepenuhnya kepada negara.
Secara umum fasisme merupakan reaksi negatip terhadap
asas persamaan yang demokratis dan cita-cita sosialisme yang
tidak menghendaki eksploitasi manusia atas manusia
lainnya.Sesuai dengan pengamatan para ahli; dalam negara yang
menganut faham fasisme, maka pemerintahan akan dijalankan
secara sentralistik dan otoroter dengan ciri :
1. Hak individu ditempatkan dibawah negara,
2. Produksi dan distribusi diawasi oleh negara, dan
3. Sentimen kebangsaan (nasionalisme) dikedepankan.





Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 11

C. Sistem Politik Islam (Siyasah Syariyah)
1. Pengertian Khilafah
Menurut bahasa, kata khilafah berasal dari bahasa Arab
khilafah, yakhlifu,khilafatan yang artinya menggantikan atau
menjadi khalifah/penguasa. Kata khalafa dapat diartikan
kekuasaan atau pemerintahan.
Sedangkan menurut istilah, khilafah yaitu susunan
pemerintahan yang diatur menurut ajaran Islam, dimana aspek-
aspek yang berkenaan dengan pemerintahan seluruhnya
berlandaskan ajaran Islam. atau pengganti atau wakil Allah
untuk melaksanakan undang-undangnya dimuka bumi,sekaligus
melanjutkan kepemimpinan Rasulullah saw. Baik dalam urusan
keduniaan maupun keakhiratan. Dengan demikian, maka khilafah
adalah susunan pemerintahan yang diatur menurut syariah Islam.
Bentuk khilafah yang benar-benar murni berlandaskan
hokum-hukum Al-Quran dan Sunnah pernah dilaksanakan pada
masa Rasulullah saw. Dan masa Khulafa Al-Rasyidin, dimana
hokum-hukum Al-Quran dan Sunnah benar-benar oleh seluruh
kaum muslimin.
Khilafah dapat diwujudkan dan ditegaskan oleh umat Islam
sendiri dan tidak mungkin hal itu terwujud tanpa kemauan dan
kehendak dari umat Islam yang bersangkutan. Adanya khilafah
memang sangat dibutuhkan oleh umat Islam, sebab menyangkut
segala aspek kehidupan umat Islam sendiri. Tanpa adanya khilafah,
kehidupan bersama umat Islam tidak akan teratur, kemakmuran
bersama tidak akan tercapai, bahkab eksistensi Islam dan umatnya
dapat terancam. Akan tetapi, kehidupan umat manusia di dunia ini
sudah sangat majemuk, sehingga terkadang sangat sulit untuk
dicarikan kesepakatan yang bulat mengenai bentuk Negara, apalagi
yang menyangkut bentuk Negara, apalahi yang menyangkut
ideology. Maka dalam kehidupan masyarakat Islam dewasa ini
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 12

dalam bernegara, konsep khilafah Islam atau Negara Islam
mengandung dua pengertian yang berbeda, yaitu:
a. Negara Islam, yaitu Negara yang sumber hukum
atau undang-undangnya Al-Quran dan Sunah dan
dilaksanakan secara konsisten. Misalnya, Arab Saudi.
b. Negara Islam dalam arti Negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, undang-undangnya tidak
secara eksplisit berdasarkan Al-Quran dan Sunah, tetapi
umat Islam menjalankan agama Islam dengan sebaik-
baiknya. Misalnhya, Negara-negara Arab, Malaysia, Iran,
Brunei Darussalam dan Negara anggota OKI (Oraganisasi
Konferensi Islam).
c. Dua bentuk pemerintahan di atas tampaknya relevan
dengan kenyataan yang berlaku di Negara-negara yang
struktur masyarakatnya tunggal, sedangkan bentuk kedua
diterapkan pada Negara yang masyarakatnya majemuk.
Indonesia yang berasaskan Pancasila dapat dikelompokkan
dalam bentuk yang kedua.

2. Tujuan Khilafah
Adanya khilafah atau pemerintahan dalam Islam bukan
menjadi tujuan, tapi hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Adapun tujuan khilafah adalah:
a. Terciptanya kehidupan beragama yang mantap
pengalamannya dengan segala aspek kehidupan umat,
baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan Negara.
Umat Islam dapat dengan bebas dan leluasa menjalankan
syariat Islam tanpa adanya gangguan dan hambatan.
Menjadi manusia-manusia yang takwa yang
dimanifestasikan dalam bentuk malaksanakan segala
perintahnya dan meninggalkan segala larangannya.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 13




Firman Allah swt:


Artinya:
Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka
dengan agama yang telah Dia ridai.(QS. An-
Nuur/24:25).
b. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang adil,makmur
dan sentosa. Terwujud kemakmuran di seluruh lapisan
masyarakat. Masyarakat merasa aman dan tenteram,
serta jauh dari ras ketakutan dan kekhawatiran, baik
yang berasal dari bangsanya sendiri maupun dari luar
bangsanya.
Dua tujuan di atas merupakan tujuan pokok berdirinya
khilafah. Di satu sisi, agama Islam dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dan di sisi lain umat Islam
memperoleh kebahagiaan lahir dan batin. Tujuan ini
sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, yaitu: Baldatun
Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (negeri makmur,aman,tenteram
serta berada dalam keridaan Allah swt.) (QS. Saba/34:15).


Artinya :
Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di
sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari
rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 14

Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang
(Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. Dasar-dasar Khilafah
Khilafah adalah maslah yang prinsip, karena
menyangkut eksistensi agama Islam dan umatnya. Telah sepakat
umat Islam (Ijma yang Mutabar), bahwa hokum mendirikan
khilafah fardhu kifayah atas semua umait Islam. Alasannya
adalah:
a. Ijma sahabat. Mereka mendahulukan permusyawaratan
khilafah daripada urusan jenazah Rasulullah saw. Ketika
itu ramai dibicarakan soal khilafah oleh pemimpin-
pemimpin Islam berupa perdebatan dan pertimbangan.
Akhirnya tercapai kata sepakat untuk memilih Abu
Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah, kepala Negara
Islam yang pertama setelah Rasulullah saw. Meniggal.
b. Untuk dapat menyempurnakan kewajiban, seperti
melaksanakan hokum-hukum Islam, menjaga
keamanan,membela agama dan lain-lain, sangat
diperlukan adanya khilafah.
c. Nash Al-Quran dan Al-Hadits yang memerintahkan
untuk mendirikan Khilafah serta janji Allah berupa
kebaikan yang akan diberikan kepada orang-orang yang
manaatinya.
Firman Allah swt.


Artinya:
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 15

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara
kamu yang beriman dan mengerjakan kebajikan, bahwa
Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasadi Bumi
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan
meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia
ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan)
mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman
sentosa. Mereka (tetap) menyembahku dengan tidak
mempersekutukanku dengan sesuatupun. Tetapi barang
siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik. (QS. An-Nuur/24;25)
Jika mengamati khilafah ;pada zaman Rasulullah dan
Khulafa Al-Rasyidin, maka ada dasar-dasr Khilafah yang
dicontohkan oleh mereka antara lain:
a. Kejujuran dan keikhlasan serta bertanggung jawab dalam
menyampaikan amanah kepada kepada ahlinya (rakyat)
dengan tidak membeda-bedakan ras dan warna kulit.
b. Keadilan yang mutlak terhadap segala lapisan
masyarakat.
c. Persatuan atau ukhuwah Islamiyah.
d. Tauhid (mengesakan Allah) sebagaimana diperintahkan
dalam ayat-ayat Al-Quran supaya menaati Allah dan
Rasulnya.
e. Kedaulatan rakyat dapat dipahami dari perintah Allah
yang mewajibkan kita taat kepada ulil amri (wakil-wakil
rakyat).



Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 16

4. Perbedaan Khilafah dengan Khalifah
Kata khalifah mengandung arti pengganti, yaitu
pengganti kedudukan yang ditinggalkan pendahulunya. Khalifah
dapat juga diartikan orang yang memegang tampu pemerintahan
atau orang yang diberi tugas menjalankan pemerintahan.
Khalifah dalam arti khusus yaitu kepala Negara setelah
Rasulullah saw. Atau pengganti-pengganti rasulullah sebagai
kepala Negara, tetapi tidak menggantikan kedudukannya
sebagai Nabi dan Rasul Allah. Misalnya, Abu Bakar Ash-
Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib,dst.
Maka dengan demikian perbedaan khilafah dengan
khalifah adalah: kalau khilafah adalah pemerintahan,
kepemimpinan sedangkan kahlifah adalah orangnya, yaitu
pemimpin atau pemerintah. Khilafah berbentuk mashdar
sedangkan khalifah adalah isim sifat.

5. Syarat-syarat Menjadi Kahlifah
a. Taat kepada Allah swt. Dan Rasulnya, yaitu
melaksanakan segala perintahnya dan meninggalkan
segala larangannya. Mengerti hokum syariat secara baik
b. Berkhlak mulia, bersikpa adil dan jujur serta
bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.
c. Memiliki kecerdasan akal pikiran serta berpengetahuan
luas, baik pengetahuan umum yang berkenaan dengan
politik,social,ekonomi maupunn dalam soal-soal
keagamaan.
d. Teguh pendiriannya dalam menjalankan roda
pemerintahan, membangun Negara dan mengembangkan
kehidupan beragama.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 17

e. Betul-betul merupakan pilihan rakyat. Ini berarti seorang
khlifah adalah orang yang disukai oleh seluruh umat
Islam, atau paling tidak oleh sebagian besar umat Islam.
Al-Farabi dalam bukunya Al-Madinah Al-Fadhilah
menyatakan bahwa kepala Negara itu harus memenuhi 12 syarat
sebagai berikut:
Sempurna anggota tubuhnya
Besar pengertiannya
Sempurna ingatannya
Mencintai pengetahuan
Tidak mewah dan berfoya-foya
Tidak serakah makan, minum dan hubungan
kelamin
Cinta akan kebenaran
Membenci kebohongan
Cinta keadilan dan benci kezaliman
Sanggup menegakkan keadilan
Mampu di dalam penghidupannya.
Karena beratnya persyaratan-persyaratan bagi seorang
khalifah yang diajukan Al-Farabi, maka untuk dapat memenuhi
persyaratan tersebut, ia mengemukakan dua system
pemerintahan yaitu:
Pemimpin Negara dipegang oleh seorang
presiden dan satu atau dua orang diangkat
menjadi wakilnya. Dengan demikian apabila
presiden tidak dapat memenuhi seluruh
persyaratan di atas, maka wakil presiden dapat
memenuhinya.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 18

Pemimpin Negara dipegang oleh suatu presisium
dimana beberapa orang membentuk satu majelis
yang memimpin Negara sacara kolegial.
Cara Pengangkatan dan Baiat Khalifah
Cara Pengangkatan Kahlifah
Ada beberapa cara dalam pengangkatan khalifah, antara
lain:
Pemilihan Secara Langsung
Artinya setipa umat islam yang sudah berhak untuk
memilih, dapat mengajukan pilihannya menjadi khalifah
melalui pemilihan umum atau referendum.
Pemilihan Secara Tidak Langsung
Yaitu pemilihan oleh ahlul halli wal aqdi atau wakil-
wakil rakyat yang berhak memutuskan segala sesuatu
yang berkaitan dengan urusan umat Islam.

Cara yang kedua ini bisa juga dilakukan yaitu dengan
cara dipilh oleh para pemimpin umat atau diusulkan oleh
khalifah terdahulu. Misalnya, pemilihan Umar bin Khattab atas
ususlan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum beliau wafat.

6. Baiat Khalifah
Baiat artinya kesetiaan atau sumpah kepercayaan atau
yang banyak dikenal sekarang adalah pelantikan. Adapu isinya
berupa ikrar pengangkatan seseorang menjadi khalifah
berdasarkan Al-Quran dan Sunah serta janji melaksanakan
keadilan dalam arti yang sebenar-benarnya.
Misalnya ikrar baiat Umar bin Khattab kepada Abu
Bakar Ash-Shiddiq:
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 19

Wahai Abu Bakar, bukankah Nabi Muhammad saw
sudah menyuruhmu supaya menggantikan beliau memimpin
kaum muslimin mendirikan shalat? Engkaulah penggantinya
(khalifah). Sekarang kami memilih engkau. Memilih orang yang
paling disukai oleh Rasulullah saw.
Kemudian berdiri abu Ubaidah (Sahabat Muhajirin dan
Basyir bin Saad untuk berbaiat kepada Abu Bakar ra., baiat
ini disebut baiat khusus karena hanya diikuti oleh beberapa
orang saja. Baru keesokan harinya dilangsungkan baiat umum
di masjid yang diikuti oleg segenap kaum muslimin yang hadir.
Setelah itu Abu Bakar berdiri dan bersumpah:
Wahai kaum muslimin, sekarang aku sudah kamu angkat
menjadi penguasa atas kamu. Bukan karena aku orang yang
terbaik diantara kamu. Jika aku benar, maka bantulah aku
menjalankannya. Jika aku salah, maka perabaikilah
kesalahanku itu. Benar itu kejujuran dan dusta itu kehinaan.
Orang lemah diantara kamu adalah kuat disisiku, sampailah
aku berikan haknya. Dan orng kuata diantara kamu, lemah
disisku, sampai aku ambilkan hak orang orang daripadanya.
Tiap-tiap bangsa yang membiarkan kenistaan dan kecemaran
didalam masyarakat niscaya Allah memberikan bencana
kepadanya. Taatilah aku selama aku menaati Allah dan
Rasulnya, dan jika aku mendurhakai Allah dan Rasulnya, maka
gugurlah kesetianmu kepadaku. Sekarang bangunlah, tunaikan
salatmu, dan Allah member rahmat atas kamu sekalian.
Naskah baiat itu bisa bermacam-macam, yang penting
prinsipnya sama yaitu pelantikan khalifah dan kesetiaan Rakyat.
Contoh lain misalnya, baiat Utsman bin Affan yang diucapkan
Abdurrahman bin Auf, Saya membaiat engkau dengan syarat
engkau memegang teguh kitab Allah dan Sunah Rasulullah dan
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 20

mengikuti jejak khalifah yang telah wafat (Abu Bakar dan
Umar).

7. Hukum Pengangkatan Khalifah
Para Ulama telah sepakat bahwa mengangkat kahlifah
diantara kaum muslimin hukumnya fardhu kifayah bagi seluruh
kaum muslimin. Alasan mereka adalah:
Allah menjanjikan akan menjadikan Khalifah di muka
bumi bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
(QS.An-Nurur/24:55)
Para sahabat mendahulukan musyawarah tentang
khalifah daripada mengurusi jenazah Rasulullah saw. Ini
menunjukkan bahwa masalah khilafah, terutama
pengangkatan khalifah dianggap sebagai maslah yang
prinsip dan penting.
Secara rasional tidak mungkin suatu masyarakat akan
dapat berkembang dengan baik, sejahtera lahir dan batin
tanpa adanya pemimpin. Dalam setiap kelompok
manusia mana pun perlu adanya pemimpin yang
bertanggung jawab terhadap orang-orang yang
dipimpinnya.

8. Hak dan Kewajiban Rakyat
Hak artinya sesuatu yang harus diterima oleh seseorang,
sedangkan kewajiban artinya sesuatu yang harus diberikan atau
dikerjakan oleh seseorang. Adapun yang dimaksud rakyat disini
adalah warga Negara atau orang-orang yang tinggal disuatu
Negara.
a. Hak Rakyat
Mendapatkan jaminan hidup dan keamanan.
Kemerdekaan pribadinya
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 21

Kemerdekaan bertempat tinggal.
Kemerdekaan berpikir dan menegeluarkan
pendapat.
Kemerdekaan belajar
Kemerdekaan beragama
Mendapat keadilan.
Kewajiban Rakyat
Selain kewajiban umum sebagai seorang mukallaf, maka
rakyat mempunyai kewajiban terhadap masyarakat dan Negara,
antara lain:
a. Menaati segala peraturan Negara.
b. Menaati khalifah yang sah
c. Mempertahankan dan membela Negara
d. Menjaga kesatuan dan persatuan.
e. Ikut mengusahakan terciptanya kesejahteraan dan
kemakmuran bersama.
f. Menghormati hak asasi dan kebebasan orang lain.
9. Hikmah Khilafah
Dapat terselenggaranya ketentuan-ketentuan agama
dengan baik. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan agama
banyak memerlukan kekuatan dan wewenang penguasa.
Tanpa adanya penguasa yang berhak dan berwenang
melaksanakannya, maka aturan agama sulit dilaksanakan
dengan baik.
Dapat lebih memajukan kesejahteraan umat, karena
segala potensi umat dan terrganisir, dikembangkan dan
disalurkan serta dimanfaatkan oleh rakyatnya sesuai
dibidang keahlian masing-masing. Hasinya dapat
dirasakan seluruh umat secara merata, sehingga umat
Islam akan menjadi umat yang besar dan modern.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 22

Terselenggaranya kesatuan dan persatuan umat.
Dibawah satu pmpinan penguasa tertinggi yang baik
penuh wibawa dan bijaksana, maka umat akan patuh dan
bersatu memberikan suara dan dukungannya. Semua
umat Islam yang terdiri dari bangsa dan suku bangsa
yang berbeda, juga bhasa dan adat-istiadatnya dapat
disatukan denga satu pimpinan dan satu landasan yaitu
ajaran agama Islam.
Keamanan,ketertiban dan keselamatan umat daptat lebih
ditegakkan, karena adanya jaminan dari ajran Islam
jikabenar-benar ditegakkan dimuka bumi.
Dengan adanya khilafah akanlebih dapat menampakkan
syiar Islam kepada dunia. Proses dakwah Islamiyah
dapat berjalan denga baik dan lancer, karena selalu
didukung oleh seluruh pesonel pemerintah.
Dalam karya besar Abdul Wahhab Khallaf, persoalan politik atau
persoalan islam, dibahas dengan panjang lebar dalam bukunya yang
berjudul as-siyasah as-syariyah. Pembahasan politik Islam dalam buku
tersebut terkait pada pada hal-hal berikut,
Islam menjamin politik yang adil
Politik yang adil dalam setiap umat adalah mengatur urusan dalam
negeri dan luar negeri dalam sistem dan peraturan yang menjamin
keamanan terhadap individu dan golongan serta asa keadilan di atas
mereka, merealisasikan kemaslahatan, mengantarkan mereka agar
lebih maju, dan mengatur hubungan dengan orang lain.
Terkait pada persoalan pembentukan peraturan perundang-
undangan
Para pakar hukum Islam sepakat bahwa perlu ada batasan yang jelas
antara kekuasaan dan masyarakat, termasuk persoalan sumber
kekuasaan dan sistem pengaturan negara serta asas negara.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 23

Kebebasan individu dan asas persamaan
Hubngan negara Islam dan negara non-Islam
Membuat peraturan perpajakan, keuangan, perdamaian,
pendayagunaan keuangan, pemungutan sumber keuangan, dan
penyalurannya.

Selain membahas persoalan diatas, politik Islam juga
mengkaji berbagai persoalan, seperti sejarah politik Nabi
Muhammad SAW., mazhab-mazhab politik yang muncul pasca
wafatnya nabi Muhammad SAW., aliran-aliran dan tokoh-tokoh
serta konsep-konsep pemikirannya mengenai kajian mendalam
dalam konteks aplikasi dan realisasi ajaran Islam di era globalisasi.
Kajian mendalam sangat diperlukan, mengingat persoalan
umat Islam semakin rumit dan luas, termasuk persoalan kekerasan
dan terorisme yang akhir-akhir ini sedang diarahkan ke Islam. Islam
dianggap sebagian orang sebagai pemicu berbagai tragedi
internasional, termasuk kekerasan politik dunia.

D. Pandangan Negatif akan Ulama yang Berpolitik
Banyak yang berpendapat bahwa terjunnya ulama dalam politik
akan menurunkan citra dari ulama itu sendiri, benarkah demikian?
Pertanyaan ini mengingatkan kita pada yang dikemukakan oleh Dr
Samikh Athif Az Zein dalam bukunya As-siyasah wa Siyasah Ad-
dauliyyah. Beliau menyatakan: Maka politik sebagaimana kita ketahui,
adalah pemeliharan serta perbaikan, penegakan, petunjuk, serta bimbingan.
Artinya politik itu identik dengan kebaikan serta perbaikan. Namun sosok
politik yang cemerlang ini dikaburkan dengan konvensi (yang berlaku) di
masyarakat saat ini bahwa politik itu identik dengan perilaku menyimpang
dari yang haq, dan pendiskripsian bahwa politik itu identik dengan
kebohongan, kecurangan serta penyesatan yang memang lazim dilakukan
oleh para politikus serta penguasa (saat ini). Artinya penyimpangan
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 24

(perilaku) para politikus dari yang haq, kedzaliman yang mereka lakukan
terhadap rakyat, serta perampasan terhadap kepentingan masyarakat tersebut
telah mengacaukan pengertian politik yang bersih. Akibatnya para
penguasa tersebut menjadi musuh rakyat, padahal seharusnya politik
tersebut menjadikan mereka sebagai para wali yang shalih serta muhsin. Hal
tersebut mengantarkan pada munculnya metode yang sangat berbahaya dan
ini dieksploitasi secara habis-habisan oleh para propagandis pemisahan
agama dan Negara. Bahkan hal tersebut semakin mengkristalkan
propaganda mereka untuk menjauhkan para pengemban agama dari politik
dengan dalih bahwa orang yang taat beragama adalah manusia yang takut
pada Allah, mereka tidak boleh menceburkan diri dalam aktifitas politik,
karena politik itu penuh dengan kebohongan, tipu muslihat serta keculasan
dsb. Ini adalah memaparkan fakta yang tepat, tapi tujuannya batil .
Begitulah diskripsi Az Zain. Idzan kita bisa memahami mengapa
dengan dalih menjaga kesucian nilai-nilai Islam, para Ulama dan
pengemban dakwah dilarang mendekati politik, karena politik identik
dengan kebohongan, tipu muslihat serta keculasan. Hebatnya seruan yang
diback up oleh kafir Barat ini hampir merata di seluruh negeri Islam. Inilah
gerakan trans nasional
Benar, bahwa aktifitas politik saat ini memang seperti yang
digambarkan oleh Az-zain. Politik dalam sistem kapitalis-sekuler
menjadikan kaedah tujuan menghalalkan semua cara sebagai kaedah
pokok bahkan yalu wala yula alaih. Wajar kalau banyak hal yang tidak
benar yang terjadi, banyak kezaliman bahkan pemerkosaan terhadap hak-
hak masyarakat. Pelayanan kesehatan mahal, pendidikan mahal, jumlah
dana masyarakat yang dipakai bayar utang LN jauh lebih besar dibanding
biaya pembangunan, penjualan asset Negara ke asing dsb seakan lagu
merdu bagi kita semua. Celakanya kekacauan yang terjadi akibat
dominasi sistem kapitalistik ini, justru dijadikan alat oleh mereka untuk
mencegah kembalinya Islam dalam kehidupan masyarakat dengan
melarang para Ulama dan para pengemban dakwah dalam aktifitas
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 25

politik. Padahal biang kerok lembah hitam politik tersebut karena
diterapkannya sistem kapitalis dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

E. Partai Politik Islam
Ada perbedaan yang mendasar antara partai politik dalam sistem
kapitalis dan dalam sistem Islam. Kiprah partai politik dalam sistem
kapitalis dideskripsikan oleh Carl J friedrich dalam
bukunya Constitustional Government and Democracy: Theori and
Practice in Europe and America dengan : sekelompok manusia yang
terorganisir secara setabil dengan tujuan untuk merebut atau
mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan, berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang sifatnya ideal serta material. Artinya
didalam sistem kapitalis identik dengan adanya partai oposisi dan partai
yang berkuasa. Itu yang pertama. Kedua, partai dalam system kapitalis
memang di setup untuk kemaslahatan keluarga besar partai tersebut, bukan
untuk rakyat. Didalam Islam keberadaan partai politik, berdasarkan surah
Ali Imran ayat 104, adalah wajib kifayah.
Pengertian Umat dalam ayat tersebut menurut Imam Ath-thabari
diatas adalah jamaah, menurut Syeikh Muhammad Ali Ash-shabuni
dalam tafsirnya Shafwah At-tafasir adalah jamaah atau Hizb.
Partai didalam Islam aktivitasnya adalah mengajak pada al-khair yakni
bersuber pada Al-quran dan As-sunnah, yakni mengajak pada Islam dan
(menerapkan) syariatnya, serta amar makruf nahi munkar.
Ketika Islam belum diberlakukan sebagai sistem kehidupan maka
yang dilakukan partai politik adalah mengajak kaum Muslim pada Islam,
artinya mengajak bertahkim pada hukum Allah dalam seluruh aspek
kehidupan dan berjuang untuk menerapkan syariat-Nya. Selain itu dalalah
al-iqtidha dari nash-nash tentang kwajiban tahkim juga mengharuskan
kita untuk menegakkan institusi untuk menerapkan hukum Allah
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 26

tersebut. Itu pertama. Kedua, amar makruf nahi munkar. Antara lain,
dengan muhasabah terhadap penguasa. Jadi didalam sistem Islam tidak
dikenal adanya partai oposisi atau partai penguasa. Di dalam sistem
Khilafah, tugas partai politik adalah melakukan muhasabah terhadap
khalifah, bukan dalam rangka menjatuhkan atau untuk merebut kekuasaan
tapi dalam rangka untuk mencegah penyimpangan atau kekurangoptimalan
amanah sebagai rai terhadap masyarakat.
Ketika khilafah belum ada maka aktifitas partai politik adalah
mengajak kaum Muslimin untuk kembali pada Islam dan syariahnya
dengan bertahkim pada hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan.
Bertahkim pada hukum Allah dalam kehidupan bernegara serta dalam
kehidupan bermasyarakat. Alhasil, dalam Islam juga tidak dikenal adanya
partai yang memang dimaksudkan untuk merebut kekuasaan atau untuk
mempertahankan kekuasaan.

F.Karakteristik Partai Politik Islam
Allah SWT mengisyaratkan hal ini didalam firman-Nya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran[3]: 104).
Imam Al-Qurthubi mendefinisikan kata )( dalam tafsir al-Jami
li Ahkam Al-Quran, sebagai sekumpulan orang yang terikat dalam satu
akidah. Tetapi, menurutnya, umat dalam surat Ali Imran ayat 104 ini juga
bermakna kelompok karena adanya lafadz minkum (di antara kalian).
Imam Ath-Thabari, seorang faqih dalam tafsir dan fiqh, berkata dalam
kitabnya Jami Al-bayan tentang arti ayat ini yakni: (Wal takun minkum)
Ayuhal muminun (ummatun) jamaatun, artinya: Hendaknya ada di
antaramu (wahai orang-orang beriman) umat )jamaah yang mengajak pada
hukum-hukum Islam(. Al-Qadhi Al-Baydhawi dalam kitabnya, Tafsir al-
Baidhawi tentang arti ayat ini menyatakan: Lafadz Min dalam ayat
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 27

tersebut mempunyai konotasi li at-tabidh (menujukkan makna sebagian).
Karena amar makruf dan nahi munkar merupakan fardhu kifayah.
Disamping karena aktivitas tersebut tidak bisa dilakukan oleh
setiap orang, ketika orang yang diperintah oleh nash tersebut harus
mempunyai sejumlah syarat, yang tidak bisa dipenuhi oleh semua orang.
Seperti pengetahuan tentang hukum, tingkat kecakapan, tatacara
menunaikannya dan kemampuan melaksanakannya. Perintah tersebut
memang menyerukan kepada seluruhnya (umat Islam), namun yang diminta
mengerjakannya hanya sebagian dari mereka. Itu membuktikan, bahwa
perintah tersebut wajib untuk seluruhnya, sehingga ketika mereka
meninggalkan pokok kewajiban tersebut, semuanya berdosa. Namun,
kewajiban tersebut dinyatakan gugur dengan dikerjakan oleh sebagian di
antara mereka. (Al-Baidhawi, Tafsir al-Baidhawi, juz I, hal. 374).
Pada titik terakhir ini, Imam as-Syathibi memberikan penegasan,
Pada dasarnya mereka (kaum Muslim) dituntut untuk menunaikannya
secara keseluruhan. Namun, mereka ada yang mampu melaksanakannya
secara langsung. Mereka inilah orang-orang berkompeten untuk
melaksanakannya. Sedangkan yang lain, meski mereka tidak mampu, tetapi
tetap mampu menghadirkan orang-orang yang berkemampuan. Jadi, siapa
saja yang mampu menjalankan pemerintahan (wilayah), dia dituntut untuk
melaksanakannya. Bagi yang tidak mampu, dituntut untuk melakukan
perkara lain, yaitu menghadirkan orang yang mampu dan memaksanya
untuk melaksanakannya. Kesimpulannya, yang mampu dituntut untuk
menjalankan kewajiban tersebut, sementara yang tidak mampu dituntut
untuk menghadirkan orang yang mampu. Alasannya, karena orang yang
mampu tersebut tidak akan ada, kecuali dengan dihadirkan. Ini merupakan
bagian dari Ma la yatimmu al-wajib illa bihi, yaitu kewajiban yang hanya
bisa dijalankan dengan sempurna dengan adanya perkara tadi. (as-Syathibi,
al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah, juz I, hal. 128-129)
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 28

Ringkasnya, di dalam ayat itu disebutkan Hendaknya ada di antara
kamu segolongan umat , artinya, hendaknya ada sekelompok/segolongan
orang dari kaum Muslim (ummatan minal muslimin atau jamaatan minal
muslimin). Ayat ini menegaskan perintah kepada kaum Muslim tentang
keharusan adanya kelompok/jamaah. Untuk menjalankan dua fungsi:
Pertama, dawah ilal khair (menyeru kepada al-khoir) dan kedua, amar
maruf nahi munkar (memerintahkan yang maruf dan mencegah dari
perkara munkar). Kata al-khair dalam frase dawah ilal khair menurut tafsir
Jalalain berarti al-Islam (Tafsir al-Quran al-Azhim li al-imamain Jalalain,
hal. 58), sehingga makna dawah ilal khair adalah mendakwahkan/menyeru
manusia kepada Islam.
Sementara itu, Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa al-khair
adalah mengikuti al-Quran dan as-Sunnah. Maksud ayat tersebut, lanjutnya
adalah hendaknya ada dari umat ini suatu kelompok yang solid dalam
menjalankan tugas tersebut sekalipun hal itu juga merupakan kewajiban atas
setiap individu umat ini (Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-Azhim, Juz I, hal.
478).
Berdasarkan hal ini, jelaslah kelompok yang dikehendaki Allah
adalah kelompok yang secara penuh berjuang untuk menyerukan Islam.
Pada sisi lain, kelompok tersebut berbentuk partai politik. Hal ini dipahami
dari fungsi kedua dari kelompok itu, yaitu amar maruf nahi munkar.
Cakupan amar maruf nahi munkar amat luas, termasuk di dalamnya
menyeru para penguasa agar mereka berbuat maruf (melaksanakan syariah
Islam) dan melarangnya berbuat munkar (menjalankan sesuatu yang
bertentangan dengan syariah Islam). Bahkan, mengawasi para penguasa dan
menyampaikan nasihat kepadanya merupakan bagian terpenting dari
aktivitas amar maruf nahi munkar. Padahal, aktivitas demikian merupakan
aktivitas politik sekaligus termasuk kegiatan politik yang amat penting,
yang menjadi ciri utama kegiatan sebuah partai politik. Jadi, ayat tersebut
mengisyaratkan tentang kewajiban mendirikan partai-partai politik yang
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 29

berdasarkan Islam. Dengan kata lain, partai politik yang harus ada adalah
partai politik yang tegak di atas ideologi (mabda) Islam atau partai Islam
ideologis.
Berdasarkan hal tersebut, partai politik Islam adalah partai yang
berideologi Islam, mengambil dan menetapkan ide-ide, hukum-hukum dan
pemecahan problematika dari syariah Islam, serta metode operasionalnya
mencontoh metode (thariqah) Rasulullah SAW.
Partai politik Islam adalah partai yang berupaya menyadarkan
masyarakat dan berjuang bersamanya untuk melanjutkan kehidupan Islam.
Partai politik Islam tidak ditujukan untuk meraih suara dalam Pemilu atau
berjuang meraih kepentingan sesaat, melainkan partai yang berjuang untuk
merubah sistem Sekular menjadi sistem yang diatur oleh syariah Islam.
Orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisir menjadi satu
kesatuan, serta orientasi, nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan yang sama
semuanya haruslah didasarkan dan bersumber dari Islam.
Karenanya, partai Islam yang ideologis memiliki beberapa
karakter, di antaranya:
1. Dasarnya adalah Islam. Hidup matinya adalah untuk Islam.
2. Orang-orangnya adalah orang-orang yang berkepribadian Islam.
Mereka berpikir berdasarkan Islam dan berbuat berdasarkan Islam.
Partai politik Islam terus menerus melakukan pembinaan kepada
para anggotanya hingga mereka memiliki kepribadian Islam
sekaligus memiliki pemikiran, perasaan, pendapat dan keyakinan
yang sama, sehingga orientasi, nilai, cita-cita dan tujuannya pun
sama. Merekapun menjadi sumberdaya manusia (SDM) yang siap
untuk menerapkan syariah Islam. Pada saat yang sama, ikatan yang
menyatukan mereka bukan kepentingan atau uang melainkan
akidah Islamiyah.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 30

3. Memiliki amir/pemimpin partai yang menyatu dengan pemikiran
Islam dan dipatuhi selama sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.
Nabi SAW bersabda, Jika kalian bertiga dalam satu safar,
tunjuklah amir satu di antaramu (HR Muslim).
4. Memiliki konsepsi (fikrah) yang jelas terkait berbagai hal. Partai
Islam haruslah memiliki konsepsi (fikrah) yang jelas tentang sistem
ekonomi, sistem politik, sistem pemerintahan, sistem sosial, sistem
pendidikan, politik luar negeri, dll. Semuanya harus tersedia dan
siap untuk disampaikan. Konsepsi inilah yang disosialisasikan
kepada masyarakat hingga mereka menjadikan penerapan semua
sistem Islam tersebut sebagai kebutuhan bersama. Syariah Islam
inilah yang diperjuangkan untuk ditegakkan. Pada sisi lain,
konsepsi tidak akan dapat dilakukan kecuali adanya metode
pelaksanaan (thariqah). Dan metode pelaksanaan hukum Islam
tersebut adalah melalui pemerintah yang menerapkan Islam. Upaya
mewujudkan pemerintahan yang menerapkan hukum Islam
(khilafah) tersebut merupakan arah yang dituju partai Islam.
5. Mengikuti metode yang jelas dalam perjuangannya sebagaimana
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Pertama, melakukan
pembinaan dan pengkaderan. Kedua, bergerak dan bergaul bersama
dengan masyarakat. Ketiga, menegakkan syariah secara total
dengan dukungan dan bersama dengan rakyat.
6. Melakukan aktivitas:
a. Membangun tubuh partai dengan melakukan pembinaan
secara intensif sehingga menyakini ide-ide yang diadopsi
oleh partai.
b. Membina umat dengan Islam dan pemikiran, ide serta
hukum syara yang diadopsi oleh partai, sehingga tercipta
opini tentang syariat Islam sebagai solusi untuk
menyelesaikan masalah umat dan keharusan menerapkan
syariah Islam dalam wadah Khilafah.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 31

c. Melakukan perang pemikiran dengan semua ide, pemikiran,
aturan yang bertentangan dengan Islam.
d. Melakukan koreksi terhadap penguasa yang tidak
menerapkan Islam atau menzhalimi rakyat.
e. Perjuangan politik melawan negara kafir penjajah dan para
penguasa yang zhalim.

G. Korupsi
Korupsi ialah menyalahgunakan atau menggelapkan uang atau
harta kekayaan umum (negara, rakyat atau orang banyak) untuk kepentingan
pribadi. Praktik korupsi biasanya dilakukan oleh pejabat yang memegang
suatu jabatan dalam pemerintahan.Dalam istilah politik bahasa Arab,
korupsi sering disebut al-fasad atau risywah. Tetapi yang lebih spesifik,
ialah ikhtilas atau nahb al-amwal al-`ammah.
Korupsi adalah suatu jenis perampasan terhadap harta kekayaan
rakyat dan negara dengan cara memanfaatkan jabatan demi memperkaya
diri. Dibantah atau tidak, korupsi memang dirasakan keberadaannya oleh
masyarakat.Ibarat penyakit, korupsi dikatakan telah menyebar luas ke
seantero negeri. Terlepas dari itu semua, korupsi apa pun jenisnya
merupakan perbuatan yang haram. Nabi saw. menegaskan: Barang siapa
yang merampok dan merampas, atau mendorong perampasan, bukanlah dari
golongan kami (HR Thabrani dan al-Hakim). Di samping itu, kita juga
dapat menemukan hadits Rasul saw. yang secara tegas berbicara tentang
kolusi dan korupsi, yaitu: Rasulullah -shallallahu `alaihi wasallam-
melaknat orang yang memberikan uang sogok (risywah), penerima sogok
dan perantara keduanya (calo).
Lebih jauh lagi, Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits yang
berasal dari Addiy bin Umairah al-Kindy sebagai berikut, Hai kaum
muslim, siapa saja di antara kalian yang melakukan pekerjaan untuk kami
(menjadi pejabat/pegawai negara), kemudian ia menyembunyikan sesuatu
terhadap kami walaupun sekecil jarum, berarti ia telah berbuat curang. Lalu,
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 32

kecurangannya itu akan ia bawa pada hari kiamat nanti. Siapa yang kami
beri tugas hendaknya ia menyampaikan hasilnya, sedikit atau banyak. Apa
yang diberikan kepadanya dari hasil itu hendaknya ia terima, dan apa yang
tidak diberikan janganlah diambil.Sabdanya lagi, Siapa saja yang
mengambil harta saudaranya (tanpa izin) dengan tangan kanannya
(kekuasaan), ia akan dimasukkan ke dalam neraka, dan diharamkan masuk
surga. Seorang sahabat bertanya,Wahai Rasul, bagaimana kalau hanya
sedikit saja? Rasulullah saw. menjawab, Walaupun sekecil kayu siwak
(HR Muslim, an-Nasai, dan Imam Malik dalam al-Muwwatha).
Dalam waktu yang sama, Allah swt melarang hambanya memakan
harta atau hak orang lain secara tidak sah, apakah melalui pencurian,
rampok, pemerasan, pemaksaan, dan bentuk-bentuk lainnya. Dalam kaitan
ini, Allah swt menyatakan dalam al-Qur`an: Dan janganlah kamu makan
harta sesama kamu dengan cara yang batil. (al-Baqarah 188, dan An-Nisa`:
29).
Larangan (nahy) dalam ayat di atas menunjukkan bahwa memakan
barang atau harta orang lain, baik bersifat individu atau harta orang banyak
hukumnya haram. Pelakunya diancam dengan dosa.Islam sebagai agama
eskatologis, mengajarkan kepada semua umatnya untuk
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Dalam QS Al Maidah:42,
disebutkan bahwa memakan harta korupsi sama dengan memakan barang
haram. Sanksinya secara sosial; dikucilkan dari masyarakat, serta
kesaksiannya tidak lagi diakui. Bahkan, seorang koruptor secara moral
dalam etika Islam diharapkan dikenai sanksi sebagai orang yang tercela dan
tidak disholatkan jenazahnya ketika mati. Berdasarkan tafsir dan Fiqih,
korupsi dapat mencegah pelakunya masuk surga. Bahkan lebih dari itu,
korupsi dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka. Hal ini karena
harta hasil korupsi termasuk suht (melincinkan kepentingan kolega). Harta
korupsi juga akan membebani pelakunya di hari kiamat karena korupsi
termasuk ghulul (khianat).
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 33

Dan dari survey yang dilakukan oleh transparency.org, sebuah
badan independen dari 146 negara, tercatat data 10 besar negara yang
dinyatakan sebagai negara terkorup, yaitu :
1. Azerbaijan
2. Bangladesh
3. Bolivia
4. kamerun
5. Indonesia
6. Irak
7. Kenya
8. Nigeria
9. Pakistan
10. Rusia.
Tambahan : dari daftar di atas, negara kita berada di peringkat ke 5
negara terkorup di dunia, tapi di tingkat asia pasifik, negara kita adalah yang
terkorup. Berikut adalah 5 besar negara paling korup di Asia-Pasifik
1. Indonesia
2. Kamboja
3. Vietnam
4. Filipina
5. India
Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan oleh korupsi antara lain:
1. Merupakan kegagalan pemerintah untuk mencapai tujuan-
tujuan yang ditetapkannya waktu menentukan kriteria bagi
berbagai jenis keputusan;
2. Menyebabkan kenaikan biaya administrasi;
3. Jika dalam bentuk komisi akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah dana yang seharusnya dipakai untuk
keperluan masyarakat umum;
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 34

4. Mempunyai pengaruh buruk pada pejabat-pejabat lain dari
aparat pemerintahan;
5. Menurunkan martabat penguasa resmi;
6. Memberi contoh yang tidak baik bagi masyarakat;
7. Membuat para pengambil kebijakan enggan untuk
mengambil tindakan-tindakan yang perlu bagi
pembangunan tetapi tidak populis;
8. Menimbulkan keinginan untuk menciptakan hubungan-
hubungan khusus;
9. Menimbulkan fitnah dan rasa sakit hati yang mendalam
10. Menghambat waktu pengambilan keputusan.

H. Sanksi Korupsi Menurut Islam
Tindak korupsi dari sudut pandang apapun jelas tidak bisa
dibenarkan.Oleh karena itu, tindakan korupsi adalah perbuatan
salah.Dalam hukum Islam, perbuatan dosa atau perbuatah salah
disebut jinayah atau lebih tepat disebut jarimah.
Jarimah merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara, baik
perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau
lainnya.Jadi jarimah merupakan tindakan yang dilarang oleh syara karena
bisa menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan, dan
akal. Jarimah tersebut bisa diancam dengan hukuman had atau tazir.
Perbedaan antara had dan tazir yaitu, had adalah sanksi hukum yang
ketentuannya sudah dipastikan pelaksanaan hukumannya diserahkan
sepenuhnya kepada penguasa.
Apa yang menyebabkan suatu perbuatan dianggap sebagai suatu
tindak kejahatan tidak lain adalah karena perbuatan itu sangat merugikan
kepada tatanan kemasyarakatan, atau kepercayaan-kepercayaan atau harta
benda, nama baik, kehormatan, jiwa dan lain sebagainya, yang kesemuanya
itu menurut hukum syara harus dipelihara dan dihormati serta dilindungi.
Adapun Jenis sanksi yadi berikan ada empat, yaitu: pertama, al-Uqubah al-
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 35

Asliyyah yaitu hukuman yang telah ditentukan dan merupakan hukuman
pokok seperti ketentuan qishas dan hudud. Kedua, al-Uqubah al-
Badaliyyah yaitu hukuman pengganti.Hukuman ini bisa dikenakan sebagai
pengganti apabila hukuman primer tidak diterapkan karena ada alasan
hukum yang sah seperti diyat atau tazir. Ketiga, al-Uqubah al-
Tabiyyah yaitu hukuman tambahan yang otomatis ada yang mengikuti
hukuman pokok atau primer tanpa memerlukan keputusan tersendiri seperti
hilangnya mewarisi karena membunuh. Keempat, al-Uqubah al-
Takmiliyyahyaitu hukuman tambahan bagi hukuman pokok dengan
keputusan hakim tersendiri seperti menambahkan hukuman kurungan atau
diyat terhadapal-Uqubah al-Ashliyyah.
Korupsi merupakan perbuatan maksiat yang dilarang oleh syara
meskipun nash tidak menjelaskan had atau kifarahnya. Akan tetapi pelaku
korupsi dikenakan hukuman tazir atas kemaksiatan tersebut. Perbuatan
maksiat mempunyai beberapa kemiripan, diantaranya ialah mengkhianati
janji, menipu, sumpah palsu, dan lain sebagainya. Maka perbuatan tersebut
termsuk dalam jarimah tazir yang penting. Sebagaimana yang terdapat
dalam hadis nabi yang diriwayatkan oelh ahmad dan At-tirmidzi, yang
artinya :
Diriwayatkan oleh Jabir r.a dari nabi SAW, Nabi bersabda : Tidak
ada (hukuman) potong tangan bagi pengkhianat, perampok dan
perampas/pencopet. (HR.Ahmad dan At-Tirmidzi).
Penerapan sepenuhnya diserahkan terhadap hakim (penguasa),
dengan kewenagan yang dimilikinya, ia dapat menetapkan hukuman yang
sesuai dengan kadar kejahatan dan keadaan pelakunya, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan umum islam dalam menjatuhkan
hukuman yaitu:
1. Tujuan penjatuhan hukuman, yaitu menjaga dan memelihara
kepentingan umum.
2. Efektifita hukuman dalam menghadapi korupsi tanpa harus
merendahkan martabat pelakunya.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 36

3. Sepadan dengan kejahatannya sehingga terasa adil.
4. Tanpa ada pilih kasih, yaitu semua sama kedudukannya didepan
hukum.
Seorang hakim dapat mempertimbangkan dan menganalisa bedat
dan ringannya perbuatan yang dilakukan oleh pelaku korupsi. Kejahatan
yang telah ditetapkan sanksi hukuman oleh nash, seorang hakim tidak punya
pilihan lain kecuali menerapkannya. Meskpun sangsi hukuman bagi pelaku
korupsi tidak dijelaskan dalam nash secara tegas, akan tetapi perampasan
dan penghianatan dapat diqiyaskan sebagai penggelapan dan korupsi.

1. Pengertian dan Jenis-jenis Tazir
Tazir ialah hukuman terhadap terpidana yang tidak ditentukan
secara tegas bentuk sangsinya didalam nash. Hukuman ini dijatuhkan
unutk memberikan pelajaran terhadap terpidana agar ia tidak
mengulangi kejahatan yang pernah ia lakukan, jadi jenis hukumannya
disebut dengan Uqubah Mukhayyarah (hukuman pilihan). Jarimah
sendiri yang dikenal dengan hukuman tazir ada dua jenis yaitu :
Jarimah yang dikenakan hukuman had dan qishash, apabila tidak
terpenuhi salah satu rukunnya seperti pada jarimah pencurian dihukum
tazir bagi orang yang mencuri barang yang tidak disimpan dengan baik,
atau bagi orang yang mencuri barang yang tidak mencapai nishab
pecurian. Pada jarimah zina dihuk tazir bagi yang menyetubuhi pada
selain pada oral sex. Pada jarimah qadzaf dihukum tazir bagi yang
mengqadzaf dengan tuduhan berciuman bukan berzina.
Jarimah yang tidak dikenakan hukuman had dan qishash, seperti
jarimah penghianatan terhadap sesuatu amanah yang telah diberikan
jarimah pembakaran, suap dan lain sebagainya.

2. Penerapan Tazir bagi Pelaku Korupsi
Hukuman tazir dapat diterapkan kepada pelaku korupsi. Dapat
diketahui bahwa korupsi termasuk dalam salah satu jarimah yang tidak
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 37

disebutkan oleh nash secara tegas, oleh sebab itu ia tidak termasuk
dalam jenis jarimah yang hukumannya adalah had dan qishash. Korupsi
sama halnya seperti hokum Ghasab, meskipun harta yang dihasikan
sipelaku korupsi melebihi dari nashab harta curian yang hukumannya
potong tangan. Tidak bisa disamakan dengan hukuman terhadap pecuri
yaitu potong tangan, hal ini disebabkan oleh masuknya syubhat. Akan
tetapi disamakan atau diqiyaskan pada hukuman pencurian yang berupa
pencurian pengambilan uang hasil curian.
Dalam jarimah sendiri korupsi ada tiga unsure yang dapat
dijadikan pertimbangan bagi hakim dalam menentukan besar hukuman,
yaitu :
1) Perampasan harta orang lain
2) Penghianatan atau penyalahgunaan wewenang
3) Kerjasama atau kongkalikong dalam kejahatan
Ketiga unsur tersebut telah jelas dilarang dalam syariat islam.
Selanjutnya tergantung kepada kebijaksanaan akal sehat keyakinan dan
rasa keadilan hakim yang didasarkan pada rasa keadilan masyarakat
untuk menentukan hukuman bagi pelaku korupsi. Meskipun seorang
hakim diberi kebebasan untuk mengenakan tazir, akan tetapi dalam
menentukan hukuman seorang hakim hendaknya memperhatikan
ketentuan umum perberian sangsi dalam hokum pidana islam yaitu :
1. Hukuman hanya dilimpahkan kepada orang yang berbuat
jarimah, tidak boleh orang yang tidak berbuat jahat dikenai
hukuman.
2. Adaya kesengajaan seseorang dihukum karena kejahatan apabila
ada unsur kesengajaan untuk berbuat jahat, tidak ada
kesengajaan berarti karena kelalaian, salah, atau lupa. Meskipun
demian karena kelalaian salah atau lupa tetap diberikan
hukuman, meskipun bukan hukuman kejahatan, melainkan
untuk kemaslahatan yang bersifat mendidik.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 38

3. Hukuman hanya akan dijatuhkan apabila kejahatan tersebut
1secara meyakinkan telah diperbuatnya.
4. Berhati-hati dalam menentukan hukuman, membiarkan tidak
dihukum dan menyerahkannya kepada allah apabila tidak cukum
bukti.
Batas minimal hukuman tazil tidak dapat ditentukan, akan
tetapi adalah semua hukuman menyakitkan bagi manusia, bisa berupa
perkataan, tindakan atau diasingkan. Terkadang seseorang dihukum tazir
dengan memberinya nasehat atau teguran, terkadang juga seorang
dihukum tazir dengan mengusirnya dengan meninggalkannya sehingga
ia bertaubat. Uraian tersebut menegaskan bahwa hukuman jarimah tazir
sangatlah bervariasi mulai dari pemberian teguran sampai pada
pemenjaraan dan pengasingan. Mengenai Uqubah sendiri dibagi menjadi
dua yaitu :
1. Pidana atas jiwa (Al-Uqubah Al-Nafsiyah), yaitu hukuman yang
berkaitan dengan kejiwaan seseorang, seperti peringatan dan
ancaman.
2. Pidana atas badan (Al-Uqubah Al-Badaniyyah), yaitu hukuman
yang dikenakan pada bagan manusia seperti hukuman mati atau
hukuman dera, dan lain sebagainya.
3. Pidana atas harta (Al-Uqubah Al-Maliyah), yaitu hukuman yang
dijatuhkan atas harta kekayaan seseorang, seperti diyat, denda,
dan perampasan.
4. Pidana atas kemerdekaan, yaitu hukuman yang dijatuhkan
kepada kemerdekaan manusia seperti hukuman pengasingan (Al-
Hasb) atau penjara (Al-Sijn).

I. Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam lingkar sejarah telah
tercatat bahwa pemerintah telah memberlakukan beberapa Undang-
Undang guna pemberantasan korupsi. Peraturan perundangan yang
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 39

mengatur tentang tindak pidana korupsi pada mulanya berdasarkan KUHP
seperti pasal 209, 210, 215, 216, 217, 218, 219, 220, 423, 425, dan 435.
Penyalahgunaan jabatan dijelaskan di dalam Bab XXVIII KUHP.
Di lingkungan militer pada tanggal 9 April 1957 keluar peraturan
KSAD Nomor PRT/PM-06/1957 Tentang Korupsi yang ada di lingkungan
militer, tetapi peraturan tersebut dirasa juga belum efektif, kemudian
dilengkapi dengan Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM-06/1957,
tanggal 27 Mei 1957 Tentang Pemilikan Harta Benda, kemudian keluar
lagi Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM-001/1957, tanggal 1 Juni
1957 Tentang Penyitaan dan Perampasan Barang-Barang Hasil Korupsi.
Ketiga peraturan tersebut sebagai dasar kewenangan kepada penguasa
militer untuk dapat menyita dan merampas barang-barang hasil korupsi.
Tiga peraturan di lingkungan militer tersebut kemudian dilengkapi lagi
dengan keluarnya Peraturan Penguasa Perang Pusat Angkatan Darat
Nomor PRT/PEPERPU/013/1958, tanggal 16 April 1958 Tentang
Pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan Korupsi Pidana dan Pemilikan
Harta Benda.
Kemudian pada tanggal 1 Januari 1960 pemerintah memberlakukan
Undang-Undang Nomor 14/PRP/1960 Tentang Pengusutan, Penuntutan dan
Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi. Kemudian keluar Kepres Nomor 228
Tahun 1967 tanggal 2 Desember 1967 Tentang Pembentukan TPK (Tim
Pemberantasan Korupsi).
Undang-Undang yang lebih jelas tentang tindak pidana korupsi
adalah setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 Tentang
Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 berlaku
sampai periode reformasi. Pada periode reformasi, pemerintah dan DPR
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak
Pidana Korupsi yang menggantikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971
dan sejak saat itu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 40

Di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 penjelasan
tentang korupsi dan sanksi pidananya disebutkan mulai dari pasal 2 sampai
pasal 20. kemudian pada Bab IV mulai pasal 25 sampai pasal 40 memuat
tentang ketentuan formil bagaimana menjalankan ketentuan meteriilnya.
Pemerintah kemudian melakukan perubahan terhadap Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Untuk
efektifnya pemberantasan tindak pidana korupsi pemerintah membentuk
Komisi Pemberantasan Korupsi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Terakhir pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sebetulnya suatu badan yang bertugas untuk mengusut dan
memberantas tindak pidana korupsi telah ada sejak lama misalnya MPR dan
DPR dalam ranah politiknya dan MA, Kejaksaan, dan Kepolisian dalam
ranah hukumnya, di samping itu masih ada lembaga-lembaga seperti BPK,
BPPN, dan BPKP, hanya saja lembaga-lembaga tersebut tidak secara khusus
menangani korupsi. Lembaga-lembaga tersebut juga menangani kasus-kasus
lainnya sehingga kerja-kerja dan pengawasan lembaga tersebut tidak bisa
maksimal dan optimal untuk secara khusus menangani dan memberantas
korupsi. Disamping itu, peraturan perundangan tentang tindak pidana
korupsi juga belum dilaksanakan secara konsisten.
Lemahnya sistem penanganan dan pemberantasan korupsi
menyebabkan para koruptor bebas menjalankan aksinya tanpa merasa takut
untuk ditangkap dan diadili. Apalagi sumber daya manusia dan kekuatan
iman dan moral di lingkungan instansi yang berkaitan dengan hukum juga
kredibilitasnya dipertanyakan. Banyak bukti bahwa para penegak hukumnya
juga terlibat di dalamnya baik sebagai bodyguard, backing, pemulus jalan,
pem-back up hukumnya dan lain sebagainya. Kalau tidak lolos di institusi
yang satu bisa lolos di institusi lainnya, sehingga tidak heran kalau orang
Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 41

mengatakan bahwa para koruptor di Indonesia kalau tidak dilepas oleh
polisi, pasti dilepas oleh jaksa, kalau ditangkap jaksa, pasti dilepas oleh
hakim, kalau divonis oleh hakim sampai di rumah tahanan nanti dilepas oleh
petugas Lapas.
Mengingat lemahnya sistem dan institusi yang menangani dan
memberantas korupsi maka sangat penting dan mendesak dibentuk suatu
badan atau komisi khusus yang menangani dan memberantas korupsi. Untuk
memaksimalkan dan menyempurnakan lembaga-lembaga yang telah ada
sebelumnya maka pemerintah membentuk yang disebut KPKPN (Komisi
Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara). Komisi ini bertugas untuk
memeriksa atau mengaudit kekayaan para penyelenggara negara kemudian
menginformasikan kepada publik. Namun demikian keberadaan lembaga ini
sebenarnya kurang begitu strategis dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia karena kewenangan yang dimilikinya sangat terbatas yakni hanya
pada penyelidikan dan penyidikan.
Sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka kemudian
dibentuk suatu komisi khusus yang akan menangani dan memberantas
korupsi yaitu KPTPK (Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) yang
kemudian terakhir disebut KPK (Komisi Pemberantasa Korupsi). Komisi
Pemberantasan Korupsi merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya bebas dari
kekuasaan manapun.
Komisi ini memiliki kekuasaan yang super power, very-very high
(meminjam istilah Abdullah Hehamahua), karena tidak sekedar menyidik,
menangkap tetapi juga supervisi lembaga yudikatif. Dia melakukan
supervisi kehakiman, kejaksaan dan kepolisian. Tidak ada lembaga di dunia
yang memiliki kewenangan supervise lembaga yudikatif seperti KPTPK ini

Politik dan Korupsi Menurut Pandangan Islam | 42

BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN

1. Politik merupakan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan
mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran tesebut dapat berupa
pedoman,keyakinan, hukum
2. Korupsi merupakan prilaku yang menyimpang dari norma-norma yang
berlaku di pemerintahan yang terletak pada penggunaan kekuasaan dan
wewenang.
3. Dalam Islam tidak dikenal adanya partai oposisi
4. Hukuman untuk para koruptor harus lebih diperjelas hukuman yang
diberikan kepada koruptor akhir-akhir ini sangatlah rendah
5. Untuk memberantas korupsi yang sudah merajalela di Indonesia, dalam
pandangan hukum Islam, minimal ada tiga usaha yang harus dilakukan,
yaitu: Pertama, memaksimalkan hukuman. Hukuman-hukuman dalam
bentuk fisik segera diterapkan kalau perlu hukuman mati. Kedua,
penegakan Supremasi Hukum. Dan ketiga, Revolusi Kebudayaan
(mental).


A. SARAN

Sebagai manusia biasa kami menyadari terdapat berbagai
kekurangan dalam penulisan makalah ini baik dari segi isi, teknik penulisan
maupun segi bahasa. Maka dari itu kami mengharapkan kritik yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai