Anda di halaman 1dari 19

NOVEL LAYAR TERKEMBANG

Tuti adalah putri sulung dari Raden Wiriatmadja. Ia dikenal sebagai seorang gadis yang berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam, sangat berbeda dengan adiknya, Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.

Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggal di Martapura, Sumatera Selatan.

Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang ke rumah. Bagi Yusuf, pertemuan itu berkesan cukup mendalam. Ia selalu teringat dengan kedua gadis tersebut, terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tercurahkan. Menurutnya, wajah Maria yang cerah dan berseri-seri, serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.

Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka, Yusuf bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan hotel Des Indes. Yusuf pun dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Di perjalanan, mereka bercakap-cakap sangat akrab, terutama Maria dan Yusuf.

Sejak perkenalan itu, hubungan antara Maria dan Yusuf menjadi hubungan cinta. Sementara, Tuti tidak sempat memikirkan Yusuf karena kegiatan kongres-kongres yang amat sering diikutinya sehingga perhatiannya tidak tercurah pada kenalan baru mereka. Suatu ketika terjadi salah paham antara Tuti dan adiknya. Tuti tidak ingin adiknya diperbudak oleh perasaan dan rasa rendah diri di muka laki-laki. Ia ingin Maria tidak tergantung pada Yusuf karena hubungaan cinta itu. Tuti menganggap sikap Maria yang amat mengharapkan Yusuf itulah yang menyebabkan martabat kaum wanita justru direndahkan. Maria menjawab bahwa pikiran Tuti itu mengandaikan bahwa hubungan percintaan selalu diperhitungkan oleh hubungan fungsional. segala sesuatu ditimbang dan diukur dengan berbelit-belit. Maria bahkan menyinggung dengan keras bahwa sikap yang dipilih kakaknya sebagai penyebab putus dengan Hambali tunangannya. Pertengkaran itu berakibat jauh bagi tuti. Ia mulai berpikir dan goyah pada sikap yang selama ini diyakininya. Sikap tuti

berangsur-angsur berubah. Di rumah pamannya dia menujukan rasa kasihnya pada rukmini sepupunya, dia mulai memerhatikan kesenian sandiwara yang dimainkan oleh adiknya dan

yusuf. Tuti mulai dapat menghargai hal-hal yang duku dianggapnya remeh. Selama itu baru di sadarinya bahwa apa yang di katakannya dalam kongres-kongres atau apa yang dipikirkannya tidak terjadi dalam kehidupan pribadinya. Ia mulai merasakan kesepiaan dalam kesendiriannya.

Di tempatnya bekarja, tuti mendapat teman baru, seorang guru muda bernama soepomo. Lambat laun perasaan cintanya bersemi. Namun proses itu tidak lama. Ia kembali idealis. Selama menjadi kekasih soepomo sebenarnya disadarinya juga bahwa hatinya tergerak bukan sikap yang tulus mencintai Soepomo. Ia yakin sikapnya pada Soepomo hanyalah pelarian dari kesepiaan batin dan dari kegoncangan pandanganpandangannya semula. Ketika Soepomo akan mengambilnya menjadi istrinya, Tuti harus memilih kawin atau tetap setia pada organisasi Putri Sedar yang tidak dapat di tinggalkannya. Ia teringat peristiwa putusnya hubungan pertunangannya dengan Hambali. Akhirnya Tuti tetap mengambil keputusan ia harus meninggalkan Soepomo karena memang tidak di cintainya, walaupun usia Tuti telah 27 tahun. Maria adiknya sakit parah. Ia terserang malaria, muntah darah dan TBC. Keluarga Wiraatmaja akhirnya merelakan Maria di rawat di rumah sakit Pacet.

Perhatian Tuti beralih pada Maria. Ia amat sedih dan khawatir akan keadaan adiknya. Yusuf yang sering berkunjung ke Pacet secara kebetulan dan kemudian menjadi dekat pada Tuti. Mereka berdua amat prihatin akan keadaan

M aria Keadaan Maria berakhir dengan kematiannya. Sebelum meninggal Maria telah berpesan kepada Tuti supaya kelak kalau jiwanya tidak terselamatkan, kakaknya bersedia menjadi istri kekasihnya saat ini.

Tuti dan Yusuf telah kehilangaan seseorang yang mereka kasihi bersama. Sepeninggal Maria, Tuti merasakan bahwa Yusuf dapat dicintainya dengan tulus,demikian pula cinta Yusuf pada Tuti. Sekarang Tuti merasa yakin bahwa Yusuf adalah calon suami yang baik yang bisa dicintainya.

Novel Layar Terkembang

1937

Berikut ini adalah Sinopsis Novel Layar Terkembang karya S. Takdir Alisyahbana Tuti adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang. Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di Martapura, Sumatra Selatan. Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selal teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis. Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal. Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa. Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya. Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke

Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura. Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli itu pun melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria. Sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sesungguhpun demikian pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti. Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal keinginandsnya untuk menjalin cinta dengannya. Sesungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang, Supomo dipandangnya sebagai bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis surat penolakannya. Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat. Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan. Pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan. Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria mengjhembuskan napasnya yang terakhir. Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain. Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi. [berbagai sumber]

Salah asuhan
Summarize It

Hanafi tinggal bersama ibunya,karena ayahnya sudah meninggal dunia.Cita-cita ibu hanafi begtu besar untuk menyekolahkan anaknya.Di sekolah Hanafi berkenalan dengan seorang gadis keturunan Indonesia Perancis bernama Corrie de bussy. Selanjutnya Hanafi di sekolahkan ibunya ke Jakarta, dan tinggal di rumah seorang warga Belanda,dengan maksud agar Hanafi menjadi orang terhormat setingkat dengan orang-orang Eropa.Di Jakarta Hanafi bertemu lagi dengan Corrie.pertemuan itulah yang membuat hanafi ingin menjadikan Corrie sebagai istrinya.Bahkan Hanafi mengajukan kewargaan negaranya untuk setingkat dengan orang-orang Eropa.Hubungan keduanya banyak ditentang oleh masyarakat karena tidak sederajat.Karena suatu peristiwa yang dianggap Corrie tidak sopan maka Dia pun meninggalkan Hanafi. Sepeninggal Corrie Hanafi merasa kesepian,atas desakan ibunya Hanafi dipaksa untuk mengawini Rafiah,karena orang tua Rafialah yang membiayai Hanafi sekolah di Jakarta. Hanafi menerima saran ibunya walaupun dalam keadaan terpaksa.Dari perkawinannya denga Rafiah Hanafi dikaruniai seorang anak bernama Syafii. Walaupun Hanafi sudah berumah tangga dan mempunyai anak,namun pergaulannya dengan istri dan anaknya renggang juga.Oleh Hanafi,istrinya hanya dianggap sebagai pembantu saja, sedangkan kepada anaknya Ia tidak pernah menyanyanginya. Pada suatu hari tatkala Hanafi duduk bercakap-cakap dengan ibunya,tiba-tiba seekor anjing gila dan menggigit Hanafi.Dokter menyarankan agar Hanafi harus dikirim ke Jakarta untuk diobati. Setelah sembuh pengobatannya di Jakarta,Hanafi tidak ingin pulang ke Minangkabau.Suatu sore ketika berjalan-jalan dia bertemu dengan Corrie yang baru pulang dari les piano.Di Jakarta pengakuan hak Hanafi sebagai bangsa Eropa dikabulkan.Sejak saat itulah keinginan Hanafi memiliki Corrie sebagai istrinya semakin kuat. Corrie pada saat sekolah di Jakarta, ayahnya meninggal dunia.Karena kesedihannya,ia menjadi malas belajar yang pada akhirnya ia tidak naik kelas.Pada suatu petang Hanafi dating ke rumah Corrie, karena sudah diakui hak persamaannya, Hanafi berniat menikahi Corrie.Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Hanafi menikahi Corrie menjadi istrinya. Sejak menikah mereka diajuhi oleh teman-temannya, mereka menganggap bahwa pernikahan tersebut tidak sederajat. Atas hasutan nyonya Hansen tetangganya , melihat Corrie istrinya memakai kalung berlian maka Hanafi merasa cemburu.Hanafi menganggap bahwa kalung yang dipakai Corrie merupakan pemberian lelaki lain.Terjadilah pertengkaran. Akhirnya Corrie meninggalkan rumah dan berpisah dari Hanafi. Nasib Corrie kurang beruntung.Setiap mendapatkan ekerjaan ada saja yang menghasutnya, sehingga ia selalu dikeluarkan dari pekerjaannya.Atas jasa baik seorang bernama Vann Dammen akhirnya Corrie dibawa ke Semarang.

Sepeninggal Corrie Hanafi merasa bersalah.Ternyata corrie memang tidak bersalah.Kini Hanafi merasa menyesal.Pada suatu saat Van Dammen member kabar kepada Hanafi bahwa Corrie yang tinggal di Semarang diserang penyakit kolera. Seketika itu juga Hanafi pergi ke Semarang untuk menemui istrinya. Tetapi malang, setelah bertemu akhirnya Corrie meninggal dunia. Setelah mengemasi barang-barang yang ada di Jakarta, Hanafi beramksud pulang ke Minangkabau.Atas saran ibunya,Hanafi disuruh kembali kepada Rafiah bekas istrinya yang terdahulu. Tetapi Hanafi menolaknya deagan alasan bahwa cinta pertamanya hanya kepada Corrie dan tidak dapat dilenyapkan.Karena putus asa Hanafi menelan empat butir sublimat yang menyebabkan ia muntah darah, dan pada akhirnya meninggal dunia Diterbitkan di: 29 Mei, 2010

Sinopsis

1928

Gatot seorang pemuda yang menjadi dedengkot para preman yang memiliki banyak anak buah, dia tidak segan memalak dan memeras siapa saja tanpa pandang bulu, bahkan dia juga tidak segan melukai siapa saja jika ada orang yang berani melawannya. Karena ulahnya itulah, memmbuat kedua orang tua Gatot yaitu Pak Sahid dan Ibu Maimunah dibuat malu oleh tingkah Gatot, bahkan mereka sering dihina dan disindir habis-habisan oleh para tetangganya akibat tabiat Gatot yang buruk, sebenarnya semua ini terjadi karena Pak Sahid yang terlalu keras mendidik anak, dia mendidik Gatot dengan sangat disiplin hingga Gatot akhirnya mencoba memberontak dari perlakuan keras ayahnya dengan cara menjadi seorang preman. Suatu hari Gatot ditawari oleh sahabat baiknya yang bernama Alex untuk menjadi seorang pembunuh profesional dengan bayaran yang cukup tinggi untuk tugas pertama. Dia diperintahkan untuk mencelakai seorang gadis yang bernama Yuli, dan dengan bantuan para anak buahnya mereka berhasil menjalankan tugas itu hingga Yuli menjadi cacat. Namun para anak buah Gatot merasa tidak puas dengan pembagian uang yang menurut mereka tidak adil hingga diam-diam para anak buah Gatot menyimpan dendam pada boss mereka. Untuk tugas yang kedua, Gatot diperintahkan untuk membunuh seorang lelaki setengah baya yang bernama Burhan, tanpa campur tangan anak buahnya, Gatot diminta oleh Alex untuk menjalankan tugasnya seorang diri, tetapi sialnya begitu Gatot ingin membunuh lelaki itu, ternyata lelaki itu sudah ditemukan tak bernyawa lagi. Semenjak saat itu, Gatot selalu dikejarkejar rasa bersalah, dia selalu dihantui oleh kematian Pak Burhan. Para anak buah Gatot yang menyimpan dendam kesumat pun menyusun rencana untuk mencelakai Gatot. Mereka menculik Ibu Maimunah dengan harapan Gatot datang menolong

ibunya. Ternyata dugaan mereka benar Gatot menolong ibunya tapi sialnya dia lama sekali tidak berkutik melawan para anak buahnya. Para anak buahnya itu memukuli Gatot tanpa ampun lagi hingga pemuda tampan itu jatuh sekarat bersimbah darah. (And)

Sinopsis Novel Salah Asuhan

Hanafi, laki-laki muda asli Minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang amat cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama mereka pun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbadaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari Hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya.

Akhirnya ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu Hanafi, gadis Minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan adatnya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin Hanafi menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang datang ke rumahnya. Hanafi dan Rapiah dikarunia seorang anak laki-laki yaitu Syafei.

Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, maka dia harus berobat ke Betawi agar sembuh. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, Hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan Ibu Hanafi. Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, sampai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh Hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, Hanafi pun pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya, disna Hanafi hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.

III. Analisis Unsur Intrinsik

1. Tema Adapun tema yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah perbedaan adat istiadat. 2. Alur Alur yang digunakan dalam novel Salah Asuhan adalah alur maju karna pengarang menceritakan kisahnya kemasa selanjutnya. 3. Pusat Pengisahan/Sudut Pandang Dalam novel Salah Asuhan, pengarang bertindak sebagai orang ketiga yaitu menceritakan kehidupan tokoh-tokoh pada novel. 4. Latar/setting Latar atau tempat terjadinya yaitu :

1) Lapangan tennis. Tempat bermain tennis, yang dilindungi oleh pohon-pohon kelepa disekitarnya, masih sunyi (hal.1, paragraf 1) 2) Minangkabau Sesungguhnya ibunya orang kampung, dan selamanya tinggal di kampung saja, tapi sebabkasihan kepada anak, ditinggalkannyalah rumah gedang di Koto Anau, dan tinggallah ia bersma-sama dengan Hanafi di Solok. (halaman 23, paragraf 3) Maka tiadalah ia segan-segan mengeluarkan uang buat mengisi rumah sewaan di Solok itu secara yang dikehendaki oleh anaknya. (halaman 23, paragraf 4) 3) Betawi Dari kecil Hanafi sudah di sekolahkan di Betawi(hal.23, paragraph 1) Sekarang kita ambil jalan Gunung Sari, Jembatan Merah Jakarta, Corrie! (halaman 103, Paragraf 2) 4) Semarang Pada keesokan harinya Hanafi sudah dating pula ke rumah tumpangan itu, dan bukan buatan sedih hatinya, demikian mendengar bahwa Corrie sudah berangkat. Seketika itu ia berkata hendak menurutkan ke Semarang. (halaman 186, paragraf 8) 5) Surabaya Di Surabaya mereka menumpang semalam di suatu pension kecil,mengaku nama Tuan dan Nona Han. (halaman 144, paragraf 1) 5. Tokoh 1) Hanafi, wataknya keras kepala, kasar

a) keras kapala Memang.kasihan! Ah ibukuaku pengecut tapi hidupku kosonghabis cita-cita

baikenyah!. Halaman 259, paragraf 8) b) kasar Hai Buyung! Antarkan anak itu dahulu kebelakang! kata Hanafi dengan suara bengis dari jauh. (halaman 80, paragraf 2) 2) Corrie, wataknya baik, mudah bergaul a) baik O, sigaret tante boleh habiskan satu dos. Sudah tentu enak, ayoh coba! (halaman 164, paragraf 8) b) mudah bergaul Oh, ruangan di jantung tuan Hanafi amat luas, kata Corrie sambil tertawa, buat dua tuga orang perempuan saja masih berlapang-lapang. (halaman 7, paragraf 2) 3) Rapiah, wataknya sabar, baik a) sabar Rapiah tunduk, tidak menyahut, airmatanya saja berhamburan. Syafei, dalam dukungan ibunya yang tadinya menangis keras, lalu mengganti tangisnya dengan beriba-iba. Seakanakan tahulah anak kecil itu, bahwa ibunya yang tdak berdaya, sedang menempuh azab dunia dan menanggung aib di muka-muka orang. (halaman 83, paragraf 4) b) baik Apakah ayahmu orang baik? Uah sungguh-sungguh orang baik. Kata ibuku tidak adalah orang yang sebaik ayahku itu. (halaman 238, paragraf 5)

4) Ibu Hanafi, wataknya sabar dan baik a) sabar Astagfirullah, Hanafi! Turutilah ibumu mengucap menyebut nama Allah bagimu dan tidak akan bertutur lagi dengan sejauh itu tersesatnya (halaman 85, paragraf 4) b) baik Sekarang sudah setengah tujuh, sudah jauh terlampau waktu berbuka, Piah! Sebaikbaiknya hendaklah engkau pergi makan dahulu. (halaman 119, paragraf 4) 5) Tuan Du Busse, wataknya tegas Tapi Corrie mesti bersekolah yang sepatut-patutnya (halaman 10, paragraf 5) 6) Si Buyung, wataknya penurut Kau kugaji buat kesenanganku dan bukan buat bermalas-malas. Hamba disuruh kejalan.Diam! Bawa anak itu ke belakang. Angkat teh ke dapurl alu menceritakan apa yang diperintahkan kepadanya. Oleh karena gula habis terpaksalah ia disuruh ke toko yang tidak berapa jauh letaknya dari rumah. (halaman 80, paragraf 2) 7) Syafei, wataknya berani Itulah yang kusukai, bu. Sekian musuh nanti kusembelih dengan pedangku. (halaman 196, paragraf 8) 6. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalan novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk diartikan. Karna novel ini adalah novel lama dan dilamnya juga terdapat bahasa Belanda. Pada novel ini juga terdapat : a) Peribahasa

saat ini, air mukamu jerni, keningmu licin, bolehkah ibu menuturkan niatku itu, supaya tidak menjadi duri dalam daging (halaman 25, paragraf 3) b) Majas perbandingan (perumpamaan) Sesungguhnya tiadalah berdusta apabila ia berkata sakit kepala, karna sebenarnyalah kepalanya bagai dipalu (halaman 47, paragraf 2) 7. Amanat Adapun amanat yang terkandung dalam novel Salah Asuhan adalah : 1) Janganlah melupakan adat istiadat negeri sendiri, jikalau ada adat istiadat dari bangsa lain, boleh saja kita menerima tapi harus pandai memilih, yaitu pilihlah adat yang layak dan baik kita terima di negeri kita. 2) Jangan memaksakan suatu pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh pengantin tersebut, karena akhirnya akan saling menyiksa keduanya. 8. Diksi Pemilihan kata pada novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk dimengerti karena banyak terdapat bahasa Belanda. IV. Analisis Unsur Ekstrinsik 1. Latar belakang penciptaan karya sastra Berasal dari luar diri pengarang, karena pada novel ini pengarang hanya sebagai sudut pandang orang ketiga. 2. Sejarah dan latar belakang pengarang Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 wafat di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad yang didirikan pada tahun 1916 oleh pemerintah penjajahan Belanda. 3. Kondisi masyarakat saat karya sastra diciptakan. Pengarang menciptakan novel ini karena berdasarkan kehidupan sosial masyarakat pada masa itu yang menceritakan seseorang yang melupakan adat istiadatnya. V. Relevansi dengan zaman sekarang. Dalam novel Salah Asuhan ini, banyak menceritakan tentang kedurhakaan seorang anak pada ibunya. Yang mana pada zaman sekarang ini juga banyak anak yang durhaka pada ibunya. Bahkan sampai-sampai anak tersebut disumpahi oleh ibunya. Disini juga dijelaskan bahwa adanya orang yang melupakan adat istiadatnya sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja saat ini juga bersikap demikian.

Anda mungkin juga menyukai