Anda di halaman 1dari 15

SINOPSIS NOVEL

SANG PENARI
Sinopsis Novel Sang Penari:
Alkisah di Pulau Bali hiduplah seorang pemuda desa yang bernama Putu. Dia hidup bahagia di
tengah keluarga yang sederhana. Ayahnya bernama I. Jagra yang menjabat sebagai Ketua Adat yang
sangat disegani dan dihormati oleh segenap warga kampung, ibunya seorang wanita yang bijaksana.
Dia juga punya seorang adik perempuan bernama Santi. Dia salah seorang dari pencetus gagasan
berdirinya perkumpulan kesenian, yang berhasil menciptakan sebuah tontonan yang menjadi salah
satu objek pariwisata. Selain itu Putu juga memerankan tokoh utama cerita sendratari berpasangan
dengan Anak Agung Ayu Prami yang lebih dikenal dengan nama Gung Ayu, seorang gadis cantik
Putri Anak Agung Ngrurah Gede, putri seorang bangsawan keturunan langsung dari raja-raja yang
pernah bertakhta di puri.
Hubungan antara Putu dengan Gung Ayu bukan sekedar pasangan menari saja tapi mereka sudah
menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai. Tapi hubungan cinta mereka
ditentang oleh ayah mereka karena perbedaan kasta. Ayah Gung Ayu melarang putrinya untuk menari
dan mengancam Putu supaya tidak berhubungan lagi dengan putrinya. Sedangkan ayah Putu tidak
segan-segan menyuruh anaknya untuk pergi ke Jakarta dan tinggal bersama pamannya yang bernama
Pak Made.
Di tengah perjalan menuju Jakarta Putu bertemu dengan seorang calon wartawati yang bernama
Netty. Netty seorang gadis yang berpenampilan menarik murah senyum, tapi tidak berkesan
murahan. Tiba di Jakarta Putu di sambut hangat oleh Pak Made Paman dan Bibinya serta adik
sepupunya yang bernama Darsana yang baru duduk di kelas 6 SD. Selain Paman dan bibinya serta
adik sepupunya, di rumah Pamannya yang mungil juga tinggal 2 orang laki-laki bernama Mas
Herman seorang salesman dan Indra yang bekerja sebagai konsultan teknik, juga 5 orang wanita
yang semuanya bekerja sebagai pramugari udara.
Putu cepat akrab dengan Herman dan Evi. Herman yang kecewa kerana istrinya selingkuh sering
mencurahkan perasaannya kepada Putu, Evi yang dihianati oleh kekasihnya yang bernama Freddy
juga sering cerita tentang kekecewaan kepada Putu.
Di Jakarta Putu ikut kursus Perbankan untuk menghilangkan kejenuhan. Kursus itu terkesan mewah
dengan Mbak Diah sebagai costumer service yang begitu ramah, serta Pak Kartono sebagai
instruktur kursusnya. Di sana juga Putu berkenalan dengan Benny seorang teman kursusnya yang
berasal dari Batak.
Meskipun tinggal berjauhan dengan Gung Ayu, tapi putu masih tetap berhubungan lewat surat
dengan bantuan Duarsa, teman Putu semenjak SMA dan Ratni pelayan Gung Ayu kekasihnya
Duarsa. Tapi sayang pada suatu hari semada (Bujang-Puri) yang pernah ditolak cintanya oleh Ratni,
balas dendam kepada Ratni dengan cara memberikan surat dari Putu untuk Gung Ayu kepada Anak
Agung Ngurah Gede. Sehingga Anak Agung Ngurah Gede marah besar dan mengusir Ratni dan Puri.
Karena malu orang tua Ratni ikut-ikutan marah dan melarangnya untuk berhubungan lagi dengan
Duarsa, sehingga Duarsa kehilangan kontak dengan Gung Ayu. Sedangkan Gung Ayu sendiri
dititipkan oleh ayahnya di Puri Pamannya di Ubud.
Pada suatu malam Putu nekat kabur dari rumah pamannya, karena telah terjadi kesalahpahaman,
Putu tidak tahan akan omelan pamannya yang terus menerus memberondong dirinya karena cidera
ketika ditempeleng preman yang pernah dipukulnya karena mengganggu Beni teman putu ketika
kursus perbankan. Karena hari sudah sangat malam dan karena merasa sangat letih, Putu tertidur di
depan gereja hingga mulai terang dan akhirnya dipertemuan Pak Johanes seorang laki-laki yang baik
hati yang dengan sukarela mengajak Putu untuk tinggal di rumahnya. Pak Anes tinggal bersama
istrinya yang bernama Bu Anes dan anak laki-lakinya yang bernama Andre, dia masih duduk di kelas
2 SMP. Kegiatan Pak Anes sehari-hari membuka bengkel dengan dibantu oleh Sarman dan Gimin

dua orang pemuda asal Jawa Tengah yang rajin sekali bekerja.
Pada suatu malam ke rumah Pak Anes kedatangan seorang tamu utusan seorang pengusaha kaya
yang sedang mencari seorang guru tari untuk anak-anaknya. Pak Anes mencoba menawarkan
pekerjaan itu kepada Putu. Putu menerimanya dengan senang hati.
Keesokan harinya Putu diantar Pak Johanes ke rumah Pak Wijaya, pengusaha kaya yang sedang
mencari guru tari untuk anak-anaknya. Tiba di rumah mewah tersebut Putu dan Pak Anes disambut
hangat oleh Nyonya rumah dan dua anak gadisnya yang masih belia. Kakaknya bernama Laras dan
adiknya bernama Julia.
Hari itu juga mereka meminta Putu untuk memulai mengajar menari. Mereka sangat bersemangat
untuk belajar menari.
Hari-hari bergulir cepat, kemajuan demia kemajuan mereka capai. Beberapa tarian yang diajarkan
kepada mereka dapat diserap dalam waktu yang singkat.
Di Bali dipertontonkan pesta kesenian Bali yang berlangsung selama sebulan penuh. Kedua gadis
tersebut mau menonton pesta kesenian Bali sekalian melihat-lihat keindahan Pulau Dewata tersebut.
Mereka mengajak Putu, tetapi Putu belum memberi jawaban atas ajakannya.
Suatu hari ayah datang ke rumah Pak Anes dengan diantar oleh Duarsa, Paman dan Bibi serta
Darsana adik sepupunya, untuk menjemput Putu kembali ke Bali. Walaupun dengan berat hati
terpaksa menyetujui ajakan ayahnya untuk pulang ke Bali.
Sebelum pulang ke Bali, Putu memperkenalkan Duarsa dulu kepada Laras dan Julia, sambil
memperlihatkan hasil didikannya selama ini kepada Duarsa. Selain itu juga Putu berpamitan kepada
mereka bahwa dia akan pulang ke Bali dan berjanji akan menjemput mereka di Bandara Ngurah Rai
ketika mereka jadi pergi ke Bali.
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga Laras dan Julia jadi pergi ke Bali dan dijemput
oleh Putu di bandara. Hampur tiap hari Putu mengantar mereka menuju tempat-tempat wisata yang
penting yang ada di pulau Bali. Hingga pada suatu hari, tanpa ditemani Julia mereka saling
mengatakan perasaan cintanya. Dan pada waktu itu pulalah Putu baru mengetahui bahwa Laras
sebenarnya orang Bali yang mempunyai nama Anak Agung Putu Larasati. Ayahnya yang pengusaha
kaya itu sebenarnya ayah tirinya yang menikahi ibunya ketika dia masih kecil. Sedangkan ayahnya
kawin lagi dengan wanita pilihan orang tuanya dan sekarang tinggal di Bali.
Suatu malam Putu kembali latihan menari di Balai Banjar bersama pasangan mainnya, yang kali ini
bukan Gung Ayu melainkan Damayanti seorang guru kesenian SMP lulusan Diploma tari yang
bersifat superior angkuh cenderung seorang-olah dialah yang paling hebat. Meskipun ada keraguraguan di hati Putu tentang kembalinya kejayaan sendratari seperti ketika dia menari berpasangan
dengan Gung Ayu, tapi Putu mencoba menjalani latihan sebaik-baiknya.
Pagi yang cerah Ibu Putu menerika tamu yang tak lain adalah Laras yang akan mengajak Putu jalanjalan, Laras kelihatan sangat gembira. Di tengah perjalan Laras meminta Putu untuk membujuk
pemilik toko seni supaya menjual lukisannya yang diinginkan Laras kemarin. Ketika lukisan itu
diperlihatkan kepada Putu. Putu sangat terkejut kerena lukisan itu adalah lukisan potret seorang
wanita yang mirip Laras.
Putu berbincang-bincang panjang lebar dengan pemilik toko seni itu tanpa ditemani Laras. Mengenai
riwayat lukisan yang diinginkan Laras dan juga mengenai riwayat hidup masing-masing. Ternyata
pemilik toko itu bernama Anak Agung Anom yang tak lain dan bukan adalah ayahnya Anak Agung
Putu Larasati alias Laras yang jadi korban perceraian ayah dan ibunya hanya perbedaan kasta.
Ketika Laras menghampiri Putu seakan-akan sedang dalam mimpi. Ternyata Laras juga masih
keturunan raja. Dan yang paling menggembirakan bagi Putu adalah bahwa ayahnya Laras tidak
menentang hubungan mereka, kerena takut anaknya menderita.

LASKAR PELANGI
Sinopsis Novel Laskar Pelangi:
Laskar Pelangi merupakan sebuah judul novel karya ANDREA HIRATA yang terbit pada tahun
2005. Novel yang akhirnya di-film-kan bahkan yang terakhir dibuat menjadi sebuah drama musikal
yang manggung di sejumlah kota besar di indonesia. Laskar Pelangi ini menceritakan tentang kisah
10 orang anak keluarga miskin di Belitung yang mengenyam pendidikan di SD dan SMP
Muhammadiyah dengan segala keterbatasan yang ada.
Kisah ini dimulai dengan adanya ancaman dari Dinas Pendidikan (yang saat itu masih berbentuk
Depdikbud) setempat untuk menutup sekolah mereka bila jumlah murid tidak mencapai 10 orang.
Warga desa Gantung, Belitung Timur memang masih memiliki kesadaran yang rendah untuk urusan
pendidikan. Hingga pada akhirnya Harun lah yang menjadi murid ke-10 dan sekolah mereka tersebut
batal untuk ditutup.
Hari - hari Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan Harun diisi
dengan berbagai kegiatan yang sangat menyenangkan karena ternyata banyak sekali hal-hal luar
biasa yang ada dalam diri mereka. Segala keterbatasan fasilitas dan keadaan tidak membuat mereka
menjadi patah semangat, bahkan mereka semua menjadi terpacu untuk berprestasi.
Prestasi mereka tidak pernah luput dari peran serta Bu Muslimah, seorang guru yang pantang
menyerah dan berdedikasi penuh terhadap kemajuan anak didiknya. Kesabaran Bu Muslimah
tersebut memang terbukti tidak sia - sia. Bu Muslimah jugalah yang memberikan nama Laskar
Pelangi. Sebuah nama yang diambil berdasarkan kesukaan anak didiknya terhadap pelangi.
Kisah laskar pelangi ini memang layak menjadi contoh serta suri tauladan bagi semua pelajar di
Indonesia, terutama pelajar di kota besar yang berlimpah aneka fasilitas pendidikannya. Laskar
pelangi mampu membuktikan bahwa prestasi tidak hanya milik pelajar kota. Setiap anak berhak
untuk dapat mengenyam pendidikan, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Kisah ini juga bisa
menjadi pemacu bagi para tenaga pendidik untuk selalu bisa berdedikasi penuh kepada tugas yang
diembannya tanpa melihat kekurangan fasilitas serta pantang menyerah terhadap segala rintang dan
hambatan yang mungkin terjadi

SANG PEMIMPI
Sinopsis Novel Sang Pemimpi:
Arai adalah sepupu jauh dari Ikal. Ia sudah tidak punya keluarga lagi setelah ayahnya meniggal
dunia, sejak itu Arai tinggal bersama dengan keluarga Ikal. Betapa kuat hati Simpa Keramat ini,
begitulah julukan dari orang Melayu untuk seseorang yang hanya hidup sebatang kara dan tidak
memiliki keluarga lagi.
Sore harinya, Arai dan Ikal menuju pasar untuk membeli beras. Semua uang yang mereka miliki
dimasukkan ke dalam karung gandum. Di pasar, terlihat Mak Cik Maryamah pemain biola yang
sudah tua. Arai memerintahkan Ikal untuk mengumpulkan semua uang itu. Ikal mengira Arai akan
memberikan semua uang itu kepada Mak Cik Maryamah tetapi tanpa disangka oleh Ikal, Arai
menuju pasar. Ia membeli terigu, gula dan lain lain. Akhirnya semua bahan bahan itu diberikkan
pada Mak Cik.
Di masjid pula Ikal dan Arai mengenal Jimbron yang gagapnya bukan main dan sangat gila kuda.
Jimbron juga sama seperti Arai, hidup sebatang kara dan tidak punya saudara lagi. Sebetulnya, beliau
adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovanny.
Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai, ia menjadi anak asuh sang pendeta.
Pendeta berdarah Italia itu tak sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah
tak pernah telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid. Keheranan mereka yang kedua
adalah Jimbron sangat menyukai kuda. Kata orang-orang, ini berhubungan dengan sebuah film di
televisi balai desa yang ditonton Jimbron seminggu sebelum ayahnya wafat.
Jimbron adalah pemuda yang mudah mengantuk tapi jika sedikit saja ia mendengar tentang kuda,
maka telinga layunya sontak berdiri. Jimbron segera menjadi pencinta kuda yang fanatik. Pernah
suatu hari Taikong Hamin marah besar karena di dalam buku TPA-nya hanya terdapat kuda, Taikong
pun menghukum dia dengan cara berlagak seperti kuda.
Setelah mereka tamat SMP mereka melanjutkan tingkat SMA. Mereka juga bekerja menjadi kuli
bangunan yang hanya di gaji dengan sebungkus mie instan tiap hari sebagai makan siang. Kadang
mereka juga bekerja sambilan yaitu sebagai penjaga tempat golf. Mereka juga pernah bekerja sebagai
part time office boy di kompleks kantor, hanya saja gaji mereka bisa telat berbulan.
Suatu ketika ketika Ikal berlari pulang sekolah, tiba tiba dia berhenti di depan restoran mie rebus di
sana ia melihat dirinya sendiri, Arai dan Jimbron sedang bekerja mencuci piring piring kotor.
Ketika berlari kembali, tiba tiba ia juga melihat 3 orang yang sama menjadi kernet. Ikal begitu
kaget dan langsung berlari pulang karena ia melihat orang lain menjelma menjadi dirinya dan 2
orang sahabatnya.
Semangat Ikal seakan surut untuk melanjutkan sekolah karena pada akhirnya ia akan seperti apa
yang dia lihat di resoran maupun tempat lain. Ikal menjadi malas belajar dan sangat pesimis dalam
kehidupannya. Karena pikiran yang pesimis dan malas belajar itulah ia mempersembahkan kusir
nomer 75 bagi ayahnya. Sungguh sangat megecewakan, tetapi walau demikian ayah Ikal tetaplah
bangga pada anaknya.
Maka pada saat beliau mengambil rapot, beliau tetap seperti biasnya dengan ritual yang telah sudah
lama beliau lakukan. Sungguh sangat perih hati Ikal, dengan sikap pesimisnya ia tertpuruk pada
urutun 75. Ikal pun tak kaget jika nanti ayahnya tidak datang, dan Arai pun marah padanya. Tapi

ayah Ikal datang dan seperti biasanya ia kemudian mengambil rapot dan langsung pulang. Arai
dengan emosinya memarahi Ikal karena telah mengecewakan ayahnya.
Setelah sekian lama berkerja sebagai tukang sortir, Ikal kembali rindu dengan teman sekaligus
sepupu jauhnya, Arai. Tahun tahun berlalu, sampai akhirnya Ikal bisa kuliah di UI. Pada saat kuliah
di UI itulah Ikal bertemu dengan Nurmala.setelah perbincangan yang cukup hangat dengan Nurmala,
tanpa diduga oleh Ikal Nurmala tiba tiba menanyakan kabar Arai. Cukup bingung Ikal menjawab
pertanyaan itu, tapi pada akhirnya Ikal bisa mengatasinya. Setelah lulus kuliah Ikal mengetahui
bahwa ada pengumuman beasiswa stata dua, tanpa pikir panjang Ikalpun mencoba mengikuti tes
untuk mendapatkan beasiswa itu.
Hari Wawancara pun tiba begitugugup Ikal karena saingan Ikal adalah tamatan mahasiswa
yangcukup pintar pintar. Tidak disangka pula riset yang dilakukan Ikal mendapat pujian yang
sangat bagusdari seorang Profesor. Selepas Ikal keluar dari ruangan pewawancara dia
kemudianmendengar suara yang cukup dia kenal. Tanpa diduga pula bahawa itu memang suara Arai,
sungguh tak disangka setelah sekian lama tak bertemu akhirnya Ikal bertemu dengan Arai yang juga
sedang mengajukan beasiswa untuk kuliah di Eropa.
Setelah sekian lama tak pulang ke Belitong kali ini Ikal dan Arai pulang kembali ke kampung
halamanya. Mereka bertemu Jimbron yangsudah menikah dengan Laksmi dan mempuyai anak.
Malamnya Ikal berjalan jalan untuk menikmatisuasana yang telah lama ia rindukan. Waktu yang
dinanti nanti tiba, surat pengumuman beasiswa akhirnya tiba. Perlahan lahan Ikal mulai
membuka surat itu dan didapatinya ia lulus tes dan akan kuliah di Paris di Univesite de Paris,
Sorbonne, Prancis begitu juga dengan Arai.
SINOPSIS NOVEL PERAHU KERTAS:
Kisah ini dimulai dengan Keenan, seorang remaja pria yang baru lulus SMA, yang selama enam
tahun tinggal di Amsterdam bersama neneknya. Keenan memiliki bakat melukis yang sangat kuat,
dan ia tidak punya cita-cita lain selain menjadi pelukis, tapi perjanjiannya dengan ayahnya memaksa
ia meninggalkan Amsterdam dan kembali ke Indonesia untuk kuliah. Keenan diterima berkuliah di
Bandung, di Fakultas Ekonomi.
Di sisi lain, ada Kugy, cewek unik cenderung eksentrik, yang juga akan berkuliah di universitas yang
sama dengan Keenan. Sejak kecil, Kugy menggila-gilai dongeng. Tak hanya koleksi dan punya
taman bacaan, ia juga senang menulis dongeng. Cita-citanya hanya satu: ingin menjadi juru dongeng.
Namun Kugy sadar bahwa penulis dongeng bukanlah profesi yang meyakinkan dan mudah diterima
lingkungan. Tak ingin lepas dari dunia menulis, Kugy lantas meneruskan studinya di Fakultas Sastra
Kugy dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu Keenan,
sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Terkecuali Noni, mereka semua hijrah dari Jakarta,
lalu berkuliah di universitas yang sama di Bandung.Mereka berempat akhirnya bersahabat karib.
Lambat laun, Kugy dan Keenan, yang memang sudah saling mengagumi, mulai mengalami
transformasi. Diam-diam, tanpa pernah berkesempatan untuk mengungkapkan, mereka saling jatuh
cinta. Namun kondisi saat itu serba tidak memungkinkan. Kugy sudah punya kekasih, cowok
mentereng bernama Joshua, alias Ojos (panggilan yang dengan semena-mena diciptakan oleh Kugy).
Sementara Keenan saat itu dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan seorang kurator muda
bernama Wanda.

Persahabatan empat sekawan itu mulai merenggang. Kugy lantas menenggelamkan dirinya dalam
kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah ia
bertemu dengan Pilik, muridnya yang paling nakal. Pilik dan kawan-kawan berhasil ia taklukkan
dengan cara menuliskan dongeng tentang kisah petualangan mereka sendiri, yang diberinya judul:
Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Kugy menulis kisah tentang murid-muridnya itu hampir setiap hari
dalam sebuah buku tulis, yang kelak ia berikan pada Keenan.
Kedekatan Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun mulai berubah. Keenan disadarkan
dengan cara yang mengejutkan bahwa impian yang selama ini ia bangun harus kandas dalam
semalam. Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung, dan juga
keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat ibunya, Pak Wayan.
Masa-masa bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan seniman-seniman sohor di
Bali, mulai mengobati luka hati Keenan pelan-pelan. Sosok yang paling berpengaruh dalam
penyembuhannya adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan mulai bisa melukis lagi.
Berbekalkan kisah-kisah Jenderal Pilik dan Pasukan Alit yang diberikan Kugy padanya, Keenan
menciptakan lukisan serial yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.
Kugy, yang juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya dan mulai kesepian di Bandung, menata
ulang hidupnya. Ia lulus kuliah secepat mungkin dan langsung bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta
sebagai copywriter. Di sana, ia bertemu dengan Remigius, atasannya sekaligus sahabat abangnya.
Kugy meniti karier dengan cara tak terduga-duga. Pemikirannya yang ajaib dan serba spontan
membuat ia melejit menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu.
Namun Remi melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya, tapi juga
semangat dan kualitas unik yang senantiasa terpancar dari Kugy. Dan akhirnya Remi harus mengakui
bahwa ia mulai jatuh hati. Sebaliknya, ketulusan Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy.
Sayangnya, Keenan tidak bisa selamanya tinggal di Bali. Karena kondisi kesehatan ayahnya yang
memburuk, Keenan terpaksa kembali ke Jakarta, menjalankan perusahaan keluarganya karena tidak
punya pilihan lain.
Pertemuan antara Kugy dan Keenan tidak terelakkan. Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi.
Semuanya dengan kondisi yang sudah berbeda. Dan kembali, hati mereka diuji. Kisah cinta dan
persahabatan selama lima tahun ini pun berakhir dengan kejutan bagi semuanya. Akhirnya setiap hati
hanya bisa kembali pasrah dalam aliran cinta yang mengalir entah ke mana. Seperti perahu kertas
yang dihanyutkan di parit, di empang, di kali, di sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama.
Meski kadang pahit, sakit, dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.
Diwarnai pergelutan idealisme, persahabatan, tawa, tangis, dan cinta, Perahu Kertas tak lain adalah
kisah perjalanan hati yang kembali pulang menemukan rumahnya.

TUGAS BAHASA INDONESIA


SINOPSIS NOVEL DAN CERPEN

Disusun Oleh :
Belina Eka Putri
Lukmana Puri
Kelas : XII IPS 3

SMA NEGERI 1 SEKAMPUNG UDIK


KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK LAMPUNG TIMUR

TAHUN AJARAN 2015-2016

NOVEL 5CM
Sinopsis Novel 5cm :

Merupakan 5 anak muda, Zafran, Riani, Arial, Genta, dan Ian yang terikat dalam jalinan erat
persahabatan. Dan kelimanya jenuh dengan rutinitas pertemanan mereka selama ini.
Setelah selama sepuluh tahun tak satu malam minggu pun yang tak dilewatkan bersama. Tak satu
pun dari mereka pernah melewatkan berbagai momen kebahagiaan yang tengah dirasakan satu dan
yang lainnya. Dari sering nongkrong bareng hingga merayakan wisuda.
Suatu ketika Genta, mengusulkan agar ia dan masing-masing dari mereka berhenti untuk saling
berkomunikasi selama tiga bulan. Tujuannya cuma satu, yakni menghidupkan kembali ikatan ia dan
keempat sahabatnya dalam jalinan pertemanan yang telah lama mereka bina.
Selama tiga bulan berpisah penuh kerinduan, banyak yang terjadi dalam kehidupan mereka berlima,
sesuatu yang mengubah diri mereka masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan.
Setelah tiga bulan berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan pertemuan mereka
dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan. Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan
sang saka merah putih di puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh
perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan dalam kisah ini,
bukanlah petualangan yang menantangadrenalin, demi melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak
gunung. Tapi petualangan ini, juga perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan
hati yang mencintai negeri ini.
Segala rintangan dapat mereka hadapi, karena mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5cm
dari depan kening.

CERPEN
Pengalaman
Cerpen Karangan: Fajar Elang Prasetya
Lolos moderasi pada: 10 March 2014
Hay Namaku fajar elang prasetya aku sering di panggil bolang sama teman-temanku di sekolah,
menceritakan tempat tinggalku aku tinggal di suatu desa yang tidak jauh dari pusat kota, aku
sekarang duduk di bangku smp kelas 3 (*lagi fokus-fokusnya belajar), menceritakan pengalaman
semua orang pasti punya banyak pengalaman, tapi ada salah satu pengalaman yang tidak bisa di
lupakan entah itu karena lucu, gokil, mungkin juga memalukan yah sob.
Pengalaman yang aku ambil adalah pengalaman saat stady tour ke jakarta bersama teman sekolah,
*asik. Pada hari kamis selesai un kelas 9 waktu itu aku masih duduk di kelas 8, Dan pada saat itu
yang sudah direncakan para guru, kita melakukan perjalanan ke jakarta pada jam 17.00. Semua

peralatan perlengkapan sudah siap yang aku bawa di koper, Jam menunjukan jam 16.45 aku siap
berangkat ke sekolah dan menunju rombonganku yang sudah berada di bus. Sebelum berangkat
pemimpin kami di bus (tl) itu memberi himbauan kepada kita, kami diberi kertas kecil yang isinya
adalah kegiatan kami selama berada di jakarta besok. Kami pun berdoa selaya panjatkan doa kepada
allah swt agar diberi keselamatan akhirnya 1 demi 1 bus pun berangkat.
Kira-kira pukul 12 malam kami berhenti di suatu kota *agaklupa disitu udara yang dingin. Gak tau
daerah mana kami pun beristirahat kurang lebih 30 menit untuk sambil melegarkan otot yang kaku,
Jam menujukan pukul 00.30 kami lanjutkan perjalanan, Aku tak sadar aku pun tertidur lelap, terus
aku pun terbangun tidak sadar sudah mau sampai tujuan ya itu asrama haji (mau haji lho), di pusat
kota waw ternyata gemerlap malamnya kota jakarta. Kami pun sampai tujuan pukul 05.00 dan
dilanjutkan sholat subuh. Pukul 7 pagi kami makan pagi banyak hidangan yang disunggukan. Selesai
makan kami siap-siap langsung berangkat ke monas dan di lanjutkan ke ancol, dufan seru lah.
Sekitar 3 hari kami disana.
Kami pun pada hari minggunya pulang, Hati merasa senang.
Cerpen Karangan: Fajar Elang Prasetya
Blog: Fajarelangprasetya.Blogspot.com
Ini merupakan cerita pendek karangan Fajar Elang Prasetya, kamu dapat mengunjungi halaman
khusus penulisnya di: Fajar Elang Prasetya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis,
jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Pengalaman Pribadi

Catatan Hati Seorang Ayah

Cerpen Karangan: Resty Indah Yani


Lolos moderasi pada: 28 December 2015
Aku rasa hal semacam ini sering ku alami. Krisis yang menjadikan kehidupanku semakin mengikis
jiwa, dan usiaku terus bertambah setiap harinya. Angan dan harapan seakan melayang tak tahu kapan
terwujud. Anak-anak kian hari makin bertambah besar, semakin pula kebutuhan ekonomi melonjak,
sedangkan krisis tak pernah berakhir. Pada siapa perasaan ini ku tumpahkan, orangtua telah tiada.
Hanya saudara dan teman yang jadi tempat berkeluh kesah. Tapi, Aku tidak boleh putus asa, apapun
resiko, di mana pun aku harus mencari, aku harus bisa menghadapi berbagai macam kendala.
Di perantauan aku mengalami kendala yang sangat menyakitkan. Terkadang aku merasa putus asa
apakah aku sanggup menghadapi masalah demi masalah. Sadangkan saat ini aku masih sangsi,
dengan penyakit yang aku derita. Kemarin aku merasakan sakit perut yang belum pernah aku alami
sebelumnya. Tetapi sudah berbagai obat tidak sembuh juga. Akhirnya aku bicara langsung pada bos,
untungnya langsung dibelikan obat yang mahal. Setelah diminum, beberapa jam langsung tidak
terasa. Alhamdulillah
Walaupun begitu, Minggu yang ketiga ada saja masalahnya, yang namanya sakit kepala menyerang
tiap hari. Tiap hari itu pun aku minum obat sakit kepala yang murah di pasaran, tetapi tidak sembuh
juga. Sudah itu, kepalaku pernah terbentur kayu sampai keluar darah. Sakitnya bukan main, dan lama
sekali sembuhnya. Untuk itu, banyak sekali uang yang aku keluarkan untuk membeli obat, habis

sudah. Tetapi yang terpenting aku bisa bertahan hidup. Beginilah resiko jadi kepala rombongan
buruh. Apalagi tenagaku dibutuhkan oleh mereka. Aku harus mampu menghadapi godaan apapun.
Tapi Andai aku bisa merubah segala hidupku ini. Mungkin penderitaan tak akan ku lalui
berkepanjangan. Namun kapan aku bahagia?
Sakit
Aku tak peduli dengan kesehatanku sekarang ini. Yang penting aku harus bekerja, bekerja, dan
bekerja. Tetapi kondisiku semakin drop, aku memutuskan pulang ke kampung. Mau tak mau aku
harus istirahat. Menurut dokter, aku terkena paru-paru basah. Bagaimana ini, anak-anakku masih
kecil-kecil dan perlu perhatian dari orangtua. Semakin hari aku semakin takut. Di tengah malam aku
terkadang menangis tanpa sebab. Apakah penyakitku bisa sembuh? batuk dan sesak sangat
mengganggu tidurku. Aku hanya bisa pasrah pada Tuhan. Aku semakin sedih saat istriku menangis
setiap aku kesakitan. Tenanglah, menangis bukan cara menyelesaikan masalah. Berdoa adalah hal
yang terpenting untuk sekarang.
Aku sebagai kepala keluarga, tulang punggung keluarga, aku harus kuat. Keluarga itu nomor satu.
Aku harus bangkit dari keterpurukan. Setiap hari aku menuruti apa yang dokter bilang. Bersama
istriku yang ikut berjuang, hari demi hari aku semakin pulih. Dan walaupun kadang masih terasa
sakitnya, aku harus tetap kuat dan berusaha agar sembuh total. Dan kesembuhanku hari itu adalah
dimana awal untuk berjuang lagi. Bekerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Ini sudah jadi nasibku. Semoga saja umur dan rezeki tak pernah terhambat karena penderitaan. Oh
Tuhan semesta alam Berikanlah jalan terang agar kami bisa meniti jalan setapak yang penuh
semak berduri dalam mencari jati diri. Siapa diriku yang sebenarnya. Bisakah aku merubah hidupku.
Bisakah aku terhindar dari penderitaan yang panjang. Bisakah aku membahagiakan anak dan istriku
dan selamat dunia akhirat. Semoga itu akan tersampaikan lewat kata-kata yang aku tuliskan.
Cerpen Karangan: Resty Indah Yani
Facebook: Indah Cho
Ini merupakan cerita pendek karangan Resty Indah Yani, kamu dapat mengunjungi halaman khusus
penulisnya di: Resty Indah Yani untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa
juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Keluarga Cerpen Motivasi Cerpen Perjuangan

Rahasia di Balik Rintik Hujan


Cerpen Karangan: Ardelia Putri
Lolos moderasi pada: 20 June 2013
Langit mendung sore itu. Gumpalan abu-abu gelap seperti sudah mewanti-wanti semua yang
dinaunginya bahwa sebentar lagi ia akan menumpahkan bawaannya.
Eros bukannya tidak menyadari itu semua. Ia tahu jelas. Ia pun sedang memerhatikan orang-orang
yang berjalan cepat dari balik kaca sebuah kedai kopi yang ia diami hampir satu jam terakhir. Ia
membenarkan posisi duduknya. Dan kemudian menyesap hangat gelas kopi ketiganya sore itu.
Bergelas-gelas kopi yang telah ia teguk masih belum bisa membenarkan benang-benang kusut di
pikirannya saat ini. Hanya penghibur sementara. Dan ketika tetes-tetes kopi itu hilang ke dalam
pencernaannya, ia seketika bisa melihat adegan-adegan yang dengan susah payah berusaha ia
lupakan dengan jelas. Seperti sebuah proyektor yang menampilkan gambar-gambarnya. Memaksa
untuk diperhatikan.

Ia menyesap lagi kopinya.


Di mulai dari yang terbaru. Yang terhangat. Yang menjadi alasannya berada di kedai kopi ini. Aga
mengiriminya pesan singkat berisi perintah untuk ada disini jam dua siang. ada yang perlu kita
bicarakan. Tutupnya. Aga adalah teman sebangku Eros sejak SMP. Dia adalah the partner in crime
milik Eros. Yang setia menemaninya di ruang BK jika ia terkena masalah. Menelan makian-makian
yang sama dari gurunya. Di balik semua itu, mereka memiliki obsesi yang sama persis: mendirikan
sebuah usaha kain batik. Aneh memang. Saat semua orang bermimpi menjadi raja minyak, pemain
saham sukses, dan omong kosong lainnya, Eros dan Aga hanya ingin melestarikan budaya legendaris
asal negrinya. Karena mereka tau, batik bukan hanya berasal dari coretan canting. Bukan pula dari
tetesan malam. Tapi dari butiran keringat sang pelukis. Dari keinginan dan tekad yang besar untuk
duduk berjam-jam dengan tekun dan sabar. Dari lepuhan kulit yang terkena minyak panas. Dari sana,
lahirlah sebuah kain. Tidak besar, tidak megah. Tapi cukup untuk melukiskan sebuah identitas.
Bahwa negeri ini ada dan punya identitasnya sendiri.
Mimpi Eros dan Aga akhirnya terwujud lima tahun yang lalu. Sebuah galeri kecil bertajuk Batik
Batavia lahir. Mereka merintis dari nol. Dari dua hingga hampir lima puluh pekerja. Eros dan Aga
lama kelamaan tinggal sepasang rekan bisnis. Salahkan kenalan yang makin lama makin tak
terhitung. Salahkan semangat bisnis yang tak kunjung padam. Itu juga alasan di balik kalimat Aga
setelah ini.
Kita bangkrut. Tembaknya.
Eros sudah bisa menebak berita itu. Kalimat Aga hanya sebuah perwakilan. Karena Eros sendiri tak
akan sanggup mengucapkan dua kata sial itu. Tapi sementara Aga sudah memiliki banyak usaha lain,
Eros hanya menggantungkan pencahariannya pada Batik Batavia. Disanalah cintanya.
Aga menepuknya di bahu sebelum meninggalkannya bersama secangkir kopi. Tidak. Eros belum
mau meninggalkan tempat ini. Ia akan membiarkan kesedihannya larut bersama kopi-kopinya. Untuk
apa ia pulang? Ia hancur. Kehancuran adalah rumahnya yang baru. Ia tiba-tiba teringat akan Kirana.
Satu-satunya cinta selain Batik Batavia. Namun nasib sepertinya bersekongkol menyiksa Eros.
Ketika Batik Batavia baru didirikan, Kirana adalah rekan pertamanya setelah Aga. Eros memang
sudah lama mengenalnya. Pada sebuah pameran batik di Solo. Mereka bertukar kartu nama. Namun
baru dua tahun kemudian Eros teringat untuk menghubunginya. Entah siapa yang memantrai,
keduanya tiba-tiba saling mengungkap cinta di sebuah kedai kopi. Ya, disini. Namun ternyata
memang Eros belum ditakdirkan untuk bahagia. Suatu malam, ia hendak memberi kejutan untuk
Kirana dengan mendatangi apartmentnya. Aneh, pintunya tidak dikunci. Ia masuk ke dalam dan
langsung tersedak minuman yang ketika itu dibawanya. Ia tak akan melupakan apa yang dilihatnya
malam itu. Ketika ia mendapati Kirana sedang asyik bercumbu dengan orang lain. Dengan
PEREMPUAN lain. Keesokan harinya Kirana menjelaskan bahwa ia seorang lesb*an. Dan memacari
Eros hanya untuk menutupi kemungkinan dicurigai orang lain. Eros melangkah pergi saat itu juga.
Kembali ke sore ini. Waktu menunjukkan pukul lima sore. Awan memenuhi janjinya. Hujan turun
sangat deras, membangkitkan kesedihan. Eros memutuskan untuk meninggalkan tempat ini. Ketika
ia berada di ambang pintu, ia memutar balikkan badannya. Menghadap orang-orang yang sedang
asyik dengan kegiatannya masing-masing. Lihat sekelompok remaja di pojok sana. Menertawakan
entah apa sambil menunjuk-nunjuk. Apakah cara berpakaian seseorang? Atau sebuah tingkah konyol
ulah salah satu dari mereka kah? Lalu liat sepasang kakek nenek di tengah sana. Memandang sinis ke
arah satu sama lain. Apa kira-kira masalah suami istri yang sudah renta seperti itu? Perbedaan
pendapat menentukan tempat kuliah si bungsi mungkin. Mereka semua terlihat biasa. Dan mereka
juga pasti melihat Eros sesosok yang juga biasa. Hanya bisa menerka-nerka apa yang ada dalam
pikirannya. Mereka tak akan bisa menebak apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Ia mundur selangkah.. dua langkah.. tiga langkah. BRAKK!!. Tepat sasaran. Ia sempat melihat
sekelompok remaja tadi menoleh kaget kearahnya sebelum badannya menghempas aspal. Ia
tersenyum seraya merasakan seluruh badannya remuk. Ia masih sempat merasakan tubuhnya
dikerumuni banyak orang. Tapi hal terakhir yang diingatnya adalah seorang wanita menyeruak di
antara kerumunan itu dan berteriak disampingnya.
Ros!! Eros!! Sadar!! Kamu gak bangkrut! Dan aku bukan seorang lesb*an! Aku dan Aga yang
mengatur semua ini.. untuk.. ulang tahunmu.. Kirana. Suaranya melemah di akhir kalimat. Namun
Eros memejamkan matanya. Dan ia tidak kunjung membukanya kembali.
Cerpen Karangan: Ardelia Putri
Blog: ardelia-putri.blogspot.com
Ini merupakan cerita pendek karangan Ardelia Putri, kamu dapat mengunjungi halaman khusus
penulisnya di: Ardelia Putri untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa juga
untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Budaya Cerpen Kehidupan Cerpen Sedih

Supir Angkot Merah Tua


Cerpen Karangan: Erika Wulandari
Lolos moderasi pada: 18 June 2015
Hujan mulai turun. Saila melambaikan tangannya, menghentikan angkot merah yang sudah jarang
lewat. Tanpa ragu-ragu Saila masuk, duduk di kursi depan dekat supir. Saat ditoleh ke belakang, lakilaki tua membawa pacul dan memakai caping, semacam topi untuk bertani.
Mau kemana mbak? tanya bapak supir ramah. Sebuah handuk kecil menempel di pundaknya.
Keringatnya bercucuran padahal saat itu hujan menusuk sangat dingin.
Kalianyar pak! jawab Saila singkat.
Pak supir melajukan angkotnya pelan.
Berhenti pak! kata laki-laki tua di belakang. Pak supir segera menginjam rem.
Setelah proses pembayaran selesai, pak supir menjalankan angkotnya kembali.
Hujan terus berdatangan semakin deras. Hawa dingin menusuk lebih tajam. Kaca jendela dan pintu
angkot yang semula dibiarkan terbuka, ditutup.
Sepi ya pak? tanyaku mencairkan susasana.
Iya mbak, banyak yang sudah punya motor.
Saila menggut-manggut.
Kok sekarang angkot kayak gini jarang lewat ya pak? Saya tadi nunggu lumayan lama loh?
Iya mbak, banyak yang beralih profesi.
Kenapa pak?

Ya itu tadi mbak alasannya. Banyak yang sudah punya motor, jadi jarang naik angkot. Penumpang
sepi, penghasilan sedikit. Teman-teman supir yang lain jadi malas kerja dan lebih memilih jadi buruh
atau tukang ojek.
Nasib juragan angkotnya gimana pak?
Bangkrut mbak. Nada suara pak supir meninggi. Tapi namanya juga juragan, tabungannya
banyak. Usaha yang satu bangkrut, masih ada usaha yang lain.
Kenapa bapak masih betah jadi supir? Nggak ikut teman-teman bapak yang lain?
Pak supir diam sejenak. Menyeka wajahnya yang berkeringat. Mata yang masih fokus itu berkacakaca. Sebelum sempat air matanya keluar, beliau menyekanya.
Bapak masih kasihan mbak. Sama orang-orang kayak bapak tua tadi. Sambung pak supir, Sawah
garapan mereka jauh. Sebelum ada angkot ini mereka jalan kaki ke jalan raya dulu baru nebeng truk
yang lewat. Kalau saya nggak narik angkot lagi gimana nasib mereka dan sawahnya mbak? Naik
ojek juga mahal.
Saila terenyuh, tidak bisa berkomentar. Kepalanya mengangguk, memahami apa yang pak supir
katakan.
Di antara guyuran hujan yang mulai mereda, seorang ibu tua melambaikan tangan. Pak supir
menginjak rem lalu menyuruhnya masuk.
Mau kemana mak? tanya pak supir ramah.
Banyuasin pak! jawab ibu tua itu lemah. Beliau memakai kaos bergambar gubernur Jawa Timur
dan partainya. Wajahnya lusuh. Ada banyak noda lumpur di kakinya. Sedikit rerumutan liar
menempel di celana. Tetapi ibu tua itu tidak menghiraukannya. Beliau sibuk dengan beberapa tetes
peluh di wajahnya.
Tidak ada percakapan lagi.
Jalanan mulai berlubang. Badan angkutan bergerak ke segala arah. Saila merasakan pantanya
beterbangan mengikuti alur lubang di jalan. Begitu juga pak supir dan ibu tua itu. Mereka tidak
khawatir. Karena ada pak supir baik hati yang senantiasa menjaga keselamatan penumpangnya.
Cerpen Karangan: Erika Wulandari
Blog: Ersanpunyacerita.blogspot.com
Nama: erika wulandari
blog: ersanpunyacerita.blogspot.com (coretan ngasal. silahkan kunjungi. dijamin nggak bakal
nyesel.)
facebook: https://www.facebook.com/eraycha.japhanes
twitter: @erika_ulan
email: wulandarierika48[-at-]gmail.com
silahkan berkomentar. beri kritik dan saran juga ya. terima kasih.
Ini merupakan cerita pendek karangan Erika Wulandari, kamu dapat mengunjungi halaman khusus
penulisnya di: Erika Wulandari untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa
juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Kehidupan

Di Senja Ufuk Penghabisan Itu


Cerpen Karangan: Elmira Fay
Lolos moderasi pada: 25 December 2015
Sore ini begitu hangat. Terdengar dari langkah kami yang menggebu badan jalan. Dan irama tawa
kami yang menggetarkan suasana. Semangat kami menghalau teriknya mentari di ufuk penghabisan.
Namun, hanya Ucen yang tak tersentuh euforia. Bagaimana tidak, selepas asar ini, namanya akan
terpanggil sebagai peserta lomba Adzan di masjid desa. Sehingga, Ucen terlihat sangat gugup.
Nampaknya, sekeras apapun kami meyakinkan padanya bahwa ia pasti bisa, sama sekali tidak
menghilangkan ketidakpercayaan diri dan rasa gugup yang selalu menyelimutinya, setiap kali ia
diminta maju menjawab pertanyaan guru di hadapan kelas, atau terlebih lagi dihadapkan pada lomba
seperti ini.
Sudahlah Cen, kamu tidak perlu gugup seperti itu. Kami yakin kamu pasti bisa, dan kamu juga
harus yakin pada dirimu sendiri Cen, kamu berbakat Cen! Buktikanlah itu! seruku setiap kali
kulihat Ucen merasa gugup.
Bukan itu saja Cen. Kamu kan sudah berlatih seminggu ini. Dan setiap kali Pak Ustad melihatmu
berlatih, kamu sangat hebat. Pak Ustad yang melatih Ucen pun turut menyemangati. Ucen hanya
tersenyum dan mengangguk. Walau.. rasa gugup itu tak akan pergi sebelum ia menyelesaikan
penampilannya, yang barangkali, telah membayangi dan membuatnya gugup sebelum tampil.
Pak Ustad, Ipeh, Iyoh, Mad kita duduk di sini aja! sontak kami semua setibanya di pelataran
masjid, kami berebut posisi duduk di atas karpet pelataran masjid yang sudah disiapkan.
Pak Ustad memegang pundak Ucen, Ucen kamu harus semangat. Kamu pasti bisa. Pak Ustad yakin
sekali. Sekarang tunggulah di belakang panggung. Selalu seperti itu, bahkan jelas sekali kecemasan
Ucen yang menjadi-jadi di detik-detik perlombaaan.
Lomba Adzan dimulai. Inilah pertandingan antar pengajian di desa kami yang diselenggarakan setiap
menjelang Ramadhan. Sangat menarik. Siapa pun yang menang dalam perlombaan ini pasti akan
membawa kebanggaan bagi majelis pengajiannya. Aku sangat ingin bisa mengikuti lomba ini. Tetapi,
aku lebih mempercayai Ucen untuk mewakili pengajian kami dalam kompetisi ini. Karena,
sebenarnya Ucen mampu melantunkan Adzan dengan merdu, hanya saja dia tidak percaya diri. Tak
mengapa, kami selalu mendukung dan berusaha menyemangatinya.
Beberapa peserta sudah tampil dan kini, giliran Ucen. Aku lihat ia berjalan naik ke panggung dengan
lucu. Bibirnya komat-kamit tidak jelas, seperti layaknya berdoa ketakutan, matanya juga sedikit
terpejam. Meski, kegugupan selalu datang di saat dia seperti ini, tapi itu tak masalah, karena
sekarang inilah dia, Uceeen! Tepuk tangan dan sorak sorai kami mengiringi Ucen untuk memulai,
sekaligus sedikit menepis keraguan dan gelak tawa penonton yang lain saat melihat tingkah Ucen
yang aneh.
Allahu akbar Allaaaaahhhu Akbar. Allaaaaahuu akbar Allaaaahhhu akbar..
Benar saja, lantunan Adzan itu merdu sekali. Sama seperti pertama kali aku mendengarnya ke luar
dari mulut Ucen. Bahkan lebih bagus dari yang pertama kali ku dengar.
Kala itu. Sore yang hangat, begitu terasa menyelimuti di dalam musala kecil di tengah pematang
sawah. Semua murid larut dalam keceriaan. Tawa dan canda kami seolah berirama. Kecuali Ucen.
Walau satu per satu dari kami akan dipanggil namanya untuk melantunkan Adzan seperti yang Pak
ustad minta, bagi kami tak ada kesulitan yang dirasa, itu mudah saja kami lakukan, dibandingkan
diminta melafalkan kembali hafalan surah-surah Juz Amma yang terkadang harus merem-melek saat
menghafalkannya. Karena adzan sudah seperti keahlian dasar yang dimiliki anak laki-laki di desa
kami.

Paling seru adalah ketika salah satu dari kami dipanggil untuk maju melantunkan adzan, maka
seketika itu juga, tepuk tangan kami semua bergemuruh, dan kami semua bersorak semangat. Tetapi,
ternyata tidak semua. Hanya Ucen. Yang diam dan memisahkan diri. Dia seperti terlarut dalam
keseriusan yang berlebihan, ataukah ia gugup? Ketika namanya dipanggil, sorakan heboh yang
mengiringi tergantikan dengan gelak tawa, karena tingkahnya sangat lucu. Bibirnya komat-kamit dan
wajahnya menunduk. Tetapi itu pun sama sekali tak membuatnya larut, ia masih tertunduk nampak
sekilas tegang.
Aku bingung, apa yang membuatnya gugup seperti itu? Melihat tingkahnya, siapa pun yang melihat,
tak akan percaya kalau dia bisa, pikirku saat itu. Lantas siapa yang menduga, ternyata, aku benarbenar salah. Ucen sungguh luar biasa. Ia melantunkan Adzan dengan istimewa, nyaris sama seperti
yang dicontohkan pak ustad atau adzan yang dikumandangkan di tv setiap maghrib tiba. Ucen
berhasil melarutkan kami semua dalam keheningan. Bahkan sampai tak ada bosan mendengarkan.
Hingga lafal adzan terakhir, kami dibuat tertegun.
Bahkan pak Ustad juga ikut dibuat tercengang. Ia kembali ke tempat semula. Duduk dengan santai,
seolah ia telah membuang semua beban, sedangkan kami merasakan sesuatu masih mengganjal di
tenggorokan, seperti ingin sekali menyorakkannya dengan bangga. Tetapi tidak. Tidak bisa, karena
semestinya subhanaallah yang terlontar pada ketakjuban seperti ini. Sama seperti saat ini, kami
kembali dibuat tertegun dan berdecak kagum dengan haru. Para juri hampir diam tanpa komentar
kecuali subhanallah yang terlontar.
Pemenang lomba akan segera diumumkan. Kami semua larut dalam kecemasan, berharap Ucenlah
yang akan dipanggil sebagai pemenang. Namun, Ucen yang duduk di sampingku seusai tampil tadi,
terlihat berbeda. Ia tidak cemas layaknya kami yang mengharap piala itu bisa sampai diletakkan di
lemari usang musala sebagai pemanis di sudut ruang. Ku tanya dia, kenapa? Ia hanya menjawab
santai, Aku tidak butuh menang. Menghilangkan rasa gugup itu dengan tampil baik sudah cukup.
Walau aku juga menginginkan lebih. Menang menjadi berharga bagiku. Tapi tak akan bisa diraih
tanpa Pak Ustad Ia menghela napas dan tersenyum.
dan juga teman-teman semua yang membuat ini semua sungguh berarti bagiku. kami semua ikut
tersenyum mendengarnya.
pemenang lomba adzan tahun ini adalah Uceennn!
Ucen kamu menang Cen, Alhamdulillah..
Kami semua sangat bersyukur dan bangga padanya. Ucen memenangkan perlombaan. Sukses
membuat orang-orang yang sebelumnya menertawakannya menjadi tercengang dan takjub padanya.
Semua orang bersorak bangga. Decak kagum dan tepukan tangan tak surut tertuju pada Ucen.
Bahkan lebih dari waktu itu, di musala. Semua orang harus tahu, seolah itulah makna dari ini semua.
Semua orang harus tahu. Bahwa setiap dari kita pasti punya kemampuan yang lebih besar dari yang
hanya orang lain katakan. Dan biarlah rasa takut itu mendorong kita untuk semakin besar
berkembang hingga bisa melawan ketakutan itu.
Cerpen Karangan: Elmira Fay
Blog: elmirafairuz26.blogdetik.com
Bernama lengkap Elmira Fairuz Khilda Machfud, gemar menulis. Baginya, menulis adalah kegiatan
yang dihiasi fantasi dan tentunya asyik. Silahkan baca dan terhibur dengan beberapa karyanya! :)
Ini merupakan cerita pendek karangan Elmira Fay, kamu dapat mengunjungi halaman khusus
penulisnya di: Elmira Fay untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa juga
untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Islami (Religi) Cerpen Motivasi

Anda mungkin juga menyukai