1.TEMA : seorang pemuda yang berjuang untuk cintanya dan berjuang untuk negaranya.
2.TOKOH:
3.Latar Tempat:
~ Saat Susila menjadi guru dan bertemu Putusasih semua latar hampir semua bertempat di
Bali.
~ Saat Susila mencari keberadaan Putusasih dan berpindah-pindah pekerjaan dari satu kota
ke kota lain,dan bertemu dengan Putusasih di Surabaya
4. Kelemahan: Novel jangir bali awal cerita berlatar tempat di Bali namun dalam penggambaran
Tempat-tempat Yang ada di Bali tidak dibahas secara detail dan masih menggunakan bahasa yang
baku.
5. Kelebihan : Novel ini memiliki banyak kelebihan seperti contohnya menggunakan bahasa melayu
lama yang indah dan penggambaran untuk suasana roman yang terjadi sangat menggetarkan
hati.novel sastra yang patut dirokemendasikan untuk dibaca.
PENILAIAN NOVEL
Unsur yang paling menonjol dalam Novel Janggir Bali karya Nur.St.Iskandar adalah unsur roman
seperti halnya dalam kutipan berikut:
“ Susila makin lama makin terbuka hatinya, demikian juga gadis itu. Banyak Tanya Susila
kepadanya, dan sekaliannya dijawab oleh Putusasih dengan hormat dan lurus.
“Sudah banyak melihat gadis-gadis yang indah, cantik lagi jelita di mana-mana, tetapi tak ada yang
secantik dan sejelita gadis Bali Utara yang telah menawan hatiku ini, Adik.”
Selain unsur roman novel ini juga kental dengan unsur budaya dan perjuangan dapat dilihat dari
beberapa kutipan sebagai berikut
“petulangan ini seperti sapi rupanya, sebab yang dibakar itu mayat orang bangsawan tinggi. Bagi
bangsawan biasa petulangan bergambar singa, tetapi bagi rakyat jelata saja petulangan “naga
gajah” atau gajah mina namanya. Lihat, kemenyan telah dibakar, pedanda sudah membaca
mantera, telah mendoa sambil memberkati puja-pujaan;sekaliannya telah ditaruh di atas
petulangan dan disiram dengantoya pangentas, yaitu air suci. Lihat, Sus, petulangan dan menara
mayat sudah dibakar ….”
“Selagi kita di bawah kekuasaan bangsa asing dalam segala-galanya, terutama dalam politik dan
ekonomi, kemakmuran bangsa kita akan tinggal dalam cita-cita saja, Sus!”
“Aku ingin belajar kepadanya, supaya aku dapat pula mengabdikan diri kepada nusa dan bangsa.”
“Jadi jangir atau tidak, kenyataan telah menunjukkan bahwa Adinda sudah berjasa besar dalam
haln meninggikan tingkat kesenian tanah tumpah darahmu sendiri. Dan terutama sekali dalam hal:
kita telah dapat bersatu padu dan akan berjuang terus untuk cita-cita kita yang suci murni itu.”
“Habis gelap terbitlah terang,” kata Susila serta bangkit pula dari tempat duduknya, “lain tidak
karena berkat kepercayaan, keyakinan dan keteguhan iman kita berdua, Adikku….”
Dari penggalan kutipan diatas bahwa novel Djangir Bali ini tidak hanya mengedepankan unsur roman
saja tetapi diselingi dengan kebudayaan bali yang kental dan perilaku Tokoh Utama Raden Panji
Susila yang mencintai Putusasih begitu tulusnya meskipun status mereka berbeda namun cinta di
antara keduanya tak pernah luntur sekalipun,didasari dengan rasa kesetiaan dan keteguhan hati
menghadapi cobaan yang berliku membuat Susila dan Putusasih kembali dipertemukan.
Dalam novel disebutkan bahwa Susila sangat mencintai negerinya dan ingin memajukan negerinya
dengan membuka sekolah di tempat tinggal Putusasih di desa Sanjen,namun ia juga ingin
meningkatkan perekenomian masyarakat desa tersebut.Cita-cita tersebut sangat mulia tetapi
banyak cobaan yang menyangkut pautkan bahwa yang dilakukan Susila tidak sesuai dengan
peraturan yang ada.
Hubungan unsur roman,budaya, dan perjuangan dalam novel ini sangatlah apik dengan alur yang
jelas serta ditulis dengan bahasa yang indah membuat pembaca seakan berada pada suasana dalam
novel,banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil.terselip juga unsur agama dalam novel ini yang
membuat novel Jangir Bali ini semakin sempurna untuk dibaca dan diambil hikmahnya.