sehat peka dan cerdas, kemudian Hardojo menjadi abdi dalem mangkunegaran dan lantip
juga sudah tinggal bersamanya.
Noegroho bekerja di sekolah rakyat pemerintahan jepang. Ia mempunyai istri bernama
susanti, dan mempunyai anak bernama Toni, Marie dan Tommi, pemerintahan Jepang dirasa
gajinya kurang cukup, berbeda ketika dalam Pemerintahan Belanda dahulu. Nugroho
memutuskan untuk menjadi Opsir PETA dan tinggal di daidan Bantul. Jepang kalah perang
dan Opsir PETA dilucuti senjata mereka. Nugroho kemudian tinggal di rumah ibunya Sus.
Zaman Revolusi adalah kepanjangan dari penderitaan zaman jepang, Pak Martokebo yang
dulunya baik menjadi PKI, keluarga Sastrodarsono selamat. Belanda kembali menyerbu
Yogya, mengebom Maguwo dan ketika itu anak Nugroho yaitu toni meninggal.
Tahun 1962 Soemini pulang karena suaminya selingkuh dengan penyanyi orkes, itu karena
soemini sibuk dengan organisasinya. Tak lama Harjono menusul Soemini ke tempat orangtua
Soemini dan ia mau pulang, masalah juga ada lagi dari Sus istri Noegroho, anak perempuan
satu-satunya merrie hamil dengan temanya yang bernama maridjan, , ketika lantip ke Jakarta
simbah putri meninggal, simbah kakung terlihat sedih akan tetapi kesedihan itu hanya
sementara, ia berpesan jangan terlalu larut dalam kesedihan, biarlah Simbah Putri pergi
dengan tenang. Setelah pulang ke jakarta ternyata maridjan sudah mempunyai istri dan anak,
ia menceraikanya kemudian menikah dengan Merrie, berkat lantip masalah sudah
terselesaikan mereka mnikah dengan pesta yang sangat meriah.
Harimurti adalah anak yang sudah menganggap Lantip sebagai kakaknya, pada tahun 1964 ia
bertemu dengan Retno Dumilah alias Gadis sesosok wanita yang polos menyampaikan
pandangan-pandanganya. Hari jatuh cinta kepadanya mereka sering jalan berdua, ketika di
suatu malam yang dingin Hari mengantar Gadis pulang ke Pemondokanya waktu itu sepi
tidak ada orang, awalnya gadis hanya mengajak masuk kamar akan tetapi kejadian yang tak
terduga terjadi mereka bercinta dikamar tersebut, bahkan di waktu-waktu sepi ada
kesempatan mereka mengulanginya lagi, suatu ketika gadis sebulan tidak datang bulan.gadis
juga pernah mengajak hari ke tempatnya di Wates , hari sangat akrab dengan orangtua Gadis
dan adik angkat Gadis yang agak rusak otaknya yang bernama Kentus.
Orangtua hari ingin hari cepat menikah dan cepat bekerja.
Lantip mau bertunangan dengan Halimah wanita pilihanya yang berasal dari Sumatera Barat
diadakan pesta keci-kecilan, semua datang kecuali Embah Kakung yang tidak mungkin
datang karena badanya sudah tidak kuat untuk berpergian.
Kejadian terjadi pada Harimurti , ia ditangkap dan dipenjara selama 4bulan dan setelah 4
bulan diperbolehkan pulang akan tetapi hanya sebagai tahanan rumah, harimurti memikirkan
nasib mas naryo dan gadis , tedengarlah kabar dari lantip bahwa mas naryo sudah tertangkap
dan di esekuisi mati di Boko, Prambanan , dan Gadis sudah tertangkap di dekat magelang
ditahan di Plantungan.
Setelah mendengar Gadis di tahan hari menceritakan tentang hubunganya dengan Gadis yang
sudah terlalu dalam ,sehingga Gadis hamil benih nya. Lantip menyusul ke Plantungan untuk
menemui gadis dan ke Wates tempat keluarga Gadis untuk mengabarkan keadaan Gadis.
Berkat Pakde Nugroho Gadis keluar dari tahanan dan menjadi tahanan rumah . akan tetapi
malangnya si gadis ketika Lantip dan keluarga mau menjemput Gadis, tenyata Gadis sudah
meninggal karena melahirkan lebih awal. Hari sangatlah sedih dengan kabar tersebut, tak
lama kemudian Lantip dan hari ke tempat simbah Sastrodarsono. Hari sekarang menjadi
tahanan kota yang boleh keluar dari rumah , Eyang Kakung ternyata sudah rapuh keadaanya
dan sudah gawat, kemudian Lantip menghubungi semua keluarga kalau Simbah sedang sakit,
kemudian simbah Sastrodarsono meninggal dunia. Mereka sudah merelakan kepergianya
Lantip sangat berterimakasih atas kebaikan simbah Sastodarsono bahkkan ia menjadi wakil
pidato terakhir untuk melepas kepergian simbah Sastodarsono.
Fakta Cerita
Plot
: susunan dari artistik dari peristiwa yaitu Alur gabungan karena ceritanya maju
dan mundur
Plot awal
suaminya
Mbok Soemo
Noegroho
Hardojo
Soemini
Susanti
Sumarti
Harjono
dalam negeri
kementrian
Tommi
Marrie
Toni
Haji mansoer
Harimurti
terhasut,
Ngadimi
: Keponakan soedarsono
Mas atmokasan
Ndoro Seten
Broto dinomo
: orangtua sumarti
Latar
Latar Tempat
diceritakan
Gaya Bahasa
: Bahasa yang di pakai ada yang Bahasa Jawa karena latar tempatnya di
Jawa, sedikit kosa kata Bahasa Belanda , kosa kata Bahasa Jepang dan
Bahasa Indonesia terdapat dalam novel ini. Ada pula pemajasan antara
lain :
Majas Perbandingan : rumah gebyok yang terlalu besar dan bagus dengan rumah yang
terbuat dari anyaman bambu
Judul
Unsur Ekstrinsik
Sosial Budaya
Ekonomi
Agama
Politik
Moral
Tanggapan :
Novel ini sangat mengagumkan bagi pembacanya, pembaca diajak
untuk menyelami
keadaan yang terjadi dalam peristiwa adanya konflik-konflik yang begitu banyak seolah-olah
pembaca menjadi tokoh yang berperan di dalam Novel Para Priyayi ini, dihadapinya dengan
bijaksana diselesaikan dengan baik-baik tanpa merugikan orang lain.
Walaupun jadi Priyayi dalam novel ini Priyayi tersebut tidaklah sombong, tetap mengayomi
orang yang di bawah.