Anda di halaman 1dari 6

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA
KEPALA KEJAKSAAN NEGERI SERUYAN
DENGAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SERUYAN

NOMOR : B- /O.2.19/08/2022
NOMOR : / / PKS/SDK-FAR/VIII/2022

TENTANG

PELAYANAN BALAI REHABILITASI MEDIS PECANDU NARKOTIKA DAN


KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA SERTA ZAT ADIKTIF
LAINNYA DI WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Pada hari ini, tanggal 08 bulan Agustus tahun dua ribu dua puluh dua, kami
yang bertanda tangan di bawah ini:

1. ROMY ROZALI, S.H., M.M. selaku Kepala Kejaksaan Negeri Seruyan,


dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kejaksaan Negeri
Seruyan, yang berkedudukan di JI. Jenderal Sudirman No. 03 Kuala
Pembuang, untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. dr. Bahrun Abbas, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten


Seruyan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Dinas Dinas
Kesehatan Kabupaten Seruyan, yang berkedudukan di Jl. A. Yani No.13
Kuala Pembuang, untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut


PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal Sebagai berikut :

a. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Kepala Kejaksaan Negeri Seruyan yang


melaksanakan tugas Penuntutan Tindak Pidana Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika, serta Penyelesaian Perkara Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika Melalui Rehabilitasi Dengan Pendekatan
Keadilan Restoratif Sebagai Pelaksanaan Asas Dominus Litis Jaksa;
b. Bahwa PIHAK KEDUA adalah Perangkat Daerah Kabupaten Seruyan yang
salah satu tugas pokok dan fungsinya Dinas Kesehatan mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintah dan tugas pembantu lingkup
pelayanan kesehatan, kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian
penyakit serta sumber daya kesehatan.

Dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);

1
3. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 185, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5571);
8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib
Lapor Pecandu Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5211);
10. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kejaksaan Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua atas Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 67);
11. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 10) ;
12. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2020 tentang Rencana Aksi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkotika dan Prekusor Narkotika Tahun 2020-2024;
13. Peraturan Jaksa Agung Nomor : PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1069) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Jaksa Agung Nomor : PER-006/A/
JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 443);
14. Peraturan Badan Narkotika Nasional Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan
Nasional Kabupaten/Kota;
15. Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik lndonesia, Menteri
Hukum dan Hak Manusia Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik
Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepala Badan
Narkotika National Republik lndonesia No. 01/PB/MA/III/2014, Nomor
03 Tahun 2014, Nomor 11 Tahun 2014, PERBER/01/III/2O14/BNN
tentang Penanganan Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke
dalam Lembaga Rehabilitasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 465);

2
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Penyelenggaraan Institusi Penerima Wajib Lapor;
17. Peraturan Kepala Badan Narkotika National Nomor 11 Tahun 2014
tentang Tata Cara Penanganan Tersangka Dan/Atau Terdakwa
Pecandu Narkotika Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam
Lembaga Rehabilitasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 14
Nomor 844);
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.0l.07/MENKES/701/2018
tentang Institusi Penerima Wajib Lapor ;
19. Surat Keputusan Kepala BNN Nomor: KEP/221/II/DE/RH.03/2021/BNN
tentang Penetapan Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial
Bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang
Diselenggarakan oleh Pemerintah dan Masyarakat;
20. Surat Edaran Jaksa Agung Nomor SE-002/A/JA/02/2013 Tentang
Penempatan Korban Penyalahgunaan Narkotika Ke Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial;
21. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Penempatan Penyalahguna, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu
Narkoba ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dari Rehabilitasi Sosial;
22. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomer 3 Tahun 2011 tentang
Penempatan Korban Penyalahgunaan Narkotika di dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial;
23. Pedoman Jaksa Agung Nomor 11 Tahun 2021 tentang Penanganan Perkara
Tindak Pidana Narkotika dan/atau Tindak Pidana Prekursor Narkotika;
24. Pedoman Jaksa Agung Nomor 18 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Perkara
Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Melalui Rehabilitasi Dengan
Pendekatan Keadilan Restoratif Sebagai Pelaksanaan Asas Dominus Litis
Jaksa;
25. Standar Rehabilitasi penanganan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif (NAPZA) Nasional Indonesia 8807:2019 tentang Penyelenggara
layanan rehabilitasi bagi pecandu, penyalahguna dan korban
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dengan itikad baik dan tetap berpedoman
kepada ketentuan peraturan perundang-undangan, PARA PIHAK dengan ini
sepakat untuk melakukan Perjanjian Kerja Sama tentang pelayanan balai
rehabilitasi medis pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika serta
zat adiktif lainnya di Provinsi Kalimantan Tengah, dengan ketentuan sebagai
berikut:

BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 1

(1) Maksud Peıjanjian Kerja Sama ini adalah sebagai pedoman kerja bagi
PARA PIHAK dalam melaksanakan pelayanan balai rehabilitasi medis
bagi pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika serta
zat adiktif lainnya.

(2) Tujuan Perjanjian Kerja Sama ini adalah :


a. Terlaksananya pelayanan rehabilitasi medis bagi pecandu
narkotıka dari korban penyalahgunaan narkotika serta zat adiktif
lainnya di wilayah Kejaksaan Negeri Seruyan secera sinergis, efektif
dan efisien;
b. Meningkatnya akses layanan rehabilitasi medis bagi pecandu
narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika serta zat adiktif
lainnya di wilayah Kejaksaan Negeri Seruyan;
c. Tersedianya sarana dan prasarana rujukan rehabilitasi medis bagi
pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika serta zat
3
adiktif lainnya di wilayah Kejaksaan Negeri Seruyan.

BAB II
OBJEK DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Objek Perjanjian Kerja Sama ini adalah :


a. Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaaan narkotika yang
sedang berstatus sebagai tersangka dan/atau terdakwa dalam kasus
penyalahgunaan narkotika dan sedang menjalani proses Pra
penuntutan, Penuntutan dan Persidangan di Pengadilan, serta
Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Melalui Rehabilitasi Dengan Pendekatan Keadilan Restoratif Sebagai
Pelaksanaan Asas Dominus Litis Jaksa;

b. Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika yang


telah mendapat penetapan atau putusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum tetap untuk menjalani pengobatan dan
rehabilitasi.

(1) Ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama meliputi :


a. Pelayanan rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika dan korban
penyalahgunaan narkotika serta zat adiktif lainnya yang sedang dalam
proses hukum dan/atau mempunyai kekuatan hukum tetap dari
hakim;
b. Penyediaan fasilitas pelayanan berikut sarana dan prasarana pelayanan
balai rehabilitasi medis;
c. Penyediaan Tenaga Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang
berkompeten;
d. Penyediaan informasi terkait pelayanan yang diberikan secara tertutup
sesuai kewenangan.

BAB III
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 3

(1) PIHAK PERTAMA mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam :


a. Melanjutkan koordinasi dengan PIHAK KEDUA terkait
persiapan pelaksanaan layanan rehabilitasi medis;
b. Memfasilitasi pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan
narkotika serta zat adiktif lainnya dalam proses rujukan ke fasilitas
kesehatan PIHAK KEDUA;
c. Menyiapkan dokumen rujukan dan dokumen-dokumen
administrasi lainnya terkait calon pasien yang dibutuhkan oleh
PIHAK KEDUA saat memberikan pelayanan;
d. Memberikan dukungan penjagaan/keamanan bagi pasien
selama menjalani rehabilitasi medis di fasilitas kesehatan.

[2] PIHAK KEDUA mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam :


a. Memberikan pelayanan rehabilitasi medis rawat inap dan/atau rawat
jalan terhadap pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan
narkotika;
b. Memfasilitasi pelayanan rujukan medis spesialistik non jiwa sesuai
indikasi;
c. Memberikan informasi terkait hasil perkembangan rehabilitasi atas
permintaan PIHAK PERTAMA sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
4
d. Memberikan ijin kepada Penuntut Umum untuk melakukan
pemeriksaan terhadap pecandu narkotika dan korban
penyalahgunaan narkotika yang sedang menjalani rehabilitasi medis
dalam rangka proses penuntutan dan proses persidangan.

BAB IV
PELAKSANAAN

Pasal 4

Prosedur pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini serta alur pelayanan rehabilitasi
medis pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika tercantum dalam
lampiran yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari perjanjian kerjasama ini.

BAB V
JANGKA WAKTU

Pasal 5

(1) Perjanjian Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun
terhitung sejak tanggal ditandatangani dan apabila dikehendaki dapat
diperpanjang atas persetujuan PARA PIHAK;

(2) Dalam hal salah satu pihak berkeinginan untuk mengakhiri Perjanjian Kerja
Sama ini sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berakhir,
PARA PIHAK memberitahukan secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum diakhirinya Perjanjian Kerja Sama ini;

(3) Selain karena berakhirnya jangka waktu Perjanjian Kerja Sama, dalam hal
terjadi keadaan force majeure/keadaan kahar yang tidak dapat diatasi PARA
PIHAK dapat mengakhiri Perjanjian Kerja Sama ini;

(4) Apabila Perjanjian Kerja Sama ini tidak diperpanjang lagi dan/atau diakhiri
sebelum jangka waktunya habis sebagaimana dimaksud pada ayat 2, maka
pengakhiran Perjanjian Kerja Sama ini tidak mempengaruhi tugas dan
tanggung jawab PARA PIHAK yang harus diselesaikan terlebih dahulu
sebagai akibat pelaksanaan sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja Sama ini.

BAB VI
PEMBIAYAAN

Pasal 6

(1) Biaya rehabilitasi medis bagi terpidana kasus narkotika dibebankan


pada anggaran Kementerian Kesehatan, sesuai mekanisme
pembiayaan penyelenggaraan pelayanan Institusi Penerima Wajib Lapor
(IPWL);

(2) Biaya rehabilitasi medis bagi pecandu narkoba dan korban


penyalahgunaan narkotika yang sedang berstatus sebagai tersangka
dan/atau terdakwa Jaminan Kesehatan Nasional Penerima Bantuan
Iuran (JKN-PBI) dalam kasus penyalahgunaan narkotika yang masih
dalam proses peradilan dibebankan pada anggaran Kementerian
Kesehatan, sesuai mekanisme pembiayaan penyelenggaraan
pelayanan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL);

5
(3) Biaya rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan
narkotika yang sedang berstatus sebagai tersangka atau terdakwa dalam
kasus penyalahgunaan narkotika yang masih dalam proses peradilan
dibebankan kepada keluarga pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan
narkotika.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 7
(1) Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dan ditandatangani dalam rangkap 2
(dua) masing-masing bermaterai cukup dan memiliki kekuatan hukum
yang sama, dan PARA PIHAK memegang masing-masing 1 (satu)
rangkap;
s
(2) Perjanjian Kerja Sama ini mulai berlaku sejak ditandatangi oleh PARA
PIHAK.

PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,

ROMY ROZALI, SH, MM dr. BAHRUN ABBAS

Anda mungkin juga menyukai