PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit rawat inap merupakan salah satu unit penting dalam pemberian pelayanan
di suatu rumah sakit. Hal ini terlihat dari beberapa indikator mutu rumah sakit yang
sebagian besar diambil dari pelayanan rawat inap. Antara lain dilihat dari efisiensi
penggunaan tempat tidur pasien rawat inap, kepuasan pasien rawat inap, angka insiden
keselamatan pasien, angka infeksi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu pencitraan baik
buruknya pelayanan suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh gambaran pelayanan
yang diberikan di unit rawat inap.
Pada dasarnya pelayanan di unit rawat inap berlangsung selama 24 jam secara
terus menerus. Kelangsungan layanan ini menuntut adanya suatu sistem yang baik agar
mutu layanan kesehatan dapat dijaga dan dipertahankan. Baik mencakup sistem
manajemen sumber daya manusia, fasilitas, maupun sistem layanan yang mendukung
pemberian pelayanan di unit rawat inap.
Dari segi sumber daya manusia yang ada di unit rawat inap pada umumnya
memiliki proporsi yang lebih banyak dibandingkan dengan unit lain. Data bulan
September 2018 menunjukkan bahwa porsi jumlah SDM perawat rawat inap adalah
yang terbanyak yaitu 43% dari jumlah total perawat Rumah Griya Medika Dompet
Dhuafa. Hal ini tentu saja memerlukan suatu pengelolaan yang baik untuk menjaga
kualitas SDM yang sesuai kualifikasi dan standar profesi untuk menjalankan fungsi
pelayanan di unit rawat inap.
Salah satu indikator mutu rumah sakit yaitu angka kepuasan pasien rawat inap.
Data tiga bulan terakhir menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2018 angka kepuasan
pasien mencapai 90,28%; bulan Februari 91,8%; dan bulan Maret 90,5%. Rumah Griya
MedikaDompet Dhuafa menetapkan standar angka kepuasan pasien rawat inap di tahun
2021 adalah 90%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa angka kepuasan pasien
rawat inap masih belum stabil, masih sangat mungkin akan ada penurunan dari standar
yang ditetapkan. Oleh karena itu memerlukan suatu upaya untuk meningkatkan dan
menjaga kualitas layanan agar tercipta peningkatan mutu pelayanan di unit rawat inap.
Pedoman pelayanan rawat inap perlu dibuat sebagai acuan dalam
menyelenggarakan layanan kesehatan di rawat inap. Pedoman pelayanan rawat ini
Keterangan :
A = jam perawatan/24 jam (nursing time), yaitu waktu perawatan yang
dibutuhkan pasien.
Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien
selama 24 jam
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
Komponen B, adalah hasil perkalian BOR dengan jumlah tempat tidur. Contoh
jika BOR 76 % dan jumlah tempat tidur 100 maka sensus harian adalah 76.
C = jumlah hari libur
Komponen C, adalah jumlah hari libur resmi yang ditentukan oleh pemerintah
dan jumlah hari libur karena cuti tahunan personel. Jumlah hari libur diIndonesia
kira-kira 76 hari yang terdiri dari 52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12 hari libur
nasional. Disamping itu perlu juga diperhitungkan hari libur lain yaitu secara
alamiah menjadi hak biologis wanita yaitu cuti hamil kurang lebih selama 3 bulan.
Jam kerja perhari 7 jam perhari
Total Kebutuhan Perawat Rumah Sakit Rumah Griya Medika Dompet Dhuafa Tahun
Dalam rangka menjamin mutu sesuai standar MPKP maka diperlukan 1 perawat
primer : 5-6 pasien
Jumlah perawat primer yang dibutuhkan 7-14 orang (10 orang)
Total jumlah perawat = 8 orang
Maka jumlah perawat 2 orang bisa untuk maksimal pasien = 15 pasien /hari
Ekuivalen dengan = 70% BOR
Tetap
lolos lolos lolos
s
RS Orientasi Penetapan Kontrak 1 thn
karyawan status
1 bulan
Part timer
E. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga dilakukan dengan sistem pembagian tiga shif dalam sehari yaitu
pagi, siang dan malam. Untuk formasi jaga di masing-masing bangsal dapat dilihat pada
tabel berikut:
N Nama Jabatan Kualifikasi Shif jaga Jumlah
o Formal Sertifikat tenaga
1. Kepala Bagian Sarjana SIP / STR, Pagi 1
Keperawatan Keperawatan BTCLS
Ruang
Pagi
Siang 2
Malam 2
2
Ruang 2
Pagi
Siang
Malam
1
1
Ruang 3 1
Pagi
Siang
Malam
Ruang 4 1
Pagi 1
Siang 1
Malam
Ruang
Pagi
Siang 1
Malam 1
1
Pagi 2
Siang 2
Malam 2
BAB III
STANDAR FASILITAS
No Nama Ruangan KELAS JUMLAH TT LUAS
Khadijah Kelas 2 2 5 x 3 = 15 m2
2 Aisyah Kelas 2 2 5 x 3 = 15 m2
3 Saudah Kelas 2 2 5 x 3 = 15 m2
5 Zainab Kelas 3 3 5 x 3 = 15 m2
7 C.ICU/HCU
9 B. UMUM /VIP
15 G.ISOLASI
JUMLAH 23
23
5. Langit-langit.
Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan debu atau
kotoran lain.
6. Pintu.
a. Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing dengan
lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar 90 cm, dilengkapi dengan
kaca jendela pengintai (observation glass).
b. Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm.
c. Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1
kamar mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat.
Pintu kamar mandi pasien, harus membuka ke luar kamar mandi.
d. Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke luar.
7. Kamar mandi.
a. Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak
penampung air.
D. Penundaan Pelayanan
Penundaan pelayanan adalah keterlambatan waktu pelayanan yang seharusnya dapat
di lakukan di RS.TDD segera sesuai jadwal pasien dalam rangka mengakkan diagnose ,
pemberian terapi, tindakan atau prosedur yang harus dilakukan dan penyediaan rawat
inap. Keterlambatan yang di maksud adalah bersifat sementara .
Ruang lingkup penundaan pelayanan ini dapat disebabkan :
a. Full bed
b. Kendala DPJP
c. pengoperasian alat diagnostik;
d. Belum tersedianya bahan operasional untuk pengobatan, baik terapi
medikamentosa,operatif, maupun tindakan invasif; danKerusakan alat diagnostik,
terapi, operatif, maupun rehabilitasi medis;
7. Pelayanan Pasien Lansia, Cacat, Anak-anak, dan Populasi Yang Berisiko Disiksa
Menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, munculnya penyakit kronik dan
Logistik modern adalah proses pengolahan barang strategis terhadap pemindahan dan
penyimpanan barang atau material, suku cadang dan barang jadi dari para pemasok di
dalam sarana atau fasilitas perusahaan sampai ke konsumen. (Lumenta 1990).
Sedangkan pengertian manajemen logistik adalah proses mengenai perencanaan dan
penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, pemeliharaan,
penghapusan, serta pengendalian.
A. Jenis Logistik
D. Pengadaaan logistic
Inventaris ruangan
a.
NAMA ALAT Saldo Awal Saldo Akhir
NO TIDAK HABIS KODE Kondisi keterangan
PAKAI ASSET Qty Rp Qty Rp
MESIN / Elektromedik
1 Syringe pump 1 1 BAIK
Oksigen
1 1
2 flowmeter Baik
3 Mesin Suction 1 1 Baik
4 Alat clever check Baik
5 Nebulizer 1 1 Baik
6 Monitor Usamon 1 1 Baik
Infus Pump 1
7 1 Baik
8 pulse oksimetri 1 1 baik
9 ecg/ekg 1 1 0
10 film viewer 1 1 Baik
11 Diagnostic Set 1 1 Baik
Laringoscope
1
12 Anak 1 Baik
NO
NAMA ALAT Saldo Awal Saldo Akhir
HECTING
SET/ GV
SET TIDAK HABIS Kondisi keterangan
(MINOR PAKAI
SURGER
Y SET) Qty Rp Qty Rp
1 Gunting benang 1 1 Baik
2 Klem arteri 2 2 Baik
3 Pinset anatomis 2 2 Baik
Bak instrumen
4 sedang dg tutup 1 1 Baik
5 Kom kecil 1 1 Baik
6 Pinset cirurgis 2 2 Baik
Nama Barang
Medis Saldo Awal Saldo Akhir Keteranga
Kondisi
BARANG Tidak Habis n
UMUM Pakai Qty Rp Qty Rp
1 perlak infus 2 2 Baik
2 Bak laundry besar 2 2 Baik
3 Lemari excell 1 1 Baik
Lemari linen
4
(coklat) 1 1 Baik
C. Penerimaan Logistik
D. Penyimpanan logistik
Ada tiga tujuan pokok manajemen logistik, antara lain:
1. Tujuan operasional, tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan
mutu memadai serta waktu yang dibutuhkan
2. Tujuan keuangan, meliputi pengertian bahwa tujuan operasionalnya dapat
terlaksana dengan biaya serendah-rendahnya dengan hasil yang optimal
3. Tujuan pengamanan, agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan,
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
B. Pengertian
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
C. Tujuan patient safety adalah :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
A. Pengertian
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang wajib melaksanakan
program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM rumah sakit, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan
sekitar rumah sakit. Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu
melibatkan berbagai komponen yang ada di rumah sakit. Pelayanan K3RS
sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak
rumah sakit yang belum menerapkan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja (SMK3).
B. Tujuan
Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berkaitan dengan
mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan
perlindungan pada sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas.
C. Tatalaksana Keselamatan Kerja
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana,
prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk keselamatan kerja yang dilakukan:
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan:
a. Lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan rumah sakit;
b. Teknis bangunan rumah sakit sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan
bagi semua orang termasuk bagi penyandang cacat, anak-anak dan orang usia
lanjut;
c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselamatan
dan kesehatan kerja penyelenggaraan rumah sakit;
d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan rumah
A. Pengawasan
Pengawasan dan pengendalian merupakan proses akhir dari proses
management , dimana dalam pelaksananaannya proses pengawasan dan
pengendalian saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama
dalam perencanaan. Dalam proses management ditetapkan sesuai standar
yang menjadi acuan, diantaranya yaitu : visi-misi, standard asuhan ,
penampilan kerja, keuangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam
pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan apakah setiap tahapan proses
management telah sesuai dengan standard atau tidak dan jika ditemukan
adanya penyimpangan maka perlu di lakukan pengendalian sehingga sesuai
standard yang berlaku.
Komponen pengawasan dan pengendalian adalah :
1. Setting standard
2. Measuring perform
3. Reporting result
4. Corrective action
5. redirection
B. Pengendalian Mutu
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan
keluhan dari pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan
bahkan pemerintah sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan
berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan.
Jika pemerintah yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti bahwa
masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu pelayanan
kesehatan harus diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan
dengan melihat indikator-indikator mutu pelayanan rumahsakit yang ada di
beberapa kebijakan pemerintah, sudahkan kita mengetahuinya. Analisa
indikator akan mengantarkan kita bagaimana sebenarnya kualitas
manajemen input, manajemen proses dan output dari proses pelayanan
kesehatan secara mikro maupun makro.
Pedoman pelayanan rawat inap ini merupakan acuan bagi staf rumah sakit
dalam memberikan pelayanan di unit rawat inap. Terutama dalam memberikan asuhan
pasien di rawat inap. Tujuan akhirnya adalah didapatkan angka kepuasan pasien rawat
inap yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu diharapkan
dapat meningkatkan mutu layanan di rawat inap.
Pedoman pelayanan rawat ini masih dapat dikembangkan lagi dengan membuat
panduan atau SPO yang secara spesifik memberikan gambaran bagi staf dalam
melaksanakan prosedur tertentu. Pengembangan ini perlu dilakukan karena sifat
pedoman yang memiliki cakupan yang luas.
…………………………………..
Rumah Sakit
Rumah Griya MedikaDompet Dhuafa,
Direktur
Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit, 2007
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan, 2006
Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit, 2010
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit, Dirjen Bina Pelayanan Medik DepKes RI,
2007
Tentang
MEMUTUSKAN
Menetapkan ;
Di tetapkan di :
Pada tanggal : ……………2019
dr. OKTA