BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit rawat inap merupakan salah satu unit penting dalam pemberian pelayanan di suatu rumah sakit. Hal ini
terlihat dari beberapa indikator mutu rumah sakit yang sebagian besar diambil dari pelayanan rawat inap. Antara lain
dilihat dari efisiensi penggunaan tempat tidur pasien rawat inap, kepuasan pasien rawat inap, angka insiden
keselamatan pasien, angka infeksi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu pencitraan baik buruknya pelayanan suatu
rumah sakit sangat dipengaruhi oleh gambaran pelayanan yang diberikan di unit rawat inap.
Pada dasarnya pelayanan di unit rawat inap berlangsung selama 24 jam secara terus menerus.
Kelangsungan layanan ini menuntut adanya suatu sistem yang baik agar mutu layanan kesehatan dapat dijaga dan
dipertahankan. Baik mencakup sistem manajemen sumber daya manusia, fasilitas, maupun sistem layanan yang
mendukung pemberian pelayanan di unit rawat inap.
Dari segi sumber daya manusia yang ada di unit rawat inap pada umumnya memiliki proporsi yang lebih
banyak dibandingkan dengan unit lain. Data bulan Juli 2017 menunjukkan bahwa porsi jumlah SDM perawat rawat
inap adalah yang terbanyak yaitu 43% dari jumlah total perawat Rumah sakit Aka Medika Sribhawono. Hal ini tentu
saja memerlukan suatu pengelolaan yang baik untuk menjaga kualitas SDM yang sesuai kualifikasi dan standar
profesi untuk menjalankan fungsi pelayanan di unit rawat inap.
Salah satu indikator mutu rumah sakit yaitu angka kepuasan pasien rawat inap. Data tiga bulan terakhir
menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2018 angka kepuasan pasien mencapai 90,28%; bulan Februari 91,8%;
dan bulan Maret 90,5%. Rumah Sakit Aka Medika Sribhawono menetapkan standar angka kepuasan pasien rawat
inap di tahun 2018 adalah 90%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa angka kepuasan pasien rawat inap masih
belum stabil, masih sangat mungkin akan ada penurunan dari standar yang ditetapkan. Oleh karena itu memerlukan
suatu upaya untuk meningkatkan dan menjaga kualitas layanan agar tercipta peningkatan mutu pelayanan di unit
rawat inap.
Pedoman pelayanan rawat inap perlu dibuat sebagai acuan dalam menyelenggarakan layanan kesehatan di
rawat inap. Pedoman pelayanan rawat ini meliputi standar ketenagaan, fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik,
B. Tujuan
Tujuan umum dari pedoman pelayanan rawat inap adalah menjadi acuan staf rumah sakit dalam
melaksanakan pelayanan di rawat inap yang bermutu serta terciptanya budaya keselamatan pasien dan staf rumah
sakit.
Tujuan khusus pedoman pelayanan rawat inap antara lain:
1. Tercapainya standar ketenagaan di Sub Bagian Rawat Inap.
2. Tercapainya standar fasilitas di Sub Bagian Rawat Inap.
3. Terciptanya sistem pelayanan yang baik di Sub Bagian Rawat Inap.
4. Terciptanya budaya keselamatan pasien dan staf di Sub Bagian Rawat Inap.
5. Terlaksananya kegiatan pengendalian mutu Sub Bagian Rawat Inap.
D. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Darah
5. PERMENKES RI NOMOR 1045/MENKES/PER/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
6. PERMENKES RI NOMOR 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
7. PERMENKES RI NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
8. KMK RI Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(K3) Di Rumah Sakit.
9. KMK RI Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah
Sakit.
10. PMK RI Nomor: 812/MENKES/PER/VII/2010 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis Pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
11. KMK Nomor: 423/MENKES/SK/IV/2007 Tentang Kebijakan Peningkatan Kualitas Dan Akses Pelayanan Darah
Kualifikasi Jumlah
Nama
No. Formal Sertifikat Informal yang
Jabatan
diperlukan
1. Dokter Dokter Umum ACLS - Seorang muslim atau
Jaga muslimah yang
Bangsal berkepribadian Islam.
- Berakhlak mulia dan mampu
menjadi teladan.
- Sehat jasmani dan rohani
2. Kepala Sarjana SIP / STR, - Seorang muslim atau 1
Sub Keperawatan PPGD, muslimah yang
Bagian Ners / D III Manajemen berkepribadian Islam.
Rawat Inap Keperawatan Rawat inap / - Berakhlak mulia dan mampu
Manajemen menjadi teladan.
Keperawatan - Memiliki leadership untuk
mendeteksi arah perubahan
(trendwacther).
- Bukan pribadi yang suka
menyalahkan (non blaming
person)
- Sehat jasmani dan rohani
- Pengalaman sebagai
perawat pelaksanan minimal
2 tahun
- Memiliki kemampuan dalam
pengoperasian komputer
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Penghitungan Kebutuhan Tenaga Sub Bagian Rawat Inap
1. Analisis Beban Kerja
WAKTU JML WAKTU WAKTU
FREKUENSI JUML
NO JENIS KEGIATAN KEGIATAN PASIEN KEGIATAN KEGIATAN
KEGIATAN AH
PERPASIEN PERHARI PERHARI PERBULAN
I. KEGIATAN UMUM PERAWAT PELAKSANA
5. 10 38 3 1140 34,200
7. Infus 5 3 1 15 450
Mengantar Pasien
9. Luka 20 2 1 40 1,200
Mengambil Obat Ke
Menyiapkan
22. DC 15 3 1 45 1,200
Tindakan
scaren/menutup
202,4
50
31. 20 1 20 600
Orientasi Pasien
90,30
0
Mengganti Linen
5. ranap 10 3 30 900
Merekap Register
6. tranfusi 10 1 10 300
29,70
0
360,3
TOTAL 00
Keterangan :
A = jam perawatan/24 jam (nursing time), yaitu waktu perawatan yang dibutuhkan pasien.
Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien selama 24 jam
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
Komponen B, adalah hasil perkalian BOR dengan jumlah tempat tidur. Contoh jika BOR 76 % dan
Total Kebutuhan Perawat Rumah Sakit Aka Medika Sribhawono Tahun 2016
Total tenaga keperawatan di rawat inap target BOR 72% dari 84 bed
Tenaga yang dibutuhkan (shift 7 jam) = 34 orang
Factor koreksi = 10 orang
Tenaga non nursing servis = 11 orang
Total rawat inap = 55 orang
Dalam rangka menjamin mutu sesuai standar MPKP maka diperlukan 1 perawat primer : 6-8 pasien
Jumlah perawat primer yang dibutuhkan 8-14 orang (12 orang)
Total jumlah perawat = 67 orang
Karyawan yang dinyatakan lulus tes wawancara akan dipanggil untuk memulai bekerja dengan mengikuti
alur kekaryawanan sebagai berikut:
Mengulang/mengundurkan Mengulang/mengundurkan
diri diri
Tetap
lolos lolos lolos
1 bulan 2 bulan
Part timer
E. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga dilakukan dengan sistem pembagian tiga shif dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam.
Untuk formasi jaga di masing-masing bangsal dapat dilihat pada tabel berikut:
No Nama Jabatan Kualifikasi Shif jaga Jumlah tenaga
Formal Sertifikat
1. Dokter Jaga Bangsal Dokter Umum ACLS Pagi 1
Siang 1
Malam 1
2. Ketua Tim Perawat D III Keperawatan SIP / STR, PPGD Pagi disesuaikan
Siang
Ranap NS 2
Pagi 2
Siang 2
Malam 2
Ruang HCU
Pagi 1
Siang 1
Malam 1
Ruang Perinatologi 1
Pagi 1
Siang 1
Malam
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG RAWAT INAP
Ruang rawat inap Rumah Sakit Aka Medika Sribhawono dibagi menjadi empat ruang
perawatan.ns1, ns 2, hcu, perina dan vk Masing-masing mempunyai perbedaan dalam tata ruang,
disesuaikan dengan kebutuhan ruangan.
1. Ruang NS 1
Ruang NS 1 terdiri dari 12 tempat tidur untuk anak - anak, dan 12 tempat tidur untuk perawatan
Ranap NS 1 adalah ruangan untuk perawatan pasien anak dan maternitas,dimana ruang anak terdiri dari
ruang azalea, aster dan kenanga.,sedangkan untuk ruang maternitas terdiri dari ruang tuli, catelya dan melati, ranap
ns 1 terletak di lantai satu, sebelah utara berhadapan dengan masjid Almadinah, sebelah barat berbatasan dengan
ruang Aljabar, sebelah timur berbatasan dengan ruang IT. Sebelah selatan berhadapan dengan lorong mobilisasi
karyawan dan pengunjung.
2. Ruang Al Jabar
Ruang Al jabar terdiri dari 10 tempat tidur ditambah dengan 1 tempat tidur di ruang isolasi, jadi
total keseluruhan tempat tidur ada 11 tempat tidur. Terdapat 2 WC untuk pasien dan keluarga pasien
yang salah satunya terdapat di ruang isolasi. Terdapat 1 WC khusus perawat dan dokter, nurse station,
spoelhoek, ruang tindakan keperawatan, dan ruang Kepala Instalasi Rawat inap. Ruang tunggu untuk
WC
Isolasi
Ruang Isolasi B.8
Ruang
Tindakan/
Tempat tiang Obat
infus B.9
Ruang Bermain
B.1
B.7
B.3
B.6
B.5
Ruang WC WC
Ka. Ins. Ka. WC Perawat B.4
Spulhook
Ins.
1 2 3 6 3 2 1
Bed 3
Bed 3
5 5
Isolasi Isolasi Bed
Bed 4
Bed 4
4
Bed 5 Bed 5
4
Keterangan:
1. Spoelhoek
2. WC pasien
3. WC perawat
4. WC pasien ruang Isolasi
Ruang Ar-Rahman dan Ar-Rahim merupakan ruangan penyakit dalam pria. Letaknya di lantai 2 (di
atas ruang Ar-Razaq dan Al-Halim). Sebelah utara berbatasan dengan lorong mobilisasi pengunjung
dan karyawan, menghadap langsung ke lapangan di lantai 1. Sebelah selatan dibatasi oleh balkon
yang langsung menghadap ke taman di lantai 1. Sebelah timur dibatasi balkon yang menghadap ruang
An-Nuur. Sebelah barat berbatasan dengan baklon menghadap ke taman dan kolam ikan di lantai 1.
1 2 3 4 3 2 1
Bed 5 Bed 1
Bed 1 Bed 5
Ruang Ar-Razaq merupakan ruangan dewasa untuk pasien pria. Disebelah utara berbatasan
dengan lorong mobilisasi pengunjung atau karyawan, langung menghadap ke lapangan. Sebelah
selatan dibatasi oleh taman. Sebelah barat dibatasi oleh taman dan kolam ikan. Sebelah timur
berbatasan langsung dengan Ruang Al-Halim. Ruang perawat berada diantara kedua ruangan, ruang
Ar-Razaq dan Al-Halim.
Ruang Al-Halim merupakan ruang penyakit dalam wanita, berada di sebelah timur ruang Ar-
Razaq. Sebelah utara berbatasan dengan lorong mobilisasi pengunjung dan karyawan. Sebelah
selatan berbatasan dengan taman, sebelahtimur berbatasan dengan lorong mobilisasi pengunjung dan
karyawan yang dipisahkan oleh taman kecil. Sebelah barat berbatasan langsung dengan ruang Ar-
Razaq.
5. Ruang Al-Qowiyyu
Ruang Al-Qowiyyu memiliki 11 tempat tidur dengan 1 tempat tidur di ruang isolasi. Jadi total
tempat tidur di ruang Al- Qowiyyu terdapat 12 tempat tidur. Ruang Al-Qowiyyu memiliki 2 WC pasien, 1
WC perawat, 1 ruang tindakan, 1 nurse station, 1 ruang perawat, 1 ruang kepala perawat dan 1
spoelhoek. Berikut adalah gambaran ruang Al-Qowiyyu :
Ruang Al-Qowiyyu
8
6
Isolasi
Bagian Ruang Kebidanan 5
2
Bed Bed Bed Bed
7 4
8 9 10 11
3
7 6 5 4 3
1 Bed 2
Keterangan :
1. Spoelhoek
2. WC pasien
3. Ruang kepala ruangan
4. Ruang tindakan
5. WC perawat
6. Ruang perawat
7. Nurse Station
8. Ruang tunggu keluarga pasien
Ruang Al-Qowiyyu merupakan ruangan penyakit dalam wanita. Terdapat di lantai 1 berada antara
ruang office dan ruang bersalin (VK). Sebelah utara dibatasi oleh tembok permanen yang mengarah pada
tempat parker karyawan. Sebelah selatan menghadap ke taman dan kolam ikan. Sebelah timur berbatasan
dengan gedung office, dibatasi oleh taman kecil. Sebelah barat berbatasan langsung dengan ruang bersalin
(VK).
3 6
7
Bed Bed Bed Bed 7 8
1 2 1 2
1 2
Keterangan:
1. Ruang pasca bersalin (rooming in)
2. Ruang persiapan bersalin
3. Nurse Station
4. WC perawat
5. Ruang Bersalin
6. Ruang Perinatologi
7. Spoelhoek
8. WC pasien
Ruang bersalin (VK) merupakan ruangan tempat bersalin. Terletak di bagian timur Rumah Sakit
Aka Medika Sribhawono. Terdapat di lantai 1 berada antara ruang Al- Qowiyyu dan dapur. Sebelah utara
dibatasi oleh tembok permanen yang mengarah pada tempat parkir karyawan. Sebelah selatan berbatasan
dengan lorong mobilisasi pengunjung dan karyawan, menghadap ke taman dan kolam ikan. Sebelah timur
6. Pintu.
a. Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing dengan lebar 90 cm dan
40 cm. Pada sisi pintu dengan lebar 90 cm, dilengkapi dengan kaca jendela pengintai (observation
glass).
b. Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm.
c. Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1 kamar mandi
berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat. Pintu kamar mandi pasien, harus
membuka ke luar kamar mandi.
d. Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke luar.
7. Kamar mandi.
a. Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak cuci tangan (wastafel).
b. Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat mengikuti pedoman atau standar teknis yang
berlaku.
c. Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat, 1 (satu) buah untuk setiap kelas.
d. Toilet umum, terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel).
8. Jendela.
Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya, dan
cukup rapat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem pencahayaan pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti :
1) SNI 03 – 2396 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung,
2) SNI 03 – 6575 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan
gedung,
3) SNI 03 – 6574 – 2001, Tata cara perancangan sistem pencahayaan darurat, tanda arah dan
tanda peringatan, atau
4) Pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
c. Sistem Sanitasi.
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan instalasi rawat inap harus
dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan
sampah, serta penyaluran air hujan.
d. Sistem air bersih.
1) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air
bersih dan sistem distribusinya.
2) Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya
yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan instalasi rawat inap harus
memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan,
sistem air bersih pada bangunan instalasi rawat inap mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau
edisi terakhir, Sistem Plambing 2000, atau pedoman dan standar teknis lain yang berlaku.
e. Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah.
1) Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan,
sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah pada bangunan instalasi rawat inap
mengikuti SNI 03 – 6481 – 2000 atau edisi terakhir, Sistem Plambing 2000, atau pedoman
dan standar teknis lain yang berlaku.
Ceklis orientasi pasien baru tersebut dilengkapi dengan tanda tangan petugas pengorientasi dan
tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien telah diorientasikan. Ceklis yang sudah diisi lengkap
kemudian di dokumentasikan dalam rekam medis pasien rawat inap.
DPJP mempunyai wewenang dalam beberapa tindakan terkait asuhan kesehatan terhadap pasien.
Beberapa wewenang DPJP tersebut antara lain meliputi:
a. Melakukan tindakan untuk mengatasi kegawatan kepada pasien tanpa meminta persetujuan
kepada pasien atau keluarga.
b. Melakukan konsultasi dengan disiplin terkait lain.
c. Meminta perawatan bersama dengan DPJP lain sesuai dengan kondisi pasien dengan terlebih
dahulu memberikan pendidikan ke pasien atau keluarga dan meminta persetujuannya.
d. Merujuk pasien apabila sudah tidak mampu menangani pasien atau rumah sakit tidak memiliki
fasilitas yang memadai sesuai dengan kondisi pasien.
Dokumentasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan perawatan klien secara individual. Ada
Selain persyaratan sarana dan prasarana, pelayanan penyelenggara juga harus memenuhipersyaratan
peralatan, yaitu sekurang-kurangnya meliputi:
8. Pelayanan Pasien Lansia, Cacat, Anak-anak, dan Populasi Yang Berisiko Disiksa
Menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, munculnya penyakit kronik dan degeneratif, serta
kondisi psikososial yang tidak mendukung akibat berbagai kehilangan (teman hidup, pekerjaan,
kehormatan dan penghargaan, dan sebagainya) membuat orang lanjut usia semakin terpuruk dan tidak
sehat secara fisik maupun mental. Berbagai macam penyakit kronik dan degeneratif yang sering kali
menyertai mereka, memerlukan penatalaksanaan jangka panjang, bahkan seumur hidup. Lanjut usia
(lansia) adalah setiap warga negara Indonesia pria atau wanita yang telah mencapai usia 60 tahun ke
Logistik modern adalah proses pengolahan barang strategis terhadap pemindahan dan
penyimpanan barang atau material, suku cadang dan barang jadi dari para pemasok di dalam sarana atau
fasilitas perusahaan sampai ke konsumen. (Lumenta 1990). Sedangkan pengertian manajemen logistik
adalah proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan
penyaluran, pemeliharaan, penghapusan, serta pengendalian.
Ada tiga tujuan pokok manajemen logistik, antara lain:
1. Tujuan operasional, tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu memadai serta
waktu yang dibutuhkan
2. Tujuan keuangan, meliputi pengertian bahwa tujuan operasionalnya dapat terlaksana dengan biaya
serendah-rendahnya dengan hasil yang optimal
3. Tujuan pengamanan, agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan
tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan yang
sesungguhnya dapat tercermin dalam sistem akuntansi.
Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengolahan secara strategis terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan
persediaan bahan serta barang (stock, material, supplies, inventory, dll) yang diperlukan bagi produksi jasa
rumah sakit. Manajemen logistik khususnya dilingkungan rumah sakit perlu dilaksanakan secara efisien dan
efektif dalam arti bahwa segala macam barang, bahan ataupun peralatan harus dapat disediakan: tepat
pada waktu yang dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup tidak kurang atau lebih, dan yang paling penting
adalah ketersediaannya dengan mutu yang memadai.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Tujuan patient safety adalah :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.
Standar keselamatan pasien rumah sakit terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarganya
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Untuk mencapai keselamatan pasien rumah sakit diperlukan beberapa upaya yang secara terus menerus
harus dilakukan, antara lain:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf rumah sakit
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif untuk
menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh
Rumah Sakit Aka Medika Sribhawono. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan
dan tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di
rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum
dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat menambah
penggunaan metoda-metoda lainnya.
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang wajib melaksanakan program K3RS yang
bermanfaat baik bagi SDM rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di
lingkungan sekitar rumah sakit. Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai
komponen yang ada di rumah sakit. Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini
dikarenakan masih banyak rumah sakit yang belum menerapkan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja (SMK3).
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana, dan
peralatan kerja. Bentuk keselamatan kerja yang dilakukan:
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan:
a. Lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan,
dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan
rumah sakit;
b. Teknis bangunan rumah sakit sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk bagi
penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut;
c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselamatan dan kesehatan
kerja penyelenggaraan rumah sakit;
d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan rumah sakitharus dilakukan
oleh petugas yang mempunyai kompetensi dibidangnya (sertifikasi personil petugas/operator
sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan rumah sakit);
e. Membuat program pengoperasian, perbaikan dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi secara
berkala dan berkesinambungan;
f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis dan harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan layak pakai;
g. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan harus diuji
dan dikalibrasi secara berkala oleh balai pengujian fasilitas kesehatan dan/atau institusi
pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang;
h. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus
diawasi oleh lembaga yang berwenang;
Pengendalian mutu layanan rawat inap merupakan hal penting untuk menjaga mutu dan
keselamatan pasien. Pengendalian mutu dilakukan melalui program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien. Dalam program ini layanan di rawat inap menjadi salah satu sektor sasaran dalam peningkatan
mutu dan keselamatan pasien.
Pengendalian mutu layanan rawat inap dilakukan melalui kegiatan:
a. Pemenuhan standar pelayanan minimal rumah sakit
b. Penilaian indikator kunci area klinis dan manajerial rumah sakit
c. Penilaian indikator kunci keselamatan pasien rumah sakit
Dari berbagai kegiatan diatas dapat diperoleh gambaran pencapaian mutu layanan di unit rawat
inap. Dari gambaran tersebut kemudian dilakukan analisa untuk menentukan adakah layanan yang masih
memerlukan perbaikan. Langkah selanjutnya adalah menyusun rencana perbaikan untuk mengatasi
berbagai masalah atau kelemahan sistem yang ditemukan dari hasil analisa.
Perncanaan yang sudah dibuat kemudian dilakukan uji coba di layanan rawat inap. Hal ini untuk
mengetahui seberapa efektif rencana perubahan yang telah dilakukan. Proses uji coba ini dapat
berlangsung selama satu bulan atau lebih tergantung kebijakan yang diterapkan oleh rumah sakit. Dari
proses uji coba ini kemudian menghasilkan rekomendasi apakah rencana yang telah dibuat dapat
diterapkan atau perlu perbaikan lebih lanjut.
Pedoman pelayanan rawat inap ini merupakan acuan bagi staf rumah sakit dalam memberikan
pelayanan di unit rawat inap. Terutama dalam memberikan asuhan pasien di rawat inap. Tujuan akhirnya
adalah didapatkan angka kepuasan pasien rawat inap yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu diharapkan dapat meningkatkan mutu layanan di rawat inap.
Pedoman pelayanan rawat ini masih dapat dikembangkan lagi dengan membuat panduan atau
SPO yang secara spesifik memberikan gambaran bagi staf dalam melaksanakan prosedur tertentu.
Pengembangan ini perlu dilakukan karena sifat pedoman yang memiliki cakupan yang luas.
Sribhawono,…………………………………..
Rumah Sakit
Aka Medika Sribhawono
Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit, 2007
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan, 2006
Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit, 2010
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit, Dirjen Bina Pelayanan Medik DepKes RI, 2007
Tentang
Menimbang 1. Bahwa pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di
rumah sakit
3. Bahwa agar pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan DIrektur Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Rawat Inap di rumah Sakit
Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa
MEMUTUSKAN
Menetapkan ;
Di tetapkan di : Bogor,
Pada tanggal : ……………2016
a/n Direksi