Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Background

Era globalisasi semakin membuat masyarakat dunia tertantang, karena pesatnya


perkembangan dunia yang mengakibatkan antar negara bersaing. Hal ini berdampak pada
pemenuhan kebutuhan akan energi tak terkecuali energi listrik. Seiring berjalannya waktu,
kebutuhan akan energi listrik semakin mendesak dan sangat penting. Berbagai inovasi dalam
bidang pembangkitan tenaga listrikpun diciptakan, salah satunya adalah Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU).
Seperti yang telah dijelaskan dalam berbagai literatur mengenai PLTU, bahwa salah
satu komponen utamanya adalah boiler atau ketel uap. Boiler mengubah air menjadi uap
bertekanan yang akan digunakan untuk menggerakkan sudu – sudu turbin dan generator
sehingga listrik dihasilkan. Adapun salah satu pendukung utama dari boiler yang tidak bisa
dikesampingkan keberadaannya adalah Demin Plant sebagai penyedia air umpan (feed water)
boiler untuk diubah menjadi uap bertekanan.
Demin Plant menjadi penting keberadaannya karena harus mampu menyediakan air
yang sesuai dengan kebutuhan di boiler, yaitu air demin yang bebas dari kandungan mineral –
mineral. Apabila air yang diumpankan ke boiler belum dihilangkan kandungan mineral –
mineralnya, maka akan menimbulkan masalah yang serius terhadap komponen – komponen
di boiler. Efek negatifnya dapat berupa kerugian efisiensi boiler, masalah perawatan dan
perbaikan yang lebih parah, hingga kerugian dari sisi cost.
Atas dasar pertimbangan diatas, penulis menyusun laporan mengenai demin plant
untuk mengetahui bagaimana proses kerja di demin plant, parameter, dan untuk memnuhi
syarat penilaian sebagai karyawan PT Toba Pulp Lestari, Tbk.

B. Dasar - Dasar Teoritis


1. Zat Pengotor dalam Air

Air menyerap zat-zat dalam perjalanan daur hidrologinya, sehingga menyebabkan air
tersebut menjadi tidak murni lagi. Zat-zat itu disebut sebagai zat pengotor atau impurities. Zat
pengotor dalam air pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
a. Padatan Tersuspensi dalam Air
Padatan tersuspensi merupakan istilah yang diberikan pada zat heterogen yang
terkandung di dalam berbagai jenis air. Padatan tersuspensi memiliki ukuran partikel lebih
besar dan dapat dilihat secara kasat mata, dapat dipisahkan secara fisika dengan cara
sedimentasi. Padatan tersuspensi menyebabkan air menjadi keruh atau kotor dan bila
digunakan sebagai air umpan ketel akan menyebabkan terbentuknya deposit, kerak dan atau
busa.

b. Padatan Terlarut
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga dapat melarutkan berbagai zat dari batu-
batuan dan tanah yang terkontak dengannya. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung di
dalam air karena kontaknya dengan batu-batuan tersebut, antara lain : CaCO3, MgCO3,
CaSO4, MgSO4, NaCl, Na2SO4, SiO2 dan sebagainya. Air yang akan dipakai untuk
pembangkit uap atau sistem pendingin mempunyai dua parameter penting yang merupakan
akibat dari padatan terlarut, yaitu kesadahan dan alkalinitas.

c. Gas Terlarut
Berbagai gas dapat larut di dalam air, antara lain : CO2, O2, N2, NH3, NO2 dan H2S.
Gas-gas yang terlarut tersebut pada umumnya tidak menimbulkan korosi kecuali CO2, O2 dan
NH3. Karbon dioksida sesungguhnya adalah suatu asam jika bergabung dengan air, dan
dengan demikian dapat menyerang logam. Oksigen terlarut dalam air merupakan penyebab
utama terjadinya korosi pada ketel dan sistem pendingin. Penghilangan oksigen dari air
umpan ketel dapat dilakukan dengan cara deaerasi secara fisik dan kimia.

2. Klasifikasi Pengolahan Air

a. Pengolahan Eksternal

Proses pengolahan secara eksternal berfungsi untuk memperbaiki kualitas air yang
terdiri dari berbagai jenis, dan penerapan proses-proses tersebut disesuaikan dengan tujuan
penggunaan air yang dikehendaki. Proses-proses tersebut digunakan untuk mengolah
impurities tertentu dan pengolahan air secara eksternal ini dapat dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu :

1. Proses pendahuluan (pretreatment)


Suspended solid dapat dihilangkan melalui proses klarifikasi (penjernihan) dengan
menggunakan clarifier. Klarifikasi adalah proses pretreatment air permukaan untuk
menghilangkan suspended solid dengan tahap – tahap sebagai berikut :
a. Koagulasi adalah proses penetralan muatan listrik negatif yang berada pada
partikel-partikel halus yang terpisah. Bahan kimia yang digunakan adalah
alumunium sulfat.
b. Flokulasi adalah penggabungan partikel – partikel yang sudah distabilisasi
menjadi partikel yang lebih besar yang dipercepat dengan penambahan polymer
organic rantai panjang (bobot molekul tinggi) yang larut dalam air.
c. Sedimentasi adalah suatu mekanisme dimana partikel yang sudah cukup besar tadi
akan mengendap dan turun kebawah permukaan air yang dipengaruhi oleh gaya
gravitasi.

2. Proses filtrasi
Proses ini khusus untuk menghilangkan zat padat tersuspensi. Proses filtrasi bertujuan
untuk menahan zat-zat tersuspensi (suspended matter) dalam suatu fluida dengan cara
melewatkan fluida tersebut melalui suatu lapisan yang berpori-pori. Fluida dapat
berupa cairan (zat-zat tersuspensi dalam cairan/slurry) atau gas. Zat-zat tersuspensi
dapat berukuran sangat halus atau kasar, kaku atau kenyal, berbentuk bulat atau
sangat tidak beraturan. Produk yang dihasilkan dapat berupa filtrat atau padatan.

3. Proses penurunan/penghilangan padatan terlarut


Proses ini bertujuan untuk menghilangkan padatan terlarut (dissolved solid) tanpa
menggunakan metoda pengendapan secara kimiawi (chemical precipitation).
Dissolved solid dapat dihilangkan melalui proses demineralisasi.

4. Aerasi
Aerasi adalah proses mekanis pencampuran air dengan udara. Tujuan proses aerasi
adalah :
1. Membantu dalam pemisahan logam-logam yang tak diinginkan seperti Fe dan Mn.
2. Menghilangkan gas-gas yang terlarut didalam air terutama yang bersifat korosif.
3. Menghilangkan bau, rasa dan warna yang disebabkan oleh mikroorganisme.

b. Pengolahan Internal
Pengolahan air secara internal (internal water treatment) adalah proses
penambahan/penginjeksian satu atau beberapa bahan kimia (chemicals) ke dalam air yang
akan digunakan untuk proses maupun pendukung proses. Pengolahan air secara internal
merupakan proses yang esensial, terlepas dari kenyataan apakah air itu sudah diolah
sebelumnya. Oleh karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa hal tidak dilakukan,
sehingga air dapat langsung diolah dengan cara pengolahan internal saja. Masalah-masalah
umum yang membutuhkan pengolahan internal adalah masalah korosi dan masalah
pembentukan kerak.

c. Prinsip Pertukaran Ion

Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang
tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan
melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion
yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan
jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan resin penukar
anion. Contoh reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion disajikan pada reaksi :

Reaksi pertukaran kation :

2NaR (s) + CaCl2 (aq) CaR(s) + 2 NaCl(aq) (4.15)

Reaksi pertukaran anion :

2RCl (s) + Na2SO4 R2SO4(s) + 2 NaCl (4. 16)

Reaksi (4.15) menyatakan bahwa larutan yang mengandung CaCl2 diolah dengan
resin penukar kation NaR, dengan R menyatakan resin. Tahap terjadinya reaksi pertukaran
ion disebut tahap layanan (service). Jika resin tersebut telah mempertukarkan semua ion Na+
yang dimilikinya, maka reaksi pertukaran ion akan terhenti. Pada saat itu resin dikatakan
telah mencapai titik habis (exhausted), sehingga harus diregenerasi dengan larutan yang
mengandung ion Na+ seperti NaCl. Tahap regenerasi merupakan kebalikan dari tahap
layanan. Reaksi yang terjadi pada tahap regenerasi merupakan kebalikan reaksi (4.15). Resin
penukar kation yang mempertukarkan ion Na+ tahap tersebut di atas dinamakan resin
penukar kation dengan siklus Na. Resin penukar kation dengan siklus H akan
mempertukarkan ion H+ pada tahap layanan dan regenerasi. (Alfonsina,2012)

1. Resin
Resin ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa
hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan silang (crosslinking) serta gugus-gugus
fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin
mempunyai karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan
menggelembung (swelling), kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran. Pada saat
dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan teresap ke resin
penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen, dengan melihat
kondisi tersebut maka kita dapat mengatur jenis ion yang diikat dan dilepas. Sebagai
media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang
tinggi.

2. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat digunakan berulang-ulang.
Resin akan bekerja dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena itu resin harus
tahan terhadap air

3. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range pH yang luas
serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi dan radiasi.

4. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis, tekanan
hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.( David,2012)

2. Jenis-Jenis Resin Penukar Ion

Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin penukar ion dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu :

a. resin penukar kation asam kuat


b. resin penukar kation asam lemah
c. resin penukar anion basa kuat, dan

d. resin penukar anion basa lemah

Resin penukar kation mengandung gugus fungsi seperti sulfonat (R- SO3H),
phosphonat (R-PO3H2), phenolat (R-OH), atau karboksilat (R-COOH), dengan R
menyatakan resin. Gugus fungsi pada resin penukar anion adalah senyawa amina (primer/R-
NH2, sekunder/R-N2H, tersier/R-R'2N) dan gugus ammonium kuartener (R-NR'3/tipe I, R-
R'3N+OH/tipe II), dengan R' menyatakan radikal organik seperti CH3. Resin anion yang
mempunyai gugus fungsi ammonium kuartener disebut resin penukar anion basa kuat dan
resin penukar anion basa lemah mempunyai gugus fungsi selain ammonium kuartener.
a) Resin Penukar Kation Asam Kuat
Resin penukar kation asam kuat yang beroperasi dengan siklus H, regenerasi
dilakukan menggunakan asam HCl atau H2SO4. Reaksi pada tahap layanan sebagai
berikut :

Konsentrasi asam keseluruhan yang dihasilkan oleh reaksi (4.17) disebut Free Mineral
Acid (FMA). Jika nilai FMA turun, berarti kemampuan resin mendekati titik-habis dan
regenerasi harus dilakukan. Reaksi pada tahap regenerasi adalah sebagai berikut :

b) Resin Penukar Kation Asam Lemah


hanya dapat menghasilkan asam yang lebih lemah dari gugus fungsinya. Reaksi- reaksi
yang terjadi pada tahap layanan untuk resin penukar kation asam lemah dengan siklus H,
dinyatakan oleh reaksi-reaksi berikut ini :

c) Resin Penukar Anion Basa Kuat


Resin penukar kation asam kuat siklus hidrogen akan mengubah garam- garam terlarut
menjadi asam (reaksi 4.18), dan resin penukar anion basa kuat akan menghilangkan asam-
asam tersebut, termasuk asam silikat dan asam karbonat. Reaksi reaksi yang terjadi pada

tahap layanan dan regenerasi adalah sebagai berikut :

Terdapat dua tipe penukar anion basa kuat. Tipe I dan tipe II. Keduanya memiliki
kelompok ammonium kuartener sebagai bagian aktif penukar. Dalam tipe I ,kelompok
melekat pada nitrogen biasanya kelompok alkil,sementara pada tipe II, salah satu dari
kelompok adalah alkanol.

Biasanya resin tipe II digunakan dalam pemurnian air, karena murah. Namun, mereka
tidak secara efektif menghilangkan silika, dan juga rentan terhadap pencemar organik.

d) Resin Penukar Anion Basa Lemah

Resin penukar anion basa lemah hanya dapat memisahkan asam kuat seperti HCl dan
H2SO4 , tetapi tidak dapat menghilangkan asam lemah seperti asam silikat dan asam
karbonat, oleh sebab itu resin penukar anion basa lemah acap kali disebut sebagai acid
adsorbers. Reaksi-reaksi yang terjadi pada tahap layanan adalah sebagai berikut :
Resin penukar anion basa lemah dapat diregenerasi dengan NaOH, NH4OH atau N2CO3
seperti ditunjukkan oleh reaksi di bawah ini :

3. Sifat Resin Penukar Ion


Sebuah referensi telah dibuat sebelumnya untuk menentukan sifat resin penukar ion:
a. Kapasitas penukar ion. Kapasitas didefinisikan sebagai jumlah pertukaran yang ada
terhadap satu mol resin. Ditunjukkan sebagai milliequivalents per gram (meq/gm)
pada resin kering. Karena resin selalu dibuat untuk digunakan dalam kondisi basah,
kapasitas selalu kurang dari nilai dalam keadaan kering. Kapasitas dalam keadaan
basah ditentukan secara ekperimental dan biasanya 65% dari keadaan kering.
b. Derajat crosslinking, berhubungan terhadap perentase agen ikatan hubung silang
(crosslinking). Hal ini jelas bahwa semakin besar ikatan hubung silang (crosslinking),
semakin besar kekuatan mekanik resin dan karenanya adanya penggelembungan
(swelling). Hal tersebut juga menentukan pori dan ukuran saluran.
c. Karakteristik fisika pada penukar ion adalah densitas, ukuran bead, dan keseragaman
koefisien dan persentase seluruh bead dalam material.
Ketika resin sedang digunakan, resin mengalami siklus yang berbeda pada treatment
selama jangka waktu yang lama. Hal ini menyebabkan penggelembungan berkala dan
kontraksi bead resin, setidaknya sekali dalam 24 jam. (Sharfina,2012)
BAB II
DEMINERALIZATION PLANT

Demineralization plant atau biasa disebut demin plant adalah area/plant yang
memiliki tujuan utama yaitu untuk memproduksi air demin. Air demin sendiri memiliki
pengertian yaitu air yang sudah bebas atau diminimalisir dari kandungan mineral –
mineralnya.

Adapun beberapa alasan air harus diolah atau di-treatment adalah sebagai berikut :
 Air berasal dari alam. Dengan kata lain, air tidak dapat dipesan langsung dengan
kualitas tertentu;
 Berbagai aspek kehidupan membutuhkan air dengan kualitas tertentu;
 Kandungan dalam air memiliki kecenderungan mendatangkan masalah dalam
peralatan proses karena ada Ca, Mg, Fe, SiO2, Cl, dan lain – lain.

Setelah penjernihan, maka perlu pula dilakukan pemurnian air yang bertujuan untuk
mengurangi mineral dalam air. Proses yang banyak dipakai untuk tujuan ini adalah
softener demineralisasi. Jika TDS < 100 dan silika < 10, maka softener dapat diaplikasikan.
Tetapi untuk kandungan mineral yang tinggi, lebih cocok jika menggunakan demineralisasi.
Demineralisasi bekerja menurut prinsip penukaran ion.

Dalam banyak aplikasi seperti boiler tekanan tinggi, produksi komponen elektronik,
sintesis obat-obatan, dan lain-lain. Proses ini disebut demineralisasi. Demineralisasi air
adalah proses pertukaran ion dengan menggunakan resin ion exchange dalam tiga tahap yaitu
kation exchanger, anion exchanger dan mixed bed. Penukar ion lebih digunakan karena
biayanya lebih rendah dan kualitasnya sebanding dengan hasil proses distilasi.

Di PT Toba Pulp Lestari,Tbk, aplikasi atau bentuk nyata dari demin plant adalah
Boiler Feed Water (BFW) Plant. Adapun tujuan dari keberadaan BFW Plant adalah sebagai
berikut :

 Melindungi aset preheat, turbin, kondensat, dan peralatan proses;


 Menjaga konsistensi dan optimasi steaming rate;
 Memastikan kualitas dan kemurnian steam;
 Meminimasi biaya operasional;
 Mengurangi biaya perawatan.

Tujuan spesifik dari Boiler Treatment :

 Mengontrol korosi;
 Mencegah deposit dan endapan (scaling);
 Meminimalisir kemungkinan ledakan pada boiler akibat pecahnya pipa boiler;
 Mencegah air boiler carryover;
 Melindungi turbin dari masalah;
 Menjaga kemurnian steam

Di dalam pabrik pulp, selain dibutuhkan air jernih untuk proses pemasakan juga
dibutuhkan air demin, dimana air demin tersebut dipergunakan untuk air pengisian ke boiler,
untuk proses pembuatan bahan pemutih, dan untuk proses pembuatan rayon pulp. Air dengan
kriteria tinggi tersebut diproses di BFW Plant. Selain memproses air demin dan air boiler, di
BFW Plant juga memproses kembali steam condensate dari unit digester, pulp machine,
evaporator, recovery boiler, dan sebagainya, dimana steam condensate tersebut dipergunakan
kembali untuk pengisian air ke boiler. Dengan mendaur ulang steam kondensate tersebut,
maka baban kerja BFW Plant lebih ringan dan mengurangi limbah yg dibuang ke sungai.

Komponen – komponen utama yang ada di BFW Plant, meliputi :

 Carbon Filter sebanyak 3 unit;


 Cation exchanger 4 unit;
 Degasifier 1 unit;
 Anion exchanger 4 unit;
 Mix bed polisher 3 unit;
 Condensate polisher 1 unit;
 Pompa – pompa
BFW PLANT FLOW DIAGRAM
A. Carbon Filter

Carbon Filter adalah metode penyaringan dengan menggunakan media karbon aktif
memanfaatkan sifat adsorpsi kimiawi. Setiap bagian dari karbon ini dirancang untuk
memberikan bagian besar luas permukaan, untuk memungkinkan kontaminan eksposur yang
paling mungkin untuk media filter. Satu
pon (454 gr) dari karbon aktif berisi luas
permukaan sekitar 100 hektar. Karbon ini
umumnya dirancang untuk menarik
kontaminan air bermuatan negatif.
Keefektifan dari karbon filter didasarkan
pada peraturan laju aliran. Ketika air
dibiarkan mengalir melalui filter pada
tingkat yang lebih lambat, akan semakin
banyak kontaminan yang terkena dan
ditangkap media filter.

Adapun fungsi daripada Carbon Filter adalah :


 Menyaring flok atau lumpur kecil yang mungkin masih ada dalam air proses;
 Menghilangkan free chlorine (Cl2) yang masih ada didalam air proses agar
tidak merusak resin;
 Menghilangkan kandungan organik material didalam air proses untuk
meringankan beban resin anion
Operasional Carbon Filter

A D To Cation Exchanger
From Filter
Water Reservoir
CARBON FILTER
C B

service
backwash

1. Filtrasi (Penyaringan)
Jika filter beroperasi, air masuk dari atas vessel, turun kebawah melalui bed dan
meninggalkan vessel melalui underdrain. Karena padatan yang tersuspensi bertumpuk diatas
bed, sebuah mat membentuk resistansi ke flow air. Resistansi diukur begitu tekanan turun
dari inlet ke outlet. Begitu flow berlanjut, tekanan yang turun meningkat. Pada saat flow
totalizer mencapai nilai yang ditentukan atau tekanan yang turun meningkat, filter harus
dicuci balik.

2. Pencucian balik (Backwash)


Pada saat filter valve direncanakan untuk pencucian balik, air masuk ke filter tank
melalui underdrain, lewat melalui bed, dan naik keatas meninggalkan vessel. Aliran naik
mengaduk dan membersihkan partikel di filter bed material. Kecepatan pencucian balik
sebagaimana disarankan oleh vendor. Pada prakteknya, kecepatan yang sesuai akan bervariasi
dengan temperatur air dan dengan ukuran efektif dari material filter bed. Kecepatannya harus
cukup tinggi untuk membuang semua kotoran, tetapi tidak mengeluarkan filter bed.
Pencucian balik dengan waktu yang lebih sering akan mencegah filter terlalu kotor dan lebih
sedikit air pencucian balik yang digunakan.
3. Pembilasan

Setelah pencucian balik, terkadang pembilasan singkat dibutuhkan untuk


menghilangkan air pencucian balik dari filter dan untuk mengatur kembali filter bed
sebgaimana biasanya. Air mengalir melalui filter bed sebagaimana dioperasikan, tetapi
filter water dikirim ke limbah sampai mutu air yang diingikan diperoleh.

4. Service (Throughput = 4800 m3)


Inlet valve dan product valve dibuka, backwash inlet, rinse outlet dan backwash outlet
ditutup.
5. Backwash (durasi 30 menit;14,8 l/s)
Inlet valve dan outlet valve ditutup, backwash inlet, rinse outlet, dan backwash outlet
dibuka.
6. Parameter
Residual Cl2 maksimum 0,10 ppm
7. Spesifikasi
Jumlah unit : 3 unit
Bangunan material : Mild Steel
Dimensi : 3,5 m dia. 2,0 tinggi shell
Kapasitas : 200 m3

B. Cation Exchanger
Fungsi dari Cation Exchanger adalah untuk
memindahkan kation yang ada dalam air. Resin yang
digunakan di Cation Exchanger adalah Amberlite IR120 Na
dengan volume 5600 liter per vessel. Tekanan pengoperasian
adalah 2,5 kg/cm2. Dua unit Cation Exchanger akan
beroperasi pada waktu yang sama, satu diregenerasi, dan
satunya lagi di posisi standby.

Maksimal 45 kg HCl akan digunakan untuk meregenerasikan 1m3 cation resin.


Asam dari HCl storage tank akan diambil melalui ejector pada saat regenerant pump
sedang memompakan air demin dari Demin Tank. Adapun flow regenerant pump
sekitar 30 m3/hr. Pada cation exchanger, regenerasi dapat berlangsung dengan
backwash maupun tanpa backwash.
Operasional Cation Exchanger

1. Service (Throughput 3000 m3 ; Lifetime 30 Hours)


Inlet dan product valve dibuka, backwash inlet, rinse outlet, dan backwash outlet
ditutup.
2. Parameter
pH : 3,2 – 3,7
Conductivity : 80 µs/cm – 200 µs/cm
FMA : min. 7 ppm
3. Spesifikasi
Jumlah unit : 4 unit
Bangunan material : Mild Steel dengan hard rubber lining
Dimensi : tinggi shell 3 m dan lebar 2,1m
Spesifikasi : 200 m3
4. Gambar alur proses regenerasi

E
to neutralizing
Outlet

from Carbon A Backwash

Filter
Cation
Exchanger Vent

for chemical feeding and


D
slow rinse To Degassifier
B

Air mixing
G
Service
backwash
regeneration

Regeneration step Cation Exchanger dengan Backwash


Flow
Valve Operated
Regeneration Duration
No Remarks
Step m3/ Minut
Open Closed
Hr e
Valve
Drain (G), E, A,B,C,D,E,F, Water level ±15
1 Lowering level 10
Vent dan semua cm diatas resin
isolating valve
Valve
Isolating vent
A,B,C,D,E,F,G,
valve dan Connect air
2 Air Mixing isolating valve 15
isolating valve hose mill air
A,B, backwash
air mixing
valve
Valve
Backwash A,B,C,D,E,F,G,
3 Backwash inlet/outlet, isolating valve 30 30
valve D A,B, backwash
valve
Valve
Lowering A,B,C,D,E,F Water level ±15
4 Drain (G), vent 10
Level dan isolating cm diatas resin
valve A & B
Chemical Outlet lateral
Valve
Feeding pipe (E), Inlet
A,B,C,F,G, Double
5 HCl Flow chemical feed 2,2 120
isolating valve chemical feed
Demin Water (D), dan inlet
A dan B 16
Flow isolating, vent
Valve
A,B,C,E,G,vent,
dan isolating 2 kali volume
Displacement Valve D, E, dan valve A dan B, bed pada flow
6 16 180
Rinse isolating valve valve outlet rate chemical
backwash, feeding
isolating valve
rotameter HCl
Inlet valve (A), Valve
drain valve (G), B,D,E,vent,
Sama dengan
7 Final Rinsing manual isolating valve 150 45
service rate
sampling valve B, outlet
ke lab. backwash

Regeneration Step Cation Exchanger tanpa Backwash


Flow
Valve Operated
Regeneration Duration
No Remarks
Step m3/ Minut
Open Closed
Hr e
Drain (G), E, Valve Water level ±15
1 Lowering level 10
Vent A,B,C,D,E,F, cm diatas resin
dan semua
isolating valve
Chemical Outlet lateral
Valve
Feeding pipe (E), Inlet
A,B,C,F,G, Konsentrasi
5 HCl Flow chemical feed 2,2 60
isolating valve HCl 4 %
Demin Water (D), dan inlet
A dan B 16
Flow isolating, vent
Valve
A,B,C,E,G,vent,
dan isolating 2 kali volume
Displacement Valve D, E, dan valve A dan B, bed pada flow
6 16 180
Rinse isolating valve valve outlet rate chemical
backwash, feeding
isolating valve
rotameter HCl
Inlet valve (A), Valve
drain valve (G), B,D,E,vent,
Sama dengan
7 Final Rinsing manual isolating valve 150 45
service rate
sampling valve B, outlet
ke lab. backwash

C. Degasifier / Intermediate Tank

Water from Cation


Exchanger
Exhaust (CO2)

Spray Header

Degasifier
Separator

Air

to Anion Exchanger

Blower
Intermediate
Tank
Booster Pump
Degasifier adalah kolom vertikal yang diisi dengan fall rings yang berfungsi untuk memecah
air menjadi partikel kecil yang ditiupkan oleh blower secara counter current untuk
menghilangkan gas – gas dalam air khususnya CO2 yang dapat membentuk asam – asam
karbonat dan menurunkan pH air keluaran dari Cation Exchanger yang akan menambah
beban kerja Anion Exchanger.

Air bebas CO2 berasal dari Cation Exchanger akan ditiupkan udara didalam digasifier
oleh Air Blower dan akan ditampung di Intermediate Tank. Adapun reaksi di degasifier
adalah :

ke atmosfir
H2CO3 H2O + CO2

Prinsip kerja Degasifier :

 Diposisikan diantara Cation dan Anion Exchanger, karena di pH rendah CO2


dapat terurai dan diminimalisir kandungannya dalam air.
 Udara ditiup secara berlawanan arah jatuhnya air dan keluar dari exhaust
bersama dengan CO2
 Udara dengan air kontak dan memisahkan CO2 dari air (H2CO3)
1. Parameter
pH : 3,2 – 3,7
Conductivity : 80 µs/cm – 200 µs/cm
FMA : min. 7 ppm
CO2 : maks. 2 ppm
2. Spesifikasi
3. Jumlah unit : 1 unit
4. Bangunan material : Mild Steel dengan hard rubber lining
5. Dimensi : tinggi shell 3 m dan lebar 2,1m
6. Spesifikasi : 200 m3

Anion Exchanger
Fungsi Anion Exchanger adalah untuk memindahkan
anion yang terkandung didalam air. Resin yang digunakan di
Anion Exchanger adalah Amberlite IRA102 Cl dengan
volume 6500 liter per vessel. Dua unit Cation Exchanger akan
beroperasi pada waktu yang sama, satu diregenerasi, dan satunya lagi di posisi standby.

Operasional Anion Exchanger

1. Service (Throughput 3000 m3 ; Lifetime 30 Hours)


Inlet dan product valve dibuka, backwash inlet, rinse outlet, dan backwash outlet
ditutup.
2. Parameter
pH : 6,5 – 9,5
Conductivity : maks. 10 µs/cm
Silika : maks. 1 ppm
3. Spesifikasi
Jumlah unit : 4 unit
Bangunan material : Mild Steel dengan hard rubber lining
Dimensi : tinggi shell 3 m dan lebar 2,1m
Spesifikasi : 200 m3
4. Gambar alur proses regenerasi

E
to neutralizing
Outlet
A Backwash
from Intermediate Tank

Anion
Exchanger Vent

for chemical feeding and


D
slow rinse To Demin Tank
B

Air mixing
G
Service
backwash
regeneration
Regeneration step Anion Exchanger dengan Backwash
Flow
Valve Operated
Regeneration Duration
No Remarks
Step m3/ Minut
Open Closed
Hr e
Valve
Drain (G), E, A,B,C,D,E,F, Water level ±15
1 Lowering level 10
Vent dan semua cm diatas resin
isolating valve
Valve
Isolating vent
A,B,C,D,E,F,G,
valve dan Connect air
2 Air Mixing isolating valve 15
isolating valve hose mill air
A,B, backwash
air mixing
valve
Valve
Backwash A,B,C,D,E,F,G,
3 Backwash inlet/outlet, isolating valve 30 30
valve D A,B, backwash
valve
Valve
Lowering A,B,C,D,E,F Water level ±15
4 Drain (G), vent 10
Level dan isolating cm diatas resin
valve A & B
Chemical Outlet lateral Double
Feeding pipe (E), Inlet chemical feed,
Valve
NaOH Flow chemical feed 4,0 buka control
A,B,C,F,G,
5 (D), control 120 valve air panas
isolating valve
Demin Water valve air panas, dan set
A dan B 8,5
Flow inlet isolating air temperatur
demin, vent 45oC
Valve
A,B,C,E,G,vent,
dan isolating 2 kali volume
Displacement Valve D, E, dan valve A dan B, bed pada flow
6 13 180
Rinse isolating valve valve outlet rate chemical
backwash, feeding
isolating valve
rotameter HCl
Inlet valve (A), Valve
drain valve (G), B,D,E,vent, 120
Sama dengan
7 Final Rinsing manual isolating valve - 45
service rate
sampling valve B, outlet 150
ke lab. backwash
Regeneration step Anion Exchanger tanpa Backwash
Flow
Valve Operated
Regeneration Duration
No Remarks
Step m3/ Minut
Open Closed
Hr e
Valve
Drain (G), E, A,B,C,D,E,F, Water level ±15
1 Lowering level 10
Vent dan semua cm diatas resin
isolating valve
Chemical Outlet lateral
Konsentrasi
Feeding pipe (E), Inlet
NaOH 5 %,
NaOH Flow chemical feed Valve 4,0
buka control
(D), dan inlet A,B,C,F,G,
5 60 valve air panas
isolating, control isolating valve
Demin Water dan set
valve air panas, A dan B inlet 8,5
Flow temperatur
inlet isolating air
45oC
demin, vent
Valve
A,B,C,E,G,vent,
dan isolating 2 kali volume
Displacement Valve D, E, dan valve A dan B, bed pada flow
6 13 180
Rinse isolating valve valve outlet rate chemical
backwash, feeding
isolating valve
rotameter HCl
Inlet valve (A), Valve
drain valve (G), B,D,E,vent, 120
Sama dengan
7 Final Rinsing manual isolating valve - 45
service rate
sampling valve B, outlet 150
ke lab. backwash

D. Mix Bed Polisher


Fungsi dari Mix Bed Polisher adalah untuk menyempurnakan atau
mem- polish kualitas air demin dari Anion Exchanger. Demin water
dari demin tank dari Demin Tank dipompakan oleh Mix Bed Pump ke
Mix Bed Polisher. Mix Bed Polisher terdiri dari Resin Cation IR120
Na (1500 liter per mix bed) dan Resin Anion IRA402 Cl (1800 liter
per mix bed). Dari ketiga unit Mix Bed, dua vessel untuk service dan
satu vessel untuk standby.

Operasional Mix Bed Polisher

1. Service (Throughput 32000 m3)


Inlet dan product valve dibuka, backwash inlet, rinse outlet, dan backwash outlet
ditutup.

2. Parameter
pH : 6,5 – 8,0
Conductivity : maks. 1µs/cm
Silika : maks. 0,02 ppm
3. Spesifikasi
Jumlah unit : 3 unit
Bangunan material : Mild Steel dengan hard rubber lining
Dimensi : tinggi shell 2,75 m dan lebar 1,70 m
Spesifikasi : 150 m3
4. Gambar alur proses regenerasi

A D
from Demin Tank
for
Mix Bed
chemical Polisher Vent
G
feeding C To
and slow for backwash Mixing
rinse B Tank

E
Air mixing

Service
backwash
H
regeneration

Regeneration step Mix Bed Polisher


No Regeneration Valve Operated Flow Remarks
Step Duration
m3/ Minut
Open Closed
Hr e
Isolation valve
Backwash inlet,
A,B,K,
valve D dan C,
conductivity
1 Backwash isolation valve 20 60
meter, valve
C, valve
A,B,C,D,E,F,G,
rotameter
H,J,K
2 Delay All valve closed 10
Isolation valve
A,B,K,
Water level ±15
3 Lowering level Valve H,J,D conductivity 10
cm diatas resin
meter, valve
A,B,C,E,F,G,K
Chemical Start
Isolating valve
feeding regeneration
G, outlet
NaOH spgr pump, buka
metering Isolation valve
4 1,032 60 control valve air
HCl/NaOH, A,B,C,D,H,J,K
panas, dan set
rotameter, air
HCl spgr 1,028 temperatur
panas
45oC
Isolating valve
A,B, outlet 2 kali volume
Isolating valve
Displacement metering tank bed pada flow
5 G, rotameter, 13 180
rinse HCl/NaOH, rate chemical
valve E,F,G
valve feeding
A,B,C,D,H,J,K
Isolating valve Water level ±15
6 Lowering level Valve J,D,H 10
A,B,C,E,F,G,K cm diatas resin
Isolating valve
A,B, outlet
Valve D,K,
metering tank Jalankan blower
7 Air mixing isolating valve 15
HCl/NaOH, Mixed bed
outlet blower
valve
A,B,C,E,F,G
Isolating valve
B, outlet
Isolating valve
metering tank Ser- Sama dengan
A, drain valve
8 Final rinsing HCl/NaOH, vice 45 - 60 service flow
(G), manual rate
valve rate
sampling ke lab.
B,C,D,E,F,G,J,
K
E. Condesate Polisher
Fungsi dari condesate polisher adalah untuk memurnikan air kondensat dari liquor site,
steam site, dan fiberline. Prinsip kerja dan formasi resin dari Condensate Polisher sama
dengan Mix Bed Polisher.

Operasional Condensate Polisher

1. Parameter
pH : 6,5 – 8,0
Conductivity : maks. 1µs/cm
Silika : maks. 0,02 ppm
2. Spesifikasi
Jumlah unit : 1 unit
Bangunan material : Mild Steel dengan hard rubber lining
Dimensi : tinggi shell 3,0 m dan lebar 2,4 m
3. Gambar alur proses regenerasi

NaOH
outlet
from
Inlet backwash
Condensate
Tank Vent
for Condensate
chemical Polisher
Outlet
feeding chemical
and slow Inlet outlet
rinse backwash product To
for
backwash
Mixing
Tank

HCl

Air mixing
Service drain
backwash
regeneration
F. Interlock
1. Jika Intermediate Tank pada level yang rendah (LSL 0,50) , maka intermediate tank
akan menerima main inlet water untuk menjalankan carbon filter, untuk membuka
inlet valve degasifier (LV 050A) dan untuk menjalankan blower.
2. Jika Demin Tank pada level rendah (LSL 0,75) maka tangki akan menjalankan dua
booster pump. Jika level rendah tidak ada (LSLL 0,50) di Intermediate Tank.
3. Jika Demin Tank pada level rendah ( LSLL 0,75), akan mencegah regenerant pum
dan mixbed pump berjalan
4. Control valve carbon filter (LS 050) dapat di- adjust berdasarkan level di intermediate
tank
5. Apabila level di Intermediate Tank dibawah 10%, maka semua booster pump akan
trip.
6. Apabila level di Demin Tank dibawah 35%, maka mixbed pump, demin pump,
regenerant pump, akan trip.
7. Apabila level di Mixing Tank dibawah 35%, maka deaerator pump dan circulation
pump akan trip.
8. Apabila level di Condensate Tank dibawah 35%, maka condensate pump akan trip.
9. Apabila level HCl di metering tank HCl mixbed indikasi low, maka control valve inlet
metering HCl Mixbed akan buka sampai indikasi menjadi high.
10. Apabila level NaOH di metering tank NaOH mixbed indikasi low, maka control valve
inlet metering NaOH Mixbed akan buka sampai indikasi menjadi high.
11. Control valve air panas untuk regenerasi Anion Exchanger dapat disetting sesuai suhu
yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai