Anda di halaman 1dari 8

Analisa Penurunan Performa Chlorination Plant PLTU

#1-2

Disusun Sebagai Tugas Kelompok Program Day Time


SHIFT C PLTU #1-2

Oleh:

1. Sugiarto Slamet ()
2. M. Muhlas ()
3. Dimas Darma S. ()

SPV.S Prod Shift C Assesor Manager Operasi

Endik Sukamto M. Baidowi Sunarto Els Mardja


PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI
UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

I. Latar belakang
Chlorination Plant adalah suatu peralatan bantu di PLTU untuk memproduksi Sodium
Hypochlorite (NaOCl) yang berfungsi untuk melindungi peralatan sistem pendingin dari biota-
biota laut dengan cara memabukkan biota laut sehingga tidak mengganggu sistem pendingin
PLTU. Penggunaan Sodium Hypochlorite (NaOCl) haruslah sesuai dengan baku mutu agar
tidak mengganggu ekosistem sekitar PLTU. Sodium Hypochlorite (NaOCl) merupakan zat
beracun jika digunakan dalam dosis yang besar dan beresiko membunuh kehidupan laut. Kadar
zat Sodium Hypochlorite (NaOCl) diinjeksikan di CWP dengan konsentrasi 0,3 – 0,5ppm dan
dijaga kandungannya dengan kosentrasi 0,1 - 0,2ppm di discharge channel agar tidak terlalu
tinggi sehingga tidak mengganggu lingkungan. Generator Chlorine merubah air laut menjadi
Sodium Hypochlorite (NaOCl) dengan menggunakan proses elektrolisa untuk memisahkan
unsur NaCl + H2O menggunakan arus listrik sehingga menjadi NaOCl + H2. Kapasitas
produksi Chlorination Plant PLTU 1-2 yaitu 36,6 kg/jam.

II. Permasalahan

Performa chlorination plant PLTU #1-2 jika dilihat dari kadar chlorine yang dihasilkan
oleh generator chloropac telah menurun. Selain itu, arus listrik dan voltase yang dihasilkan oleh
power supply chlorination plant menurun. Hal ini dapat menurunkan tingkat keandalan unit
pembangkit karena berpotensi menyebabkan permasalahan di sistem pendingin. Kadar chlorin
yang kurang saat di injeksikan ke sistem pendingin tidak mampu untuk membuat biota laut
menjadi mabuk, sehingga biota laut masih dapat berkembang biak di dalam sistem pendingin
dan mengganggu kinerja dari pembangkit.

III. Pra Anggapan / hipotesa

Ada banyak faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja chlorination plant PLTU 1-
2, antara lain :

1. Kualitas air laut yang jelek.


2. Setting resistan terlalu besar.
3. Kerusakan di modul chlorination plant
4. Power supply bermasalah.

Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang 1


PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI
UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

IV. Fakta yang mempengaruhi


Fakta yang mempengaruhi yaitu adanya kerusakan di modul dan power supply
chlorination plant. Hal tersebut dapat dilihat pada Incident Log Sheet PLTU Unit 1-2 berikut :

Tabel 1. Incident Log-Sheet (ILS) PLTU Unit #1-2

Gambar 1. Mutu air

V. Pembahasan
Sodium Hypochlorite (NaOCl) diproduksi oleh chlorination plant dengan cara
mengelektrolisa air laut. Sistem chlorination plant terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu:
a. Chloropac Generator ( modul Chloropac )
b. Power Supply (rectifier)

Chloropac Generator terdiri dari sistem pemipaan dimana air laut mengalir di
dalamnya. Sedangkan power supply merupakan sumber listrik yang akan digunakan untuk
proses elektrolisa. Arus listrik di injeksikan ke generator chloropac ke anoda (+) dimana akan
mengurai air laut (NaCl) untuk memisahkan Cl, kemudian arus akan merambat ke katoda (-)
untuk menghasilkan H2. Kadar Sodium Hypochlorite (NaOCl) ditentukan oleh besarnya arus
listrik yang mengalir. Akan tetapi, besarnya kadar Sodium Hypochlorite (NaOCl) tidak boleh
melebihi batas nilai yang diijinkan.

Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang 2


PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI
UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

Gambar 2. Proses elektrolisa air laut

Chloropac Generator PLTU #1-2 memiliki kapasitas produksi 36.6Kg/jam dengan


kadar Cl yang diinjeksikan di CWP 0,3-0,5 ppm. Belakangan ini kapasitas produksi
chlorination plant menurun dibawah 0,3 ppm sehingga menimbulkan berbagai macam masalah
di unit PLTU. Kami mencoba menganalisa kemungkinan – kemungkinan yang dapat
menyebabkan produksi dari chlorination plant menurun.

1. Kualitas Air laut


Air laut kotor mengandung lumpur sehingga menyumbat dan mengurangi jumlah air
laut yang akan di elektrolisa. Lumpur yang terbawa oleh air laut berpotensi mengendap di
modul sehingga aliran air laut menjadi kecil. Endapan lumpur yang terjadi dapat merusak
modul generator. Lumpur yang terbawa air laut juga dapat mengendap di dinding sehingga
membuat nilai resistansi menjadi besar. Hal ini dapat mengakibatkan arus listrik yang
digunakan dalam system elektrolisa air laut menjadi kecil sehingga membuat hasil produk
Sodium Hypochlorite (NaOCl) sedikit.
2. Kerusakan di modul generator
Lumpur yang mengendap dapat menyebabkan kebuntuan line di modul generator
sehingga beresiko mengalami kebocoran line karena pressure air laut meningkat. Pressure
air laut yang terlalu besar berbahaya untuk kondisi line karena bahan line rentan pecah dan
bocor jika mendapat tekanan yang besar. Kerusakan di modul generator chloropac juga
dapat menimbulkan hubungan arus singkat (short circuit) sehingga berpotensi mengalami
kebakaran. Breaker modul trip disebabkan oleh cell unbalance juga menurunkan kapasitas
produksi dari chlorination plant.

Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang 3


PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI
UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

Gambar 3. Garam yang menempel di dinding cell Gambar 4. Tube cell korosi
3. Kerusakan di power supply
Proses elektrolisa air laut untuk menghasilkan Sodium Hypochlorite (NaOCl)
menggunakan arus listrik searah (DC) yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah (rectifier).
Komponen utama rectifier adalah diode, yang berfungsi untuk merubah sinyal bolak-balik
(Alternate Current) menjadi sinyal searah (Direct Current). Peran diode dalam
menyearahkan aruh listrik sangat penting untuk menghasilkan arus DC. Besarnya hasil
Sodium Hypochlorite (NaOCl) yang dihasilkan di Chlorination Plant sesuai dengan
besarnya arus yang diinjeksikan oleh power supply ke modul generator. Jika arus listrik
kecil, maka produksi Sodium Hypochlorite (NaOCl) sedikit dan jika arus listrik besar maka
produksi Sodium Hypochlorite (NaOCl) banyak. Power supply chlorination plant
menghasilkan tegangan DC sebesar 70VDC dengan arus 2000 ampere.
3.1. Dioda
Merupakan komponen aktif semikonduktor yang terdiri dari junction P-N, bersifat
menghantarkan arus pada tegangan maju dan menghambat arus pada tegangan balik. Secara
sederhana, dioda bisa diasumsikan sebuah katup searah dimana aliran arus akan mengalir
ke satu arah dan tidak bisa dilewati arus kembali.

Gambar 5. Dioda

Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang 4


PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI
UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

3.2. Full wave rectifier


Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) merupakan system penyearah yang
menyearahkan semua siklus gelombang penuh menggunakan 2 buah blok dioda, bisa multi-
dioda secara parallel yang bekerja secara komplenen. Oleh karena itu penyearah gelombang
penuh identic dengan penggunaan trafo center tap (CT) yang memiliki 2 biah output sinyal
AC dengan fase berkebalikan. Prinsip kerja dari full wave rectifier menghasilkan 2 buah
sinyal sinus dengan fase yang berkebalikan, satu lilitan menghasilkan fase yang sama
dengan input, sedangkan lilitan yang lain menghasilkan fase yang berkebalikan dari sinyal
input.
Output dari penyearah gelombang penuh yang dapat lebih rapat dari penyearah
gelombang penyebab ripple, yang ada pada teganan DC menjadi lebih kecil. Akibatnya
output dari penyearah gelombang penuh lebih halus dan lebih stabil dari penyearah
setengah gelombang.

Gambar 6. Gelombang arus dari AC ke DC


Perhitungan tegangan DC pada penyearah gelombang penuh bisa dikatakan 2 kali
dari penyearah setengah gelombang karena semua siklus sinyal AC dikeluarkan. Besarnya
tegangan output dari rectifier adalah 2 kali tegangan maksimal dibagi dengan pi (π) dimana
beasr tegangan maksimal adalah tegangan puncak dari salah satu siklus sinyal AC. Jika
dihitung dengan nilai RMS (Root Mean Square) menjadi lebih tinggi sehingga lebih stabil
dan efisien.

Gambar 7. Rangkaian penyearah 6 phase full wave

Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang 5


PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI
UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

Jika salah satu dari dioda bermasalah, akan membuat gelombang tidak halus/smooth
dan tidak stabil sehingga berpengaruh pada nilai voltase output. Penurunan nilai keluaran
tegangan berdampak pada penurunan arus yang dihasilkan oleh rectifier. Arus digunakan
dalam proses elektrolisa, jika arus turun maka produk dari NaOCl juga akan mengalami
penurunan. Perbaikan di rectifier sangat disarankan untuk menjaga keandalan dari power
supply chlorination plant

Gambar 8. Gelombang 3 phase full wave


4. Pengaturan resistansi
Terdapat fungsi pengaturan untuk mengatur jumlah arus yang digunakan untuk
modul generator yaitu dengan cara mensetting variable resistan yang terdapat di panel
chlorination plant. Sesuai dengan hukum Ohm dimana besar arus (I) yang mengalir melalui
sebuah penghantar berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan (V) dan
berbanding terbalik dengan hambatan (R).
Pengaturan hambatan di rectifier jika dinaikan nilainya, akan menurunkan nilai dari
voltase dan arus yang mengalir di modul generator.

Gambar 9. Pengaturan Variable Resistance

Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang 6


PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI
UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

VI. Kesimpulan
1. Air laut yang kotor membawa lumpur dapat mengakibatkan penyumbatan dan
penumpukan deposit kerak di cell modul generator dan berpotensi menimbulkan
cell unbalance
2. Kerusakan modul dapat menurunkan produksi sodium hypochlorite
3. Arus yang keluar dari power supply dapat diatur dengan mengatur variable
resistance
4. Kerusakan di salah satu dioda dapat menurunkan voltase dan arus listrik di power
supply
VII. Saran
1. Memaksimalkan kegiatan preventive untuk menghindari kerusakan di modul
chloropac karena cell unbalance maupun kotoran air laut
2. Pengecekan tegangan per module dilakukan saat patrol cek
3. Menambah waktu backwash dari 15 menit menjadi 30 menit agar lebih maksimal
4. Pengaturan variable resistance dilakukan dengan benar
5. Perbaikan power supply dengan mengganti dioda

Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang 7

Anda mungkin juga menyukai