Anda di halaman 1dari 18

Proses Demineralisasi Air

BY: ONNY

Demineralisasi air adalah sebuah proses penyerapan kandungan ion-ion mineral di dalam air
dengan menggunakan resin ion exchange. Air hasil proses demineralisasi digunakan untuk
berbagai macam kebutuhan, terutama untuk industri. Industri yang menggunakan air demin
diantaranya yakni pembangkit listrik tenaga uap, industri semikonduktor, dan juga industri
farmasi.
Skema Kolom Resin Ion Exchange Pada Proses Demineralisasi
(Sumber)

Ada dua tipe kolom resin yang umum digunakan pada proses demineralisasi air. Keduanya adalah
Single Bed dan Mixed Bed Ion Exchange Resin. Single Bed berarti di dalam satu kolom hanya
terdapat satu jenis resin saja yakni kation resin saja atau anion resin saja. Sedangkan kolom
Mixed Bed berisi campuran resin kation dan anion.

Kedua tipe kolom resin di atas bekerja pada dua tipe sistem demineralisasi yang berbeda:

1. Multi-Stage Demineralisasi
Pada awal proses demineralisasi multi-stage, air akan melewati resin kation untuk mengikat ion-
ion mineral positif. Proses ini diikuti dengan pelepasan ion H+ ke dalam air. Jika R dan K2+
berturut-turut adalah molekul ion resin dan ion mineral positif, maka reaksi ion exchange yang
terjadi pada kolom resin yakni sebagai berikut:
2 R-H + K2+ → R2K + 2 H+

Ion kalsium yang terlarut di dalam air biasanya berbentuk kalsium bikarbonat. Pada saat ion
kalsium diikat molekul resin, kalsium bikarbonat akan terpecah membentuk molekul air dan
karbondioksida.
2 R-H + Ca(HCO3)2 → R2Ca + 2 H2 + 2 CO2
Molekul karbondioksida hasil reaksi di atas dikeluarkan melalui sistem CO2 removal.
Kombinasi Kolom Resin Kation, Anion, serta Sistem Pembuang CO2
(Sumber)

Ion H+ yang lepas ke dalam air akan berikatan dengan anion terlarut di dalam air. Sehingga reaksi
ion hidrogen tersebut akan menghasilkan asam kuat seperti asam sulfurik, hidroklorik, dan asam
nitrit. Untuk menghilangkan keasaman ini, air dialirkan lebih lanjut ke resin anion. Saat melewati
resin anion, ion-ion negatif yang larut di dalam air akan terikat oleh molekul resin diikuti dengab
terlepasnya ion OH-. Jika A adalah ion negatif yang terlarut di dalam air, maka reaksi yang terjadi
pada resin anion adalah sebagai berikut:
2 R-OH + A2- → R2A + 2 OH-

Pada akhirnya ion H+ dan OH- akan bereaksi membentuk molekul air baru:
H+ + OH- → H2O
Proses Demineralisasi Air Multi-stage
(Sumber)

Bentuk variasi sistem demineralisasi lain yakni dengan menggunakan kolom resin anion kuat dan
lemah. Sistem ini menghasilkan kualitas output yang sama dengan hanya menggunakan satu
resin anion. Keuntungan sistem ini yaitu lebih ekonomis saat harus mengikat anion-anion kuat
seperti sulfat dan klorit, karena pada saat proses regenerasi resin, larutan NaOH pekat yang
keluar dari kolom resin kuat sudah cukup untuk meregenerasi anion resin lemah. Untuk
menghadapi anion kuat terlarut dalam air dengan jumlah yang sama, jumlah larutan NaOH yang
dibutuhkan untuk meregenerasi dua anion resin tersebut, lebih sedikit dibandingkan NaOH yang
meregenerasi sistem dengan satu anion resin.
Proses Demineralisasi Air Menggunakan Resin Anion Kuat dan Lemah
(Sumber)

2. Mixed Bed Demineralisasi


Pada beberapa kebutuhan industri, terkadang dibutuhkan tidak satu tahap proses pertukaran
kation dan anion. Pada beberapa proses, bahan baku air dilewatkan sampai dua atau tiga kation
dan anion kolom resin. Untuk meringkas proses, maka setiap stage pertukaran ion dapat
digunakan satu kolom resin yang berisi resin kation dan anion sekaligus. Pada akhir proses
demineralisasi, akan didapatkan air dengan kualitas sangat murni. Sistem ini sangat cocok
digunakan pada pabrik-pabrik pengguna boiler bertekanan tinggi, serta industri elektronik untuk
kebutuhan mencuci transistor dan komponen-komponen elektronika lainnya.
Kolom Resin Mixed Bed
(Sumber)

Proses Regenerasi
Jika keseluruhan molekul resin telah mengikat ion sasaran mereka, maka resin dikatakan telah
mencapai titik jenuhnya. Untuk dapat menggunakan kembali resin tersebut perlu dilakukan
proses regenerasi. Berikut adalah tahapan umum proses regenerasi resin single-bed kation atau
anion:

1. Lakukan pencucian resin backwash dengan mengalirkan air berlawanan arah dengan aliran
normal treatment. Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin mengendap
di dalam kolom.
2. Injeksi regenerant (H2SO4 atau NaOH) yang telah dilarutkan dengan air berkualitas, ke dalam
kolom resin. Regenerant harus mengalir pada kecepatan yang cukup sehingga waktu kontak
dengan resin adalah 20 hinga 40 menit.
3. Alirkan air murni ke dalam kolom dengan kecepatan yang sama dengan tahap sebelumnya.
4. Terakhir, bilas resin dengan mengalirkan air demin dengan kecepatan sama dengan proses
treatment, sampai air output dari resin ini sesuai dengan kualitas yang diinginkan.
Untuk proses regenerasi resin mixed-bed, membutuhkan tahapan yang lebih banyak. Berikut
adalah tahapan-tahapan tersebut:

1. Lakukan backwash untuk memisahkan resin kation dengan resin anion.


2. Hentikan backwash dan tunggu hingga butiran-butiran resin mengendap.
3. Jika diperlukan, buang air di dalam kolom hingga level mencapai setara dengan ketinggian resin.
4. Injeksikan NaOH pekat yang telah dilarutkan ke dalam air demin.
5. Keluarkan NaOH dari dalam kolom dengan mengalirkan air pelarut ke dalam kolom.
6. Injeksikan larutan asam pekat (seperti hidroklorik atau asam sulfat) ke dalam kolom resin.
7. Keluarkan larutan asam dari dalam kolom dengan mengalirkan air pelarut ke dalam kolom.
8. Buang air hingga mencapai level setara dengan butiran resin.
9. Aduk resin dengab menghembuskan udara terkompresi bersih atau nitrogen bertekanan.
10. Isi kembali kolom dengan air demineralisasi.
11. Lakukan pembilasan terakhir hingga didapatkan kualitas output yang sesuai dengan spesifikasi.

Sistem Demineralisasi Air


(Sumber)
Referensi:

 Deionised / Demineralised Water


 Regeneration Methods for Ion Exchange Unit
 Principle of Water Treatment

Referensi dan eBook Gratis:

 Resin Bed Regeneration in Water Treatment Processes


 Demineralization of Deionizer System
 Ion Exchange Primer
 Ion Exchange and Demineralization

Teknologi Deionisasi

Teknologi deionisasi adalah proses untuk menghilangkan ion terlarut dalam air menggunakan
proses pertukaran ion (ion-exchange) baik menggunakan resin penukar ion atau alat elektrikal
deionisasi (seperti CDI). Pada resin penukar ion akan terjadi proses penangkapan ion bermuatan
positif oleh resin kation (cation replacement resin) dan ion bermuatan negatif akan ditangkap
oleh resin anion (anion replacement resin). Alat untuk menghilangkan ion dengan prinsip
teknologi deionisasi disebut deionizer. Salah satu contoh teknologi deionisasi adalah mixed-bed
deionizer.

Mixed-Bed Deionizer merupakan alat untuk menghilangkan ion-ion terlarut dalam air
menggunakan resin kation dan anion, dimana kedua resin berada dalam satu wadah (tanki).
Salah satu industri yang paling banyak menggunakan Mixed-Bed Deionizer yaitu industri
elektronik, karena air yang digunakan untuk proses pencucian harus bersih dari ion.

Sebagai informasi tambahan, softener merupakan bagian dari ion-exchanger tetapi hanya
menggunakan resin kation saja, karena bertujuan untuk menghilangkan ion Ca2+ atau ion Mg2+
(mengurangi kesadahan) atau kation lainnya yang menggantikan ion Na+ pada resin, sehingga
regenerant yang umum digunakan yaitu NaCl. Adapun ion-exchange tower, terdiri atas kation
deionizer dan anion deionizer secara terpisah baik 1 maupun lebih. Sedangkan mixed-bed, resin
kation dan anion bekerja secara bersamaan dalam satu tanki. Dengan demikian, istilah deionizer
umumnya sering ditujukan pada kemampuannya menghilangkan kation dan anion keduanya,
sehingga softener biasanya tidak dimasukkan pada kategori deionizer karena hanya
menghilangkan kation saja.
Pada resin mixed-bed deionizer, terjadi pertukaran ion antara kation dengan H+ dan antara
anion dengan OH-. Sehingga regenerant resin kation biasanya digunakan HCl (asam kuat) sebagai
pengganti kation menjadi H+ kembali, dan regenerant resin anion biasanya digunakan NaOH
(basa kuat) sebagai pengganti anion menjadi OH-. Jenis resin yang digunakan mempengaruhi
efektifitas dalam menghilangkan kation dan anion dalam air baku.

Terdapat 2 tipe deionizer yang menggunakan resin penukar ion yaitu

1. Chemical regeneration type deionizer


Mixed-bed deionizer tank dan ion-exchange tower termasuk kedalam tipe ini, dimana keduanya
dapat melakukan regenerasi on-site menggunakan regenerant basa dan asam baik secara
manual maupun otomatis. Pengunaan tipe ini biasanya untuk jumlah laju air yang besar mulai
dari 4.000 L/jam hingga 40.000 L/jam. Berikut contoh chemical regeneration type deionizer:
Kurita Automatic Mixed-Bed De-Ionizer-AE Kurita Ion-Exchange Tower-SK, -SK-R, -SK-RW Series
2. Non-regeneration type deionizer
Tipe ini lebih simple dan mudah dipindahkan, dimana proses regenerasi tidak dilakukan on-site.
Biasanya memiliki jumlah laju alir yang kecil antara 15 L/jam sampai 1.000 L/jam. Keunggulan
tipe ini yaitu meminimalisir biaya pemeliharaan karena proses regenerasi dilakukan diluar
melalui jasa perusahaan Water Treatment. Berikut contoh non-regeneration type deionizer yang
prinsipnya sama seperti mixed-bed karena resin kation dan resin anion berada dalam 1 tanki:
Kurita Deionizer-DA-DX, -DA-KB Series
———————————-

Proses Regenerasi Resin Mixed-Bed

Proses regenerasi pada mixed-bed deionizer terdiri atas beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
1. Backwash, dialirkan air dari bawah ke atas untuk membersihkan kotoran yang menempel
dalam resin selama 15-20 menit, selanjutnya direndam air selama 10 menit, dimana resin anion
akan berada diatas karena berat jenisnya yang lebih kecil dari resin kation.
2. Anion regeneration, dialirkan NaOH 48% dan air yang sesuai dengan volume resin anion dari
atas melewati resin anion bersamaan dengan aliran air dari bawah menuju regenerant collector
yang berada dibagian tengah.
3. Water extrusion, dialirkan air dari atas dan bawah tanki untuk membilas sisa NaOH selama 15
menit.
4. Cation regeneration, dialirkan HCl 32% dan air yang sesuai dengan volume resin kation dari
bawah melewati resin kation bersamaan dengan aliran air dari atas menuju regenerant collector
yang berada dibagian tengah.
5. Water extrusion, dialirkan air dari atas dan bawah tanki untuk membilas HCl selama 20 menit.
6. Rinsing, dialirkan air untuk pembilasan semuanya dari atas dan bawah.
7. Drain down, dialirkan udara dari atas ke bawah untuk membilas sisa air.
8. Mixing, dialirkan udara dari bawah ke atas untuk mencampur kembali secara homogen resin
kation dan resin anion didalam tanki.
9. Flushing and service, dialirkan air secara normal dari atas ke bawah, yang dilanjutkan
pengukuran konduktifitas untuk parameter berhasil tidaknya proses regenerasi.
Kation Anion Exchanger, Secuil Pengetahuan

Kation/Anion Exchanger yang dibahas kali ini adalah alat yang digunakan pada unit utilitas
di pada demin plant di Unit Utilitas Power Station II (PS-II) PT.Pertamina RU III.
Proses Demineralisasi
Sistem demineralisasi sangat umum digunakan, tidak hanya untuk mengolah air untuk
boiler tekanan tinggi tapi juga untuk proses lain dan pengolahan air cucian. Air yang diolah berasal
dari intake sungai komering yang mengandung suspended solid (impurities tidak larut) dan
dissolved solid (impurities terlarut).

Suspended solid dapat dihilangkan melalui proses klarifikasi (penjernihan) dengan


menggunakan clarifier. Klarifikasi adalah pretreatment air permukaan untuk menghilangkan
suspended solid dengan tahap – tahap sebagai berikut :

a. Koagulasi adalah proses penetralan muatan listrik negatif yang berada pada partikel – partikel
halus yang terpisah. Bahan kimia yang digunakan adalah alumunium sulfat.
b. Flokulasi adalah penggabungan partikel – partikel yang sudah distabilisasi menjadi partikel yang
lebih besar yang dipercepat dengan penambahan polymer organic rantai panjang (bobot molekul
tinggi) yang larut dalam air.
c. Sedimentasi adalah suatu mekanisme dimana partikel yang sudah cukup besar tadi akan
mengendap dan turun kebawah permukaan air dibawah pengaruh gaya gravitasi.

Dissolved solid dapat dihilangkan melalui proses demineralisasi (penghilangan mineral –


mineral dalam air). Demineralisasi adalah proses pertukaran ion dengan tiga tahap yaitu kation
exchanger, anion exchanger dan mixed bed.

Ion Exchanger
Resin ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa hidrokarbon
terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan
fungsional yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin
mempunyai karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan
menggelembung (swelling), kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya
dalam analisis kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar
konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion
logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion. Pada saat operasi dikontakkan dengan
resin penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan teresap ke resin penukar ion dan resin akan
melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen, dengan melihat kondisi tersebut maka kita dapat
mengatur jenis ion yang diikat dan dilepas. Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang
tinggi.
2. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulang-ulang. Resin akan
beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena itu resin harus tahan
terhadap air
3. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range pH yang luas
serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi dan radiasi.
4. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis, tekanan
hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.

Resin penukar ion adalah suatu strukur polimer yang mengandung suatu gugus aktif yang
terikat pada kerangka organik. Proses pembentukan resin terdiri dari dua tahap yaitu
pembentukan gugus aktif. Umumnya untuk pembentukan kerangka biasa dipakai cross linked
polystirene yang dibentuk dari tetesan cairan monomer yang disuspensikan dalam air. Dari proses
tersebut diperoleh butiran yang keras, transparan, tidak berwarna dan kedap air. Butiran-butiran
ini belum memiliki sifat penukar ion. Tahap selanjutnya pembentukan gugus aktif pada butiran-
butiran tsb. (Idaman Said, 2008)

Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :

1. Kation exchanger
Resin penukar ion positif atau yang lebih dikenal dengan kation exchanger pada umumnya
dalam bentuk asam kuat atau asam lemah. Resin kation dalam bentuk asam kuat dapat
menghilangkan seluruh ion positif yang terkandung dalam air sedangkan resin kation dalam
bentuk asam lemah hanya dapat menghilangkan sebagian kesadahan dalam air yang umumnya
kesadahan dalam bentuk alkinitas.
Resin penukar ion mempunyai afinitas yang berbeda terhadap tiap jenis ion yang ada
dalam air. Akibatnya resin penukar ion menunjukan urutan selektivitas untuk tiap jenis ion yang
terlarut dalam air. Untuk resin penukar ion positif dalam bentuk asam kuat urutan jenis ion positif
yang mempunyai afinitas terhadap resin penukar ion positif di mulai dari yang terbesar hingga
yang terkecil adalah sebagai berikut : Calcium (Ca), Magnesium (Mg), Ammonium (NH4), Potassium
(K), Natrium (Na), dan terakhir Hidrogen (H).
Secara sederhana rekasi pertukaran ion positif dapat dilihat seperti dibawah ini :
2. Anion exchanger
Anion exchanger bertujuan untuk menghilangkan ion-ion yang bermuatan negatif seperti
SO4, Cl, SiO3, dan ion negatif lainnya dengan cara pertukaran dengan ion OH-. Contoh reaksi yang
terjadi pada anion exchanger :

Maka penukar kation memisahkan logam – logam (kation) yang menghasilkan asam, dan
anion memisahkan asam (yang tersisa dari garam) yang menghasilkan air murni.

Mixed Bed Exchanger


Mixed bed merupakan proses lebih lanjut dari kation anion exchanger sehingga didapat
demin yang lunak. Proses yang terjadi pada mixed bed exchanger sama seperti pada kation anion
exchanger. Dalam mixed bed exchanger terdapat resin kation dan anion yang berfungsi untuk
menyempurnakan penghilangan ion-ion yang tersisa. Selama proses resin kation dan anion
bercampur menjadi satu. Setelah mengalami kejenuhan, maka perlu dilakukan regenerasi dengan
back wash untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat didalamnya. Kemudian pada saat
idle (didiamkan) secara alami, resin kation akan tersusun di bagian bawah karena densitasnya lebih
besar daripada resin anion. Baru kemudian di injeksikan sulfat dibagian atas dan kaustik dibagian
bawah.

Proses regenerasi
Suatu reaksi pertukaran ion hanya dapat berlangsung jika bahan penukar dapat menyediakan
hidrogen atau hidroksida untuk menggantikan kation dan anion dari air mentah. Jika suatu kation
dan anion tidak mampu lagi menukar, kation dan anion tersebut harus dikembalikan kepada
keadaan awal melalui regenerasi. Regenerasi kation dilakukan dengan cara mengganti kembali ion
H+ yang telah jenuh dengan merekasikannya dengan H2SO4.

Ada beberapa tahapan yang dilakukan pada proses regenerasi kation pada demin plant di
Unit Utilitas Power Station II (PS-II) PT. Pertamina RU III yaitu :
1. Backwash
Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuang/menghilangkan deposit
kotoran yang menempel di resin.
2. Pemberian acid step 1 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 1,75%
3. Pemberian acid step 2 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 3,5%
4. Pemberian acid step 3 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 5,25%
5. Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang telah di proses.
6. Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit air yang besar.
a. Regenerasi anion
Regenerasi resin penukar anion sama dengan regenerasi kation, jika sudah jenuh maka
dapat dikembalikan ke keadaan dengan menggunakan alkali. Soda kaustik dipakai sebagai penukar
anion dari basa kuat.

R- Cl- + NaOH R – OH + NaCl


SO4- Na2SO4
Sama dengan regenerasi pada kation, pada anion juga terdapat beberapa tahapan. Tahap-
tahap yang dilakukan pada proses regenerasi anion pada demin plant di Unit Utilitas Power Station
II (PS-II) PT.Pertamina RU IIIyaitu :
1. Backwash
Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuang/menghilangkan deposit
kotoran yang menempel di resin.
2. Preheat bed
3. Caustic injection yaitu penambahan kaustik dengan cara menginjeksian NaOH 4%.
4. Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang telah di proses.
5. Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit air yang besar.
Selama proses regenerasi, limbah air yang dihasilkan ditampung pada bak penampung
regenerasi (neutral basin) untuk dinetralkan sebelum akhirnya dibuang ke sungai.

Anda mungkin juga menyukai