di ajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Pengujian dan Evaluasi Tekstil
dari larutan amonia dengan asam asetat 10% (periksa dengan kertas lakmus
atau kertas pH) pastikan larutan bersuasana asam karena supaya terbentuk
muatan positif yang nyata pada serat, akibat adanya ion H+ yang terserap
gugus amina dari wol.
c. Basa
Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut,
tetapi dalam larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi
bentuk garam yang mudah larut. Zat warna basa secara alami bersifat
kationik, sehingga dapat digunakan untuk mencelup serat akrilat, dimana
zat warna basa akan berikatan secara ionik dengan gugus-gugus sulfonat
atau karboksilat yang ada dalam serat sehingga tahan lunturnya cukup baik.
Dalam pencelupan larutan harus diatur pH nya dengan menggunakan asam
asetat agar terbentuknya kation zat warna basa. Sebaiknya pH yang
digunakan yaitu sebesar 4,5, apabila terlalu besar maka kelarutan zat warna
akan berkurang dan warna akan berubah kearah yang lebih pendek
sehingga menimbulkan warna yang muda dan menyulitkan untuk
pengamatan. Sedangkan apabila pH rendah terbentuknya muatan negatif
padagugus karboksilat pada serat akan lebih sulit, sehingga laju pencelupan
akan lebih lambat dan akan terjadi penurunan kekuatan bahan yang dicelup.
Pada saat uji penentuan zat warna basa ditambahkan NaOH dan eter,
lapisan eter berada di atas lalu lapisan eter dipindahkan menggunakan pipet
ke tabung reaksi yang baru, setelah itu beri penambahan asam asetat, eter
yang berwarna berada di bawah itu berarti positif zat warna basa hal ini
dikarenakan terjadi endapan zat warna basa.
b. Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, untuk melarutkannya zat warna
bejana dirubah menjadi asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco
yang larut. Suatureduktor dapat membantu senyawa untuk di bejana kan.
Artinya dirubah menjadi bentuk leuco, yakni bentuk zat warna bejana yang
tereduksi yang akan larut dalam larutan alkali. Senyawa leuco memiliki
substantivitas terhadap selulosa, sehingga dapat mencelupnya. Penambahan
NaOH yang berfungsi untuk melarutkan leuco zatwarna bejana dan untuk
merubah asam leuco yang tidak larut menjadi garam leucoyang larut.
Dipanaskan agar proses berlangsung dengan cepat, lalu dilakukan
penambahan Na2S2O4 yang berfungsi sebagai reduktor untuk mereduksi
zat warna bejana menjadi asam leuco. Proses pencelupan membutuhkan
bantuan NaCl yang berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat warna. Uji
penentuan menggunakan lilin parafin zat warna bejana berwarna di
paraffin, terwarnai secara permanen hal ini karena zat warna bejana terus
teroksidasi sehingga zat warna bejana nya permanen di paraffin. Pada uji
dengan NaOCl 5% 10 menit zat warna yang tidak rusak di NaOCl itu hanya
zat warna bejana sedangkan zat warna reaktif dan belerang rusak di NaOCl.
c. Bejana-belerang
Pada pengujian zat warna bejana-belerang posisi kain sebagai contoh uji
berada di tengah-tengah maksudnya pada uji zat warna bejana kain kapas
tercelup namun warnanya jauh lebih muda dibandingkan lunturannya,
sedangkan pada uji zat warna belerang kertas Pb asetat nya terwarnai
hitam. Pada pengujian parafin hasilnya positif.
Zat warna golongan IV adalah zat warna yang luntur dalam pelarut organik
DMF 1:1dan DMF 100%.
b. Pigmen
Zat warna pigmen berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai
gugus yang dapat berikatan dengan serat. Pada proses pencapan perlu
dibantu dengan binder untuk pengikat antara serat dan zat warna, sehingga
tahan lunturnya tergantung kekuatan lapisan binder terhadap zat warnanya.
Untuk uji pertama zat warna dilarutkan dengan DMF 100% dan DMF 1:1,
pada DMF 1:1 menunjukkan warna muda sedangkan pada DMF 100%
menunjukkan warna tua. Kemudian dilakukan uji penentuan dengan
mikroskop, karena zat warna pigmen hanya berada di permukaan serat
maka saat pengamatan dengan menggunakan mikroskop partikel-partikel
zat warna pigmen berada dipermukaan serat, seperti bergerombol.
Kemudian dilakukan pengujian 2 untuk zat warna pigmen yang berwarna
biru dengan asam nitrat pekat menunjukkan warna violet dan dengan asam
sulfat pekat menunjukkan warna hijau hal tersebut terjadi karena zat warna
pigmen akan rusak
oleh asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat yang menyebabkan zat warna
pada bahan berubah sehingga terjadi penurunan panjang gelombang pada
zat warna tersebut.
c. Reaktif
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan
bagian dari serat. Pengujian zat warna reaktif menggunakan DMF 1:1 yang
akan menunjukkan warna muda sedangkan dengan DMF 100% tidak
berwarna. Dilakukan uji penentuan yaitu dengan mencelup wol dalam suasana asam
karena pada zat warna reaktif pada wol dengan suasana asam akan menghasilkan warna
yang lebih tua dibandingkan dengan serat kapas. Zat warna reaktif rusak di NaOCl 5%.
4.2. KESIMPULAN
Hasil praktikum yang telah dilakukan berdasarkan contoh uji yang diberikan:
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/97342471/Pencelupan-Zat-Warna-Bejana-Dan-
Belerang
(Sabtu, 16 September 2017 pukul 08.45 WIB)
https://www.academia.edu/9657436/Identifikasi_zat_warna_pd_selulosa
(Sabtu, 16 September 2017 pukul 09.25 WIB)
https://www.academia.edu/24914086/
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGUJIAN_DAN_EVALUASI_TEKS TIL_II
(Sabtu, 16 September 2017 pukul 10.02 WIB)
Moerdoko,Wibowo, dkk. Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. 1975. Bandung :
InstitutTeknologi Tekstil.