Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL

IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SELULOSA


LAPORAN

di ajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Pengujian dan Evaluasi Tekstil

NAMA : BAYU SUKMA PRIANGGA


NPM : 20420006
GROUP : 2K1(rombel 1)
DOSEN : KURNIAWAN, S.T., M.T /Luciana S.Teks,M.pd / Mia K S.ST

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
 Melunturkan zat warna yang terdapat pada selulosa sebagai contoh uji
denganmenggunakan pereaksi tertentu dan larutan ekstraksinya diamati daya
celupnyaatau kharakteristik khusus untuk mengetahui golongan zat warna yang
sesuaiterhadap contoh uji.
b. Tujuan
 Mampu mengidentifikasi zat warna pada selulosa dengan mengetahui dari
empat golongan zat warna yang memungkinkan mencelup serat selulosa
sebagai contoh uji dengan cara melakukan pelunturan zat warna pada contoh
uji.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.2. Teori Dasar
1. Golongan 1
Zat warna golongan I merupakan zat warna yang luntur dalam larutan Amoniak
mendidih atau Asam Asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini
adalah zat warna direk, zat warna asam, zat warna basa, dan zat warna direk
dengan pengerjaan iring.
a. Zat warna direk
Zat warna direk adalah senyawa azo yang disulfonasi. zat warna ini disebut juga
zat warna substantif karena mempunyai afinitas yang besar terhadap selulosa.
Beberapa zat warna direk umumnya mempunyai ketahanan luntur yang kurang
baik terhadap pencucian sedangkan ketahanan terhadap sinar cukup, tidak
tahan oksidasi dan rusak oleh zat pereduksi.
Sifat-sifat umum zat warna direk :
a) Zat warna direk memiliki sifat yang tidak tahan terhadap oksidasi dan
akan merusak oleh reduksi.
b) Zat warna direk memiliki gugus pelarut sulfonat sehingga mudah larut
dalam air.
c) Afinitas zat warna direk terhadap serat tekstil disebabkan adanya ikatan
hydrogen dan ikatan sekunder seperti ikatan Van der Waals.
d) Zat warna direk memiliki nilai ketahanan luntur warna terhadap
gosokan dan pencucian yang rendah.
b. Zat warna asam
Zat warna asam mengandung asam-asam mineral atau asam-asam organic dan
dibuat dalam bentuk garam-garam natrium dari asam organik dengan gugus
anion yang merupakan gugus pembawa warna (kromofor) yang aktif. Struktur
kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk merupakan senyawa yang
mengandung gugus sulfonat atau karboksilat sebagai gugus pelarut. Zat warna
asam dapat mencelup serat-serat binatang, poliamida dan poliakrilat
berdasarkan ikatan elektovalen atau ikatan ion.
c. Zat warna basa
Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif atau kation.
Zat warna basa merupakan suatu garam basa yang dapat membentuk garam
dengan asam. Asam dapat berasal dari hidroklorida atau oksalat. Zat warna basa
mampu mencelup serat-serat protein sedangkan pada serat poliakrilat yang
mempunyai gugus-gugus asam dalam molekulnya akan berlaku atau bersifat
seperti serat-serat protein terhadap zat warna basa.
2. Golongan II
Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan natrium hidrosulfit dalam
suasana alkali dan warna kembali kewarna semula oleh oksidasi dengan udara. Zat
warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna bejana, belerang, bejana-
belerang dan oksidasi.
a. Zat warna bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya
harus diubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut memiliki
substantifitas terhadap selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau
oksigen dari udara, bentuk leuko yang tercelup dalam serat tersebut akan
teroksidasi kembali kebentuk semula yaitu pigmen zat warna bejana. Senyawa
leuko zat warna golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan
golongan antrakwinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah
warnanya dalam larutan hipoklorit. Umumnya zat warna turunan indigoida dan
karbasol warna hamper hilang dalam uji hipoklorit dan didalam larutan
pereduksi warnanya menjadi kuning. Ikatan zat warna bejana dengan serat
antara lain ikatan hidrogen dan ikatan sekunder seperti gaya-gaya Van der
Waals.
b. Zat warna belerang
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang sebagai
kromofor. Sturktur molekulnya merupakan molekul yang kompleks dan tidak
larut dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya diperlukan reduktor
natrium sulfide dan soda abu untuk melarutkannya. Unutk membentuk zat
warna semula maka perlu proses oksidasi baik dengan udara maupun dengan
bantuan oksidator-oksidator lainnya.
c. Zat warna hidron (bejana-belerang)
Zat warna hidron mempunyai sifat-sifat antara zat warna bejana dan zat warna
belerang. Zat warna ini juga mempunyai warna yang spesifik yaitu berwarna
biru. Reduktor yang digunakan adalah reduktor lemah seperti Na2S dan
Na2CO3.
d. Zat warna oksidasi Zat warna oksidasi pada umumnya mengandung senyawa
aniline dalam struktur molekulnya dengan warna hitam aniline. Spesifikasi zat
warna ini selain tahan gosok nya kurang baik yaitu warna yang berubah menjadi
kehijauan apabila tereduksi oleh SO2.
3. Zat warna golongan III
Zat warna golongan III adalah zat warna yang rusak dalam larutan Natrium
Hidrosulfit yang bersifat alkali dan larutan ekstraksinya didalam air, airamonia atau
asam asetat tidak mencelup kembali serat kapas putih atau warna tidak kembali
kewarna asli setelah oksidasi. Zat warna yang termasuk dalam golongan ini adalah:
zat warna direk dengan pengerjaan iring logam, zat warna diek dengan pengerjaan
iring formaldehida, zat warna naftol, zat warna azo yang tidak larut dan zat warna
yang diazotasi atau dibangkitkan.
a. Zat warna direk dengan iring logam
Zat warna direk pada umumnya mempunyai ketahanan yang kurang baik
terhadap pencucian. Untuk memperbaikinya maka dilakukan pengerjaan iring
yang pada prinsipnya memperbesar molekul zat warna dalam serat. Sehingga
zat warna akan lebih sukar bermigrasi. Pemgerjaan iring dapat dilakukan dengan
penggunaan garam-garam logam seperti krom, tembaga, cobalt, nikel, besi dan
lain-lain.
b. Zat warna direk dengan iring formaldehida
Beberapa zat warna direk dikerjakan dengan iring formalidehida untuk
memperbaiki tahan cucinya karena terbentuknya jembatan metilen antara
beberapa zat warna.
c. Zat warna naftol
Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada waktu
pencelupan dan merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan garam
diazonium (kopling). Sifat dari zat warna naftol yaitu: tidak larut dalam air,
luntur dalam piridin pekat mendidih, bersifat poligenetik dan monogenetik,
karena mengandung gugus azo maka tidak tahan terhadap reduktor.
4. Zat wana golongan IV
Zat warna yang sukar dilunturkan dalam berbagai pelarut seperti ammonia, asam
asetat dan piridina. Termasuk dalam golongan ini adalah zat warna pigmen dan
reaktif.
a. Zat warna pigmen
Zat warna pigmen adalah zat warna yang hanya mengandung kromofor saja
sehingga pada pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang disebut
binder. Unsure-unsur yang terdapat didalam zat warna pigmen antara lain
garam-garam organic, oksida organic, gugus azo, logam berwarna dan lain-lain.
Zat warna ini luntur dalam dimetil formadida pekat dan dimetil formmida 1:1.
Kecuali untuk zat warna pigmen ftalosianin atau yang berasal dari zat warna
pigmen anorganik.
b. Zat warna reaktif
Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat,
sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu zat
warna ini mempunyai ketahanan cuci yang baik. zat warna ini baik dibandingkan
dengan zat warna direk. Sifat umum dari zat warna reaktif yaitu: larut dalam air,
berikatan kovalen dengan serat, karena kebanyakan gugusnya azo maka zat
warna ini mudah rusak oleh reduktor kuat dan tidak tahan terhadap oksidator
yang mengandung klor (NaOCl).
BAB 3
MEETODE PRAKTIKUM
3.1. Alat Bahan Dan Pereaksi Golongan 1
a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Rak tabung reaksi
4. Pipet ukur
5. Batang pengaduk
6. Kertas saring
7. Gelas piala
8. Sendok
9. Kertas lakmus
10. kompor
b. Pereaksi dan Bahan
1. Natrium Hidroksida 10%
2. Asam Asetat 10%
3. Asam Asetat Glasial
4. NaCl
5. Amoniak 10%
6. Eter
7. Kertas Lakmus
8. Air
9. Kain yang sudah dicelup
10. Kain kapas
11. benang wol dan akrilat

3.2. Alat Bahan Dan Pereaksi Golongan II


a. Alat
1. Tabung Reaksi
2. Penjepit Tabung Reaksi
3. Pipet Tetes
4. Pipet Ukur
5. Filler
6. Gelas Kimia
7. Batang Pengaduk
8. Pembakar Bunsen
b. Bahan dan Pereaksi
1. Kain Contoh Uji
2. Kapas Putih
3. Lelehan Lilin Parafin
4. Kertas Pb Asetat
5. Kertas Lakmus
6. Air
7. Natrium Hidroksida 10%
8. Na2S2O4
9. NaCl
10. Natrium Karbonat
11. Na2S
12. HCl 16%
13. SnCl2 10%
14. NaOCl 10%
3.3. Alat Bahan Dan Pereaksi Golongan III & IV
a. Alat
1. Tabung Reaksi
2. Penjepit Tabung Reaksi
3. Pipet Tetes
4. Pipet Ukur
5. Filler
6. Gelas Kimia
7. Batang Pengaduk
8. Pembakar Bunsen
9. Mikroskop
10. Sinar UV
11. Kaca Objek (Slide Glass)
12. Kaca Penutup (Cover Glass)
c. Bahan dan Pereaksi
1. Kain Contoh Uji
2. Wool
3. Lelehan Parafin
4. Air
5. Kertas Lakmus
3.4. Langkah Kerja
1. Uji Zat Warna Golongan 1
a) Zat Warna Direk
 Masing-maisng kain contoh uji dipotong kecil-kecil dengan
menggunakan gunting.
 Setelah itu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 3-4 potong
untuk setiap kain contoh uji.
 Ditambahkan larutan Amoniak 10% kurang lebih sebanyak 3 mL.
 Dididihkan hingga sebagian besar zat warna terekstraksi (luntur).
 Contoh uji diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna.
Catatan : Sebaiknya larutan ekstraksi dibagi dua. Satu bagian untuk
uji zat warna direk dan satu bagian lagi untuk uji zat warna asam.
 Kapas putih, Wool, dan Akrilat dimasukkan sebanyak 1-2 potong ke
dalam larutan ekstrak zat warna tersebut kemudian ditambahkan
NaCL sebanyak 5-10 mg.
 Dididihkan kira-kira selama 1-2 menit.
 Setelah itu, baik kapas putih, wool, maupun akrilat diambil dan
pisahkan dari larutan ekstrak zat warna tersebut.
 Dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin lalu dimasukkan ke
dalam oven hingga kering.
 Diamati perubahan warnannya.
 Pencelupan kembali kain kapas lebih tua dibandingkan dengan wool
dan akrilat menunjukkan zat warna direk.
b) Zat Warna Asam
 Apabila dalam uji zat warna direk terjadi pelunturan warna
tetapi tidak mencelup kembali kain kapas atau hanya menodai
dengan warna yang sangat muda, maka dikerjakan dengan
pengujian untuk zat warna asam.
 Larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan Amoniak 10%
dinetralkan dengan Asam Asetat 10%. (Diperiksa dengan
menggunakan kertas lakmus atau kertas pH)
 Ditambahkan lagi Asam Asetat 10% sebanyak kurang lebih 1 mL.
 Kapas putih, wool, dan akrilat dimasukkan ke dalam tabung
reaksi tersebut lalu dididihkan selama kira-kira 1 menit.
 Setelah itu, baik kapas putih, woolm maupun akrilat diambil dan
dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna tadi.
 Dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin.
 Dimasukkan ke dalam oven agar kering.
 Diamati perubahan warnanya.
 Pencelupan kembali wool oleh larutan ekstraksi dalam suasana
asam menunjukkan adanya zat warna asam.
c) Zat Warna Basa
Apabila dalam uji zat warna direk tidak terjadi pelunturan atau hanya luntur
sedikit, maka dilakukan pengujian untuk zat warna basa.
 Uji Pencelupan
 Masing-masing kain contoh uji dipotong kecil-kecil dengan
menggunakan gunting kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
 Asam Asetat Glasial ditambahkan sebanyak kurnag lebih 1 mL.
 Ditambahkan pula air sebanyak 3-5 mL kemudian dididihkan sampai
terjadi ekstraksi pada zat warna.
 Contoh uji diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna
tersebut. (Sebaiknya larutan ekstrak zat warna tadi dibagi menjadi
dua. Satu bagian untuk pencelupan dan satu bagian lagi untuk uji
penentuan).
 Kapas putih, wool, dan akrilat dimasukkan ke dalam larutan ekstrak
zat warna kemudian dididihkan selama kurang lebih 2 menit.
 Pencelupan kembali kain akrilat dengan warna tua menunjukkan
adanya zat warna basa.
 Uji Penentuan
 Ditambahkan larutan Natrium Hidroksida 10% kurang lebih
sebanyak 3 mL (sampai alkalis) ke dalam larutan ekstrak zat warna.
 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit kemudian ditambahkan
larutan eter sebanyak 3 mL.
 Larutan tersebut dikocok dan dibiarkan memisah (larutan ekstrak
zat warna di bawah dan eter di atas).
 Lapisan eter kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang
lain.
 Ditambahkan 1-3 mL Asam Asetat 10% lalu dikocok lagi.
 Pewarnaan kembali lapisan larutan asam tersebut dengan warna
yang sama dengan warna asli menunjukkan adanya zat warna basa.
2. Uji Zat Warna Golongan II
 Contoh uji dipotong kecil-kecil dengan menggunakan gunting kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksinya masing-masing.
 Ditambahkan air sebanyak 2-3 mL dan NaOH 10% kurang lebih sebanyak 2 mL.
 Dididihkan selama kurang lebih 1 menit.
 Setelah itu ditambahkan Na2S2O4 dan dididihkan kembali selama 1 menit.
 Conton uji diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna lalu
dianginangin atau dioksidasi dengan udara.
 Warna kembali menunjukkan zat warna golongan II.
a) Zat Warna Belerang
 Contoh uji yang sudah dipotong kecill-kecil dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
 Ditambahkan air sebanyak 2-3 mL dan juga Natrium Karbonat
kemudian dipanaskan.
 setelah itu, dimasukkan Na2S.
 Dipanaskan kembali selama kurang lebig 1-2 menit sampai
mendidih.
 Contoh uji diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna.
 Kemudian dimasukkan kapas putih dan HCl ke dalam larutan ekstrak
zat warna tersebut.
 Dididihkan selama kurang lebih 1-2 menit.
 Kapas tersebut kemudian diambil dan dipisahkan dari larutan
ekstrak zat warna.
 Dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin.
 Setelah tidak licin, dibiarkan terkena udara.
 Kain kapas akan tercelup kembali dengan warna yang sama dengan
warna contoh asli tetapi lebih muda.
 Uji Penentuan I
 Contoh uji dididihkan dalam 3 mL larutan NaOH 10% kemudian
dicuci bersih (kurang lebih sebanyak 2 kali dengan menggunakan air
mengalir).
 Contoh uji bersih tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan HCl 15% kurang lebih sebanyak 2 mL.
 Dididihkan kurang lebih selama 1 menit.
 Setelah selesai kemudian dibiarkan dingin.
 Ditambahkan SnCl2 10% kurang lebih sebanyak 3 mL.
 Kertas Timbal Asetat diletakkan pada mulut tabung (Kertas Pb
Asetat = Kertas saring yang dibasahi dengan larutan Pb Asetat 10%).
 Kemudian dipanaskan hingga muncul warna cokelat atau hitam
pada tengahtengah kertas Pb Asetat tersebut.
 Warna cokelat atau hitam pada kertas Pb Asetat menunjukkan zat
warna belerang.
 Uji penentuan II
 Contoh uji direndam dengan larutan NaOCl 10% selama kurang
lebih 5-10 menit.
 Zat warna belerang akan rusak dalam waktu 5 menit.
b) Zat Warna Bejana
 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan air
kurang lebih sebanyak 2 mL dan NaOH 10% kurang lebih sebanyak 2
mL.
 Dididihkan selama beberapa menit.
 Ditambahkan Na2S2O4 kemudian dididihkan kembali selama 1
menit hingga larutan ekstrak zat waran terbentuk.
 Contoh uji diambil dan dipisahkan dari larutan ekstrak zat warna
tersebut.
 Setelah itu, kapas putih dan NaCl dimasukkan ke dalam larutan
ekstrak zat warna tadi dan dididihkan selama kurang lebih 2 menit.
 Dibiarkan dingin terlebih dahulu.
 Kain kapas tersebut diambil lalu dicuci di bawah air mengalir hingga
tidak licin.
 Diangin-angin atau dibiarkan terkena udara.
 Kapas tercelup kembali dengan warna contoh asli tetapi lebih muda.
 Uji penentuan 1
 Contoh uji dimasukkan ke dalam lelehan parafin.
 Setelah itu lelehan parafin diletakkan di atas kertas saring.
 Apabila padatan parafin pada kertas saring berwarna, maka
menunjukkan adanya zat warna bejana. Catatan : Zat warna
belerang tidak mewarnai parafin.
3. Uji Zat Warna Golongan III & IV
1. Zat Warna Golongan III
 Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi tambahkan ± 3 ml air, ± 2 ml
NaOH 10% dan Na2S2O4
 Panaskan sampai mendidih selama 3 menit
 semua zat warna golongan II akan rusak, ditandai dengan parubahan warna
terhadap contoh uji atau larutan ekstraksi menjadi putih, abu-abu, kuning
atau jingga. Warna tidak kembali setelah oksidasi.
 Uji Penentuan I Naftol
 Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
 Tambahkan 1 ml NaOH 10% dalam 3 ml alcohol didihkan
 Tambahkan Na2S2O4 panaskan (warna akan tereduksi)
 Dinginkan, ambil contoh uji amati warnanya
 Warna rusak menunjukkan adanya zat warna naftol atau reaktif (dengan
oksidasi warna akan kembali)
 Kedalam filtrate masukkan kapas putih dan NaCl didihkan selama 2 menit
 Kapas berwarna kuning dan berpendar dibawah sinar untra lembayung
menunjukkan zat warna naftol Uji penentuan 1
 Contoh uji dimasukkan ke dalam lelehan lillin parafin.
 Setelah lelehan tersebut mulai mengental, segera letakkan di atas kertas
saring.
 Apabila padatan parafin berwarna, maka menunjukkan adanya zat warna
naftol.
2. Zat Warna Pigmen
 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung dan ditambahkan larutan DMF 1 : 1
kurang lebih sebanyak 3 mL.
 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit dan diamati warnanya.
 Setalah itu, sama seperti halnya pengerjaan pada poin 1 dan 2, contoh uji
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan DMF 100%
kurang lebih sebanyak 3 mL.
 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit dan diamati warnanya.
 Pewarnaan muda pada larutan DMF 1 : 1 dan pewarnaan tua dalam DMF
100% menunjukkan adanya zat warna pigmen.
 Uji penentuan 1
 Contoh uji dimasukkan kedalam tabung dan ditambahkan sebanyak 3 mL
larutan HCl 1% lalu dididihkan selama 5 menit.
 Dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin.
 Serat dari kain contoh uji tersebut diambil dan diamati di bawah mikroskop.
 Bila terdapat partikel-partikel zat warna pada permukaan serat,
menunjukkan zat warna pigmen dengan zat pengikat. Sedangkan apabila
terdapat di seluruh serat menunjukkan zat warna pigmen dengan
pencelupan polimer.
 Uji Penentuan II Khusus zat warna pigmen yang berwarna biru.
Menunjukkan zat warna pigmen Aleian Biru apabila :
 Contoh uji ditetesi HNO3 pekat maka akan berwarna violet.
 Contoh uji ditetesi H2SO4 pekat maka akan berwarna hijau.
3. Zat Warna Reaktif
 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
DMF 1 : 1 sebanyak 3 mL.
 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit.
 Setelah itu, sama seperti halnya pengerjaan pada poin 1 dan 2, contoh uji
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan DMF 100%
sebanyak 3 mL.
 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit.
 Diamati warna kedua larutan ekstraksinya. Apabila ekstraksi DM 1 : 1
terwarnai sangat muda dan ekstraksi DMF 100% tidak terwarnai maka
menunjukkan adanya zat warna reaktif.
 Uji penentuan 1
 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
NaOH 5% kurang lebih sebanyak 3 mL.
 Dididihkan selama kurang lebih 2 menit.
 Diasamkan dengan menggunakan larutan Asan Sulfat pekat kurang lebih
sebanyak 2- 3 tetes.
 Serat wool dimasukkan ke dalamnya kemudian dididihkan selama beberapa
menit.
 Setelah itu dicuci hingga tidak licin di bawah air mengalir dan diangin-angin
agar kering.
 Pewarnaan pada serat wool menunjukkan adanya zat warna reaktif.
 Uji Penentuan II
 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan
(Asam Sulfat 0,2% dan 6 mg Na2SO4) sebanyak 3 mL.
 Dididihkan selama beberapa menit.
 Serat wool dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan tadi lalu
dididihkan kembali selama 3 menit.
 Setelah dididihkan, dicuci di bawah air mengalir hingga tidak licin.
 Diangin-angin hingga kering. Pewarnaan pada serat wool menunjukkan
adanya zat warna reaktif
 Uji Penentuan III
 Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
larutan NaOCl 10% selama kurang lebih 5-10 menit.
 Zat warna reaktif akan rusak dalam waktu 5 menit.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Diskusi
1. Golongan 1
Zat warna golongan I merupakan zat warna yang luntur dalam larutan amonia atau
asam asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat
warna direk, asam, basa, dan direk dengan pengerjaan iring. Prinsip pengujiannya
yaitu contoh uji dilunturkan warnanya dengan pereaksi tetentu dan larutan
ekstraksinya diamati daya celupnya atau kharakteristik khusus lainnya.
a. Zat warna direk
Pada pengujian ini, praktikan diberi 3 lembar kain kapas (selulosa) yang telah
dicelup dengan menggunakan zat warna golongan I. Tugas praktikan adalah
menentukan zat warna yang digunakan untuk mencelup kain selulosa tersebut.
Pada pengujian zat warna direk, contoh uji dilarutkan dalam amonia 10%
kemudian dipanaskan dan kemudian lunturannya dibagi dua untuk pengujian
zat warna direk dan zat warna asam. Pada uji zat warna direk, lunturan
ditambahkan dengan NaCl. Dimasukkan kapas putih, wool, dan akrilat
kedalamnya kemudian dipanaskan lagi. Penggunaan zat warna direk dapat
dilihat dari hasil pencelupan dengan warna tua pada kain kapas putih. Zat
warna direk dapat dipakai mencelup serat kapas. hal ini karena zat warna
berikatan dengan gugus hidroksil dari selulosa dengan ikatan hidrogen.
Kekuatan ikatan hidrogen umumnya tidak terlalu kuat, dapat putus dalam suhu
tinggi, oleh karenanya tahan luntur hasil pencelupan zat warna direk sangat
rendah terutama dalam pencucian panas. Selain ikatan hidrogen, kekuatan
ikatan zat warna direk dengan serat ditunjang dengan ikatan van der waals
namun relatif sangat lemah. Selain itu zat warna direk mempunyai afinitas dan
substantifitas yang lebih besar terhadap selulosa. Penambahan elektrolit
seperti NaCl sangat berpengaruh karena berfungsi untuk menambahkan
penyerapan zat warna. Selulosa bermuatan negatif tapi disisi lain zat warna
direk cenderung bermuatan negatif juga sehingga terjadi tolak menolak.
Elektrolit akan mengion dalam air dan ion positifnya akan menetralkan selulosa
sehingga zat warna terserap.
b. Asam
Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena memiliki
gugus pelarut sulfonat atau karbosilat dalam struktur molekulnya. Gugus-
gugus tersebut juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan
ikatan ionik dengan tempat-tempat positif dalam serat wol atau sutera. Kain
wol dapat tercelup oleh zat warna asam karena adanya tempat-tempat
positif pada kain wol. Tempat positif ini yaitu pada gugus amina yang
merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan ikatan dengan
ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen). Netralkan larutan
ekstraksi yang diperoleh

dari larutan amonia dengan asam asetat 10% (periksa dengan kertas lakmus
atau kertas pH) pastikan larutan bersuasana asam karena supaya terbentuk
muatan positif yang nyata pada serat, akibat adanya ion H+ yang terserap
gugus amina dari wol.

c. Basa
Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut,
tetapi dalam larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi
bentuk garam yang mudah larut. Zat warna basa secara alami bersifat
kationik, sehingga dapat digunakan untuk mencelup serat akrilat, dimana
zat warna basa akan berikatan secara ionik dengan gugus-gugus sulfonat
atau karboksilat yang ada dalam serat sehingga tahan lunturnya cukup baik.
Dalam pencelupan larutan harus diatur pH nya dengan menggunakan asam
asetat agar terbentuknya kation zat warna basa. Sebaiknya pH yang
digunakan yaitu sebesar 4,5, apabila terlalu besar maka kelarutan zat warna
akan berkurang dan warna akan berubah kearah yang lebih pendek
sehingga menimbulkan warna yang muda dan menyulitkan untuk
pengamatan. Sedangkan apabila pH rendah terbentuknya muatan negatif
padagugus karboksilat pada serat akan lebih sulit, sehingga laju pencelupan
akan lebih lambat dan akan terjadi penurunan kekuatan bahan yang dicelup.
Pada saat uji penentuan zat warna basa ditambahkan NaOH dan eter,
lapisan eter berada di atas lalu lapisan eter dipindahkan menggunakan pipet
ke tabung reaksi yang baru, setelah itu beri penambahan asam asetat, eter
yang berwarna berada di bawah itu berarti positif zat warna basa hal ini
dikarenakan terjadi endapan zat warna basa.

2. ZAT WARNA GOLONGAN II


Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan natrium hidrosulfit
dalam suasana alkali dan warna kembali semula oleh oksidasi dengan udara.
a. Belerang
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang
sebagai kromofor. Struktur molekul zat warna belerang merupakan struktur
yang tidak larutdalam air. Maka dari itu diperlukan gugus pelarut saat
proses pencelupan. Pada zat warna belerang tidak menggunakan reduktor
kuat seperti Natrium Hidrosulfit, melainkan menggunakan Na2S hal ini
dikarenakan zat warna belerang tidak tahan reduktor kuat, karena Natrium
Hidrosulfit akan menyerang gugus kromofor zat warna belerang ini
membuat zat warna belerang menjadi tidak berwarna.
Zat warna belerang dapat dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah
Na2S yang akan mereduksi jembatan disulfide membentuk asam leuco
serta penambahan alkali lemah Na2CO3 yang berfungsi untuk merubah
asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Lalu
dilakukan penambahan NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna,
garam leuco akan masuk kedalam pori-

pori serat kapas.


Selulosa + 2n D-S-Na → Selulosa 2n D-S-Na
Dilakukan pengoksidasian oleh udara agar garam leuco zat warna belerang
dalam serat dirubah menjadi zat warna belerang yang tidak larut dan
berikatan secara fisika dengan serat.
Selulosa.2n D-S-Na →(On) Selulosa.n(D-S-S-D)
Uji penentuan dengan menggunakan kertas pb asetat, dengan menggunakan
asam klorida maka gas hidrogen sulfide dilepaskan yang bisa diidentifikasi
dari banunya yang khas, dan dari menghitamnya kertas saring yang telah
dibasahi larutan timbel asetat.

b. Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, untuk melarutkannya zat warna
bejana dirubah menjadi asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco
yang larut. Suatureduktor dapat membantu senyawa untuk di bejana kan.
Artinya dirubah menjadi bentuk leuco, yakni bentuk zat warna bejana yang
tereduksi yang akan larut dalam larutan alkali. Senyawa leuco memiliki
substantivitas terhadap selulosa, sehingga dapat mencelupnya. Penambahan
NaOH yang berfungsi untuk melarutkan leuco zatwarna bejana dan untuk
merubah asam leuco yang tidak larut menjadi garam leucoyang larut.
Dipanaskan agar proses berlangsung dengan cepat, lalu dilakukan
penambahan Na2S2O4 yang berfungsi sebagai reduktor untuk mereduksi
zat warna bejana menjadi asam leuco. Proses pencelupan membutuhkan
bantuan NaCl yang berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat warna. Uji
penentuan menggunakan lilin parafin zat warna bejana berwarna di
paraffin, terwarnai secara permanen hal ini karena zat warna bejana terus
teroksidasi sehingga zat warna bejana nya permanen di paraffin. Pada uji
dengan NaOCl 5% 10 menit zat warna yang tidak rusak di NaOCl itu hanya
zat warna bejana sedangkan zat warna reaktif dan belerang rusak di NaOCl.

c. Bejana-belerang
Pada pengujian zat warna bejana-belerang posisi kain sebagai contoh uji
berada di tengah-tengah maksudnya pada uji zat warna bejana kain kapas
tercelup namun warnanya jauh lebih muda dibandingkan lunturannya,
sedangkan pada uji zat warna belerang kertas Pb asetat nya terwarnai
hitam. Pada pengujian parafin hasilnya positif.

3. ZAT WARNA GOLONGAN 3 DAN 4


Zat warna golongan III adalah zat warna yang rusak oleh reduksi dengan natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan larutan ekstraksinya dalam ammonia atau asam
asetat tidak mencelup kembali kain kapas putih.
a. Nafthol
Zat warna naftol adalah zat warna azo yang pembuatannya simultan dengan
pencelupan, artinya naftol itu bukan zat warnanya. Komponen utama dalam
zat warna naftol adalah Naftol dan Garam Diazonium. Naftol tidak larut
dalam air,
untuk penaftolan harus diubah menjadi naftolat dengan menambahkan
NaOH. Setelah penaftolan, lalu dibangkitkan dengan garam diazonium
sehingga terjadi proses kopling serat dengan garam diazonium. Proses
pencelupan ditambahkan NaCl karena afinitas naftolat sangat kecil
sehingga perlu dibantu dengan penambahan NaCl sebagai pendorong
penyerapan zat warna, sehingga naftolat akan masuk kedalam pori-pori
serat kapas. Contoh uji dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 1
ml NaOH 1% dalam 3 ml alcohol dididihkan. Ditambahkan Na2S2O4
dipanaskan atau dididihkan (warna akan tereduksi). Didinginkan, contoh
ujidiambil diamati warnanya. Warna rusak menunjukkan adanya zat warna
naftol ataureaktif (dengan oksidasi warna akan kembali). Kedalam filtrate
dimasukkan kapas putih dan NaCl dididihkan selama 2 menit. Kapas
berwarna kuning dan berpendar dibawah sinar uv ultra lembayaung
menunjukkan zw naftol. Kapas yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
kapas nafthol, yang apabila disinari uv berpendar maka positif nafthol.
Pengujian pada lelehan paraffin menunjukkan hal positif yaitu paraffin
terwarnai namun warna akan hilang karena sangat mudah tereduksi
(temporer).

Zat warna golongan IV adalah zat warna yang luntur dalam pelarut organik
DMF 1:1dan DMF 100%.
b. Pigmen
Zat warna pigmen berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai
gugus yang dapat berikatan dengan serat. Pada proses pencapan perlu
dibantu dengan binder untuk pengikat antara serat dan zat warna, sehingga
tahan lunturnya tergantung kekuatan lapisan binder terhadap zat warnanya.
Untuk uji pertama zat warna dilarutkan dengan DMF 100% dan DMF 1:1,
pada DMF 1:1 menunjukkan warna muda sedangkan pada DMF 100%
menunjukkan warna tua. Kemudian dilakukan uji penentuan dengan
mikroskop, karena zat warna pigmen hanya berada di permukaan serat
maka saat pengamatan dengan menggunakan mikroskop partikel-partikel
zat warna pigmen berada dipermukaan serat, seperti bergerombol.
Kemudian dilakukan pengujian 2 untuk zat warna pigmen yang berwarna
biru dengan asam nitrat pekat menunjukkan warna violet dan dengan asam
sulfat pekat menunjukkan warna hijau hal tersebut terjadi karena zat warna
pigmen akan rusak
oleh asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat yang menyebabkan zat warna
pada bahan berubah sehingga terjadi penurunan panjang gelombang pada
zat warna tersebut.

c. Reaktif
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan
bagian dari serat. Pengujian zat warna reaktif menggunakan DMF 1:1 yang
akan menunjukkan warna muda sedangkan dengan DMF 100% tidak

berwarna. Dilakukan uji penentuan yaitu dengan mencelup wol dalam suasana asam
karena pada zat warna reaktif pada wol dengan suasana asam akan menghasilkan warna
yang lebih tua dibandingkan dengan serat kapas. Zat warna reaktif rusak di NaOCl 5%.

4.2. KESIMPULAN

Hasil praktikum yang telah dilakukan berdasarkan contoh uji yang diberikan:

Zat warna golongan 1:


- Sampel no 13 teridentifikasi zat warna direk
- Sampel no 21 teridentifikasi zat warna asam
- Sampel no 106 teridentifikasi zat warna basa

Zat warna golongan 2:


- Sampel no 96 teridentifikasi zat warna bejana
- Sampel no 2 teridentifikasi zat warna belerang
Zat warna golongan 3 dan 4
- Sampel no 4 teridentifikasi zat warna reaktif
- Sampel no 37 teridentifikasi zat warna pigmen
- Sampel no 111 teridentifikasi zat warna naftol

DAFTAR PUSTAKA

 Penuntuk Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Bandung


1993

 https://id.scribd.com/doc/97342471/Pencelupan-Zat-Warna-Bejana-Dan-
Belerang
(Sabtu, 16 September 2017 pukul 08.45 WIB)

 https://www.academia.edu/9657436/Identifikasi_zat_warna_pd_selulosa
(Sabtu, 16 September 2017 pukul 09.25 WIB)

 https://www.academia.edu/24914086/
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGUJIAN_DAN_EVALUASI_TEKS TIL_II
(Sabtu, 16 September 2017 pukul 10.02 WIB)
 Moerdoko,Wibowo, dkk. Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. 1975. Bandung :
InstitutTeknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai