Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

EVALUASI KIMIA TEKSTIL 2

IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SERAT


POLIAMIDA DAN SERAT POLIESTER

Disusun Oleh :

Nama : Helmina Andami

NPM : 16020090

Grup : 2K3

Dosen : Khairul U., S.ST.,MT

Asisten : Kurniawan, ST.,MT


Witri A.S.,S.ST

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2017

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Untuk mengidentifikasi zat warna golongan I dan II pada poliamida .
Untuk
mengidentifikasi zat
warna pada polyester.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan
mengidentifikasi zat
warna pada poliamida gol I (
Bejana, Dispersi, Naftol)
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi zat warna pada poliamida gol II (
Direk, Asam dan Basa)
Untuk mengidentifikasi zat warna pada polyester (Dispersi, Bejana, Naftol)

II. Teori Dasar

2.1 Serat Poliamida


2.1.1 Definisi

Penampang melintang penampang membujur


Nylon adalah termoplastik bahan sutra, pertama kali digunakan secara
komersial dalam nilon-bulu sikat gigi (1938). Terbuat dari mengulang unit
dihubungkan oleh ikatan peptida (nama lain untuk amida obligasi) dan sering
disebut sebagai poliamida(PA). Ada dua metode umum untuk membuat serat
nilon untuk aplikasi.Pertama, molekul dengan gugus asam (COOH)
masing-masing pada ujungnya, yang kedua adalah molekul yang mengandung
amina (NH2) pada ujung kelom9pok-kelompoknya.
Nilon yang dihasilkan ini dinamai berdasarkan jumlah atom karbon yang
memisahkan kedua kelompok asam dan dua amina. Nylon diaplikasikan dalam
militer seperti parasut dan rompi antipeluru, dan digunakan dalam berbagai jenis
ban kendaraan. Solid nilon digunakan untuk mekanik bagian seperti mesin sekrup,
roda gigi dan lain-lain.Selain itu juga erat nilon digunakan dalam bahan baku kain,
kerudung pengantin, karpet, musik senar, dan tali.
Bahan baku pembuatan serat nilon 66 adalah asam adipat dan heksametilena
diamiina. Heksametilena diamina dan asam adipat masing masing dilarutkan
secara terpisah dalam methanol untuk membentuk garam nilon pada saat
dicampurkan.Garam nilon itu dilelehkan dalam atmosfir nitrogen pada suhu 285
2900C kemudian disemprotkan membentuk suatu pita dan didimnginkan
dengan air dingin untuk mengurangi ukuran kristal.Pita pita nilon tadi dipotong
potong menjadi serpih serpihan nilon yang kemudian dipintal dengan cara
pemintalan leleh .

NH2 (CH2)6 NH2 + COOH (CH2)4 COOH NH2(CH2)6 NHCO (CH2)4 COOH + H2O

asam adipat
heksametilena diamine

Stuktur fisika serat nilon secara umum terdiri atas dua bagian besar ,yaitu
amorf dan kristalin. Pada serat nilon ini komposisi kristalin sekitar 85 %
sedangkan bagian amorfnya 15 %.Stuktur kimia serat nilon merupakan rantai
panjang senyawa poliamida yang mempunyai gugus gugus amida
(-CONH-),amino(-NH2), dan karboksilat (-COOH).Nilon tahan terhadap
pengerjaan asam asam lemah atau asam encer. Asam asam kuat seperti HCl
pekat pada suhu mendidih dapat menguraikan nilon menjadi asam adipat dan
heksametilena diamonium hidroklorida.Nilon sangat tahan terhadap
basa,pengerjaan dengan NaOH 10 % pada suhu 850C selama 10 jam hanya
mengurangi kekuatan nilon sebanyak 5%.Nilon tahan terhadap pelarut pelarut
yang digunakan pada pencucian kering .Pelarut yang biasa dipakai untuk
melarutkan nilon adalah asam formiat ,fenol dan kresol.

2.1.2 Sifat Poliamida


Sifat sifat fisik yang dimiliki serat nilon ini antara lain :
- Kekuatan mulurnya berkisar dari 8,8 gram per denier dan 18 %, sampai 4,3
gram per denier dan 45 %.
- Tahan gosokan dan tekukansekitar 4-5 kali dari tahan gosok wol.
- Pada penarikan 8 % nilon elastis 100 % dan pada penarikan 16 %, nilon
masih mempunyai elastisitas 91 %.
- Berat jenisnilon 1,14.
- Titik leleh pada suhu 263oC dalam atmosfer mitrogen dan diudara pada suhu
250oC
- Sifat biologi, nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri, dan serangga.
- Moisture Regain pada kondisi standar (RH 65 % dan suhu 21oC) moisture
regain nilon 4,2 %.

2.1.3 Identifikasi zat warna poliamida


Identifikasi Zat Warna Pada Serat Poliamida Identifikasi zat warna pada serat
poliamida digolongkan menjadi 2 golongan.

Golongan I : Zat warna yang termasuk dalam golongan 1 yaitu yaitu zat
warna yang larut dalam pelarut organic toluene, yaitu zat warna bejana, zat
warna dispersi, beberapa zat warna kompleks logam, beberapa zat warna
dispersi-reaktif, dan semua zat warna naftol.

1. Zat Warna Bejana


Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya
harus diubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut memiliki
substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau
oksigen dari udara, bentuk leuko yang tercelup dalam serat tersebut akan
teroksidasi kembali kebentuk semula yaitu pigmen zw bejana. Senyawa leuko
zat warna bejana golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan
golongan antrakwinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah
warnanya dalam larutan hipiklorit.
Umunya zat warna turunan tioindigo dan karbasol warna hamper hilang
dalam uji hipoklorit dan didalam larutan pereduksi warnanya menjadi kuning.
Ikatan zw bejana dengan serat antara lain ikatan hydrogen dan ikatan sekunder
seperti gaya-gaya Van der Waals. Larutan ekstrak contoh uji yang telah larut
ditambah Na2S2O4, dan dilakukan pencelupan kapas dengan bantuan NaCl.
Kemudian kapas dioksidasi dengan NaNO2 dan Na2Cr2O7 dalam asam asetat
warna akan timbul kembali.
Bentuk leuko zat warna bejana
2. Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara sintesis, yang
kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan dispersi. Zat warna
tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetis atau serat tekstil yang
bersifat hidrofob. Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak
mengandung gugus pelarut.

Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi untuk


mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya secara merata didalam
larutan, yang disebut zat pendispersi. Zat warna dispersi dapat mewarnai serat
poliester dengan baik jika memakai zat pengemban atau dengan temperatur
tekanan tinggi. Zat warna dispersi mula-mula diperdagangkan dalam bentuk
pasta, tetapi sekarang dapat diperoleh dalam bentuk bubuk.

Sifat-sifat umum zat warna dispersi:


a) Tidak larut dalam air, karena tidak mempunyai gugus pelarut
didalam struktur molekul
b) Pada umumnya zat warna dispersi berasal dari turunan azo,
antrakwinon/nitro. Mempunyai titik leleh yang cukup tinggi yaitu
1500C dengan ukuran partikel Bersifat non-ionik, walaupun
mengandung gugus-gugus NH2 NHR OH Selama proses
pencapan dengan zat dispersi tidak mengalami perubahan kimia
akril amina dengan berat molekul rendah antara 0,5-2 mikron

3. Zat Warna Naftol


Zw naftol merupakan zw yang terbentuk dalam serat pada waktu
pencelupan dan merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan garam
diazonium (kopling). Sifat-sifat umum dari zw naftol :
a) Tidak luntur dalam air
b) Luntur dalam piridin pekat mendidih
c) Bersifat poligenetik dan monogenetic karena mengandung gugus azo,
maka tidak tahan terhadap reduktor.
Golongan II : Zat warna yang termasuk ke dalam golongan ini adalah zat
warna yang larut dalam pelarut air, yaitu zat warna asam, basa, direk,
beberapa zat warna kompleks logam ( pencelupan netral ), semua zat warna
kompleks logam ( celupan asam ) dan semua zat warna krom.

1. Zat Warna Direk


Zat warna direk umumnya adalah senyawa azo yang disulfonasi, zat warna
ini disebut juga zw substatif karena mempunyai afinitas yang besar terhadap
selulosa. Beberapa zat warna direk dapat mencelup serat protein dan
poliamida berdasarkan ikiatan hydrogen. Zw direk umunya mempunyai
ketahanan terhadap sinar cukup, tidak tahan terhadap oksidasi dan rusak
oleh zat pereduksi.

2. Zat Warna Asam


Zat warna asam mengandung asam-asam mineral / asam-asam organic dan
dibuat dalam bentuk garam-garam natrium dari organik dengan gugus anion
yang merupakan gugus pembawa warna (kromofor) yang aktif. Struktur
kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk merupakan senyawa
yang mengandung gugusan sulfonat atau karboksilat sebagai gugus pelarut.
Zw asam dapat mencelup serat-serat binatang, poliamida dan poliakrilat
berdasarkan ikatan elektrovalen / ikatan ionik.

3. Zat Warna Basa


Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut,
tetapi dalam larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi
bentuk garam yang mudah larut. Zat warna basa secara alami bersifat
kationik, sehingga dapat digunkan untuk mencelup serat akrilat, wool, sutra,
dan nylon, di mana zat warna basa akan berikatan secara ionik dengan
gugus-gugus sulfonat atau karboksilat yang ada dalam serat sehingga tahan
lunturnya cukup baik.

2.2 Serat
Poliester
2.2.1 Definisi
Serat polyester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Polyester
pertama yang dibuat adalah terylene, kemudian menyusul dacron. Asam
tereftalat dan etilena glikol diolah dalam tempat hampa udara dandengan
suhu yang tinggi, maka terjadilah larutan.Larutan kemudiandisemprotkan
melalui alat pemintal leleh menghasilkan filament polyester. Pembentukan
fiber dilakukan dengan temperatur diatas titik leleh polyester, dengan
bantuan ger pmp yang menentukan ukuran fiber yang keluar melalui
spinneret.
Spinneret disini akan menentukan cross section atau bentuk dari fiber
yang diinginkan, seperti bulat, segitiga, dan lain-lain.Ribuan helai filament
polyester disatukan dan ditarik, kemudian diletakkan di dalam can.
Setelah itu serat dari beberapa can ditarik bersamaan sehingga didapat serat
dengan ketebalan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan denier.
Pada proses peregangan ini diberikan spin finish oil yang berfungsi
mengurangi elektrostatik yang terjadi pada serat poliester diproses pada
mesin-mesin pemintalan selanjutnya.

Penampang Melintang Penampang Membujur

Reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :


HOO COOH + HCO COO-CH2-CH2-OH +
C HO-(CH2-CH2)OH O H2O

Asam Tereftalat Etilena Glikol Etilena Tereftalat


Sedangkan Terylene dibuat dari dimetil ester asam tereftalat dengan
etilena glikol, dan reaksinya adalah sebagai berikut :

nCH3O.O CO.OCH3 + CH3O OC CO.O(CH2)2O - H + (2n-1)CH3OH


C nHO(CH2)2OH

terylene

Sifat Fisika Poliester , diantaranya :


- Elektrostatik
- Kekuatan dan mulur, Terylene mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,5
gram/denier dan 25 % sampai 7,5 gram/denier dan 7,5 % bergantung pada
jenisnya, sedangkan dacron mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,0
gram/denier dan 40 % sampai 6,9 gram/denier.
- Polyester mempunyai elastisitas yang baik, sehingga kain polyester tahan
kusut.
- Dalam kondisi standar moisture regain polyester hanya 0,4 %,
- Poliester memiliki berat jenis 1,38 gr/cm3
- Serat poliester tahan terhadap panas sampai pada suhu 220C, diatas suhu
ini akan mempengaruhi kekuatan, mulur, dan warnanya menjadi
kekuningan.suhu 230-240C menyebabkan poliester melunak, suhu 260C
menyebabkan poliester meleleh.
- Poliester akan menggelembung dalam larutan 2% asam benzoat, asam
salisilat, fenol dan meta-kresol dalam air.
- Poliester tahan serangga , jamur, dan bakteri.
- Poliester berkurang kekuatannya dalam penyinaran yang tahan lama tetapi
tahan sinarnya cukup baik dibanding serat lain.
- Benang terylene apabila direndam dalam air mendidih akan mengkeret
sampai 7% atau lebih.
- Poliester9 dapat dibakar tetapikarena diikuti oleh lelehan yang kemudian
akan terlepas jatuh, maka nyala api tidak akan menjalar.
- Dimensi kain poliester dapat distabilkan dengan cara heat set.

Sifat Kimia Poliester, diantaranya :


Serat polyester tahan terhadap asam lemah meskipun pada suhu didih dan
tahan asam kuat dingin.Selain itu polyester tahan terhadap basa lemah tetapi
kurang tahan terhadap basa kuat.Polyester tahan terhadap zat oksidasi,
alkohol, keton, sabun, dan zat-zat pencucian kering.
Polyester larut dalam meta-kresol panas, asam trifloroaseatat-orto- khloro
fenol, campuran tujuh bagian berat triklorofenol dan 10 bagian fenol dan
campuran 2 bagian berat tetrakloro etana dan 3 bagian fenol.

2.2. Identifikasi Zat Warna pada Polyester


1. Zat Warna Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air dan tak mungkin digunakan untuk
mencelup apabila tidak diubah menjadi bentuk leuco yaitu bentuk zat warna
bejana yang tereduksi yang akan larut dalam larutan alkali, yang mempunyai
substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat mencelupnya.Pada pengujian
zat warna bejana pada popliester, pengujian dilakukan berdasarkan daya serap
rayon asetat terhadap larutan ekstraksi zat warna. Rayon asetat tidak akan
tercelup dengan zat warna bejana.

2. Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersiadalah zat warna organik yang dibuat secara sintesis, yang
kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan dispersi. Zat warna
tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetis atau serat tekstil yang
bersifat hidrofob.Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak
mengandung gugus pelarut. Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu
yang berfungsi untuk mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya
secara merata didalam larutan, yang disebut zat pendispersi.
Zat warna dispersi dapat mewarnai serat poliester dengan baik jika memakai
zat pengemban atau dengan temperatur tekanan tinggi. Zat warna dispersi
mula-mula diperdagangkan dalam bentuk pasta, tetapi sekarang dapat diperoleh
dalam bentuk bubuk. Reaksi:

ZW CH3NH + Asetat OCO CH3ZW CH3NH - H3COO -

OH O NHOH3
H3COCO OCOCH3

CH CH
Asetat
+ H2C CH2 C C
CH CH2

H3COCOH2C
CH3 HNO OH
3. Zat Warna Naftol
Zat warna Naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada
pencelupan dan merupakan hasil reaksi dari senyawa naftol dengan garam
Diazonium. Sifat-sifat umum dari senyawa Naftol: tidak larut dalam air, luntur
dalam piridin pekat mendidih, bersifat poligenetik dan monogenetik, karena
mengandung gugus azo maka tidak tahan terhadap reduktor. Pada pengujian
zat warna naftol pada popliester, pengujian dilakukan berdasarkan daya serap
rayon asetat terhadap larutan ekstraksi zat warna. Rayon asetat tidak akan
tercelup dengan zat warna naftol namun hanya ternodai (warna muda pada
asetat rayon

III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
Alat : - Piridin
- Sabun
- Tabung reaksi - Toluena
- Bunsen - NaOH 10%
- Rak tabung - CH3COOH 10%
- Pipet ukur - CH3COOH Glasial
- Pipet tetes - HCl pekat
- Pengaduk - Alkohol
- Gelas kimia - NaCl
- Kertas saring - Amonia
- Bunsen - Zat pendispersi
- Kaki tiga - Contoh uji
- Kasa asbes - Multi fiber
- Gunting - Kapas putih
- Kapas naftol
- Akrilat putih
- Asetat Rayon
- Wol putih
Bahan :

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Identifikasi Zat warna pada Poliamida Golongan I
Uji pencucian
a. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi dengan 5 ml
larutan sabun (0,5% sabunnetral dan 0,2% Natrium Karbonat).
b. Panaskan selama 15 menit, kemudian keluarkan contoh uji, amati.
c. Semua golongan zat warna luntur dalam uji pencucian kecuali zat
warna bejana dan naftol tidak luntur atau luntur sedikit.
d. Bagi larutan sabun menjadi 2 bagian :
1. Bagian 1 : tambahkan 1 ml asam asetat glasial
2. Bagian 2 : larutan sabun
e. Masukkan kedalam kedua tabung reaksi tersebut kain uji aneka serat
(multi fibers), didihkan.
f. Keluarkan kain aneka serat, cuci.
g. Amati jenis bahan yang tercelup (lampirkan pada jurnal).
Uji Piridin
a. Masukkan co9ntoh uji kedalm tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan
piridin air (57 : 43).
b. Panaskan selama 15 menit.
c. Dinginkan dengan aliran air kemudian keluarkan contoh uji, amati.
d. Semua zat warna luntur banyak dalam larutan piridin, kecuali zat
warna bejana, zat warna krom atau zat warna dispersi reaktif (luntur
sedikit karena proses pencelupan dan penyabunan yang kurang
sempurna).

Uji Toluena
a. Ekstrak piridin (uji piridin) dipisahkan (saring).
b. Tambahkan 2 ml HCl 16%, kemudian tambahkan 3 ml toluena
kemudian dikocok.
c. Biarkan larutan menjadi dua lapisan, lapisan air dan lapisan toluena.
d. Zat warna pada lapisan toluena adalah golongan 1 dan zat warna
pada lapisan air adalah zat warna golongan 2.

a. Uji Zat Warna Bejana


1. Amati hasil uji pencucian
2. Zat warna bejana tidak luntur atau luntur sedikit dalam suasana asam
maupun alkali, tidak mencelup kembali semua serat.
3. Amati hasil uji piridin
4. Zat warna bejana tidak luntur atau luntur sedikit.
5. Amati hasil uji toluena
6. Zat warna bejana akan terdapat dalam lapisan toluena atau lapisan
antara toluena air.

Pengujian
Ekstrak toluena ditambah 1ml NaOH ditambah Na2S2O4 ditambah
NaCL 0,5 ml ditambah kapas putih, bila kapas tercelup
menunjukkan positif zw bejana

b. Uji Zat Warna Dispersi


1. Amati uji pencucian
2. Zat warna dispersi luntur sedikit, dalam suasana asam maupun alkali
akan mencelup kembali serat poliamida, asetat, poliester dan
poliakrilat.
3. Amati uji piridin
4. Zat warna dispersi luntur banyak.
5. Amati uji 9toluena
6. Zat warna dispersi terdapat dalam lapisan toluena.

Pengujian
a. Pisahkan larutan toluena atau keluarkan airnya cuci 5-6 kali sisa
toluena dengan air.
b. Uapkan toluena dengan air
c. Tambahkan air dan masukkan serat asetat kedalam tabung. didihkan
d. Serat asetat tercelup menunjukkan zat warna dispersi.

c. Uji Zat Warna Naftol


1. Amati uji pencucian
Zat warna naftol luntur sedikit atau sedang dalam uji pencucian.
2. Amati uji piridin
Zat warna naftol luntur sedikit.
3. Amati uji toluena
Zat warna naftol akan berada pada lapisan toluena.
Kedalam ekstrak toluena ditambahkan 3 ml air, pisahkan airnya dan
cuci larutan toluena dengan air sebanyak 2 kali.
Pindahkan toluena, uapkan sampai kering.
Tambahkan 3 ml alkohol dan 0,5 ml NaOH 10% panaskan.
Tambahkan 3 ml air didihkan sampai alkohol menguap.
Tambahkan Natrium Hidro Sulfit didihkan sampai warna tereduksi
masukkan kapas grey dan NaCl didihkan.
Keluarkan kapas, bila kapas berwarna kuning berarti zw naftol.

3.2.2 Identifikasi Zat warna pada Poliamida Golongan II


a. Zat Warna Direk
1. Amati uji pencucian
-Zat warna direk luntur banyak dalam uji pencucian.
-Dalam suasana asam mencelup serat poliamida, sutera, wol dan
poliakrilat dengan warna tua sedang serat rayon dan kapas tercelup
dengan warna muda.
-Dalam suasana alkali mencelup serat kapas dan rayon dengan
warna tua dan serat poliamida dengan warna muda.
2. Amati uji piridin
Zat warna direk luntur dgn cepat dalam larutan campuran piridina air.
3. Amati uji toluena
Zat warna direk berada pada lapisan air.

Pengujian
- Pisahkan lapissan air dari lapisan toluena kedalam tabung reaksi lain.
- Masukka kapas putih, NaCl dan satu tetes amoniak pekat.
- Didihkan selama 1-2 menit, dinginkan. Apabila kapas tercelup seperti
contoh uji, menunjukkan zat warna direk.

b. Zat Warna Asam


1. Amati uji pencucian
- Zat warna asam luntur banyak dalam uji pencucian.
- Dalam suasana asam mencelup kembali serat poliamida, wol dan
sutera dengan warna tua.
- Dalam suasana alkali mencelup serat wol, sutera kapas dan rayon
dengan warna muda.
2. Amati uji piridina
Zat warna asam luntur dengan cepat dalam larutan piridina air.
3. Amati uji toluena
Zat warna asam terdapat pada lapisan air.
Pengujian
- Pisahkan lapisan air dari lapisan toluena kedalm tabung reaksi lain.
- Tambahkan 3-4 tetes asamasetat 10% dan serat wol kemudian
didihkan selam 2 menit. Apabila wol tercelup menunjukkan zat
warna asam.

c. Zat Warna Basa


1. Amati uji pencucian
- Zat warna basa luntur cepat dalam uji pencucian.
- Dalam suasana asam mencelup kembali serat wol, sutera, akrilat
dengan warna tua dan menodai serat-serat lain.
- Dalam suasana alkali mencelup serat wol dan sutera dengan warna
tua dan menodai serat lain.
2. Amati uji piridina
Zat warna basa luntur banyak dalam larutan piridina air.
3. Amati uji toluena
- Tuangkan ekstrak piridina kedalam tabung reaksi yang berisi ekstrak
larutan toluena air.
- Masukkan 2 ml larutan natrium hidroksida hingga lapisan air
bersifat alkali. Lalu kocok. Amati. Warna basa yang bersifat alkali
menjadi tidak berwarna atau berubah warnanya dan akan berpindah
dari lapisan air kedala lapisan toluena. Tuangkan ekstrak toluena
kedalam tabung reaksi lain, tambahkan asam asetat 10%, kocok.
Apabila warna contoh timbul kembali, menunjukkan zat warna basa.

3.2.3 Identifikasi zat warna pada polyester


Uji Pendahuluan
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 3-5 ml larutan
asam asetat glasial.
2. Panaskan, kemudian keluarkan contoh uji, amati
3. Semua golongan zat warna luntur dalam uji pendahuluan, kecuali zat
warna dispersi.
4. termosol dan naftol luntur sedikit.

Uji Zat Warna Dispersi, Naftol, dan Bejana


1. Lunturan zat warna hasil uji pendahuluan didihkan, kemudian dinginkan.
2. Masukkan 2-3 ml eter kedalam tabung yang berisi lunturan, kocok
biarkan terpisah.
3. Cuci berulang-ulang dan uapkan.
4. Tambahkan 2 tetes zat pendispersi dan air.
5. Masukkan serat asetat, didihkan kembali.
6. Apabial serat terwarnai menunjukkan zat warna dispersi
7. Apabila serat terwarnai sedikit (sangat muda) menunjukkan zw naftol.
8. Apabila serat tidak terwarnai menunjukkan zat warna bejana.
IV. Data Percobaan
Data hasil praktikum telah terlampir.

V. Diskusi
5.1 Identifikasi Zat Warna padaPoliamida Golongan I (Dispersi, Bejana, Naftol)
Sebelum dilakukannya identifikasi zat warna dispersi, bejana dan naftol
pada poliamida dilakukan terlebih dahulu uji pendahuluan yaitu masing-masing
contoh uji dipotong-potong kecil berbentuk persegi lalu dimasukkan kedalam
masing-masing tabung reaksi setelah itu ditambahkan larutan sabun lalu dibagi
dua. Untuk lunturan pertama ditambah multifiber dipanaskan lalu dicuci dan
dikeringkan, untuk pencelupan ini multifiber dicelup dalam suasana basa.
Kemudian lunturan kedua ditambah dengan asam asetat glacial lalu
ditambah dengan multifiber, panaskan lalu dicuci dan keringkan, untuk
pencelupan ini, multifiber dicelup dengan suasana asam.
Untuk uji pendahuluan kedua contoh uji ditambah dengan piridin 1:1 lalu
dipanaskan kemudian diambil lunturannya dan dinginkan. Lunturan ditambah
mL HCl 16% ditambah dengan 3 mL toluene lalu kocok. Toluene berada diatas
dan akan terwarnai oleh zat warna. Toluene diambil dipindahkan pada tabung
reaksi yang lain untuk pengujian zat warna disperse bejana dan naftol.

Dispersi
Pada pengujian ini, toluene dicuci dengan air lalu diuapkan kemudian
ditambahkan mL air dan asetat rayon, jika asetat rayon terwarnai maka contoh
uji tersebut adalah zat warna dispersi. Pada pengujian dispersi sampel warna
coklat menujukkan zat warna dispersi. Pada pengujian zat warna dispersi, asetat
rayon terwarnai.
Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah nylon, poliester, wool, kapas dan asetat rayon. Sedangkan pada
pencelupan asam, serat yang terwarnai adalah asetat rayon, nylon, wol, polyester
tercelup dengan warna tua, akrilat dengan warna muda.
Bejana
Pada pengujian ini, toluene ditambah NaOH 10%, Na hidrosulfit, HCL 10%
dan kapas putih, jika kapas putih terwarnai maka contoh uji tersebut adalah zat
warna bejana. Pada pengujian bejana sampel no. 17 menujukkan zat warna
bejana. Pada pengujian zat warna bejana, kapas putih terwarnai.
Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah wol dan asetat rayon, sedangkan pada pencelupan asam, serat
yang terwarnai adalah, wol dengan warna muda.

Naftol
Pada pengujian ini, toluene diuapkan kemudian ditambahkan alkohol,
NaOH 10%, dan air lalu dipanaskan, lalu ditambah dengan Na hidrosulfit lalu
dipanaskan lalu ditambah dengan NaCl dan kapas naftol, jika kapas naftol maka
contoh uji tersebut adalah zat warna naftol.
Pada pengujian naftol sampel no 58 menujukkan zat warna naftol. Pada
pengujian zat warna naftol, kapas naftol berpendar dibawah sinar UV. Pada uji
pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang terwarnai adalah
kapas, nylon, wol, dan asetat rayon, sedangkan pada pencelupan asam, serat
yang terwarnai adalah asetat rayon, wol, nylon dengan warna muda.

5.2 Identifikasi Zat Warna pada Poliamida Golongan II (Direk, Asam, Basa)
Direk
Pada pengujian ini lunturan pada uji pendahuluan ditambah dengan NaCl,
kapas, wol dan akrilat. Jika kapas lebih tua terwarnai maka contoh uji tersebut
termasuk zat warna direk. Pada hasil pengujian sampel no 01 adalah zat warna
direk. Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah wol dan Kapas, sedangkan pada pencelupan asam, serat yang
terwarnai adalah nylon, wol dan Kapas.

Basa
Pada pengujian ini lunturan pada uji pendahuluan ditambah dengan asam
asetat 10%, kapas, wol dan akrilat. Jika akrilat lebih tua terwarnai maka contoh
uji tersebut termasuk zat warna basa. Pada hasil pengujian sampel no 95
adalah zat warna basa.
Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah nylon, asetat rayon, wol dan Kapas, sedangkan pada pencelupan
asam, serat yang terwarnai adalah Akrilat, asetat rayon, nylon, wol dan Kapas.

Asam
Pada pengujian ini lunturan pada uji pendahuluan ditambah dengan asam
asetat hingga asam, kapas, wol dan akrilat. Jika wol lebih tua terwarnai maka
contoh uji tersebut termasuk zat warna asam. Pada hasil pengujian sampel no 50
adalah zat warna asam, karena wol lebih tua terwarnai dibandingkan dengan
akrilat.
Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah Poliester, nylon, wol dan Kapas, sedangkan pada pencelupan
asam, serat yang terwarnai adalah Poliester, asetat rayon, nylon, wol dan Kapas.
Wol dapat terwarnai lebih tua dikarenakan gugus amina (-NH2) dan
karboksil (-COOH) pada serat wol merupakan gugus fungsi yang berperan untuk
mengadakan ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen).
Reaksi yang dapat terjadi :

COO- WOL N+H3 + H+Cl- COO WOL N+H3


H Cl-
Zw SO3Na Zw SO3- + Na+
Ikatan Ionik
COO WOL N+H3
H

5.3 Identifikasi Zat Warna pada Poliester (Dispersi, Bejana, Naftol)


Sebelum dilakukannya identifikasi zat warna disperse dan naftol pada
poliamida dilakukan terlebih dahulu uji pendahuluan yaitu masing-masing
contoh uji dipotong-potong kecil berbentuk persegi lalu dimasukkan kedalam
masing-masing tabung reaksi setelah itu ditambahkan asam asetat glacial. Pada
pengujian akan terjadi pelunturan saat penambahan asam asetat glasial.
Zat warna dispersi luntur banyak pada asam asetat glasial. Jika contoh uji
mengalami sedikit kelunturan makan kemungkinan zat warna naftol. Jika contoh
uji tidak menglami pelunturan kemungkinan zat warna tersebut zat warna bejana.
Dan bisa juga dilihat bahwa zat warna dispersi akan tercelup kembali, zat
warna naftol tidak tercelup kembali atau hanya meninggalkan noda, dan zat
warna bejana saat melakukan pelunturan dengan asam asetat glasial tidak
mengalami pelunturan.

VI. Kesimpulan
1. Identifikasi zat warna pada Serat Poliamida
6. 1 Identifikasi zat warna Golongan I (bejana, disperse dan naftol)
Sample no 58 teridentifikasi zat warna naftol.
Sample coklat teridentifikasi zat warna dispersi.
Sample no 58 teridentifikasi zat warna naftol.
6.2 Identifikasi zat warna Golongan II (asam, basa dan direk)
Sample no 95 teridentifikasi zat warna basa.
Sample no 01 teridentifikasi zat warna direk.

Sample no 50 teridentifikasi zat warna asam.

2. Identifikasi zat warna pada Serat Poliester

Sample no 12 teridentifikasi zat warna dispersi.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Ir. Rasyid Djufri, dkk. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan


Pencapan. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. 1976.

Moerdoko,Wibowo, dkk. Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. 1975. Bandung


: Institut Teknologi Tekstil.

Rahayu, Hariyanti. Penuntun Praktikum Evaluasi Kimia II. 1993.


Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

https://www.scribd.com/document/103718840/Identifikasi-zat-warna-pa
da-serat-poliamida-laporan-eval-2

Anda mungkin juga menyukai