Disusun Oleh :
NPM : 16020090
Grup : 2K3
2017
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan
mengidentifikasi zat
warna pada poliamida gol I (
Bejana, Dispersi, Naftol)
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi zat warna pada poliamida gol II (
Direk, Asam dan Basa)
Untuk mengidentifikasi zat warna pada polyester (Dispersi, Bejana, Naftol)
NH2 (CH2)6 NH2 + COOH (CH2)4 COOH NH2(CH2)6 NHCO (CH2)4 COOH + H2O
asam adipat
heksametilena diamine
Stuktur fisika serat nilon secara umum terdiri atas dua bagian besar ,yaitu
amorf dan kristalin. Pada serat nilon ini komposisi kristalin sekitar 85 %
sedangkan bagian amorfnya 15 %.Stuktur kimia serat nilon merupakan rantai
panjang senyawa poliamida yang mempunyai gugus gugus amida
(-CONH-),amino(-NH2), dan karboksilat (-COOH).Nilon tahan terhadap
pengerjaan asam asam lemah atau asam encer. Asam asam kuat seperti HCl
pekat pada suhu mendidih dapat menguraikan nilon menjadi asam adipat dan
heksametilena diamonium hidroklorida.Nilon sangat tahan terhadap
basa,pengerjaan dengan NaOH 10 % pada suhu 850C selama 10 jam hanya
mengurangi kekuatan nilon sebanyak 5%.Nilon tahan terhadap pelarut pelarut
yang digunakan pada pencucian kering .Pelarut yang biasa dipakai untuk
melarutkan nilon adalah asam formiat ,fenol dan kresol.
Golongan I : Zat warna yang termasuk dalam golongan 1 yaitu yaitu zat
warna yang larut dalam pelarut organic toluene, yaitu zat warna bejana, zat
warna dispersi, beberapa zat warna kompleks logam, beberapa zat warna
dispersi-reaktif, dan semua zat warna naftol.
2.2 Serat
Poliester
2.2.1 Definisi
Serat polyester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Polyester
pertama yang dibuat adalah terylene, kemudian menyusul dacron. Asam
tereftalat dan etilena glikol diolah dalam tempat hampa udara dandengan
suhu yang tinggi, maka terjadilah larutan.Larutan kemudiandisemprotkan
melalui alat pemintal leleh menghasilkan filament polyester. Pembentukan
fiber dilakukan dengan temperatur diatas titik leleh polyester, dengan
bantuan ger pmp yang menentukan ukuran fiber yang keluar melalui
spinneret.
Spinneret disini akan menentukan cross section atau bentuk dari fiber
yang diinginkan, seperti bulat, segitiga, dan lain-lain.Ribuan helai filament
polyester disatukan dan ditarik, kemudian diletakkan di dalam can.
Setelah itu serat dari beberapa can ditarik bersamaan sehingga didapat serat
dengan ketebalan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan denier.
Pada proses peregangan ini diberikan spin finish oil yang berfungsi
mengurangi elektrostatik yang terjadi pada serat poliester diproses pada
mesin-mesin pemintalan selanjutnya.
terylene
OH O NHOH3
H3COCO OCOCH3
CH CH
Asetat
+ H2C CH2 C C
CH CH2
H3COCOH2C
CH3 HNO OH
3. Zat Warna Naftol
Zat warna Naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada
pencelupan dan merupakan hasil reaksi dari senyawa naftol dengan garam
Diazonium. Sifat-sifat umum dari senyawa Naftol: tidak larut dalam air, luntur
dalam piridin pekat mendidih, bersifat poligenetik dan monogenetik, karena
mengandung gugus azo maka tidak tahan terhadap reduktor. Pada pengujian
zat warna naftol pada popliester, pengujian dilakukan berdasarkan daya serap
rayon asetat terhadap larutan ekstraksi zat warna. Rayon asetat tidak akan
tercelup dengan zat warna naftol namun hanya ternodai (warna muda pada
asetat rayon
III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
Alat : - Piridin
- Sabun
- Tabung reaksi - Toluena
- Bunsen - NaOH 10%
- Rak tabung - CH3COOH 10%
- Pipet ukur - CH3COOH Glasial
- Pipet tetes - HCl pekat
- Pengaduk - Alkohol
- Gelas kimia - NaCl
- Kertas saring - Amonia
- Bunsen - Zat pendispersi
- Kaki tiga - Contoh uji
- Kasa asbes - Multi fiber
- Gunting - Kapas putih
- Kapas naftol
- Akrilat putih
- Asetat Rayon
- Wol putih
Bahan :
Uji Toluena
a. Ekstrak piridin (uji piridin) dipisahkan (saring).
b. Tambahkan 2 ml HCl 16%, kemudian tambahkan 3 ml toluena
kemudian dikocok.
c. Biarkan larutan menjadi dua lapisan, lapisan air dan lapisan toluena.
d. Zat warna pada lapisan toluena adalah golongan 1 dan zat warna
pada lapisan air adalah zat warna golongan 2.
Pengujian
Ekstrak toluena ditambah 1ml NaOH ditambah Na2S2O4 ditambah
NaCL 0,5 ml ditambah kapas putih, bila kapas tercelup
menunjukkan positif zw bejana
Pengujian
a. Pisahkan larutan toluena atau keluarkan airnya cuci 5-6 kali sisa
toluena dengan air.
b. Uapkan toluena dengan air
c. Tambahkan air dan masukkan serat asetat kedalam tabung. didihkan
d. Serat asetat tercelup menunjukkan zat warna dispersi.
Pengujian
- Pisahkan lapissan air dari lapisan toluena kedalam tabung reaksi lain.
- Masukka kapas putih, NaCl dan satu tetes amoniak pekat.
- Didihkan selama 1-2 menit, dinginkan. Apabila kapas tercelup seperti
contoh uji, menunjukkan zat warna direk.
V. Diskusi
5.1 Identifikasi Zat Warna padaPoliamida Golongan I (Dispersi, Bejana, Naftol)
Sebelum dilakukannya identifikasi zat warna dispersi, bejana dan naftol
pada poliamida dilakukan terlebih dahulu uji pendahuluan yaitu masing-masing
contoh uji dipotong-potong kecil berbentuk persegi lalu dimasukkan kedalam
masing-masing tabung reaksi setelah itu ditambahkan larutan sabun lalu dibagi
dua. Untuk lunturan pertama ditambah multifiber dipanaskan lalu dicuci dan
dikeringkan, untuk pencelupan ini multifiber dicelup dalam suasana basa.
Kemudian lunturan kedua ditambah dengan asam asetat glacial lalu
ditambah dengan multifiber, panaskan lalu dicuci dan keringkan, untuk
pencelupan ini, multifiber dicelup dengan suasana asam.
Untuk uji pendahuluan kedua contoh uji ditambah dengan piridin 1:1 lalu
dipanaskan kemudian diambil lunturannya dan dinginkan. Lunturan ditambah
mL HCl 16% ditambah dengan 3 mL toluene lalu kocok. Toluene berada diatas
dan akan terwarnai oleh zat warna. Toluene diambil dipindahkan pada tabung
reaksi yang lain untuk pengujian zat warna disperse bejana dan naftol.
Dispersi
Pada pengujian ini, toluene dicuci dengan air lalu diuapkan kemudian
ditambahkan mL air dan asetat rayon, jika asetat rayon terwarnai maka contoh
uji tersebut adalah zat warna dispersi. Pada pengujian dispersi sampel warna
coklat menujukkan zat warna dispersi. Pada pengujian zat warna dispersi, asetat
rayon terwarnai.
Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah nylon, poliester, wool, kapas dan asetat rayon. Sedangkan pada
pencelupan asam, serat yang terwarnai adalah asetat rayon, nylon, wol, polyester
tercelup dengan warna tua, akrilat dengan warna muda.
Bejana
Pada pengujian ini, toluene ditambah NaOH 10%, Na hidrosulfit, HCL 10%
dan kapas putih, jika kapas putih terwarnai maka contoh uji tersebut adalah zat
warna bejana. Pada pengujian bejana sampel no. 17 menujukkan zat warna
bejana. Pada pengujian zat warna bejana, kapas putih terwarnai.
Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah wol dan asetat rayon, sedangkan pada pencelupan asam, serat
yang terwarnai adalah, wol dengan warna muda.
Naftol
Pada pengujian ini, toluene diuapkan kemudian ditambahkan alkohol,
NaOH 10%, dan air lalu dipanaskan, lalu ditambah dengan Na hidrosulfit lalu
dipanaskan lalu ditambah dengan NaCl dan kapas naftol, jika kapas naftol maka
contoh uji tersebut adalah zat warna naftol.
Pada pengujian naftol sampel no 58 menujukkan zat warna naftol. Pada
pengujian zat warna naftol, kapas naftol berpendar dibawah sinar UV. Pada uji
pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang terwarnai adalah
kapas, nylon, wol, dan asetat rayon, sedangkan pada pencelupan asam, serat
yang terwarnai adalah asetat rayon, wol, nylon dengan warna muda.
5.2 Identifikasi Zat Warna pada Poliamida Golongan II (Direk, Asam, Basa)
Direk
Pada pengujian ini lunturan pada uji pendahuluan ditambah dengan NaCl,
kapas, wol dan akrilat. Jika kapas lebih tua terwarnai maka contoh uji tersebut
termasuk zat warna direk. Pada hasil pengujian sampel no 01 adalah zat warna
direk. Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah wol dan Kapas, sedangkan pada pencelupan asam, serat yang
terwarnai adalah nylon, wol dan Kapas.
Basa
Pada pengujian ini lunturan pada uji pendahuluan ditambah dengan asam
asetat 10%, kapas, wol dan akrilat. Jika akrilat lebih tua terwarnai maka contoh
uji tersebut termasuk zat warna basa. Pada hasil pengujian sampel no 95
adalah zat warna basa.
Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah nylon, asetat rayon, wol dan Kapas, sedangkan pada pencelupan
asam, serat yang terwarnai adalah Akrilat, asetat rayon, nylon, wol dan Kapas.
Asam
Pada pengujian ini lunturan pada uji pendahuluan ditambah dengan asam
asetat hingga asam, kapas, wol dan akrilat. Jika wol lebih tua terwarnai maka
contoh uji tersebut termasuk zat warna asam. Pada hasil pengujian sampel no 50
adalah zat warna asam, karena wol lebih tua terwarnai dibandingkan dengan
akrilat.
Pada uji pendahuluan multifiber dicelup dengan suasana basa serat yang
terwarnai adalah Poliester, nylon, wol dan Kapas, sedangkan pada pencelupan
asam, serat yang terwarnai adalah Poliester, asetat rayon, nylon, wol dan Kapas.
Wol dapat terwarnai lebih tua dikarenakan gugus amina (-NH2) dan
karboksil (-COOH) pada serat wol merupakan gugus fungsi yang berperan untuk
mengadakan ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen).
Reaksi yang dapat terjadi :
VI. Kesimpulan
1. Identifikasi zat warna pada Serat Poliamida
6. 1 Identifikasi zat warna Golongan I (bejana, disperse dan naftol)
Sample no 58 teridentifikasi zat warna naftol.
Sample coklat teridentifikasi zat warna dispersi.
Sample no 58 teridentifikasi zat warna naftol.
6.2 Identifikasi zat warna Golongan II (asam, basa dan direk)
Sample no 95 teridentifikasi zat warna basa.
Sample no 01 teridentifikasi zat warna direk.
https://www.scribd.com/document/103718840/Identifikasi-zat-warna-pa
da-serat-poliamida-laporan-eval-2