Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI ZAT WARNA DAN


PENYEMPURNAAN TEKSTIL
IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SELULOSA
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Pengujian dan Evaluasi Zat
Warna dan Penyempurnaan Tekstil 2
oleh :

Nama : Dina setyorini


Npm : 21420069
Kelas : 2 K4

Dosen : 1. Kurniawan,S.Si.,MT.
2. Mia K.,S.ST
3. Asiyah Nurrahmajanti,M.Si

POLITEKNIK STTT BANDUNG


PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL
2023
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Mengidentifikasi zat warna pada selulosa dengan mengetahui dari empat
golongan zat warna yang memungkinkan mencelup serat selulosa sebagai
contoh uji dengan cara melakukan pelunturan zat warna pada contoh uji.

1.2 Tujuan
Melunturkan zat warna yang terdapat pada selulosa sebagai contoh uji dengan
menggunakan pereaksi tertentu dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya
atau karakteristik khusus untuk mengetahui golongan zat warna yang sesuai
terhadap contoh uji.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Selulosa
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman kapas. Tanaman kapas
termasuk dalam jenis Gossypium. Tanaman yang berhasil dikembangkan
adalah jenis Gossypium hirsutum dan Gossypium
barbadense. Kedua tanaman berasal dari Amerika, Gossypium hirsutum
kemudian terkenal dengan nama kapas ”Upland” atau kapas Amerika dan
Gossypium barbadense kemudian dikenal dengan nama kapas ”Sea Island”.
Kapas upland merupakan kapas yang paling banyak diproduksi dan digunakan
untuk serat tekstil, sedangkan kapas sea island meskipun produksinya tidak
terlalu banyak, tetapi kualitasnya sangat baik karena seratnya halus dan panjang.
Oleh karena itu kapas sea island digunakan untuk tekstil kualitas tinggi.
Kandungan terbesar dari serat kapas adalah selulosa, zat lain selulosa akan
menyulitkan masuknya zat warna pada proses pencelupan, oleh karena itu zat
selain selulosa dihilangkan dalam proses pemasakan. Komposisi serat kapas
dicantumkan pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1 Kandungan dalam serat selulosa


Serat kapas berasal dari tanaman, oleh karena itu serat kapas termasuk serat
selulosa, sehingga sifat kimia serat kapas mirip seperti sifat selulosa. Di dalam
larutan alkali kuat serat kapas akan menggembung sedangkan dalam larutan
asam sulfat 70% serat kapas akan larut. Proses penggembungan serat kapas
dalam larutan NaOH 18% disebut proses merserisasi. Kapas yang telah
mengalami proses merserisasi mempunyai sifat kilau lebih tinggi, kekuatan lebih
tinggi dan daya serap terhadap zat warna yang tinggi. Oksidator selama
terkontrol kondisi pengerjaanya tidak mempengaruhi sifat serat, tetapi oksidasi
yang berlebihan akan menurunkan kekuatan tarik serat kapas. Oleh karena itu
pada proses pengelantangan yang menggunakan oksidator harus digunakan
konsentrasi oksidator dan suhu pengerjaan yang tepat agar tidaka merusak serat.
Morfologi serat kapas jika dilihat dibawah mikroskop mempunyai
penampang memanjang seperti pita yang terpilin dan penampang melintang
seperti ginjaldengan lubang ditengah yang disebut lumen.

Gambar 1.1 penampang melintang dan membujur serat kapas

Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-
unit anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C 6H10O5)n, dimana n
merupakan derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.
Hubungan antara selulosa dan glukosa telah lama dikenal yaitu pada peristiwa
hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan asam klorida encer, yang menghasilkan
suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa. Hal ini membuktikan bahwa
selulosa terbentuk dari susunan cincin glukosa. Glukosa diketahui sebagai
turunan (derivate) pyranosa yang berarti memilki enam segi (sudut), dan struktur
kimia dari glukosa sendiri memiliki d tuk tautomeri yaitu α-glukosa dan β-
glukosa
Gambar 1.2 Struktur serat Kapas

Selubiosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa yang
dihubungkan oleh jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan dari selubiosa ini
berhasil ditemukan oleh W.N. Haworth dan K. Freudenberg dengan tata nama
sebagai 1-4 anhidro-β-glukosa.

2.2 Zat warna golongan I


Zat warna yang luntur dalam larutan ammonia atau asam asetat encer
mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna asam, basa,
direk dan direk dengan pengerjaan iring.

- Zat warna direk


Zat warna direk umumnya adalah senyawa azo yang disulfonasi, zat warna
ini disebut juga zat warna substantif karena mempunyai afinitas yang besar
terhadap selulosa. Beberapa zat warna direk umumnya mempunyai ketahanan
luntur yang kurang baik terhadap pencucian sedangkan ketahanan terhadap sinar
cukup, tidak tahan oksidasi dan rusak oleh zat pereduksi.

Sifat-sifat umum zat warna direk :

• Zat warna direk memiliki sifat yang tidak tahan terhadap oksidasi dan akan
merusak oleh reduksi.
• Zat warna direk memiliki gugus pelarut sulfonat sehingga mudah larut dalam
air.
• Afinitas zat warna direk terhadap serat tekstil disebabkan adanya ikatan
hydrogen dan ikatan sekunder seperti ikatan Van der Waals.
• Zat warna direk memiliki nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan
pencucian yang rendah.

- Zat warna asam


Zat warna asam mengandung asam-asam mineral atau asam-asam organic
dan dibuat dalam bentuk garam-garam natrium dari asam organik dengan gugus
anion yang merupakan gugus pembawa warna (kromofor) yang aktif. Struktur
kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk merupakan senyawa yang
mengandung gugus sulfonat atau karboksilat sebagai gugus pelarut. Zat warna
asam dapat mencelup serat-serat binatang, poliamida dan poliakrilat berdasarkan
ikatan elektovalen atau ikatan ion.

- Zat warna basa


Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif atau
kation. Zat warna basa merupakan suatu garam basa yang dapat membentuk
garam dengan asam. Asam dapat berasal dari hidroklorida atau oksalat. Zat
warna basa mampu mencelup serat-serat protein sedangkan pada serat poliakrilat
yang mempunyai gugus-gugus asam dalam molekulnya akan berlaku atau
bersifat seperti serat-serat protein terhadap zat warna basa.

2.3 Zat warna golongan II


Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali kewarna semula oleh
oksidasi dengan udara. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna
bejana, belerang, bejana-belerang dan oksidasi.

- Zat warna bejana


Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya
harus diubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut memiliki
substantifitas terhadap selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau
oksigen dari udara, bentuk leuko yang tercelup dalam serat tersebut akan
teroksidasi kembali kebentuk semula yaitu pigmen zat warna bejana. Senyawa
leuko zat warna golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan
golongan antrakwinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah
warnanya dalam larutan hipoklorit. Umumnya zat warna turunan indigoida dan
karbasol warna hamper hilang dalam uji hipoklorit dan didalam larutan
pereduksi warnanya menjadi kuning. Ikatan zat warna bejana dengan serat antara
lain ikatan hidrogen dan ikatan sekunder seperti gaya-gaya Van der Waals.

- Zat warna belerang


Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang
sebagai kromofor. Sturktur molekulnya merupakan molekul yang kompleks dan
tidak larut dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya diperlukan reduktor
natrium sulfide dan soda abu untuk melarutkannya. Unutk membentuk zat warna
semula maka perlu proses oksidasi baik dengan udara maupun dengan bantuan
oksidator-oksidator lainnya.

- Zat warna hidron (bejana-belerang)


Zat warna hidron mempunyai sifat-sifat antara zat warna bejana dan zat
warna belerang. Zat warna ini juga mempunyai warna yang spesifik yaitu
berwarna biru. Reduktor yang digunakan adalah reduktor lemah seperti Na2S
dan Na2 CO3 .

- Zat warna oksidasi


Zat warna oksidasi pada umumnya mengandung senyawa aniline dalam
struktur molekulnya dengan warna hitam aniline. Spesifikasi zat warna ini selain
tahan gosok nya kurang baik yaitu warna yang berubah menjadi kehijauan
apabila tereduksi oleh SO 2 .

2.4 Zat warna golongan III dan IV


Zat warna golongan III adalah zat warna yang rusak dalam larutan Natrium
Hidrosulfit yang bersifat alkali dan larutan ekstraksinya didalam air, air-amonia
atau asam asetat tidak mencelup kembali serat kapas putih atau warna tidak
kembali kewarna asli setelah oksidasi. Zat warna yang termasuk dalam golongan
ini adalah: zat warna direk dengan pengerjaan iring logam, zat warna diek
dengan pengerjaan iring formaldehida, zat warna naftol, zat warna azo yang
tidak larut dan zat warna yang diazotasi atau dibangkitkan.

- Zat warna direk dengan iring logam


Zat warna direk pada umumnya mempunyai ketahanan yang kurang baik
terhadap pencucian. Untuk memperbaikinya maka dilakukan pengerjaan iring
yang pada prinsipnya memperbesar molekul zat warna dalam serat. Sehingga zat
warna akan lebih sukar bermigrasi. Pemgerjaan iring dapat dilakukan dengan
penggunaan garam-garam logam seperti krom, tembaga, cobalt, nikel, besi dan
lain-lain.

- Zat warna direk dengan iring formaldehida


Beberapa zat warna direk dikerjakan dengan iring formalidehida untuk
memperbaiki tahan cucinya karena terbentuknya jembatan metilen antara
beberapa zat warna.

- Zat warna naftol


Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada
waktu pencelupan dan merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan
garam diazonium (kopling). Sifat dari zat warna naftol yaitu: tidak larut dalam
air, luntur dalam piridin pekat mendidih, bersifat poligenetik dan monogenetik,
karena mengandung gugus azo maka tidak tahan terhadap reduktor.
2.5 Zat wana golongan IV
Zat warna yang sukar dilunturkan dalam berbagai pelarut seperti ammonia,
asam asetat dan piridina. Termasuk dalam golongan ini adalah zat warna pigmen
dan reaktif.

- Zat warna pigmen


Zat warna pigmen adalah zat warna yang hanya mengandung kromofor saja
sehingga pada pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang disebut
binder. Unsure-unsur yang terdapat didalam zat warna pigmen antara lain
garam-garam organic, oksida organic, gugus azo, logam berwarna dan lain-lain.
Zat warna ini luntur dalam dimetil formadida pekat dan dimetil formmida 1:1.
Kecuali untuk zat warna pigmen ftalosianin atau yang berasal dari zat warna
pigmen anorganik.

- Zat warna reaktif


Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat, sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu
zat warna ini mempunyai ketahanan cuci yang baik. zat warna ini baik
dibandingkan dengan zat warna direk. Sifat umum dari zat warna reaktif yaitu:
larut dalam air, berikatan kovalen dengan serat, karena kebanyakan gugusnya
azo maka zat warna ini mudah rusak oleh reduktor kuat dan tidak tahan terhadap
oksidator yang mengandung klor (NaOCl).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Identifikasi zat warna selulosa golongan 1
Alat Bahan
- Tabung reaksi : 10 buah - Sampel Uji
- Rak tabung reaksi : 1 buah - Amonia 10 %
- Beaker Glass 250 ml : 1 buah - NaCl padat
- Pipet volume 10 ml : 1 buah - Asam Asetat 10 %
- Pipet tetes : 1 buah - Asam Asetat glasial
- Penjapit kayu : 1 buah - Eter
- Kertas lakmus : 1 buah - Serat Kapas
- Batang pengaduk : 1 buah - Serat Wool
- Hotplate : 1 buah - Serat Akrilat
- Ball Filler : 1 buah - Air
3.2 Identifikasi zat warn selulosa golongan 2
Alat Bahan
- Tabung reaksi : 10 buah - Sampel Uji
- Rak tabung reaksi : 1 buah - NaOH 10 %
- Beaker Glass 250 ml : 1 buah - Na2S2O4 padat
- Pipet volume 10 ml : 1 buah - Na2CO3
- Pipet tetes : 2 buah - NaS
- Penjapit kayu : 1 buah - NaCl Padat
- Kertas timbal : 1 buah - HCl 16 %
- Batang pengaduk : 1 buah - SnCl2 10 %
- Hotplate : 1 buah - Parafin
- Ball Filler : 1 buah - NaoCl 10 %
- Pemanas bunsen : 1 buah - Air

3.3 Identifikasi zat warna selulosa golongan 3 dan 4


Alat Bahan
- Tabung reaksi : 10 buah - Sampel Uji
- Rak tabung reaksi : 1 buah - NaOH 10 %
- Beaker Glass 250 ml : 1 buah - Na2S2O4 padat
- Pipet volume 10 ml : 1 buah - Parafin
- Pipet tetes : 2 buah - Alkohol
- Penjapit kayu : 1 buah - DMF 1:1
- Kertas timbal : 1 buah - HCl 1 %
- Batang pengaduk : 1 buah - DMF 100 %
- Hotplate : 1 buah - Parafin
- Ball Filler : 1 buah - NaOCl 10 %
- Pemanas bunsen : 1 buah - Air
- Mikroskop : 1 buah - NaOH 5%
- Cover glass : 3 buah - H2SO4 pekat
- Preparate : 3 buah - Na2SO4
-

IV. LANGKAH KERJA


4.1 Identifikasi zat warna selulosa golongan 1
4.1.1 Zat warna Direk
a) Masukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi
b) Tambahkan 4 ml ammonia 10 %
c) Didihkan selama 5 menit sehingga Sebagian besar zat warna
terektraksi
d) Ambil contoh uji dari larutan ekstrak zat
e) Masukkan kapas putih, wol, dan akrilat putih masing-masing 10 mg
kemudian tambahkan 5-10 mg NaCl
f) Didihkan selama 1 menit kemudian biarkan dingin
g) Ambil kain tersebut cuci dengan air, amati warnanya
h) Pencelupan Kembali kain kapas lebih tua dibandingkan dengan wol
dan akrilat menunjukan zat warna direk

4.1.2 Zat warna Asam


a) Netralkan larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan ammonia
dengan asam asetat 10 % (periksa dengan kertas lakmus atau kertas
pH).
b) Tambahkan lagi 1 ml asam asetat 10 %
c) Masukkan kain kapas, wol dan akrilat ,didihkan selama 1 menit
d) Ambil kain tersebut dan cuci dengan air,amati warnanya
e) Pencelupan Kembali wol putih oleh larutan ekstraksi dalam suasana
asam menunjukkan adanya zat warna asam.

4.1.3 Zat warna Basa


a) Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
b) Tambahkan 1 ml asam asetat glasial tambahkan 3-5 ml air ,didihkan
sampai terjadi ekstraksi
c) Ambil contoh uji dan bagilah ekstraksi menjadi 2 bagian (1 bahian
untuk pencelupan dan 1 bagian lagi untuk uji penentuan).
d) Masukkan kain kapas,wol dan akrilat
e) Diidhkan selama 1 menit
f) Pencelupan Kembali pada kain akrilat dengan warna tua
menunjukan adanya zat warna basa

4.1.4 Uji Penentuan


a) Tambahkan 3 ml larutan natrium hidroksida 10 % (sampai alkalis)
ke dalam larutan ekstraksi zat warna
b) Dinginkan kemudian tambahkan 3 ml eter
c) Kocok larutan tersebut dan biarkan memisah (air dibawah dan eter
diatas).
d) Pindahkan lapisan eter ke dalam tabung reaksi lain
e) Tambahkan 1-3 ml asam asetat 10 % homogenkan
f) Pewarnaan Kembali lapisan larutan asam asetat dengan warna yang
sama dengan warna yang asli menunjukkan adanya zat wrana basa.

4.2 Identifikasi zat warna selulosa golongan 2


4.2.1 Uji Pendahuluan Zat Warna golongan 2
a) Masukkan Contoh uji ke dalam tabung reaksi
b) Tambahkan 2-3 ml air, tambahkan 2 ml NaOH 10 % didihkan selama
1 menit tambahkan Na2S2O4 didihkan lagi selama 1 menit
c) Keluarkan contoh uji angin-angin / Oksidasi dengan udara.
d) Warna Kembali ke warna semula menunjukkan zat warna golongan
2

4.2.2 Zat warna Belerang


a) Masukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi
b) Tambahkan 2-3 ml air kemudian 3-4 keping Natrium karbonat
panaskan kemudian masukkan Na2S
c) Panaskan sampai mendidih selama 2 menit
d) Ambil contoh uji ,masukkan kapas putih dan NaCl dan didihkan
Selama 2 menit
e) Ambil kapas tersebut,letakkan diatas kertas saring atau cuci dengan
air dan biarkan kena udara
f) Kain kapas akan tervcelup Kembali dengan warna yang sama
dengan warna contoh asli tetapi lebih muda.

4.2.3 Uji penentuan 1 zat warna belerang


a) Didihkan contoh uji kedalam 3 ml larutan NaOH 10 % kemudian
cuci bersih
b) Masukkan contoh uji bersih ,Tambahkan 2 ml HCl 16 %
c) Didihkan selama 1 menit biarkan dingin
d) Tambahkan 1 ml SnCL2 10 %
e) Letakkan kertas timbal asetat pada mulut tabung
f) Warna coklat atau hitam pada kertas Pb Asetat menunjuukkan zat
warna belerang
.
4.2.4 Uji penentuan 2 zat warna belerang
a) Rendam contoh uji dengan larutan NaOCL 10 %
b) Zat warna belerang akan rusak dalam waktu 30 menit

4.2.5 Zat Warna Bejana


a) Masukkan contoh uji tambahkan 2 ml air dan 2 ml NaOH 10 %
b) Didihkan selama selama 1 menit dan tambahkan Na2S2O4
c) Didihkan Kembali selama 1 menit
d) Ambil contoh uji masukkan kapas putih dan NaCl didihkan selama
1-2 menit, biarkan dingin.
e) Ambil kain kapas tersebut letakkan diatas kertas saring dan biarkan
kena udara
f) Kapas tercelup Kembali dengam warna contoh asli tetapi lebih
muda.
4.2.6 Uji pentuan 1 zat warna bejana
a) Masukkan Contoh uji ke dalam lelehan paraffin.
b) Apabila padatan paraffin pada kertas saring berwarna maka
menunjukan adanya zat warna bejana

4.3 Identifikasi zat warna selulosa golongan 3 dan 4


4.3.1 Uji pendahuluan zat warna golongan 3
a) Masukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi tambahkan 3 ml air
tambahkan 2 ml NaOH 10 % dan Na2S2O4
b) Panaskan sempai mendidih selama 5-10 menit
c) Semua zat warna golongan 3 akan rusak ,ditandai dengan ekstraksi,
menjadi putih, abu-abu, kuning atau jingga warna tidak Kembali
setelah oksidasi.

4.3.2 Uji penentuan 1 zat warna Naftol


a) Masukkan contoh uji dalam tabung reaksi
b) Tambhakan1 ml NaOH 10 % dalam 3 ml alkohol didihkan
c) Tambahkan Na2S2O4 panaskan hingga warna tereduksi
d) Dinginkan ,ambil contoh uji amati warnanya
e) Warna rusak menunjukkan zat warna naftol
f) Kedalam filtrat masukkan kapas putih dan NaCl didihkan selama 2
menit
g) Kapas berwarna kuning menunjukkan zat warna naftol

4.3.3 Uji penentuan 2 zat warna Naftol


a) Lelehkan dalam paraffin ,lelehan paraffin menunjukkan zat warna
naftol

4.3.4 Zat Warna Pigmen


a) Masukkan contoh uji dalam 3 ml larutan DMF 1:1
b) Dididhkan selama 2 menit amati warnanya
c) Ulangi pengerjaan butir a dan b dengan DMF 100 %
d) Pewarnaan muda pada larutan DMF 1:1 dan pewarnaan tua pada
DMF 100 % menunjukkan adanya zat warna pigmen.

4.3.5 Uji penentuan 1 zat warna pigmen


a) Masukkan contoh uji dalam 3 ml larutan HCl 1% didihkan selama 5
menit
b) Cuci bersih
c) Ambil seratnya ,Amati dibawah mikroskop
d) Bila terdapat partikel -partikel zat warna pada permukaan serat
menunjukkan zat warna pigmen dengan zat pengikat
Bila partikel warna terdapat diseluruh serat menunjukkan zat warna
pigmen dengan pencelupan polimer

4.3.6 Uji penentuan 2 zat warna pigmen


a) Khusuh zat warna pigmen yang berwarna biru
Apabila : Contoh uji ditetesi HNO3 akan berwarna violet
Contoh uji ditetesi H2SO4 akan berwarna hijau

4.3.7 Zat warna Reaktif


a) Masukkan contoh uji dalam 3 ml larutan DMF 1: 1 didihkan selama
2 menit
b) Ulangi pengerjaan point a dalam 3 ml DMF 100%
c) Amamti ekstrasi kedua larutan tersebut

4.3.8 Uji penentuan 1 zat warna Reaktif


a) Masukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi ,tambahkan 3 ml
larutan NaOH 5%
b) Didihkan selama 2 menit
c) Asamkan dengan larutan H2SO4 pekat sebnayak 2-3 tetes
d) Masukkan serat wol dan didihkan Kembali
e) Pewarnaan Kembali pada serta wol menunjukkan zat warna reaktif

4.3.9 Uji Penentuan 2 zat warna reaktif


a) Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan
(asam sulfat 0,2 % dam 6 mg Na2SO4)
b) Didihkan beberapa menit
c) Masukkan serat wool,diidhkan Kembali
d) Pewarnaan pada serat wool menunjukkan zat warna reaktif

4.3.10 Uji penentuan 2 Zat warna reaktif dengan NaOCL


a) Masukkan contoh uji dalam tabung reaksi
b) Tambahkan NaOCL sampai contoh uji terendam
c) Diamkan selama 30 menit
d) Keingkan atau angin-anginkan

V. DATA PENGAMATAN
Terlampir.
VI. DISKUSI
6.1 Zat Warna Golongan I
Zat warna golongan I adalah zat warna yang luntur dalam larutan amonia
atau asam asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah
zat warna direk, asam, basa, dan direk dengan pengerjaan iring. Prinsip
pengujiannya sendiri contoh uji dilunturkan warnanya dengan pereaksi tetentu
dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya atau karakteristik khusus
lainnya.
- Zat Warna Direk
Pada pengujian ini, diberi 3 lembar kain kapas (selulosa) yang telah dicelup
dengan menggunakan zat warna golongan I dengan no sampel 39, 89, dan 2.
Pengujian disini adalah menentukan zat warna apakah yang digunakan untuk
mencelup kain selulosa tersebut. Pada pengujian zat warna direk, contoh uji
dilarutkan dalam amonia 10% kemudian dipanaskan dan lunturannya dibagi dua
untuk pengujian zat warna direk dan zat warna asam. Pada uji zat warna direk,
lunturan ditambah dengan NaCl dan dimasukkan kapas putih, wool, dan akrilat
kedalamnya kemudian dipanaskan lagi. Penggunaan zat warna direk ditunjukkan
oleh pencelupan dengan warna tua pada kain kapas putih. Zat warna direk dapat
dipakai mencelup serat kapas karena dapat berikatan dengan gugus hidroksil dari
selulosa dengan ikatan hidrogen. Kekuatan ikatan hidrogen umumnya tidak
terlalu kuat, dapat putus dalam suhu tinggi, oleh karenanya tahan luntur hasil
pencelupan zat warna direk sangat rendah terutama dalam pencucian panas.
Selain ikatan hidrogen, kekuatan ikatan zat warna direk dengan serat ditunjang
dengan ikatan van der waals namun relatif sangat lemah. Selain itu zat warna
direk mempunyai afinitas dan substantifitas yang lebih besar terhadap selulosa.
Penambahan elektrolit seperti NaCl sangat berpengaruh sebab elektrolit
berfungsi untuk menambahkan penyerapan zat warna. Selulosa bermuatan
negatif tapi disisi lain zat warna direk cenderung bermuatan negative juga
sehingga terjadi tolak menolak. Elektrolit akan mengion dalam air dan ion
positifnya akan menetralkan selulosa sehingga zat warna terserap.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 2 dicelup dengan zat
warna direk dilihat dari serat kapas yang terwarnai Kembali pada
pencelupan filtrat lunturan sampel kain contoh uji no 2 sedangakan pada
pencelupan serat wol sedikit trewarnai namun sangat muda dan pada serat
akrilat tidak terwarnai

- Asam
Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena memiliki
gugus pelarut sulfonat atau karbosilat dalam struktur molekulnya. Gugus-gugus
tersebut juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik
dengan tempat-tempat positif dalam serat wol atau sutera. Kain wol dapat
tercelup oleh zat warna asam karena adanya tempat-tempat positif pada kain wol.
Tempat positif ini yaitu pada gugus amina yang merupakan gugus fungsi yang
berperan untuk mengadakan ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionik
(elektrovalen). Netralkan larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan amonia
dengan asam asetat 10% (periksa dengan kertas lakmus atau kertas pH) pastikan
larutan bersuasana asam karena supaya terbentuk muatan positif yang nyata pada
serat, akibat adanya ion H + yang terserap gugus amina dari wol.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 39 dan 89 dicelup
dengan zat warna Asam dapat dilihat dari serat wool yang tercelup
Kembali pada pencelupan filtrat lunturan sampel kain no 39 dan 89
sedangakan pada serat kapas terwarnai namun sangat muda dan serat
akrilat tidak tercelup atau terwarnai sama sekali

- Basa
Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut,
tetapi dalam larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi bentuk
garam yang mudah larut. Zat warna basa secara alami bersifat kationik, sehingga
dapat digunakan untuk mencelup serat akrilat, dimana zat warna basa akan
berikatan secara ionik dengan gugus-gugus sulfonat atau karboksilat yang ada
dalam serat sehingga tahan lunturnya cukup baik. Dalam pencelupan larutan
harus diatur pH nya dengan menggunakan asam asetat agar terbentuknya kation
zat warna basa. Sebaiknya pH yang digunakan yaitu sebesar 4,5, apabila terlalu
besar maka kelarutan zat warna akan berkurang dan warna akan berubah kearah
yang lebih pendek sehingga menimbulkan warna yang muda dan menyulitkan
untuk pengamatan. Sedangkan apabila pH rendah terbentuknya muatan negatif
pada gugus karboksilat pada serat akan lebih sulit, sehingga laju pencelupan
akan lebih lambat dan akan terjadi penurunan kekuatan bahan yang dicelup. Pada
saat uji penentuan zat warna basa ditambahkan NaOH dan eter, lapisan eter
berada di atas lalu lapisan eter dipindahkan menggunakan pipet ke tabung reaksi
yang baru, setelah itu beri penambahan asam asetat, eter yang berwarna berada
di bawah itu berarti positif zat warna basa hal ini dikarenakan terjadi endapan
zat warna basa.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa tidak ada sampel yang dicelup
dengan zat warna basa. Hal ini dapat dilihat dari pencelupan serat akrilat
yang tidak tercelup sama sekali.
6.2 Zat Warna Golongan II
Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali semula oleh oksidasi dengan
udara.

- Belerang
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang
sebagai kromofor. Struktur molekul zat warna belerang merupakan struktur yang
tidak larut dalam air. Maka dari itu diperlukan gugus pelarut saat proses
pencelupan. Pada zat warna belerang tidak menggunakan reduktor kuat seperti
Natrium Hidrosulfit, melainkan menggunakan Na 2 S hal ini dikarenakan zat
warna belerang tidak tahan reduktor kuat, karena Natrium Hidrosulfit akan
menyerang gugus kromofor zat warna belerang ini membuat zat warna belerang
menjadi tidak berwarna.
Zat warna belerang dapat dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah
Na2 S yang akan mereduksi jembatan disulfide membentuk asam leuco serta
penambahan alkali lemah Na2 CO 3 yang berfungsi untuk merubah asam leuco
yang tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Lalu dilakukan penambahan
NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna, garam leuco akan masuk
kedalam pori-pori serat kapas.
Selulosa + 2n D-S-Na → Selulosa 2n D-S-Na
Dilakukan pengoksidasian oleh udara agar garam leuco zat warna belerang
dalam serat dirubah menjadi zat warna belerang yang tidak larut dan berikatan
secara fisika dengan serat.
Selulosa.2n D-S-Na →(On) Selulosa.n(D-S-S-D)
Uji penentuan dengan menggunakan kertas pb asetat, dengan
menggunakan asam klorida maka gas hidrogen sulfide dilepaskan yang bisa
diidentifikasi dari banunya yang khas, dan dari menghitamnya kertas saring yang
telah dibasahi larutan timbel asetat.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 35 dicelup dengan zat
warna belerang dapat dilihat dari serat kapas yang tercelup Kembali pada
uji penentuan 2 Zat warna Belerang terwarnai lebih muda dari kain
contohnya.

- Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, untuk melarutkannya zat warna
bejana dirubah menjadi asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang
larut. Suatu reduktor dapat membantu senyawa untuk di bejana kan. Artinya
dirubah menjadi bentuk leuco, yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi
yang akan larut dalam larutan alkali. Senyawa leuco memiliki substantivitas
terhadap selulosa, sehingga dapat mencelupnya. Penambahan NaOH yang
berfungsi untuk melarutkan leuco zat warna bejana dan untuk merubah asam
leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Dipanaskan agar proses
berlangsung dengan cepat, lalu dilakukan penambahan Na2 S2 O4 yang berfungsi
sebagai reduktor untuk mereduksi zat warna bejana menjadi asam leuco. Proses
pencelupan membutuhkan bantuan NaCl yang berfungsi sebagai pendorong
penyerapan zat warna.
Uji penentuan menggunakan lilin parafin zat warna bejana berwarna di
paraffin, terwarnai secara permanen hal ini karena zat warna bejana terus
teroksidasi sehingga zat warna bejana nya permanen di paraffin. Pada uji dengan
NaOCl 5% 10 menit zat warna yang tidak rusak di NaOCl itu hanya zat warna
bejana sedangkan zat warna reaktif dan belerang rusak di NaOCl.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 34 dicelup dengan zat
warna Bejana dapat dilihat dari serat kapas yang tercelup Kembali pada
pencelupan pengujian Zat Warna Bejana dan lelehan Parafin yang
berwarna pada kertas saring namun lebih muda dari warna sampel.

6.3 Zat Warna Golongan III dan IV


Zat warna golongan III adalah zat warna yang rusak oleh reduksi dengan
natrium hidrosulfit dalam suasana alkali dan larutan ekstraksinya dalam
ammonia atau asam asetat tidak mencelup kembali kain kapas putih.
- Nafthol
Zat warna naftol adalah zat warna azo yang pembuatannya simultan dengan
pencelupan, artinya naftol itu bukan zat warnanya. Komponen utama dalam zat
warna naftol adalah Naftol dan Garam Diazonium. Naftol tidak larut dalam air,
untuk penaftolan harus diubah menjadi naftolat dengan menambahkan NaOH.
Setelah penaftolan, lalu dibangkitkan dengan garam diazonium sehingga terjadi
proses kopling serat dengan garam diazonium. Proses pencelupan ditambahkan
NaCl karena afinitas naftolat sangat kecil sehingga perlu dibantu dengan
penambahan NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna, sehingga naftolat
akan masuk kedalam pori-pori serat kapas. Contoh uji dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Ditambahkan 1 ml NaOH 1% dalam 3 ml alcohol dididihkan.
Ditambahkan Na2 S2 O4 dipanaskan atau dididihkan (warna akan tereduksi).
Didinginkan, contoh uji diambil diamati warnanya. Warna rusak menunjukkan
adanya zat warna naftol atau reaktif (dengan oksidasi warna akan kembali).
Kedalam filtrate dimasukkan kapas putih dan NaCl dididihkan selama 2 menit.
Kapas berwarna kuning dan berpendar dibawah sinar uv ultra lembayaung
menunjukkan zw naftol. Kapas yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kapas
nafthol, yang apabila disinari uv berpendar maka positif nafthol. Pengujian pada
lelehan paraffin menunjukkan hal positif yaitu paraffin terwarnai namun warna
akan hilang karena sangat mudah tereduksi (temporer).
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 42 dicelup dengan zat
warna Naftol dapat dilihat dari lelehan paraffin yang berwarna sama
dengan sampel kain no 42. Kemudian pada penyinaran sinar UV kapas
berwarna kuning dan berpendar diabwah sinar UV Ultra lembayung.

Zat warna golongan IV adalah zat warna yang luntur dalam pelarut organik
DMF 1:1 dan DMF 100%.
- Pigmen
Zat warna pigmen berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai gugus
yang dapat berikatan dengan serat. Pada proses pencapan perlu dibantu dengan
binder untuk pengikat antara serat dan zat warna, sehingga tahan lunturnya
tergantung kekuatan lapisan binder terhadap zat warnanya. Untuk uji pertama
zat warna dilarutkan dengan DMF 100% dan DMF 1:1, pada DMF 1:1
menunjukkan warna muda sedangkan pada DMF 100% menunjukkan warna tua.
Kemudian dilakukan uji penentuan dengan mikroskop, karena zat warna pigmen
hanya berada di permukaan serat maka saat pengamatan dengan menggunakan
mikroskop partikel-partikel zat warna pigmen berada dipermukaan serat, seperti
bergerombol. Kemudian dilakukan pengujian 2 untuk zat warna pigmen yang
berwarna biru dengan asam nitrat pekat menunjukkan warna violet dan dengan
asam sulfat pekat menunjukkan warna hijau hal tersebut terjadi karena zat warna
pigmen akan rusak oleh asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat yang
menyebabkan zat warna pada bahan berubah sehingga terjadi penurunan panjang
gelombang pada zat warna tersebut.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 50 dicelup dengan zat
warna Pigmen dapat dilihat dari Uji Penentuan 1 Zat Warna Pigmen yaitu
terdapat partikel atau bitnik-bintik disepanjang kain sampel yang dilihat
dibawah mikroskop kemudian untuk Pencelupan menggunakan DMF 100
% didapat larutan DMF 100 % berwarna tua dan DMF 1:1 Berwarna
muda.

- Reaktif
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan
bagian dari serat. Pengujian zat warna reaktif menggunakan DMF 1:1 yang akan
menunjukkan warna muda sedangkan dengan DMF 100% tidak berwarna.
Dilakukan uji penentuan yaitu dengan mencelup wol dalam suasana asam karena
pada zat warna reaktif pada wol dengan suasana asam akan menghasilkan warna
yang lebih tua dibandingkan dengan serat kapas. Zat warna reaktif rusak di
NaOCl 5%.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 33 dicelup dengan zat
warna Reaktif dapat dilihat dari serat wool yang tercelup Kembali pada Uji
penentuan 1 dan 2 .
VII. KESIMPULAN
Dari Praktikum Identifikasi zat warna pada selulosa dapat disimpulakan sebagai
berikut.
Zat warna golongan 1:
- Sampel no 2 teridentifikasi zat warna direk
- Sampel no 89 teridentifikasi zat warna asam
- Sampel no 39 teridentifikasi zat warna asam

Zat warna golongan 2:


- Sampel no 34 teridentifikasi zat warna bejana
- Sampel no 35 teridentifikasi zat warna belerang

Zat warna golongan 3 dan 4


- Sampel no 33 teridentifikasi zat warna reaktif
- Sampel no 50 teridentifikasi zat warna pigmen
- Sampel no 42 teridentifikasi zat warna nafthol

VIII. DAFTRA PUSTAKA


- Rahayu Hariyanti. 1993. Penuntun Praktikum Evaluasi Tekstil Kimia. Bandung
.Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
- Laporan Evaluasi Tekstil 2 - Identifikasi Zat Warna Pada Selulosa | PDF
(scribd.com) diakses pada tanggal 4 Maret 2023
- https://www.academia.edu/24913944/LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGUJIAN_
DAN_EVALUASI_TEKSTIL_II diakses pada tanggal 4 Maret 2023
- https://evgust.wordpress.com/2011/07/12/pencelupan-dengan-zat-warna-direk/
diakses pada tanggal 3 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai