Dosen : 1. Kurniawan,S.Si.,MT.
2. Mia K.,S.ST
3. Asiyah Nurrahmajanti,M.Si
1.2 Tujuan
Melunturkan zat warna yang terdapat pada selulosa sebagai contoh uji dengan
menggunakan pereaksi tertentu dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya
atau karakteristik khusus untuk mengetahui golongan zat warna yang sesuai
terhadap contoh uji.
Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-
unit anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C 6H10O5)n, dimana n
merupakan derajat polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul.
Hubungan antara selulosa dan glukosa telah lama dikenal yaitu pada peristiwa
hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan asam klorida encer, yang menghasilkan
suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa. Hal ini membuktikan bahwa
selulosa terbentuk dari susunan cincin glukosa. Glukosa diketahui sebagai
turunan (derivate) pyranosa yang berarti memilki enam segi (sudut), dan struktur
kimia dari glukosa sendiri memiliki d tuk tautomeri yaitu α-glukosa dan β-
glukosa
Gambar 1.2 Struktur serat Kapas
Selubiosa adalah disakarida yang terdiri dari dua unit β-glukosa yang
dihubungkan oleh jembatan oksigen (ikatan oksigen). Susunan dari selubiosa ini
berhasil ditemukan oleh W.N. Haworth dan K. Freudenberg dengan tata nama
sebagai 1-4 anhidro-β-glukosa.
• Zat warna direk memiliki sifat yang tidak tahan terhadap oksidasi dan akan
merusak oleh reduksi.
• Zat warna direk memiliki gugus pelarut sulfonat sehingga mudah larut dalam
air.
• Afinitas zat warna direk terhadap serat tekstil disebabkan adanya ikatan
hydrogen dan ikatan sekunder seperti ikatan Van der Waals.
• Zat warna direk memiliki nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan
pencucian yang rendah.
V. DATA PENGAMATAN
Terlampir.
VI. DISKUSI
6.1 Zat Warna Golongan I
Zat warna golongan I adalah zat warna yang luntur dalam larutan amonia
atau asam asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah
zat warna direk, asam, basa, dan direk dengan pengerjaan iring. Prinsip
pengujiannya sendiri contoh uji dilunturkan warnanya dengan pereaksi tetentu
dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya atau karakteristik khusus
lainnya.
- Zat Warna Direk
Pada pengujian ini, diberi 3 lembar kain kapas (selulosa) yang telah dicelup
dengan menggunakan zat warna golongan I dengan no sampel 39, 89, dan 2.
Pengujian disini adalah menentukan zat warna apakah yang digunakan untuk
mencelup kain selulosa tersebut. Pada pengujian zat warna direk, contoh uji
dilarutkan dalam amonia 10% kemudian dipanaskan dan lunturannya dibagi dua
untuk pengujian zat warna direk dan zat warna asam. Pada uji zat warna direk,
lunturan ditambah dengan NaCl dan dimasukkan kapas putih, wool, dan akrilat
kedalamnya kemudian dipanaskan lagi. Penggunaan zat warna direk ditunjukkan
oleh pencelupan dengan warna tua pada kain kapas putih. Zat warna direk dapat
dipakai mencelup serat kapas karena dapat berikatan dengan gugus hidroksil dari
selulosa dengan ikatan hidrogen. Kekuatan ikatan hidrogen umumnya tidak
terlalu kuat, dapat putus dalam suhu tinggi, oleh karenanya tahan luntur hasil
pencelupan zat warna direk sangat rendah terutama dalam pencucian panas.
Selain ikatan hidrogen, kekuatan ikatan zat warna direk dengan serat ditunjang
dengan ikatan van der waals namun relatif sangat lemah. Selain itu zat warna
direk mempunyai afinitas dan substantifitas yang lebih besar terhadap selulosa.
Penambahan elektrolit seperti NaCl sangat berpengaruh sebab elektrolit
berfungsi untuk menambahkan penyerapan zat warna. Selulosa bermuatan
negatif tapi disisi lain zat warna direk cenderung bermuatan negative juga
sehingga terjadi tolak menolak. Elektrolit akan mengion dalam air dan ion
positifnya akan menetralkan selulosa sehingga zat warna terserap.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 2 dicelup dengan zat
warna direk dilihat dari serat kapas yang terwarnai Kembali pada
pencelupan filtrat lunturan sampel kain contoh uji no 2 sedangakan pada
pencelupan serat wol sedikit trewarnai namun sangat muda dan pada serat
akrilat tidak terwarnai
- Asam
Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena memiliki
gugus pelarut sulfonat atau karbosilat dalam struktur molekulnya. Gugus-gugus
tersebut juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik
dengan tempat-tempat positif dalam serat wol atau sutera. Kain wol dapat
tercelup oleh zat warna asam karena adanya tempat-tempat positif pada kain wol.
Tempat positif ini yaitu pada gugus amina yang merupakan gugus fungsi yang
berperan untuk mengadakan ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionik
(elektrovalen). Netralkan larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan amonia
dengan asam asetat 10% (periksa dengan kertas lakmus atau kertas pH) pastikan
larutan bersuasana asam karena supaya terbentuk muatan positif yang nyata pada
serat, akibat adanya ion H + yang terserap gugus amina dari wol.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 39 dan 89 dicelup
dengan zat warna Asam dapat dilihat dari serat wool yang tercelup
Kembali pada pencelupan filtrat lunturan sampel kain no 39 dan 89
sedangakan pada serat kapas terwarnai namun sangat muda dan serat
akrilat tidak tercelup atau terwarnai sama sekali
- Basa
Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut,
tetapi dalam larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi bentuk
garam yang mudah larut. Zat warna basa secara alami bersifat kationik, sehingga
dapat digunakan untuk mencelup serat akrilat, dimana zat warna basa akan
berikatan secara ionik dengan gugus-gugus sulfonat atau karboksilat yang ada
dalam serat sehingga tahan lunturnya cukup baik. Dalam pencelupan larutan
harus diatur pH nya dengan menggunakan asam asetat agar terbentuknya kation
zat warna basa. Sebaiknya pH yang digunakan yaitu sebesar 4,5, apabila terlalu
besar maka kelarutan zat warna akan berkurang dan warna akan berubah kearah
yang lebih pendek sehingga menimbulkan warna yang muda dan menyulitkan
untuk pengamatan. Sedangkan apabila pH rendah terbentuknya muatan negatif
pada gugus karboksilat pada serat akan lebih sulit, sehingga laju pencelupan
akan lebih lambat dan akan terjadi penurunan kekuatan bahan yang dicelup. Pada
saat uji penentuan zat warna basa ditambahkan NaOH dan eter, lapisan eter
berada di atas lalu lapisan eter dipindahkan menggunakan pipet ke tabung reaksi
yang baru, setelah itu beri penambahan asam asetat, eter yang berwarna berada
di bawah itu berarti positif zat warna basa hal ini dikarenakan terjadi endapan
zat warna basa.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa tidak ada sampel yang dicelup
dengan zat warna basa. Hal ini dapat dilihat dari pencelupan serat akrilat
yang tidak tercelup sama sekali.
6.2 Zat Warna Golongan II
Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali semula oleh oksidasi dengan
udara.
- Belerang
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang
sebagai kromofor. Struktur molekul zat warna belerang merupakan struktur yang
tidak larut dalam air. Maka dari itu diperlukan gugus pelarut saat proses
pencelupan. Pada zat warna belerang tidak menggunakan reduktor kuat seperti
Natrium Hidrosulfit, melainkan menggunakan Na 2 S hal ini dikarenakan zat
warna belerang tidak tahan reduktor kuat, karena Natrium Hidrosulfit akan
menyerang gugus kromofor zat warna belerang ini membuat zat warna belerang
menjadi tidak berwarna.
Zat warna belerang dapat dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah
Na2 S yang akan mereduksi jembatan disulfide membentuk asam leuco serta
penambahan alkali lemah Na2 CO 3 yang berfungsi untuk merubah asam leuco
yang tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Lalu dilakukan penambahan
NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna, garam leuco akan masuk
kedalam pori-pori serat kapas.
Selulosa + 2n D-S-Na → Selulosa 2n D-S-Na
Dilakukan pengoksidasian oleh udara agar garam leuco zat warna belerang
dalam serat dirubah menjadi zat warna belerang yang tidak larut dan berikatan
secara fisika dengan serat.
Selulosa.2n D-S-Na →(On) Selulosa.n(D-S-S-D)
Uji penentuan dengan menggunakan kertas pb asetat, dengan
menggunakan asam klorida maka gas hidrogen sulfide dilepaskan yang bisa
diidentifikasi dari banunya yang khas, dan dari menghitamnya kertas saring yang
telah dibasahi larutan timbel asetat.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 35 dicelup dengan zat
warna belerang dapat dilihat dari serat kapas yang tercelup Kembali pada
uji penentuan 2 Zat warna Belerang terwarnai lebih muda dari kain
contohnya.
- Bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, untuk melarutkannya zat warna
bejana dirubah menjadi asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang
larut. Suatu reduktor dapat membantu senyawa untuk di bejana kan. Artinya
dirubah menjadi bentuk leuco, yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi
yang akan larut dalam larutan alkali. Senyawa leuco memiliki substantivitas
terhadap selulosa, sehingga dapat mencelupnya. Penambahan NaOH yang
berfungsi untuk melarutkan leuco zat warna bejana dan untuk merubah asam
leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Dipanaskan agar proses
berlangsung dengan cepat, lalu dilakukan penambahan Na2 S2 O4 yang berfungsi
sebagai reduktor untuk mereduksi zat warna bejana menjadi asam leuco. Proses
pencelupan membutuhkan bantuan NaCl yang berfungsi sebagai pendorong
penyerapan zat warna.
Uji penentuan menggunakan lilin parafin zat warna bejana berwarna di
paraffin, terwarnai secara permanen hal ini karena zat warna bejana terus
teroksidasi sehingga zat warna bejana nya permanen di paraffin. Pada uji dengan
NaOCl 5% 10 menit zat warna yang tidak rusak di NaOCl itu hanya zat warna
bejana sedangkan zat warna reaktif dan belerang rusak di NaOCl.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 34 dicelup dengan zat
warna Bejana dapat dilihat dari serat kapas yang tercelup Kembali pada
pencelupan pengujian Zat Warna Bejana dan lelehan Parafin yang
berwarna pada kertas saring namun lebih muda dari warna sampel.
Zat warna golongan IV adalah zat warna yang luntur dalam pelarut organik
DMF 1:1 dan DMF 100%.
- Pigmen
Zat warna pigmen berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai gugus
yang dapat berikatan dengan serat. Pada proses pencapan perlu dibantu dengan
binder untuk pengikat antara serat dan zat warna, sehingga tahan lunturnya
tergantung kekuatan lapisan binder terhadap zat warnanya. Untuk uji pertama
zat warna dilarutkan dengan DMF 100% dan DMF 1:1, pada DMF 1:1
menunjukkan warna muda sedangkan pada DMF 100% menunjukkan warna tua.
Kemudian dilakukan uji penentuan dengan mikroskop, karena zat warna pigmen
hanya berada di permukaan serat maka saat pengamatan dengan menggunakan
mikroskop partikel-partikel zat warna pigmen berada dipermukaan serat, seperti
bergerombol. Kemudian dilakukan pengujian 2 untuk zat warna pigmen yang
berwarna biru dengan asam nitrat pekat menunjukkan warna violet dan dengan
asam sulfat pekat menunjukkan warna hijau hal tersebut terjadi karena zat warna
pigmen akan rusak oleh asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat yang
menyebabkan zat warna pada bahan berubah sehingga terjadi penurunan panjang
gelombang pada zat warna tersebut.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 50 dicelup dengan zat
warna Pigmen dapat dilihat dari Uji Penentuan 1 Zat Warna Pigmen yaitu
terdapat partikel atau bitnik-bintik disepanjang kain sampel yang dilihat
dibawah mikroskop kemudian untuk Pencelupan menggunakan DMF 100
% didapat larutan DMF 100 % berwarna tua dan DMF 1:1 Berwarna
muda.
- Reaktif
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan
bagian dari serat. Pengujian zat warna reaktif menggunakan DMF 1:1 yang akan
menunjukkan warna muda sedangkan dengan DMF 100% tidak berwarna.
Dilakukan uji penentuan yaitu dengan mencelup wol dalam suasana asam karena
pada zat warna reaktif pada wol dengan suasana asam akan menghasilkan warna
yang lebih tua dibandingkan dengan serat kapas. Zat warna reaktif rusak di
NaOCl 5%.
Pada praktikum ini diperoleh bahwa sampel no 33 dicelup dengan zat
warna Reaktif dapat dilihat dari serat wool yang tercelup Kembali pada Uji
penentuan 1 dan 2 .
VII. KESIMPULAN
Dari Praktikum Identifikasi zat warna pada selulosa dapat disimpulakan sebagai
berikut.
Zat warna golongan 1:
- Sampel no 2 teridentifikasi zat warna direk
- Sampel no 89 teridentifikasi zat warna asam
- Sampel no 39 teridentifikasi zat warna asam