Grup : 3K2
KIMIA TEKSTIL
POLITEKNIK STTT BANDUNG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui dan memahami alur proses pencapan rintang pada kain kapas
dengan menggunakan zat warna pigmen-reaktif.
1.2 Tujuan
− Mengetahui proses dan cara kerja pencapan rintang kain kapas menggunakan zat
warna Pigmen-reaktif, cara menghitung kebutuhan zat yang dipakai, cara membuat
pasta pencapan, melaksanakan proses pencapan, dan mengevaluasi hasil proses
pencapan.
− Mengetahui pengaruh variasi waktu Fiksasi (curing) pada proses pencapan dengan
membandingkan ketajaman dan ketuaan warna pada hasil pencapan rintang kain kapas
dengan zat warna pigmen-reaktif.
II. Teori Dasar
2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu serat yang berasal dari tanaman dengan
kandungan utama selulosa. Tanaman ini tumbuh dengan baik didaerah lembab dan
banyak disinari oleh matahari. Sifat dan kualitas kapas tergantung pada tempat tumbuh
dan berkembang. Walaupun saat ini telah banyak serat regenerasi selulosa maupun
serat buatan yang memiliki sifat merip dengan selulosa telah banyak diproduksi, kapas
tetap memegang peranan penting dalam perindustrian tekstil ± 51%.
Komposisi % pada serat % pada dinding primer
Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7 - 1.2 12
Lilin 0,4 - 1,0 7,0
Protein 1,1 - 1,9 12
Abu 0,7 - 1,6 3
Senyawa Organik 0,5 - 1,0 14
Struktur selulosa merupakan rantai dari glukosa yang panjang dan membentuk
cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung rantai yang
mengandung aldehida yang mempunyai gugus pereduksi, sedangkan pada rantai
bagian tengah mempunyai gugus hidroksil. Bila rantai tersebut dipecah menjadi dua
atau lebih dengan suatu proses kimia maka ujung-ujung rantai akan terhapus
membentuk gugusan aldehida atau karboksilat.
Zat warna reaktif panas merupakan zat warna reakrif yang mempunyai
kereaktifan rendah, dicelup pada suhu tingi. Misalnya Procion H, Cibacron dengan
sistem reaktif monokloro triazin, remazol dengan sistem reaktif vinil sulfon. Beberapa
contoh zat warna reaktif panas antara lain Procion H, Drimarene X, Sumifik, Remazol,
Sumifik Supra dan Drimarene Cl. Zat warna Procion H dan Drimarene X yang masing-
masing mempunyai sistem reaktif triazin dan pirimidin termasuk zat warna reaktif
yang bereaksi dengan serat melalui mekanisme substitusi nukleofilik (SN)2.
Gambar mekanisme reaksi subtitusi nukleofilik (SN)2 pada fiksasi zat warna reaktif
Ket : D = Kromogen Zat Warna
Gambar reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif vinil sulfon
Zat warna tersebut umumnya dijual dalam bentuk sulfato etil sulfon yang tidak
reaktif dan bari berubah menjadi vinil sulfon yang reaktif setelah penambahan alkali.
Berbeda dengan jenis triazin atau pirimidin, reaksi fiksasi dan hidrolisi zat warna jenis
vinil sulfon dapat balik.
Bila dilihat dari reaksinya, zat warna ini relatif tahan terhadap alkali namun
tidak tahan asam. Sedangkan zat warna reaktif dengan sistem reaktif pirimidin dan
triazin kurang tahan alkali namun lebih tahan asam.
2.3 Pencapan Rintang
Pencapan rintang adalah proses pencapan dengan menggunakan suatu zat
perintang, baik yang bersifat rintang mekanik maupun rintang kimia, sehingga apabila
kemudian dicelup atau dicap tumpang maka bagian yang dicap rintang tidak akan
memberikan warna tumpang.
Pencapan rintang (resist/reserve printing) analog dengan pencapan etsa, yaitu
meniadakan zat warna tertentu. Dalam pencapan rintang zat warna yang akan masuk
dihalangi oleh zat perintang sehingga tidak terjadi fiksasi zat warna. Jadi dalam
pencapan rintang kain dicap dulu dengan pasta yang mengandung zat perintang,
kemudian dicelup dengan zat warna yang tidak tahan zat perintang. Apabila kedalam
pasta cap ditambahkan zat warna disebut rintang warna, apabila tidak ditambahkan zat
warna disebut rintang putih.
Setelah dicap dengan pasta yang diberi zat perintang, kain keseluruhan
kemudian diwarnai (dicelup pad atau dicap blok) menggunakan zat warana yang tidak
tahan terhadap zat perintang tadi, sehingga tidak terjadi fiksasi. Jenis zat perintang
dapat bekerja secara kimia dan fisika :
• Zat perintang yang ditambahkan dapat bekerja secara fisika, secara
kimia atau keduanya. Zat perintang yang bekerja secara fisika misalnya lilin ( wax
), lemak, resin, pengental dan pigmen seperti kaolin, ZnO, TiO2, atau BaSO4.
• Zat perintang yang bekerja secara kimia termasuk bermacam-macam
zat kimia seperti asam, alkali, garam, zat pengoksidasi, dan zat pereduksi.
Pemberian warna dasar pada kain yang sudah dicap dengan pasta rintang harus
secepat mungkin, supaya zat perintang tidak larut. Untuk pencapan dipergunakan
padder ( nip padding ) yang dapat mengurangi waktu kontak dan menghindarkan
bleeding dari zat perintang.
Pencapan rintang secara kimia ialah menggunakan suatu zat kimia yang
dicampurkan kedalam pasta cap, berfungsi untuk merusak zat warna yang dicelup atau
dicap kemudian. Sehingga zat warna tersebut tidak mempunyai afinitas lagi atau tidak
bereaksi dengan serat, menghasilkan efek rintang putih yang diinginkan.
Secara garis besar mekanisme pencapan rintang kimia dimuali dari kain dicap
menggunakan pasta cap yang mengandung zat perintang dan zat warna yang tahan zat
perintang. Pembangkitan untuk warna dasar dan warna motif dapat dilakukan dengan
pengukusan atau udara panas. Pada pembangkitan ini warna dasar akan terjad fiksasi,
pada motif warna dasar ini akan terhalangi fiksasinya oleh zat perintang, sehingga pada
motif hanya terjadi fiksasi yang dicapkan semula. Proses ini terjadi pada pencapan
rintang kimia. Ada dua jenis pencapan rintang secara kimia :
1) Pencapan rintang putih
Maksud pencapan rintang putih adalah menghalangi terjadinya warna pada
bagian motif dengan jalan mecap bahan putih dengan pasta perintang. Setelah
pencapan atau pencapan tumpang maka bagian yang dicap rintang akan tetap berwarna
putih.
2) Pencapan rintang berwarna
Maksud pencapan rintang berwarna adalah menghalangi terjadinya warna
dasar pada bagian motif dengan jalan mencap dengan pasta cap yang mengandung zat
warna dan zat perintang, sehingga warna tidak dapat timbul pada bagian
motif.Pencapan rintang secara mekanik telah lama dikenal di Indonesia, yang
dikenalsebagai proses pembatikan yang menggunakan perintang lilin atau malam.
Pencapan motif menggunakan pasta yang terdiri dari zat warna dan zat perintang
fisika seperti resin, kemudian difiksasi. Pada proses fiksasi ini juga akan terjadi
polimerisasi dari resin. Kemudian kain selulosa dilakukan pencapan atau cap blok
untuk warna dasar dengan zat warna lainnya atau sejenis dengan zat warna.
2.4 Pencapan Kapas dengan Zat Warna Pigmen
Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan padasemua jenis serat.
Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitasterhadap serat, maka fiksasinya ke
dalam serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder. Kekuatan ikatan antara
zat warna pigmendengan serat tergantung pada daya ikat dari
binder yang digunakan.
Oleh karena sifat fiksasi zat warna pigmen yang demikian, maka zatwarna
pigmen dapat diaplikasin pada semua jenis serat termasuk serat-serat gelas. Ditinjau
dari segi ekonomis, metoda pencapan zat warna pigmen sangat sederhana dan
murah. Proses pencucian yangdimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa zat
warna, pengental danzat-zat pembantu, tidak diperlukan pada metoda pencapan
pigmen.Oleh sebab itu metoda ini sangat luas digunakan dalam industri.
Pengental emulsi dibagi dua jenis, yaitu emulsi air dalamminyak (w/o) dan
emulsi minyak dalam air (o/w). Emulsi air dalamminyak adalah air merupakan fasa
terdispersi dan minyak sebagaimedium terdispersi. Emulsi minyak dalam air adalah
minyakmerupakan fasa terdispersi dan air sebagai medium pendispersi.kesuksesan
system pencapan pigmen didasarkan pada tigakomponen yang sama penting yaitu,
dispersi pigmen, binder dan zat pengikat silang, pengental dan zat pembantu untuk
mendapatkan sifat-sifat yang disyaratkan.
Binder merupakan zat kimia yang berperan penting dalam proses pencapan
dengan zat warna pigmen untuk meningkatkan dayaketahanan luntur warna. binder
adalah suatu zat yang akan membentuklapisan tipis yang terbuat dari makromolekul
rantai panjang yang padasaat diaplikasikan pada tekstil berwarna.
Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam
air,diperdagangkan dalam bentuk terdispersi kerap disebut juga emulsi pigmen.
Terutama dibuat dari bahan baku sintetis, selain tersediacukup banyak warna-warna,
untuk pigmen putih digunakan bahandasar titanium dioksida, campuran kupro dan
alumunium untuk warnametalik serta besi oksida untuk mendapatkan warna
kecoklatan.
- Pencapan pigmen ekonomis karena tidak perlu dilakukan pencucian setelah fiksasi,
pengambilan contoh cepat dan tidakmemerlukan waktu yang lama.
Zat warna basa yang bersifat kation diendapkan suatu anionmisalnya asam
fostungs molidat akan memberikan endapan.
- Komplek logam.
Merupakan jenis pigmen yang paling banyak dipakai dan berasal dari
sebagian besar zat warna monoazo, diazo dan beberapadari golongan azina,
indigo dan antrakinon sehingga warnanyamelengkapi seluruh warna spektrum.
Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap semuaserat oleh karena
itu maka diperlukan zat pengikat (binder) yang akanmembentuk lapisan film
yang sangat tipis diatas bahan dan membentukikatan dengan serat. Syarat zat
pengikat antara lain:
Tahan terhadap zat kimia, panas dan cuaca.Binder mempunyai gugus reaktif
dalam kopolimer yang akanmembentuk ikatan silang (cross linking) antar molekul-
molekulkopolimer atau dengan hidroksi, amino dan gugus lainnya dari serat pada
saat proses curing. Reaksi ikatan silang membutuhkan suhu tinggidan katalis yang
bersifat asam. Katalis yang banyak digunakan pada pencapan dengan zat warna
pigmen adalah diamonium posfat. Reaksi ikatan silang dari binder terjadi pada
kondisi asam yang dapatdigambarkan sebagai berikut :
Pengental ada beberapa macam : alam, sintetik, modifikasi, emulsi,dan semi emulsi.
BAB II
PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- Rakel Rakel
- Screen
- Kain lap
- Pengaduk
- Gelas plastik
- Gelas ukur
- Timbangan analitik
- Mixer
- Mesin stenter
- Nampan
b. Bahan
− Kain Kapas
− Zat warna pigmen (procion)
− DAP (katalis)
− Pengemulsi
− Binder
− Alginat
− NaHCO3
− Urea
− Zat warna reaktif Vinil Sulfon
− Zat anti reduksi
− Teepol
− Na2CO3
Drying
Drying
Curing
Washing
2 Colour 160°C
3 White 140°C
4 White 160°C
DAP = 10
𝑥100 = 1 g
1000
Urea = 100 𝑥100 = 10 g
1000
Balance = 16 g
2. Perhitungan Pasta Cap Blok
Zat Warna Reaktif Vinil Sulfon = 20
𝑥100= 2 g
1000
Urea = 100
𝑥100 = 10 g
1000
Balance = 25 g
3. Perhitungan Cuci Reduksi
Jumlah larutan = 300 ml
1 Colour, Suhu
Curing
140°C
2 Colour, Suhu
Curing
160°C
White, waktu
3
Curing
140°C
4 White, waktu
Curing
160°C
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Diskusi
Pada proses pencapan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti penggunaan zat yang
dipakai, kekentalan pasta cap, tekanan pada saat merakel dan ketepatan untuk menempatkan posisi motif
sehingga dapat menghasilkan motif yang baik. Zat warna yang digunakan yaitu zat warna pigmen yang
merupakan zat warna yang tidak mempunyai gugus pelarut atau gugus yang dapat berikatan dengan serat,
sehingga diperlukan zat pengikat (binder) untuk menempelkan zat warna pada kain.
Karena sifatnya yang hanya menempel saja maka hasil yang diperoleh mempunyai efek kaku. Pada faktor
kekentalan pasta cap, praktikan harus memperhatikan banyaknya pengental dan air yang ditambahkan
sehingga memperoleh viskositas pasta cap yang sesuai. Jika viskositas pasta cap rendah, zat warna pada
hasil pencapan akan keluar dari motif (overlap). Jika viskositas pasta cap terlalu tinggi dapat menyebabkan
ketidakrataan warna pada motif karena sulitnya pasta melewati lubang-lubang kasa. Kemudian, tekanan
pada saat merakel juga perlu diperhatikan karena jika terdapat perbedaan tekanan pada saat pencapan, hasil
ketuaan dan kerataan pada kain pun juga akan berbeda. Posisi motif juga akan mempengaruhi hasil
pencapan, dimana posisi kain harus diam pada satu tempat dan kasa juga tidak boleh bergeser saat perakelan
pasta cap. Praktikum pencapan zat warna pigmen-reaktif rintang ini pada saat proses blok dapat
menggunakan cara padding ataupun cap biasa, kelompok kami memilih cara cap biasa. Percapan ini dengan
variasi kain white dan berwarna kemudian dengan suhu fiksasi (curing) yang berbeda 140 dan 160 untuk
mencari hasil yang optimum fiksasi pada pencapan rintang ini. Berdasarkan hasil pencapan, didapatkan hasil
pencapan pasa suhu 140 white kurang terlihat gambar motifnnya sedangkan color warna motifnya cukup
pudar tetapi berbeda dengan suhu 160 pada variasi white motif lebih terlihat dari pada suhu 140 tetapi
seharusnya masih lebih bisa di tingkatkan lagi sedangkan pada variasi color 160 warna pada motif cukup
muncul dan lebih rata dari pada suhu 140. Dapat disimpulkan semakin tinggi suhu fiksasi pasa pencapan zat
warna pigmen-reaktif rintang semakin keluar motif dan warna tetapi masih bisa di tingkatkan lagi mungkin
pada suhu 170-175. Selain itu urea dan juga binder sangat berpengaruh pada hasil pencapan sehingga dapat
di tingkatkan lagi dosis dari binder dan urea yang di pakai.
Hasil Evaluasi Pencapan Zat Warna pigmen
Djuri, Rasyid. Ir. M.Sc., dkk. Teknologi Pengelantangan, Pencapan, dan Pencapan.
InstitutTeknologi Tekstil. Bandung : 1976.
Bernard, P. C. "Textiles Fiber to Fabric" . New York: Bronx Community College City
Univercity of New York. 1983
Hasanah, Nural. “Pencapan Kain Kapas Dengan Zat Warna Pigmen” . Bandung
: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 2018