Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCAPAN 2

PENGARUH SUHU FIKSASI TERHADAP PENCAPAN RINTANG


KAIN KAPAS MENGGUNAKAN ZAT WARNA PIGMEN-REAKTIF

Disusun Oleh : Kelompok 1


Nama : Mochammad Reyhand A (20420049)
Dita Kurnia (21420026)
Nenden Dewi Srirahayu (21420028)
Devi Apriani Putri (21420033)

Grup : 3K2

Dosen : Sukirman, S.ST., MIL.

Asisten : Brilyan M. R. R., SST.


David Christian, SST.

KIMIA TEKSTIL
POLITEKNIK STTT BANDUNG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud

Untuk mengetahui dan memahami alur proses pencapan rintang pada kain kapas
dengan menggunakan zat warna pigmen-reaktif.
1.2 Tujuan

− Mengetahui proses dan cara kerja pencapan rintang kain kapas menggunakan zat
warna Pigmen-reaktif, cara menghitung kebutuhan zat yang dipakai, cara membuat
pasta pencapan, melaksanakan proses pencapan, dan mengevaluasi hasil proses
pencapan.
− Mengetahui pengaruh variasi waktu Fiksasi (curing) pada proses pencapan dengan
membandingkan ketajaman dan ketuaan warna pada hasil pencapan rintang kain kapas
dengan zat warna pigmen-reaktif.
II. Teori Dasar
2.1 Serat Kapas

Serat kapas merupakan salah satu serat yang berasal dari tanaman dengan
kandungan utama selulosa. Tanaman ini tumbuh dengan baik didaerah lembab dan
banyak disinari oleh matahari. Sifat dan kualitas kapas tergantung pada tempat tumbuh
dan berkembang. Walaupun saat ini telah banyak serat regenerasi selulosa maupun
serat buatan yang memiliki sifat merip dengan selulosa telah banyak diproduksi, kapas
tetap memegang peranan penting dalam perindustrian tekstil ± 51%.
Komposisi % pada serat % pada dinding primer
Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7 - 1.2 12
Lilin 0,4 - 1,0 7,0
Protein 1,1 - 1,9 12
Abu 0,7 - 1,6 3
Senyawa Organik 0,5 - 1,0 14

Tabel Komposisi Serat Kapas

Struktur selulosa merupakan rantai dari glukosa yang panjang dan membentuk
cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung rantai yang
mengandung aldehida yang mempunyai gugus pereduksi, sedangkan pada rantai
bagian tengah mempunyai gugus hidroksil. Bila rantai tersebut dipecah menjadi dua
atau lebih dengan suatu proses kimia maka ujung-ujung rantai akan terhapus
membentuk gugusan aldehida atau karboksilat.

Gambar 1 Struktur Selulosa Serat Kapas

Gambar 2 Membujur dan Melintang Serat Kapas


Serat kapas dapat dicelup menggunakan berbagai macam zat warna. Serat ini
merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selulosa. Gugus -OH primer
yang terdapat pada selulosa adalah gugus fungsi yang digunakan unutuk berikatan
dengan serat. Karena ia tidak tahan asam dan lebih tahan alkali, maka pencapannya
akan memberikan hasil yang bagus ketika suasananya alkali.
2.1.1 Sifat Kimia Serat Kapas
• Terhidrolisis dalam asam kuat
• Oksidator berlebih menghasilkan oksiselulosa
• Menggembung dalam larutan alkali (dimanfaatkan dalam proses
merserisasi)
2.1.2 Sifat fisika serat kapas
• Warna kapas tidak benar-benar putih, agak sedikit cream
• Kekuatan 3 gram/denier, akan meningkat 10% ketika basah
• Mulur berkisar antara 4-13% bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-rata
7%
• MR 7-8,5%
• Mudah kusut, untuk mengatasi kekusutan biasanya dicampur dengan serat
poliester
2.2 Zat Warna Reaktif Panas
Zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air. Zat warna
reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat (ikatan
kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Karena
mengadakan reaksi dengan serat selulosa, maka hasil pencapan zat warna reaktif
mempunyai ketahanan luntur yang sangat baik. Zat warna reaktif dapat digunakan pada
pencapan serat selulosa, serat protein seperti wol dan sutera. Contoh struktur jenismono
kloro triazin (MCT) sebagai berikut :

Gambar Struktur Zat Warna Reaktif Panas

Zat warna reaktif panas merupakan zat warna reakrif yang mempunyai
kereaktifan rendah, dicelup pada suhu tingi. Misalnya Procion H, Cibacron dengan
sistem reaktif monokloro triazin, remazol dengan sistem reaktif vinil sulfon. Beberapa
contoh zat warna reaktif panas antara lain Procion H, Drimarene X, Sumifik, Remazol,
Sumifik Supra dan Drimarene Cl. Zat warna Procion H dan Drimarene X yang masing-
masing mempunyai sistem reaktif triazin dan pirimidin termasuk zat warna reaktif
yang bereaksi dengan serat melalui mekanisme substitusi nukleofilik (SN)2.

Gambar mekanisme reaksi subtitusi nukleofilik (SN)2 pada fiksasi zat warna reaktif
Ket : D = Kromogen Zat Warna

Dengan laju reaksi : k. [zat warna].[sel-O-]. Jadi, dalam pencapannya


memerlukan penambahan alkali untuk merubah selulosa menjadi selulosat (anion
selulosa sebagai nukleofil)
OH
Sel-O-H Sel-O- +H2O
Semakin banyak alkali yang ditambahkan, pembentukan anion selulosanya
akan semakin banyak sehingga reaksi fiksasi semakin cepat. Secara singkat reaksi
fiksasi tersebut dapat ditulis :
D-Cl + Sel-OH D-O-Sel + HCl
D-Cl + H-O-H D-O-H
Rekasi hidrolisis ini sangat dipengaruhi oleh pH, suhu dan konsentrasi air. Jika
pH, suhu dan konsentrasi air meningkat maka reaksi hidrolisis juga semakin besar.
Namun dalam proses pencapan reaksi hidrolisis ini lebih kecil karena kenukleofilan
OH- lebih kecil dari pada Sel-O-. Zat warna reaktif remazol dengan sistem reaktif vinil
sulfon ini bereaksi dengan serat melalui mekanisme adisi nukleofilik.

Gambar reaksi fiksasi dan hidrolisis zat warna reaktif vinil sulfon

Zat warna tersebut umumnya dijual dalam bentuk sulfato etil sulfon yang tidak
reaktif dan bari berubah menjadi vinil sulfon yang reaktif setelah penambahan alkali.
Berbeda dengan jenis triazin atau pirimidin, reaksi fiksasi dan hidrolisi zat warna jenis
vinil sulfon dapat balik.
Bila dilihat dari reaksinya, zat warna ini relatif tahan terhadap alkali namun
tidak tahan asam. Sedangkan zat warna reaktif dengan sistem reaktif pirimidin dan
triazin kurang tahan alkali namun lebih tahan asam.
2.3 Pencapan Rintang
Pencapan rintang adalah proses pencapan dengan menggunakan suatu zat
perintang, baik yang bersifat rintang mekanik maupun rintang kimia, sehingga apabila
kemudian dicelup atau dicap tumpang maka bagian yang dicap rintang tidak akan
memberikan warna tumpang.
Pencapan rintang (resist/reserve printing) analog dengan pencapan etsa, yaitu
meniadakan zat warna tertentu. Dalam pencapan rintang zat warna yang akan masuk
dihalangi oleh zat perintang sehingga tidak terjadi fiksasi zat warna. Jadi dalam
pencapan rintang kain dicap dulu dengan pasta yang mengandung zat perintang,
kemudian dicelup dengan zat warna yang tidak tahan zat perintang. Apabila kedalam
pasta cap ditambahkan zat warna disebut rintang warna, apabila tidak ditambahkan zat
warna disebut rintang putih.
Setelah dicap dengan pasta yang diberi zat perintang, kain keseluruhan
kemudian diwarnai (dicelup pad atau dicap blok) menggunakan zat warana yang tidak
tahan terhadap zat perintang tadi, sehingga tidak terjadi fiksasi. Jenis zat perintang
dapat bekerja secara kimia dan fisika :
• Zat perintang yang ditambahkan dapat bekerja secara fisika, secara
kimia atau keduanya. Zat perintang yang bekerja secara fisika misalnya lilin ( wax
), lemak, resin, pengental dan pigmen seperti kaolin, ZnO, TiO2, atau BaSO4.
• Zat perintang yang bekerja secara kimia termasuk bermacam-macam
zat kimia seperti asam, alkali, garam, zat pengoksidasi, dan zat pereduksi.
Pemberian warna dasar pada kain yang sudah dicap dengan pasta rintang harus
secepat mungkin, supaya zat perintang tidak larut. Untuk pencapan dipergunakan
padder ( nip padding ) yang dapat mengurangi waktu kontak dan menghindarkan
bleeding dari zat perintang.
Pencapan rintang secara kimia ialah menggunakan suatu zat kimia yang
dicampurkan kedalam pasta cap, berfungsi untuk merusak zat warna yang dicelup atau
dicap kemudian. Sehingga zat warna tersebut tidak mempunyai afinitas lagi atau tidak
bereaksi dengan serat, menghasilkan efek rintang putih yang diinginkan.
Secara garis besar mekanisme pencapan rintang kimia dimuali dari kain dicap
menggunakan pasta cap yang mengandung zat perintang dan zat warna yang tahan zat
perintang. Pembangkitan untuk warna dasar dan warna motif dapat dilakukan dengan
pengukusan atau udara panas. Pada pembangkitan ini warna dasar akan terjad fiksasi,
pada motif warna dasar ini akan terhalangi fiksasinya oleh zat perintang, sehingga pada
motif hanya terjadi fiksasi yang dicapkan semula. Proses ini terjadi pada pencapan
rintang kimia. Ada dua jenis pencapan rintang secara kimia :
1) Pencapan rintang putih
Maksud pencapan rintang putih adalah menghalangi terjadinya warna pada
bagian motif dengan jalan mecap bahan putih dengan pasta perintang. Setelah
pencapan atau pencapan tumpang maka bagian yang dicap rintang akan tetap berwarna
putih.
2) Pencapan rintang berwarna
Maksud pencapan rintang berwarna adalah menghalangi terjadinya warna
dasar pada bagian motif dengan jalan mencap dengan pasta cap yang mengandung zat
warna dan zat perintang, sehingga warna tidak dapat timbul pada bagian
motif.Pencapan rintang secara mekanik telah lama dikenal di Indonesia, yang
dikenalsebagai proses pembatikan yang menggunakan perintang lilin atau malam.
Pencapan motif menggunakan pasta yang terdiri dari zat warna dan zat perintang
fisika seperti resin, kemudian difiksasi. Pada proses fiksasi ini juga akan terjadi
polimerisasi dari resin. Kemudian kain selulosa dilakukan pencapan atau cap blok
untuk warna dasar dengan zat warna lainnya atau sejenis dengan zat warna.
2.4 Pencapan Kapas dengan Zat Warna Pigmen
Pencapan dengan zat warna pigmen dapat digunakan padasemua jenis serat.
Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitasterhadap serat, maka fiksasinya ke
dalam serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder. Kekuatan ikatan antara
zat warna pigmendengan serat tergantung pada daya ikat dari
binder yang digunakan.

Oleh karena sifat fiksasi zat warna pigmen yang demikian, maka zatwarna
pigmen dapat diaplikasin pada semua jenis serat termasuk serat-serat gelas. Ditinjau
dari segi ekonomis, metoda pencapan zat warna pigmen sangat sederhana dan
murah. Proses pencucian yangdimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa zat
warna, pengental danzat-zat pembantu, tidak diperlukan pada metoda pencapan
pigmen.Oleh sebab itu metoda ini sangat luas digunakan dalam industri.

Pengental emulsi dibagi dua jenis, yaitu emulsi air dalamminyak (w/o) dan
emulsi minyak dalam air (o/w). Emulsi air dalamminyak adalah air merupakan fasa
terdispersi dan minyak sebagaimedium terdispersi. Emulsi minyak dalam air adalah
minyakmerupakan fasa terdispersi dan air sebagai medium pendispersi.kesuksesan
system pencapan pigmen didasarkan pada tigakomponen yang sama penting yaitu,
dispersi pigmen, binder dan zat pengikat silang, pengental dan zat pembantu untuk
mendapatkan sifat-sifat yang disyaratkan.

Dalam perkembangannya, saat ini sudah banyak diproduksiselain zat warna


pigmen sintentik juga binder sintentik yang lebihmenjamin hasil cap sesuai
keinginan. Demikian pula halnya dengan penggunaan pengental, dari mulai
pengental alam berkembang menjadi pengental emulsi air dalam minyak (w/o),
kemudian emulsi minyakdalam air (o/w) dan pada akhirnya pengental sintetis.
Komponen pastacap pigmen didasarkan pada tiga hal penting, yaitu : dispersi zat
warna pigmen, binder dan zat pembantu ikatan silang, serta pengetal yangsesuai.
Hasil pencapan pigmen yang baik ditandai dengan tingkatkecerahan yang tinggi,
sifat pegangan yang tidak kaku dan sifat dayaketahanan yang tinggi terhadap gosok
dan pencucian.

Binder merupakan zat kimia yang berperan penting dalam proses pencapan
dengan zat warna pigmen untuk meningkatkan dayaketahanan luntur warna. binder
adalah suatu zat yang akan membentuklapisan tipis yang terbuat dari makromolekul
rantai panjang yang padasaat diaplikasikan pada tekstil berwarna.

Zat warna pigmen adalah zat warna yang tidak larut dalam
air,diperdagangkan dalam bentuk terdispersi kerap disebut juga emulsi pigmen.
Terutama dibuat dari bahan baku sintetis, selain tersediacukup banyak warna-warna,
untuk pigmen putih digunakan bahandasar titanium dioksida, campuran kupro dan
alumunium untuk warnametalik serta besi oksida untuk mendapatkan warna
kecoklatan.

Dalam melakukan pemilihan zat warna pigmen yang pentingdiperhatikan


selain harganya juga sifat-sifat ketahanan lunturnya,kecerahannya dan kekuatan
pewarnaannya. Pasta cap yang digunakan sebaiknya mempunyai sifat reologi seperti
plastik, dapat dipindahkan pada tekstil dengan mudah tetapi penetrasinya terbatas.
Jika terjadi perakelan pasta akan mengencer dan setelah perakelan kembalimenjadi
solid pada permukaan kain, sehingga tidak berpenetrasi lebih jauh ke dalam tekstil
hanya tinggal di permukannya saja, sehinggamenghasilkan tingkat pewarnaan yang
lebih baik. Pada penggunaan pengental dispersi, untuk menghindari ketidakrataan
warna pada pencapan kain-kain halus dan kain-kainhidrofob dan juga terjadinya
screen fram marks, dapat dikombinasikan dengan pengental koloid (misal dari jenis
eter selulosa) yang mengurangi efek pecahnya lapisan pasta cap. Namun demikian
perlutetap diperhatikan efek pegangan kaku jika penambahan pengentalkoloid
semakin besar.

Keuntungan dari zat warna pigmen adalah:

- Pencapan pigmen ekonomis karena tidak perlu dilakukan pencucian setelah fiksasi,
pengambilan contoh cepat dan tidakmemerlukan waktu yang lama.

- Dapat dilakukan pada semua jenis bahan.


- Pewarnaan tidak mempunyai banyak masalah.

- Lebih ramah lingkungan karena tidak ada proses pencucian.

Kerugian dari zat warna pigmen adalah:

- Hasil celup relatif kaku (apabila tanpa menggunakan softener)

- Tahan luntur tergantung dari konsentrasi dan jenis binder.-

- Zat warna hanya menempel pada permukaan kain saja dan


tahanterhadap gosokan jelek.

Pigmen terdiri dari beberapa macam :

- Endapan zat warna kation (lakes).

Zat warna basa yang bersifat kation diendapkan suatu anionmisalnya asam
fostungs molidat akan memberikan endapan.

- Endapan zat warna anion

Zat warna anion diendapkan dalam barium, endapan garamlogam tersebut


tahan terhadap pelarut organik tetapi biasanya tahanlunturnya kurang baik
terhadap asam dan alkali.

- Komplek logam.

Adalah senyawa gabungan atau senyawa kordinat, dimanamolekul zat warna


yang mengandung atom oksigen atau nitrogenmampu memberikan elektron
kepada atom logam.

- Senyawa netral bebas logam

Merupakan jenis pigmen yang paling banyak dipakai dan berasal dari
sebagian besar zat warna monoazo, diazo dan beberapadari golongan azina,
indigo dan antrakinon sehingga warnanyamelengkapi seluruh warna spektrum.

Zat warna pigmen tidak mempunyai afinitas terhadap semuaserat oleh karena
itu maka diperlukan zat pengikat (binder) yang akanmembentuk lapisan film
yang sangat tipis diatas bahan dan membentukikatan dengan serat. Syarat zat
pengikat antara lain:

• Gugus reaktif dapat mengadakan ikatan dengan serat


• Daya kohesi adesi pada substrat

• Tidak berwarna dan stabil

• Daya tahan terhadap hidrolisa terhadap pelarut

Tahan terhadap zat kimia, panas dan cuaca.Binder mempunyai gugus reaktif
dalam kopolimer yang akanmembentuk ikatan silang (cross linking) antar molekul-
molekulkopolimer atau dengan hidroksi, amino dan gugus lainnya dari serat pada
saat proses curing. Reaksi ikatan silang membutuhkan suhu tinggidan katalis yang
bersifat asam. Katalis yang banyak digunakan pada pencapan dengan zat warna
pigmen adalah diamonium posfat. Reaksi ikatan silang dari binder terjadi pada
kondisi asam yang dapatdigambarkan sebagai berikut :

Reaksi antara binder dengan serat dapat digambarkan sebagai berikut:

Hasil pencapan zat warna pigmen yang baik ditandai dengantingkat


kecerahan yang tinggi, sifat pegangan yang tidak kaku, dansifat daya tahan yang
cukup tinggi terhadap pencucian, kurang baikterhadap gosokan.

Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi kecepatanreaksi tanpa


zat tersebut ikut bereaksi mekanismenya pembentukanikatan sialang tiga dimensi
diperlukan suasan asam dan suhu tinggi, danasam ini diperoleh dari katalisator.

Penggunaan katalisator harus optimum karena bila kurang maka proses


polimerisasi tidak sempurna. Pengental digunakan untuk mendapatkan kekentalan
pasta cap pada kain atau memindahkan/melekatkan pasta cap pada kain. Sebagai
penetrasi yang baik dan motif yang tajam
Syarat pengental :
✓ Stabil selama proses pencapan
✓ Tidak berwarna maupun mewarnai bahan tekstil serta tidak bereaksi dengan zat
warna.
✓ Mudah kering dan tidak menimbulkan busa.
✓ Dapar menahan resapan larutan/uap air sehingga diperoleh motif yang tajam.
✓ Dapat memindahkan zat warna sebanyak mungkin ke bahan tekstil
✓ Dapat bercampur dengan baik dengan zat pembantu tekstillainnya dan tidak
mengadakan reaksi/antaraksi.
✓ Mudah dihilangkan pada pencucian.
✓ Daya rekat yang baik.

Pengental ada beberapa macam : alam, sintetik, modifikasi, emulsi,dan semi emulsi.
BAB II
PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan

a. Alat
- Rakel Rakel
- Screen
- Kain lap
- Pengaduk
- Gelas plastik
- Gelas ukur
- Timbangan analitik
- Mixer
- Mesin stenter
- Nampan
b. Bahan
− Kain Kapas
− Zat warna pigmen (procion)
− DAP (katalis)
− Pengemulsi
− Binder
− Alginat
− NaHCO3
− Urea
− Zat warna reaktif Vinil Sulfon
− Zat anti reduksi
− Teepol
− Na2CO3

2.2 Fungsi Zat


- Zat warna pigmen untuk mewarnai motif pada kain kapas.
- Urea sebagai zat higroskopis yang menjaga kelembaban pada pasta cap.
- Natrium bikarbonat memberi suasana alkali pada pasta cap dan membantu fiksasi
zat warna reaktif pada kapas.
- Pengental alginat sebagai medium perekatan zat warna.
- Zat anti reduksi sebagai zat yang mencegah terjadinya reduksi zat warna pada saat
proses pencapan.
- Teepol sebagai zat pencucian setelah pencapan dilakukan.
- Na2CO3 sebagai zat pembawa suasana alkali dan menghilangkan zat warna sisa di
permukaan.
- DAP sebagai katalis

2.3 Diagram Alir


Pencapan kain kapas dengan Zat Warna Pigmen menggunakan diagram alir
sebagaiberikut.

Persiapan Pasta Cap

Print Rintang Warna


Print Rintang Putih

Drying

Blok ZW Vinil Sulfon

Drying

Curing

Washing

2.4 Langkah Kerja


➢ Permbuatan pegental induk
a. Pengental alginat bubuk ditimbang sesuai kebutuhan,sementara air hangat untuk
pembuat pembuat pengental disiapkan sesuai kebutuhan
b. Pengental alginat yang sudah ditimbang,dimasukkan kedalam ember lalu di
ditambahkan air hangat dikit demi sedikit dikocok dengan mixer sampai terbentuk larutan
yang kental.
➢ Pembuatan pasta cap rintang
a. Persiapkan alat dan bahan terlebih dahulu
b. Zat yang digunakan ditimbang sesuai kebutuhan
c. Pilih Zat warna pigmen lalu timbang sesuai kebutuhan
d. Tambahkan Urea aduk sampai larut ,setelah larut tambahkan DAP dan NaHCO3
e. Timbang pengental sesuai kebutuhan,lalu aduk sampai tercampur
f. Setelah teraduk rata maka pasta cap siap digunakan
➢ Pencapan
a) Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna dan
konstan pada meja cap.
b) Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan dicap
c) Dengan bantuan rakel, pasta cap dituangkan pada screen pada bagian pinggir kasa
(tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan.
d) Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian dilakukan proses pencapan
dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel.
e) Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar dapat
mendorong zat warna masuk ke motif.
f) screen dilepaskan ke atas.
i) Setelah selesai, keringkan pasta zat warna pada kain.
➢ Pembuatan pasta blok
a. Persiapkan alat dan bahan terlebih dahulu
b. Zat yang digunakan ditimbang sesuai kebutuhan
c. Pilih Zat warna reaktif vinil sulfon lalu timbang sesuai kebutuhan
d. Tambahkan Urea aduk sampai larut ,setelah larut tambahkan NaHCO3
e. Timbang pengental sesuai kebutuhan,lalu aduk sampai tercampur
f. Setelah teraduk rata maka pasta cap siap digunakan
➢ Pencapan
a) Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna dan
konstan pada meja cap.
b) Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan dicap
c) Dengan bantuan rakel, pasta cap dituangkan pada screen polos pada bagian pinggir
kasa secara merata pada seluruh permukaan.
d) Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian dilakukan proses pencapan
dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel.
e) Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar dapat
mendorong zat warna masuk.
f) screen dilepaskan ke atas.
g) Setelah selesai, keringkan pasta zat warna pada kain.
h) Setelah kain yang telah di cap kering lalu di fiksasi dengan cara curing
berdasarkan variasi waktu yang ditetapkan.
k) Setelah kain dilakukan proses fiksasi selanjutnya kain di cuci dingin,cuci
panas, cuci sabun.
l) Setelah dicuci sabun maka bahan dibilas dan dikeringkan seta dievaluasi.

2.2 Resep Standar


Resep Pencapan Rintang ResepPencucian
Zat warna Pigmen 20 g Pembasah 1 g/l
DAP 1:2
Pengemulsi 700 g Na2S2O4 1 g/l
Urea 100 g
Binder 100 g Na2CO3 1 g/l
Balance x gram
Resep Pasta Blok Waktu, Suhu 15’,
Zat warna reaktif 20 g 90oC
Vinil Sulfon
Urea 90 g
NaHCO3 20 g
Pengental alginate 600 g
Zat anti reduksi 10 g
Balance x gram

2.6 Variasi Resep

Orang ke- Rintang Suhu Fiksasi


(Curing)
1 Colour 140°C

2 Colour 160°C

3 White 140°C

4 White 160°C

2.7 Perhitungan Resep


1. Perhitungan Pasta Cap Rintang
Zat Warna Pigmen = 20
1000
𝑥100 = 2 g

DAP = 10
𝑥100 = 1 g
1000
Urea = 100 𝑥100 = 10 g
1000

Pengemulsi = 700 𝑥100 = 35 g


1000
100
Binder = 𝑥100 = 1 g
1000

Balance = 16 g
2. Perhitungan Pasta Cap Blok
Zat Warna Reaktif Vinil Sulfon = 20
𝑥100= 2 g
1000

Urea = 100
𝑥100 = 10 g
1000

Pengental = 600 𝑥100= 60 g


1000
2𝑜
NaHCO3 = 𝑥100= 2 g
1000

Zat Anti Reduksi = 1𝑜 𝑥100= 1 g


1000

Balance = 25 g
3. Perhitungan Cuci Reduksi
Jumlah larutan = 300 ml

Teepol = 1 𝑥500 = 0,5 ml


1000
1
Na2CO3 = 𝑥500 = 0,5 g
1000
Kebutuhan air = 500 ml – 0,5 ml = 499,5 ml
2.8 Hasil Praktikum

NO. Variasi Hasil Uji

1 Colour, Suhu
Curing
140°C

2 Colour, Suhu
Curing
160°C

White, waktu
3
Curing
140°C

4 White, waktu
Curing
160°C
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Diskusi
Pada proses pencapan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti penggunaan zat yang
dipakai, kekentalan pasta cap, tekanan pada saat merakel dan ketepatan untuk menempatkan posisi motif
sehingga dapat menghasilkan motif yang baik. Zat warna yang digunakan yaitu zat warna pigmen yang
merupakan zat warna yang tidak mempunyai gugus pelarut atau gugus yang dapat berikatan dengan serat,
sehingga diperlukan zat pengikat (binder) untuk menempelkan zat warna pada kain.
Karena sifatnya yang hanya menempel saja maka hasil yang diperoleh mempunyai efek kaku. Pada faktor
kekentalan pasta cap, praktikan harus memperhatikan banyaknya pengental dan air yang ditambahkan
sehingga memperoleh viskositas pasta cap yang sesuai. Jika viskositas pasta cap rendah, zat warna pada
hasil pencapan akan keluar dari motif (overlap). Jika viskositas pasta cap terlalu tinggi dapat menyebabkan
ketidakrataan warna pada motif karena sulitnya pasta melewati lubang-lubang kasa. Kemudian, tekanan
pada saat merakel juga perlu diperhatikan karena jika terdapat perbedaan tekanan pada saat pencapan, hasil
ketuaan dan kerataan pada kain pun juga akan berbeda. Posisi motif juga akan mempengaruhi hasil
pencapan, dimana posisi kain harus diam pada satu tempat dan kasa juga tidak boleh bergeser saat perakelan
pasta cap. Praktikum pencapan zat warna pigmen-reaktif rintang ini pada saat proses blok dapat
menggunakan cara padding ataupun cap biasa, kelompok kami memilih cara cap biasa. Percapan ini dengan
variasi kain white dan berwarna kemudian dengan suhu fiksasi (curing) yang berbeda 140 dan 160 untuk
mencari hasil yang optimum fiksasi pada pencapan rintang ini. Berdasarkan hasil pencapan, didapatkan hasil
pencapan pasa suhu 140 white kurang terlihat gambar motifnnya sedangkan color warna motifnya cukup
pudar tetapi berbeda dengan suhu 160 pada variasi white motif lebih terlihat dari pada suhu 140 tetapi
seharusnya masih lebih bisa di tingkatkan lagi sedangkan pada variasi color 160 warna pada motif cukup
muncul dan lebih rata dari pada suhu 140. Dapat disimpulkan semakin tinggi suhu fiksasi pasa pencapan zat
warna pigmen-reaktif rintang semakin keluar motif dan warna tetapi masih bisa di tingkatkan lagi mungkin
pada suhu 170-175. Selain itu urea dan juga binder sangat berpengaruh pada hasil pencapan sehingga dapat
di tingkatkan lagi dosis dari binder dan urea yang di pakai.
Hasil Evaluasi Pencapan Zat Warna pigmen

Rintang Suhu Ketuaan Ketajaman Kerataan


Fiksasi (Curing)
Warna Motif Warna
Colour 140°C 3 5 3
Colour 160°C 4 5 3
White 140°C 3 4 3
White 160°C 4 4 3
2. Kesimpulan
Dari data dan pembahasan yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa sampel yang
memiliki nilai ketajaman motif, kerataan warna, dan ketuaan warna optimum yang baik
dihasilkan pada suhu paling tinggi dengan lama fiksasi curing adalah 160°C pada pencapan
rintang berwarna.
Daftar Pustaka

Djuri, Rasyid. Ir. M.Sc., dkk. Teknologi Pengelantangan, Pencapan, dan Pencapan.
InstitutTeknologi Tekstil. Bandung : 1976.

Solihima, Astini. S. Teks. Pedoman Praktikum Teknologi Pengelantangan, Pencapan


danPencapan. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung : 1978.

Muhammad Ichwan, A.T. mM.Eng Rr Wiwiek Eka Mulyani, S,ST.,M.T Pedoman


PraktikumPencapan 2

Bernard, P. C. "Textiles Fiber to Fabric" . New York: Bronx Community College City
Univercity of New York. 1983

Lubis, Arifin ,dkk., “Teknologi Pencapan Tekstil”. Bandung : Institut Teknologi


Tekstil, 1998

Djufri, Rashid, Ir., dkk, “Teknologi Pengelantangan, Pencapan, danPencapan”.


Bandung : Institut Teknologi Tekstil, 1976

Purwanti, dkk, “Pedoman Praktikum Pencapan dan Penyempurnaan”. Bandung :


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 1978

Hasanah, Nural. “Pencapan Kain Kapas Dengan Zat Warna Pigmen” . Bandung
: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 2018

Anda mungkin juga menyukai