Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR PROSES

DAN LIMBAH TEKSTIL

Nama : Dita Kurnia

NPM : 21420026

Grup : 3K2

Dosen : Eka Oktariani, S.ST., M.T.

Witri A. S., S.ST.,M.Tr.T


Anisa Intanika S, K., S.T

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2023
BAB I
ANALISIS KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA DALAM AIR LIMBAH

1.1 Maksud dan Tujuan


 Maksud
Menganalisa kebutuhan oksigen kimia atau COD (Chemical Oxygen Demand) dalam
air limbah.
 Tujuan
Mengetahui kebutuhan oksigen kimia atau kebutuhan oksigen yang berasal dari zat
kimia.
1.2 Teori Dasar
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan salah satu parameter kunci yang
digunakan terutama untuk mengetahui besaranya tingkat pencemaran bahan organik dalam
perairan umum. Semakin besar nilai COD suatu contoh air, semakinbesar pula tingkat
pencemaran yang terjadi pada perairan umum tersebut.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah besaran
yang menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasizat kimia dalam
air limbah secara kimiawi menggunakan oksidator kuat kalium dikromat atau kalium
permanganat atau dapat dikatakan pula KOK adalah jumlahoksidan Cr 2O72- yang bereaksi
dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai MgO 2 untuk tiap 1000 mL contoh uji. Zat-zat
organik diurai oleh campuran kromat danasam sulfat yang dirubah menjadi CO2 dan air.
Prosedur pengujiannya adalahdengan menambahkan kalium dikromat standar, asam sulfat
yang sudahditambahkan perak sulfat, dan sejumlah contoh uji dengan volume terukur
kedalam erlenmeyer. Kemudian dipasang kondensor diatasnya dan direfluks selama 2 jam.
Pada pengujian kebutuhan oksigen kimia dalam contoh air dengan refluks terbukasecara
titrimetri menggunakan standar fero amonium sulfat. Pada prinsipnyametode pengerjaan
kedua cara tersebut hampir sama, yaitu menggunakan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7)
dalam H2SO4 yang bertindak sebagai zatpengoksidasi kuat dan perat sulfat (Ag2SO4) yang
berfungsi sebagai katalis danpengoksidasian zat-zat organik dalam contoh air pada metode
titrimetri, setelahdirefluks selama 2 jam sisa dikromat dititrasi dengan feroamonium sulfat.
 Keuntungan dari analisa COD antara lain:
- Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD5
memerlukan 5 hari.
- Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l tidak dibutuhkan pengenceran sampel,
sedangkan pada umumnya analisa BOD selalu membutuhkan pengenceran.
- Kelebihan dan ketepatan tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD.
- Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD, tidak
menjadi soal pada tes COD.
 Kekurangan dari analisa COD antara lain:
Tes COD hanya merupakan suatu analisis yang menggunakan suatu reaksi oksidasi
kimia yang menentukan/menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam),
sehingga merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas maka tes COD
tidak dapat membedakan antara zat – zat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat
yang teroksidasi secara biologis.

1.3 Alat dan Bahan


1. Alat
• Refluks
• COD reaktor
• Buret 50 ml
• Pipet volume 1 ml
• Labu ukur 100 ml
2. Bahan
• Contoh uji
• K2Cr2O7 0.25N
• H2SO4 pekat
• K2Cr2O7 0.1 N
• Indikator feroin
• Aquades
• Larutan FAS
1.4 Langkah Kerja
 Pembuatan Contoh Uji
1. Contoh uji dilakukan pengenceran sebanyak 1000 kali dan dihomogenkan didalam
labu ukur 100 ml.
2. Contoh uji dipipet sebanyak 2.5 ml ke dalam tabung COD.
3. Contoh uji ditambahkan K2Cr2O7 0.25N sebanyak 1.5 ml dan H2SO4 pekat
sebanyak 3.5 ml.
4. Tabung COD dimasukkan ke dalam COD reaktor dengan suhu 150oC selama2 jam.
5. Sampel dipindahkan ke dalam erlenmeyer.
6. Pipet 5ml K2Cr2O7 0.1 N ke dalam erlenmeyer.
7. Ditambahkan H2SO4 biasa sebanyak 1 ml.
8. Tambahkan 2 tetes indikator feroin hingga agak kehijauan.
9. Contoh uji dititrasi dengan FAS hingga berwarna merah coklat.
 Pembuatan Blanko
1. Siapkan alat-alatnya seperti tabung uji COD reaktor, COD reaktor, ball filler,pipet
ukur, dan rak tabung reaksi.
2. Pipet larutan K2Cr2O7 (Kalium dikromat) 1,5 ml ke tabung uji COD reaktor.
3. Lalu tambahkan H2SO4 COD 3,5 ml ke tabung uji COD reactor yang berisilarutan
4. K2Cr2O7 (Kalium dikromat).
5. Setelah itu, tutup tabung uji COD reaktor yang berisi larutan lalu homogenkan.
6. Buat larutan blanko-nya sebanyak 2 tabung.
7. Masukkan tabung uji COD reaktor ke mesin COD reaktor dengan suhu 150°C
selama 2 jam.
 Pembuatan Standarisasi FAS
1. Siapkan alat-alatnya seperti Erlenmeyer tutup asah (non tutup asah boleh), pipet
ukur, ball filler, klem, statif, buret, corong kaca, gelas kimia, kertas putih, alat
tulis, dan buku.
2. Pipet larutan K2Cr2O7 (Kalium dikromat) 0,1 N sebanyak 5 ml dan masukkan ke
Erlenmeyer.
3. Tambahkan juga larutan H2SO4 (Asam sulfat) non COD (pekat) sebanyak 2 ml.
4. Lalu tambahkan 2 tetes indikator feroin ke Erlenmeyer yang berisi larutan tadi.
5. Untuk buretnya berisi larutan FAS sebanyak kapasitas buret yang digunakan.
6. Masukkan larutannya gunakan corong kaca. Letakkan kertas putih di bawah
buret untuk mendeteksi warna titrasi
7. Selanjutnya lakukan titrasi secara duplo. Warna asalnya kuning, nanti ketika
titrasi perlahan menjadi hijau. Dari hijau perlahan warna titik akhir titrasinya
menjadi coklat (coklat mirip merah bata berdasarkan percobaan).
8. Ketika sudah sampai titik akhir titrasi, lihat volumenya berhenti pada angka
berapa dan tulis di buku untuk perhitungan nanti. Selisih antara standarisasi 1
dan standarisasi 2 adalah 0,1 (disarankan).
1.5 Data Percobaan
1. Standarisasi Ferroamonium Sulfat
Titrasi Ke- Volume Ferroamonium Sulfat (ml)
1 13,1
2 13,2
3 13
Rata-rata 13,1

2. Data Titrasi
Kelompok Pengencaran Titrasi 1 Titrasi 2
100x 8,6 8,4
10.000x 10,9 11
1
Blanko 11,3
100x 7,9 8
10.000x 11 11,1
2
Blanko 11,1
100x 8,4 6,9
10.000x 11,6 11,3
3
Blanko 11,7

1.6 Perhitungan
 Standarisasi FAS
V1 x N1 = V2 x N2
5 x 0,1 = 13,1 x N2

0,5 = 0,0381 N
N2 = 13,1

 Perhitungan COD

(𝑚𝐿 𝑡+𝑡𝑟𝑎𝑠+ 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜–𝑚𝐿 𝑡+𝑡𝑟𝑎𝑠+ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁 𝐹𝐴𝑆 𝑥 =000𝑥𝐹𝑃


COD = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜@ 𝑢j+

 Pengenceran 100x (1)

(𝑚𝐿 𝑡itar 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜–𝑚𝐿 𝑡itar 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁 𝐹𝐴𝑆 𝑥 8000𝑥𝐹𝑃


COD = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜h 𝑢ji

(11,7−8,4) 𝑥 0,0381 𝑥 8000𝑥100


COD = 2,5

COD = 40.233,6 mgO2/l

 Pengenceran 100x (2)

(𝑚𝐿 𝑡itar 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜–𝑚𝐿 𝑡itar 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁 𝐹𝐴𝑆 𝑥 8000𝑥𝐹𝑃


COD = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜h 𝑢ji

(11,7−6,9) 𝑥 0,0381𝑥 8000𝑥100


COD = 2,5

COD = 58.521,6 mgO2/l

 Pengenceran 10.000x (1)

(𝑚𝐿 𝑡itar 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜–𝑚𝐿 𝑡itar 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁 𝐹𝐴𝑆 𝑥 8000𝑥𝐹𝑃


COD = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜h 𝑢ji

(11,7−11,6) 𝑥 0,0381𝑥 8000𝑥10000


COD = 2,5

COD = 121.920 mgO2/l

 Pengenceran 10.000x (2)

(𝑚𝐿 𝑡itar 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜–𝑚𝐿 𝑡itar 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁 𝐹𝐴𝑆 𝑥 8000𝑥𝐹𝑃


COD = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜h 𝑢ji

(11,7−11,3) 𝑥 0,0381𝑥 8000𝑥10000


COD = 2,5

COD = 487.680 mgO2/l

 Rata-rata Pengenceran 100x


40.233,6 + 58.521,6 = 98.755,2 : 2 = 49.377,6 mgO2/l
 Rata-rata Pengenceran 10.000x
121.920 + 487.680 = 609.600 : 2 = 304.800 mgO2/l
1.6 Pembahasan
Pada pengujian COD ini pertama-tama dilakukan standarisasi FAS karena memunkinkan
terjadi perubahan nilai standarisasi akibat beberapa faktor. Hasil standarisasi FAS yang di dapat
yaitu 0,0381 N. Kemudian pasa pengujian COD ini dilakukan secara duplo dengan 2 pengenceran
yaitu 100x dan 10.000x. Pengujian COD ini praktikan menggunakan air limbah kelompok 3 yang
didapatkan di lab pencelupan Politeknik STTT Bandung, mendapatkan hasil COD pasa
pengenceran 100x (1) sebesar 40.233,6 100x (2) sebesar 58.521,6 dengan rata-rata 49.377,6
mgO2/l. Sedangkan pada pengenceran 10.000x (1) sebesar 487.680 dan 10.000x (2) sebesar
487.680 dengan rata rata 304.800 mgO2/l. Dapat di lihat data yang di dapat terdapat kejanggalan
dari hasil data tersebut dimana nilai COD pda pengenceran 10.000x lebih besar di banding 100x
padahal seharusnya pada pengenceran yang paling kecil lah nilai COD itu besar tetapi pada kasus
kali ini yang terjadi adalah sebaliknya, karena pada pengenceran 100x limbah yang terkandung
pasti lebih besar dari pengenceran 10.000x yang sudah tidak terlalu pekat. Menurut saya mungkin
faktor yang dapat berpengaruh adalah pada saat membuat pengenceran karena pada saat pembuatan
pengenceran 10.000x memakai larutan hasil pengenceran 100x sehingga pengencerannya tidak
akurat atau tidak valid atau ada faktor lain yang membuat larutan terkontaminasi. Sehingga dapat di
lihat pada data di atas jika di sandingkan dengan baku mutu PERMEN LMK no 68 tahun 2016
dengan nilai COD 100mg/l limbah kelompok 3 masih sangat jauh dari standar tersebut sehingga
diharuskan untuk di olah kembali untuk kemudian dibuang.

1.7 Kesimpulan
Rata-rata nilai COD 100x kel 3 = 49.377,6 mgO2/l
Rata-rata nilai COD 10.000x kel 3 = 304.800 mgO2/l
BAB II
ANALISA ZAT PADAT PADA LIMBAH TEKSTIL

1.1 Maksud dan Tujuan

 Maksud
Menganalisa zat padat di dalam air limbah.
 Tujuan
Mengetahui cara melakukan analisa padatan total di dalam air limbah,termasuk
padatan total yang menguap dan padatan total yang terikat.
1.2 Teori Dasar
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali
tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya
dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya
sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu
tertentu. Adanya batasan kadar dan jumiah bahan beracun dan berbahaya pada suatu
ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam
jumiah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan
lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya
telah ditetapkan nilai ambang batasnya. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.

a. Zat Padat
Analisa zat padat dalam air sangat penting untuk perencanaan pengolahanair
buangan industri. Dalam metode analisa zat padat, yang dimaksud dengan zat
padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu, jika suatu zat
dikeringkan pada temperature tertentu. Adapun pengukuran solid dalam
airdibedakan atas : Total Solid (TS), Total Suspended Solid (TSS), Total
Dissolved Solid(TDS), Fixed Total Solid (FTS), Fixed Suspended Solid (FSS),
Fixed Dissolved Solid (FDS),Volatile Total Solid (VTS), Volatile Suspended
Solid (VSS), Volatile Dissolved Solid(VDS).Pada percobaan kali ini, kita
hanya akan membahas mengenai Total Solid (TS), Total Suspended Solid
(TSS), Total Dissolved Solid (TDS)
b. Total Solid
Total padatan (total solids) adalah semua bahan yang terdapat dalam contoh
airsetelah dipanaskan pada suhu 103°-105°C selama tidak kurang dari 1 jam.
Bahan initertinggal sebagai residu melalui proses evaporasi. Total solid pada air
terdiri dari total padatan terlarut (total dissolved solids) dan total zat
padattersuspensi (total suspended solids)
c. Padatan Tersuspensi
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total adalah residu dari padatan
total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebihbesar dariukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air
akibat padatan tidak terlarutdan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri
daripartikel-partikel yang ukuran maupun beratnyalebih kecil dari sedimen,
misalnyatanah liat, bahan-bahan organik tertentu,sel- selmikroorganisme, dan
sebagainya. TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal
dan dapat menghalangikemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
Penetrasicahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak
berlangsung efektif akibatterhalang oleh zat padat tersuspensi,sehingga
fotosintesis tidak berlangsung sempurna. TSSumumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusiuntukkekeruhan dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.Oleh
karena itu nilai kekeruhan tidakdapat dikonversi ke nilai TSS.
d. Total Disolved Solid
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupunanorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan
jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau samadengan milligramper
liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut
dalam air (larutan) harus dapatmelewati saringan yang berdiameter
2micrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umumdigunakan adalah untuk
mengukur kualitas cairan pada pengairan, pemeliharaan aquarium,kolam
renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dan lain-lain. Total
padatanterlarut (TDS) juga dapat diartikansebagai bahan dalam contoh air yang
lolos melaluisaringan membran yangberpori 2,0 m atau lebih kecil
dandipanaskan 180°C selama 1 jam.Total dissolved solids yang terkandung di
dalam air biasanya berkisar antara 20 sampai1000mg/L. Pengukuran total
solids dikeringkan dengan suhu 103 sampai 105°C. Digunakan suhuyang lebih
tinggi agar air yang tersumbat dapat dihilangkan secara mekanis.

1.3 Alat dan Bahan


1. Alat
- Cawan
- Kertas saring
- Oven
- Eksikator
- Labu ukur
- Neraca analitik
- Penangas air
2. Bahan
- Sampel air limbah
- Aquadest
1.4 Langkah Kerja
 Zat Padat Total (TS)
1. Cawan kosong yang telah dibersihkan dipanaskan di dalam ovendengan temperature
105oC selama 60 menit.
2. Cawan didinginkan selama 15 menit di dalam eksikator lalu ditimbangdengan teliti.
3. Contoh uji dihomogenkan kemudian diambil dengan labu ukursebanyak 50ml.
4. Contoh uji dituangkan ke dalam cawan dan dikeringkan di ataspenangas air hingga tidak
tersisa air.
5. Cawan dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 105oC selama1 hari hingga
kering sempurna.
6. Cawan kemudian didinginkan di dalam eksikator selama 15 menit,kemudian ditimbang
dengan teliti.
 Zat Padat Tersuspensi (TSS)
1. Kertas saring dipanaskan di dalam oven dengan suhu 105oC selama 60 menit
2. Kertas saring didinginkan di dalam eksikator selama 15 menit laluditimbang dengan
teliti.
3. Contoh uji dihomogenkan kemudian diambil dengan labu ukur sebanyak 50 ml.
4. Contoh uji disaring menggunakan kertas saring yang telah diletakkan diatas corong.
5. Kertas saring dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 105oCselama 1 hari
hingga kering sempurna.
6. Kertas saring kemudian didinginkan di dalam eksikator selama 15 menit kemudian
ditimbang dengan teliti.
1.5 Data Percobaan
 TSS (Cawan)

Kelompok Cawan (A) Cawan + Endapan (B)

85,5352 86,1073

1. 59,2144 59,8700

84,9031 85,7230

71,8368 72,5875

2. 84,5664 85,3621

80,8046 81,5147

86,7460 87,8490

3. 87,3523 87,8912

83,0126 83,5182

 TS (Kertas Saring)

Kelompok Kertas Saring (C) Kertas Saring + Endapan (D)

0,6736 0,7151

1. 0,6870 0,7330

0,6953 0,7328

0,6665 0,7535

2. 0,6784 0,7690

0,6866 0,7656

0,6784 0,7184

3. 0,6722 0,7056

0,6779 0,7015
 Perhitungan
 Kelompok 3
B− A
Rumus : 106 mg/L
ml contohuji
1. TS
o Sampel kel 3
86,4194−85,7036
= 106
25
=28.632 mg/L
D−C
Rumus : 106 mg/L
ml contohuji
2. TSS
o Sampel kel 3
0,7085−0,6761
= 106
25
= 1.296 mg/L
3. TDS
Rumus : TS – TSS
o TDS

= 28.632 – 1.296
= 27.336 mg/L
1.5 Diskusi
Pada praktikum ini, dilakukan praktikum yang bertujuan untuk mengetahui jumlah padatan
yang terkandung dalam air limbah tekstil termasuk padatan total yang menguap dan padatan total
yang terikat. Dalam pengujian ini terbagi 3 jenis padatan yang akan di hitung, yaitu padatan total,
padatan terlarut total dan padatan tersuspensi total.
Pengujian ini menggunakan limbah kelompok 3, dilakukan pengujian triplo. Berdasarkan
hasil pengujian TS, TSS dan TDS menggunakan limbah kelompok 3 didapatkan kandungan TS
yaitu 28.632 mg/l, TSS didapatkan 1.296 mg/l sedangkan pada pengujian TDS didapatkan dengan
mengurangi hasil TS dan TSS yaitu didapatkan 27.336 mg/l.
Berdasarkan baku mutu limbah industri tekstil yang ditetapkan KepMen LH no 51/
MENLH/10/1955 kadar TSS limbah industri tekstil minimal mempunyai kadar 50 mg/l jadi limbah
kelompok 3 mempunyai nilai jauh di atas baku mutu sehingga dapat di simpulkan air limbah ini
perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum di buang dikarenakan pengujian ini dilakukan
dengan cara kuantatif maka pada saat penimbangan ataupun penyaringan diperlukan ketelitian agar
didapat hasil yang maksimal.
1,6 kesimpulan
Nilai TS, TSS dan TDS pada limbah kelompok 3 sebagai berikut;
TS = 28.632 mg/L
TSS = 1.296 mg/L

TDS = 27.336 mg/L

Limbah kelompok 3 belum memenuhi baku mutu sehingga perlu dilakukan


pengolahan terlebih dahulu sebelum di buang.
ANALISA KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI DALAM AIR
LIMBAH (BOD)

1.1 Maksud dan Tujuan


 Maksud
Menganalisa oksigen terlarut di dalam air limbah.
 Tujuan
Mengetahui adanya kandungan oksigen biologi terlarut di dalam air limbah.
1.2 Teori Dasar
Limbah tekstil umumnya berwarna, mempunyai kondisi alkali yang tinggi, nilai BOD
dan padatan tersuspensi yang tinggi, dan suhu yang tinggi pula. Limbah tekstil umumnya
bersumber dari kotoran kotoran yang berasal dari serat dan zat kimia hasil proses tekstil
yang dihasilkan dari bahan tekstil yang kemudian dibuang menjadi limbah. Pengolahan air
limbah adalah suatu proses penghilangan atau penguraian zat pencemar yang terkandung
dalam air limbah sehingga air buangan tersebut aman bagi lingkungan. Untuk menangani
masalah tersebut, perlu dilakukan yang namanya pengolahan limbah. Kebutuhan oksigen
biologi (KOB) atau Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisa yang mencoba
mendekati secara global proses mikrobiologi yang terjadi di dalam air. Nilai KOB
menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan zat organik
yang berbeda di dalam air. Pemeriksaan KOB berdasarkan kepada reaksi oksidasi organik
dengan oksigen di dalam air. Pemeriksaan tersebut dilakukan pda temperatur pengeraman
200C selama 5 hari. Pada saat ini reaksi sudah berjalan kurang lebih 75 Yo. Reaksi
sempurna setelah 20 hari. Pemeriksaan dilakukan dalam botol yang tertutup rapat, sehingga
tidak ada pertukaranloksigen dari luar. Jumlah zat organik di dalam dir diukur melalui
jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasikan kat organik tersebut.
Karena reaksi BOD dilakukan dalam botol tertutup, maka jumlah oksigen yang dibutuhkan
adalah selisih antara kadar oksigen pada saat awallreaksi dan kadar oksigen setelah 5 hari.

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh
organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan
organik diartikan sebagai bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan
makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (PESCOD,1973). Parameter BOD
secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan
BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara.
Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut
pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut
menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, padakondisi yang harnpir sama
dengankondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus
bebas dari udara luar untukrnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas.
Konsentrasiair buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran
tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selamapemeriksaan. Hal
ini penting diperhatikan mengingat kelarutanoksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar ±
9 ppm pads suhu 20°C.
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam- macam
organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2)dan air
(H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana
organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2
dan H2O.
Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan
kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu.
Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang
merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses
oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak
terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan
anggapan bahwa selama waktu itupersentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD
5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 – 80% dari
nilai BOD total.
Metoda penentuan yang dilakukan adalah dengan metoda titrasi dengan cara WINKLER.
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan
kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahuluditambahkan larutan MnCl2 den NaOH – KI, sehingga akan terjadi
endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan
larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2)yang ekuivalen dengan
oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat (Na2S2O3) danmenggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap
terdekomposisi, BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi
mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknyabahan organik
yang dapat diurai. Dari pengertian pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai
BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai
gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.
Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar mencegah
kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/ sampel tersebut
yang harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu. Hal ini untuk menjaga supaya
oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat
kelarutan oksigen salam air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20 oC. Faktor-
faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik yang diuraikan,
tersedianya mirkoorganisme aerob dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam
proses penguraian tersebut. Oksidasi biokimia adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20
hari, oksidasi bahan organik karbon mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60
– 70 %
bahanorganik telah terdekomposisi. Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam
penentuan BOD. Jika sampel air BOD pada 20 oC diukur berdasarkan fungsi waktu.Karena
panjangnya waktu, maka para engineer lingkungan mengambil secara universal untuk test
standar pada 5 hari untuk prosedur BOD.
1.3 Alat dan Bahan
1. Alat
- Botol winkler dengan tutup
- Pipet volume
- Tabung Erlenmeyer
- Labu ukur
2. Bahan
- Air limbah
- Air suling
- Alkali Iodida
- MnSO4 10%
- H2SO4 pekat
- Larutan Tiosulfat
- Indicator Kanji
1.4 Langkah Kerja (Pembuatan Contoh Uji)
 Pengenceran
1. Masukan air suling ke dalam labu ukur 2 L sebanyak 500 ml
2. Tambahkan 2 ml bibit air kotor.
3. Tambahkan 2 ml buffer fosfat.
4. Tambahkan 2 ml CaCl2.
5. Tambahkan 2 ml FeCl3.
6. Tambahkan 2 ml MgSO4.
7. Masukan air suling kembali hingga mencapai garis miniskus.
8. Air dihomogenkan.
 DO0
1. Lakukan pengenceran air limbah di dalam labu ukur 500 ml yang berisikan air
pengencer dan 2.86 atau 2.9 ml contoh uji (berdasarkan volume winklerdengan 100
kali pengenceran).
2. Contoh uji dihomogenkan dan dicek pHnya pada rentang 7-9.
3. ika pH belum mencapai rentang 7-9 ditambahkan H2SO4 atau NaOH
4. Air contoh uji dimasukkan ke dalam botol winkler (hindari masuknya udarake
dalam botol).
5. Diperiksa nilai DO pada hari ke 0.
6. Contoh uji di dalam botol winkler ditambahkan 2 ml MnSO4 dan
7. 2 ml alkali iodida kemudian botol ditutup agar tidak ada gelembung udara.
8. Botol winkler kocok dan biarkan mengendap.
9. Ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat dan botol ditutup kembali.
10. Botol dikocok sampai endapan larutan sempurna.
11. Titrasi iodium dengan larutan Tiosulfat 0.1 N sampai warna kuning muda.
12. Tambahkan 2 tetes indikator kanji.
13. Titrasi sampai warna biru dari kanji hilang atau warna kembali ke warnacontoh uji.

 DO5

1. Lakukan pengenceran air limbah di dalam labu ukur 500 ml yang berisikan air
pengencer dan 2.86 atau 2.9 ml contoh uji (berdasarkan volume winklerdengan
100 kali pengenceran).
2. Contoh uji dihomogenkan dan dicek pHnya pada rentang 7-9.

3. Jika pH belum mencapai rentang 7-9 ditambahkan H2SO4 atauNaOH

4. Air contoh uji dimasukkan ke dalam botol winkler (hindarimasuknya udara ke


dalam botol).
5. Contoh uji dimasukkan kedalam inkubasi dengan suhu 20oC selama hari.
6. Diperiksa nilai DO pada hari ke 5
7. Contoh uji di dalam botol winkler ditambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 mlalkali
iodida kemudian botol ditutup agar tidak ada gelembung udara.
8. Botol winkler kocok dan biarkan mengendap.

9. Ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat dan botol ditutup kembali.

10. Botol dikocok sampai endapan larutan sempurna.

11. Titrasi iodium dengan larutan Tiosulfat 0.1 N sampai warna kuningmuda.

12. Tambahkan 2 tetes indikator kanji.

13. Titrasi sampai warna biru dari kanji hilang atau warna kembali ke warna contoh uji.

(Pembuatan Blanko)

1. Siapkan alat-alat seperti pipet ukur, labu pengencer, botol semprot,


mixingcylinder, botol winkler, gelas kimia, gelas ukur, dan ball filler.
2. Lakukan pengenceran pada labu pengencer dengan memasukan bakteri sebanyak 2
ml, tambahkan 2 ml Buffer Fosfat, 2 ml MgSO4, 2 ml CaCl2,dan 2 ml FeCl2.
3. Lalu beri air suling hingga batas garis pada labu pengencer dan homogenkan
sebanyak 20 kali.
4. Setelah itu, siapkan mixing cylinder dan ukur volume tersebut dengan
caramemberi air hingga penuh (sampai tumpah). Air yang penuh tersebut tuangkan
ke gelas ukur dan catat volume pertama hingga air pada mixingcylinder habis
secara satu per satu. Jadi ketika volume pertama sudah didapat, catat volumenya
dan buang airnya. Lalu lakukan kembali sampaiair dari labu pengencer habis
sehingga akan didapat volume mixing cylinder yang digunakan.
5. Lalu homogenkan sebanyak 20 kali. Ketika dihomogenkan jangan sampai ada
gelembung udara didalamnya, karena akan berpengaruh terhadap hasilBOD-nya.

6. Selanjutnya siapkan botol winkler dan tuangkan larutan tersebut hinggapenuh


(sampai tumpah).

7. Lalu tambahkan 1 ml MgSO4 dan 1 ml Na Azida. Walaupun botolwinkler


tersebut dalam keadaan penuh, tetap tambahkan.

8. Dilanjutkan dengan menutup botol winkler tersebut dan homogenkan. Jangan


terdapat gelembung udara pada botol winkler dan diamkan selama 10 menit agar
membentuk endapan.

9. Setelah terbentuk endapan, lanjut ke tahap pemberian larutan H2SO4 pekat


sebanyak 1 ml. Perlu diingat ketika pemberian larutan H2SO4, tuangkan pada
leher botol winkler. Hal tersebut bertujuan agar bakterinya tidak mati dan BOD-
nya tetap terjaga.

10. Lalu tutup botol winkler-nya dan lakukan homogen hingga tidakterdapat endapan.
Berhati-hati karena terdapat larutan H2SO4 dan disarankan gunakan sarung
tangan.

11. Akhirnya pembuatan blanko sudah didapatkan. Pisahkan antara yang contoh uji
untuk DO0 dan DO6.

1.5 Data Percobaan

Volume Botol
Titrasi DO0 Titrasi DO5
Winkler
Kelompok Nama Pengujian Fp
DO0 DO5 1 2 1 2

Sampel 1 1.000x 127 130 5 4,8 4,5 4,6

1 Sampel 2 10.000x 128 128 4,7 4,6 3,9 3,7

Sampel 1 1.000x 128 132 4,4 4,5 4 4,1

2 Sampel 2 10.000x 130 130 4,3 4,2 3,8 3,9

Sampel 1 100x 132 128 5,7 5,6 4 4,1

Sampel 2 1.000x 100 130 4,4 4,3 3,8 3,8


3
Sampel 3 10.000x 130 130 3,8 3,7 3,3 3,4

Blanko - 135 126 5,2 5,3 3,7 3,6

Perhitungan

 Blanko
ml titrasi X N tio X 8000 volume botol winkler
Doo = X
ml yg dititar vol winkler−2
5 ,25 X 0 , 01 X 8000 1 35
¿ X
25 1 35−2
¿ 1 7 , 0526 mg/L
ml titrasi X N tio X 8000 volume botol winkler
Do5 = X
ml yg dititar vol winkler−2
3 ,6 5 X 0 , 01 X 8000 126
¿ X
25 1 26−2
¿ 1 1, 86 83 mg/L

 Pengenceran 100x
ml titrasi X N tio X 8000 volume botol winkler
Doo = X
ml yg dititar vol winkler−2
5 ,65 X 0 , 01 X 8000 132
¿ X
25 1 32−2
¿ 1 8 ,35 66 mg/L

ml titrasi X N tio X 8000 volume botol winkler


Do5 = X
ml yg dititar vol winkler−2
4 , 05 X 0 , 01 X 8000 128
¿ X
25 1 28−2
¿ 1 3 ,16 57 mg/L

 Pengenceran 1.000x
ml titrasi X N tio X 8000 volume botol winkler
Doo = X
ml yg dititar vol winkler−2
4 , 3 5 X 0 , 01 X 8000 1 00
¿ X
25 1 00−2
¿ 1 4 , 20 40 mg/L

ml titrasi X N tio X 8000 volume botol winkler


Do5 = X
ml yg dititar vol winkler−2
3 ,8 X 0 , 01 X 8000 130
¿ X
25 1 30−2
¿ 1 2, 35mg/L

 Pengenceran 10.000x
ml titrasi X N tio X 8000 volume botol winkler
Doo = X
ml yg dititar vol winkler−2
3 ,7 5 X 0 , 01 X 8000 130
¿ X
25 130−2
¿ 1 2, 18 75mg/L
ml titrasi X N tio X 8000 volume botol winkler
Do5 = X
ml yg dititar vol winkler−2
3 ,35 X 0 , 01 X 8000 130
¿ X
25 1 30−2
¿ 1 0 , 8875 mg/L

 Nilai BOD 100x = {( Do0 - Do5 ) air contoh - ( Do0 - Do5 ) blanko } X FP
= {( 18,3566 – 13,1657 ) – (17,0526 – 11,8683)} X 100
= {( 5,1906) – (5,1843)} X 100
= 0,63 mgO2/L
 Nilai BOD 1.000x = {( Do0 - Do5 ) air contoh - ( Do0 - Do5 ) blanko } X FP
= {( 14,2040 – 12,35 ) – (17,0526 – 11,8683)} X 1000
= {( 1,854) – (5,1843)} X 1.000
= -3.330,3 mgO2/L
 Nilai BOD 10.000x = {( Do0 - Do5 ) air contoh - ( Do0 - Do5 ) blanko } X FP
= {( 12,1875 – 10,8875 ) – (17,0526 – 11,8683)} X 10.000
= {( 1,3) – (5,1843)} X 10.000
= -38.843 mgO2/L

1.6 Pembahasan

BOD yaitu jumlah-jumlah oksigen terlarut yang diperlukan mikroorganismeuntuk


mengoksidasi limbah organik. Apabila BOD tinggi, maka jumlah oksigen terlarutnya kecil.
Pada pengujian BOD untuk penentuan nilai BOD dilakukan dua kali pengujian, yaitu DO0
dan DO5. DO0 yaitu kandungan oksigen terlarut pada 0 hari, 0 hari artinya pada saat limbah
diuji, DO0 langsung dihitung, supaya didapat perbandingan jumlah oksigen terlarut. Dan
DO5 yaitu kandungan oksigen terlarut pada hari ke-5.

Pada pengujian BOD botol ditempatkan pada tempat gelap untuk menghindari reaksi
yang terjadi, misalnya dengan sinar matahari, yang dapat mengurai atau menambahkan
kadar oksigen. Lalu nantinya akan diberi alkali iodide azida, yang akan membebaskan
iodium dan menghilangkan senyawa reduktor atau oksidator. Iodium yang terbebaskan akan
mudah teroksidasi menjadi ion iodida. Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI
No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bahwa kadar BOD yang paling tinggi
sebesar 60 mg/L.
Pada praktikum BOD ini dilakukan dengan menggunakan limbah kelompok 3 dengan 3
pengenceran yaitu 100x, 1.000x dan 10.000x, masing- masing pengenceran mendapatkan
hasil yaitu 100x sebesar 0,63 mgO2/l, 1.000x sebesar -3.330,3 mgO2/l dan 10.000x sebesar -
38.843 mgO2/l. Dapat dilihat dari data yang didapatkan pada pengujian ini pada
pengenceran 1.000x dan 10.000x mendapatkan hasil minus yang mana itu artinya adalah
kadar oksigen yang di pakai sudah habis atau 0. Menurut saya faktor yang berpengaruh
mungkin karena besarnya pengenceran dimana kadar limbah sudah sedikit berkurang atau
tidak pekat seperti pengenceran 100x, atau ada faktor lain yang membuat data menjadi
minus seperti ketidakakuratan dalam memipet larutan atau karna nitrifikasi karena pada
teorinya pengujian BOD tidak boleh lebih dari 5 hari, sedangkan dalam pengujian ini
dilakukan 6 hari. Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No 5 tahun 2014
tentang baku mutu air limbah bahwa kadar BOD yang paling tinggi sebesar 60mg/l.

1.7 Kesimpulan

- Nilai BOD limbah kel.3 dengan pengenceran 100x = 0,63 mgO2/L


- Nilai BOD limbah kel.3 dengan pengenceran 1.000x = -3.330,3 mgO2/L
- Nilai BOD limbah kel.3 dengan pengenceran 1.000x = -38.843 mgO2/L

Anda mungkin juga menyukai