ANALISA CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD), ANALISA BIOLOGICAL OXIGEN DEMAND (BOD)
DAN ZAT PADAT DALAM AIR
NPM : 21420026
Grup : 3K2
2. Data Titrasi
1.6 Perhitungan
• Standarisasi FAS
V1 x N1 = V2 x N2
5 x 0,1 = 13,1 x N2
0,5
N2 =
13,1
= 0,0381 N
• Perhitungan COD
(𝑚𝐿 𝑡+𝑡𝑟𝑎𝑠+ 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜–𝑚𝐿 𝑡+𝑡𝑟𝑎𝑠+ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁 𝐹𝐴𝑆 𝑥 =000𝑥𝐹𝑃
COD =
𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜@ 𝑢j+
1.6 Pembahasan
Pada pengujian COD ini pertama-tama dilakukan standarisasi FAS karena
memunkinkan terjadi perubahan nilai standarisasi akibat beberapa faktor. Hasil
standarisasi FAS yang di dapat yaitu 0,0381 N. Kemudian pasa pengujian COD ini
dilakukan secara duplo dengan 2 pengenceran yaitu 100x dan 10.000x. Pengujian COD ini
praktikan menggunakan air limbah kelompok 3 yang didapatkan di lab pencelupan
Politeknik STTT Bandung, mendapatkan hasil COD pasa pengenceran 100x (1) sebesar
40.233,6 100x (2) sebesar 58.521,6 dengan rata-rata 49.377,6 mgO2/l. Sedangkan pada
pengenceran 10.000x (1) sebesar 487.680 dan 10.000x (2) sebesar 487.680 dengan rata rata
304.800 mgO2/l. Dapat di lihat data yang di dapat terdapat kejanggalan dari hasil data
tersebut dimana nilai COD pda pengenceran 10.000x lebih besar di banding 100x padahal
seharusnya pada pengenceran yang paling kecil lah nilai COD itu besar tetapi pada kasus
kali ini yang terjadi adalah sebaliknya, karena pada pengenceran 100x limbah yang
terkandung pasti lebih besar dari pengenceran 10.000x yang sudah tidak terlalu pekat.
Menurut saya mungkin faktor yang dapat berpengaruh adalah pada saat membuat
pengenceran karena pada saat pembuatan pengenceran 10.000x memakai larutan hasil
pengenceran 100x sehingga pengencerannya tidak akurat atau tidak valid atau ada faktor
lain yang membuat larutan terkontaminasi. Sehingga dapat di lihat pada data di atas jika di
sandingkan dengan baku mutu PERMEN LMK no 68 tahun 2016 dengan nilai COD
100mg/l limbah kelompok 3 masih sangat jauh dari standar tersebut sehingga diharuskan
untuk di olah kembali untuk kemudian dibuang.
1.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian COD menggunakan limbah kelompok 3 diperoleh hasil
sebagai berikut:
• Rata-rata nilai COD 100x = 49.377,6 mgO2/l
• Rata-rata nilai COD 10.000x = 304.800 mgO2/l
BAB II
ANALISA ZAT PADAT PADA LIMBAH TEKSTIL
• Maksud
Menganalisa zat padat di dalam air limbah.
• Tujuan
Mengetahui cara melakukan analisa padatan total di dalam air limbah,termasuk
padatantotal yang menguap dan padatan total yang terikat.
1.2 Teori Dasar
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya
dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga
perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.
Adanya batasan kadar dan jumiah bahan beracun dan berbahaya pada suatu ruang dan
waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumiah
demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan
lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya
telah ditetapkan nilai ambang batasnya. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
a. Zat Padat
Analisa zat padat dalam air sangat penting untuk perencanaan pengolahanair
buangan industri. Dalam metode analisa zat padat, yang dimaksud dengan zat
padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu, jika suatu zat
dikeringkan pada temperature tertentu. Adapun pengukuran solid dalam
airdibedakan atas : Total Solid (TS), TotalSuspended Solid (TSS), Total
Dissolved Solid(TDS), Fixed Total Solid (FTS), Fixed Suspended Solid (FSS),
Fixed Dissolved Solid (FDS),Volatile Total Solid (VTS), Volatile Suspended
Solid (VSS), Volatile Dissolved Solid(VDS).Pada percobaan kali ini, kita hanya
akan membahas mengenai Total Solid (TS), Total Suspended Solid (TSS), Total
Dissolved Solid (TDS)
b. Total Solid
Total padatan (total solids) adalah semua bahan yang terdapat dalam contoh
airsetelah dipanaskan pada suhu 103°-105°C selama tidak kurang dari 1 jam.
Bahan initertinggal sebagai residu melalui proses evaporasi. Total solid pada air
terdiri dari total padatan terlarut (total dissolved solids) dan total zat
padattersuspensi (total suspended solids)
c. Padatan Tersuspensi
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total adalah residu dari padatan
total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebihbesar dariukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air
akibat padatan tidak terlarutdan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri
daripartikel-partikel yang ukuran maupun beratnyalebih kecil dari sedimen,
misalnyatanah liat, bahan-bahan organik tertentu,sel- selmikroorganisme, dan
sebagainya. TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal
dan dapat menghalangikemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
Penetrasicahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak
berlangsung efektif akibatterhalang oleh zat padat tersuspensi,sehingga
fotosintesis tidak berlangsung sempurna. TSSumumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusiuntukkekeruhan dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.Oleh
karena itu nilai kekeruhan tidakdapat dikonversi ke nilai TSS.
d. Total Disolved Solid
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupunanorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan
jumlah zat terlarut dalam part per million (ppm) atau samadengan milligramper
liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut
dalam air (larutan) harusdapatmelewati saringan yang berdiameter 2micrometer
(2×10-6 meter). Aplikasi yang umumdigunakan adalah untuk mengukur kualitas
cairan pada pengairan, pemeliharaan aquarium,kolam renang, proses kimia,
pembuatan air mineral, dan lain-lain. Total padatanterlarut (TDS) juga dapat
diartikansebagai bahan dalam contoh air yang lolos melaluisaringan membran
yangberpori 2,0 m atau lebih kecil dandipanaskan 180°C selama 1 jam.Total
dissolved solids yang terkandung di dalam air biasanya berkisar antara 20
sampai1000mg/L. Pengukuran total solids dikeringkan dengan suhu 103 sampai
105°C. Digunakan suhuyang lebih tinggi agar air yang tersumbat dapat
dihilangkan secara mekanis.
85,5352 86,1073
1. 59,2144 59,8700
84,9031 85,7230
71,8368 72,5875
2. 84,5664 85,3621
80,8046 81,5147
86,7460 87,8490
3. 87,3523 87,8912
83,0126 83,5182
• TS (Kertas Saring)
0,6736 0,7151
1. 0,6870 0,7330
0,6953 0,7328
0,6665 0,7535
2. 0,6784 0,7690
0,6866 0,7656
0,6784 0,7184
3. 0,6722 0,7056
0,6779 0,7015
• Perhitungan
• Kelompok 3
𝐁−𝐀
Rumus : 𝐦𝐥 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 𝐮𝐣𝐢 𝟏𝟎𝟔 mg/L
1. TS
o Sampel kel 3
86,4194−85,7036
= 106
25
=28.632 mg/L
𝐃−𝐂
Rumus : 𝐦𝐥 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 𝐮𝐣𝐢 𝟏𝟎𝟔 mg/L
2. TSS
o Sampel kel 3
0,7085−0,6761
= 106
25
= 1.296 mg/L
3. TDS
Rumus : TS – TSS
o TDS
= 28.632 – 1.296
= 27.336 mg/L
1.5 Diskusi
Pada praktikum ini, dilakukan praktikum yang bertujuan untuk mengetahui jumlah padatan
yang terkandung dalam air limbah tekstil termasuk padatan total yang menguap dan padatan total
yang terikat. Dalam pengujian ini terbagi 3 jenis padatan yang akan di hitung, yaitu padatan total,
padatan terlarut total dan padatan tersuspensi total.
Pengujian ini menggunakan limbah kelompok 3, dilakukan pengujian triplo. Berdasarkan
hasil pengujian TS, TSS dan TDS menggunakan limbah kelompok 3 didapatkan kandungan TS yaitu
28.632 mg/l, TSS didapatkan 1.296 mg/l sedangkan pada pengujian TDS didapatkan dengan
mengurangi hasil TS dan TSS yaitu didapatkan 27.336 mg/l.
Berdasarkan baku mutu limbah industri tekstil yang ditetapkan KepMen LH no 51/
MENLH/10/1955 kadar TSS limbah industri tekstil minimal mempunyai kadar 50 mg/l jadi limbah
kelompok 3 mempunyai nilai jauh di atas baku mutu sehingga dapat di simpulkan air limbah ini perlu
dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum di buang dikarenakan pengujian ini dilakukan dengan
cara kuantatif maka pada saat penimbangan ataupun penyaringan diperlukan ketelitian agar didapat
hasil yang maksimal.
1,6 kesimpulan
Nilai TS, TSS dan TDS pada limbah kelompok 3 sebagai berikut;
TS = 28.632 mg/L
TSS = 1.296 mg/L
Limbah kelompok 3 belum memenuhi baku mutu sehingga perlu dilakukan pengolahan
terlebih dahulu sebelum di buang.
ANALISA KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGI DALAM AIR LIMBAH
(BOD)
• Maksud
Menganalisa oksigen terlarut di dalam air limbah.
• Tujuan
Mengetahui adanya kandungan oksigen biologi terlarut di dalam air limbah.
1.2 Teori Dasar
Limbah tekstil umumnya berwarna, mempunyai kondisi alkali yang tinggi, nilai BOD dan
padatan tersuspensi yang tinggi, dan suhu yang tinggi pula. Limbah tekstil umumnya
bersumber dari kotoran kotoran yang berasal dari serat dan zat kimia hasil proses tekstil yang
dihasilkan dari bahan tekstil yang kemudian dibuang menjadi limbah. Pengolahan air limbah
adalah suatu proses penghilangan atau penguraian zat pencemar yang terkandung dalam air
limbah sehingga air buangan tersebut aman bagi lingkungan. Untuk menangani masalah
tersebut, perlu dilakukan yang namanya pengolahan limbah. Kebutuhan oksigen biologi
(KOB) atau Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisa yang mencoba mendekati
secara global proses mikrobiologi yang terjadi di dalam air. Nilai KOB menunjukkan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan zat organik yang berbeda di dalam
air. Pemeriksaan KOB berdasarkan kepada reaksi oksidasi organik dengan oksigen di dalam
air. Pemeriksaan tersebut dilakukan pda temperatur pengeraman 200C selama 5 hari. Pada
saat ini reaksi sudah berjalan kurang lebih 75 Yo. Reaksi sempurna setelah 20 hari.
Pemeriksaan dilakukan dalam botol yang tertutup rapat, sehingga tidak ada
pertukaranloksigen dari luar. Jumlah zat organik di dalam dir diukur melalui jumlah oksigen
yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasikan kat organik tersebut. Karena reaksi BOD
dilakukan dalam botol tertutup, maka jumlah oksigen yang dibutuhkan adalah selisih antara
kadar oksigen pada saat awallreaksi dan kadar oksigen setelah 5 hari.
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh
organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan
organik diartikan sebagai bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan
makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (PESCOD,1973). Parameter BOD
secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan
BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara.
Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay yang menyangkut
pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut
menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, padakondisi yang harnpir sama
dengankondisi yang ada di alam. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus
bebas dari udara luar untukrnencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas.
Konsentrasiair buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran
tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selamapemeriksaan. Hal ini
penting diperhatikan mengingat kelarutanoksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar ± 9
ppm pads suhu 20°C.
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam- macam
organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2)dan air
(H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana
organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2
dan H2O.
Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan
kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu.
Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang
merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk proses
oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan H2O adalah tidak
terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya berlangsung selama 5 hari dengan
anggapan bahwa selama waktu itupersentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5
hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 – 80% dari nilai
BOD total.
Metoda penentuan yang dilakukan adalah dengan metoda titrasi dengan cara WINKLER.
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan untuk menentukan
kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahuluditambahkan larutan MnCl2 den NaOH – KI, sehingga akan terjadi
endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan
larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2)yang ekuivalen denganoksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3) danmenggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap
terdekomposisi, BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi
mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknyabahan organik
yang dapat diurai. Dari pengertian pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD
menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran
jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.
Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar mencegah
kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/ sampel tersebut
yang harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu. Hal ini untuk menjaga supaya
oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat
kelarutan oksigen salam air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pada suhu 20 oC. Faktor-faktor
yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik yang diuraikan, tersedianya
mirkoorganisme aerob dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses
penguraian tersebut. Oksidasi biokimia adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari,
oksidasi bahan organik karbon mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70 %
bahanorganik telah terdekomposisi. Lima hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam
penentuan BOD. Jika sampel air BOD pada 20 oC diukur berdasarkan fungsi waktu.Karena
panjangnya waktu, maka para engineer lingkungan mengambil secara universal untuk test
standar pada 5 hari untuk prosedur BOD.
1.3 Alat dan Bahan
1. Alat
- Botol winkler dengan tutup
- Pipet volume
- Tabung Erlenmeyer
- Labu ukur
2. Bahan
- Air limbah
- Air suling
- Alkali Iodida
- MnSO4 10%
- H2SO4 pekat
- Larutan Tiosulfat
- Indicator Kanji
1.4 Langkah Kerja (Pembuatan Contoh Uji)
• Pengenceran
1. Masukan air suling ke dalam labu ukur 2 L sebanyak 500 ml
2. Tambahkan 2 ml bibit air kotor.
3. Tambahkan 2 ml buffer fosfat.
4. Tambahkan 2 ml CaCl2.
5. Tambahkan 2 ml FeCl3.
6. Tambahkan 2 ml MgSO4.
7. Masukan air suling kembali hingga mencapai garis miniskus.
8. Air dihomogenkan.
• DO0
1. Lakukan pengenceran air limbah di dalam labu ukur 500 ml yang berisikan air
pengencer dan 2.86 atau 2.9 ml contoh uji (berdasarkan volume winklerdengan 100
kali pengenceran).
2. Contoh uji dihomogenkan dan dicek pHnya pada rentang 7-9.
3. ika pH belum mencapai rentang 7-9 ditambahkan H2SO4 atau NaOH
4. Air contoh uji dimasukkan ke dalam botol winkler (hindari masuknya udarake dalam
botol).
5. Diperiksa nilai DO pada hari ke 0.
6. Contoh uji di dalam botol winkler ditambahkan 2 ml MnSO4 dan
7. 2 ml alkali iodida kemudian botol ditutup agar tidak ada gelembung udara.
8. Botol winkler kocok dan biarkan mengendap.
9. Ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat dan botol ditutup kembali.
10. Botol dikocok sampai endapan larutan sempurna.
11. Titrasi iodium dengan larutan Tiosulfat 0.1 N sampai warna kuning muda.
12. Tambahkan 2 tetes indikator kanji.
13. Titrasi sampai warna biru dari kanji hilang atau warna kembali ke warnacontoh uji.
• DO5
1. Lakukan pengenceran air limbah di dalam labu ukur 500 ml yang berisikan air
pengencer dan 2.86 atau 2.9 ml contoh uji (berdasarkan volume winklerdengan 100
kali pengenceran).
2. Contoh uji dihomogenkan dan dicek pHnya pada rentang 7-9.
11. Titrasi iodium dengan larutan Tiosulfat 0.1 N sampai warna kuningmuda.
13. Titrasi sampai warna biru dari kanji hilang atau warna kembali ke warna contoh uji.
(Pembuatan Blanko)
1. Siapkan alat-alat seperti pipet ukur, labu pengencer, botol semprot, mixingcylinder,
botol winkler, gelas kimia, gelas ukur, dan ball filler.
2. Lakukan pengenceran pada labu pengencer dengan memasukan bakteri sebanyak 2
ml, tambahkan 2 ml Buffer Fosfat, 2 ml MgSO4, 2 ml CaCl2,dan 2 ml FeCl2.
3. Lalu beri air suling hingga batas garis pada labu pengencer dan homogenkan
sebanyak 20 kali.
4. Setelah itu, siapkan mixing cylinder dan ukur volume tersebut dengan caramemberi
air hingga penuh (sampai tumpah). Air yang penuh tersebut tuangkan ke gelas ukur
dan catat volume pertama hingga air pada mixingcylinder habis secara satu per satu.
Jadi ketika volume pertama sudah didapat, catat volumenya dan buang airnya. Lalu
lakukan kembali sampaiair dari labu pengencer habis sehingga akan didapat volume
mixing cylinder yang digunakan.
5. Lalu homogenkan sebanyak 20 kali. Ketika dihomogenkan jangan sampai ada
gelembung udara didalamnya, karena akan berpengaruh terhadap hasilBOD-nya.
10. Lalu tutup botol winkler-nya dan lakukan homogen hingga tidakterdapat endapan.
Berhati-hati karena terdapat larutan H2SO4 dan disarankan gunakan sarung tangan.
11. Akhirnya pembuatan blanko sudah didapatkan. Pisahkan antara yang contoh uji
untuk DO0 dan DO6.
Volume Botol
Titrasi DO0 Titrasi DO5
Winkler
Kelompok Nama Pengujian Fp
DO0 DO5 1 2 1 2
Perhitungan
➢ Blanko
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑋 𝑁 𝑡𝑖𝑜 𝑋 8000 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑤𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟
Doo = 𝑚𝑙 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑎𝑟
𝑋 𝑣𝑜𝑙 𝑤𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟−2
➢ Pengenceran 100x
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑋 𝑁 𝑡𝑖𝑜 𝑋 8000 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑤𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟
Doo = 𝑚𝑙 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑎𝑟
𝑋 𝑣𝑜𝑙 𝑤𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟−2
➢ Pengenceran 1.000x
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑋 𝑁 𝑡𝑖𝑜 𝑋 8000 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑤𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟
Doo = 𝑋
𝑚𝑙 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑎𝑟 𝑣𝑜𝑙 𝑤𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟−2
➢ Pengenceran 10.000x
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑋 𝑁 𝑡𝑖𝑜 𝑋 8000 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑤𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟
Doo = 𝑚𝑙 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑎𝑟
𝑋 𝑣𝑜𝑙 𝑤𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟−2
➢ Nilai BOD 100x = {( Do0 - Do5 ) air contoh - ( Do0 - Do5 ) blanko } X FP
= {( 18,3566 – 13,1657 ) – (17,0526 – 11,8683)} X 100
= {( 5,1906) – (5,1843)} X 100
= 0,63 mgO2/L
➢ Nilai BOD 1.000x = {( Do0 - Do5 ) air contoh - ( Do0 - Do5 ) blanko } X FP
= {( 14,2040 – 12,35 ) – (17,0526 – 11,8683)} X 1000
= {( 1,854) – (5,1843)} X 1.000
= -3.330,3 mgO2/L
➢ Nilai BOD 10.000x = {( Do0 - Do5 ) air contoh - ( Do0 - Do5 ) blanko } X FP
= {( 12,1875 – 10,8875 ) – (17,0526 – 11,8683)} X 10.000
= {( 1,3) – (5,1843)} X 10.000
= -38.843 mgO2/L
1.6 Pembahasan
Pada pengujian BOD botol ditempatkan pada tempat gelap untuk menghindari reaksi yang
terjadi, misalnya dengan sinar matahari, yang dapat mengurai atau menambahkan kadar
oksigen. Lalu nantinya akan diberi alkali iodide azida, yang akan membebaskan iodium dan
menghilangkan senyawa reduktor atau oksidator. Iodium yang terbebaskan akan mudah
teroksidasi menjadi ion iodida. Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5
tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bahwa kadar BOD yang paling tinggi sebesar 60
mg/L.
Pada praktikum BOD ini dilakukan dengan menggunakan limbah kelompok 3 dengan 3
pengenceran yaitu 100x, 1.000x dan 10.000x, masing- masing pengenceran mendapatkan
hasil yaitu 100x sebesar 0,63 mgO2/l, 1.000x sebesar -3.330,3 mgO2/l dan 10.000x sebesar -
38.843 mgO2/l. Dapat dilihat dari data yang didapatkan pada pengujian ini pada pengenceran
1.000x dan 10.000x mendapatkan hasil minus yang mana itu artinya adalah kadar oksigen
yang di pakai sudah habis atau 0. Menurut saya faktor yang berpengaruh mungkin karena
besarnya pengenceran dimana kadar limbah sudah sedikit berkurang atau tidak pekat seperti
pengenceran 100x, atau ada faktor lain yang membuat data menjadi minus seperti
ketidakakuratan dalam memipet larutan atau karna nitrifikasi karena pada teorinya pengujian
BOD tidak boleh lebih dari 5 hari, sedangkan dalam pengujian ini dilakukan 6 hari.
Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No 5 tahun 2014 tentang baku mutu air
limbah bahwa kadar BOD yang paling tinggi sebesar 60mg/l.
1.7 Kesimpulan