Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS DAN KEAMANAN PANGAN

  ANALISIS KUALITAS AIR


(kadar kesadahan total dan klorida )

Kelompok 1 
 Wahyudin  11181050
 Wil hel minah 11181051
 Adel Weis Ayu Ningtyas 11181054
                                    Faizal hilfiana wahid 11181068             
 Hasan almuiz                        11181072
 Intan novita                           11181074
 Mulkan noor                          11181083
 Putri rabbiya chairrunisya     11181093

          UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


FAKULTAS FARMASI
2020/2021
ANALISIS KUALITAS AIR
(kadar kesadahan total dan klorida )

1. Tujuan
 Untuk mengetahui kualitas air dengan menentukan kadar Klorida
pada kandungan air, dan
 Untuk menentukan kadar  kesadahan total ( ion magnesium (mg)
dan calcium (ca) ) pada air. 

2. Prinsip
 Prinsip argentometri,  reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau
anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum) dari perak
nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX). 
 Prinsip kompleksometri, Pembentukan senyawa kompleks antara
ion logam dengan pengompleks. meliputi garam etilen diamin tetra
asetat (EDTA) bereaksi dengan ion Ca(II) dan Mg(II) dan
membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. 

3. Alat dan Bahan (dibuat tabel)


A. Alat
1. Buret
2. Statif
3. Erlenmeyer
4. Pipet 
5. Gelas ukur
6. Spatula 
7. Neraca Analitik

B. Bahan
1. Na2EDTA 0,01 M
2. 25 mL sampel uji (air uji)
3. air suling sampai volume 50 mL
4. buffer pH 10+0,1
5. indicator EBT 
6. AgNO3
7. indikator K2CrO4 

4. Prosedur 
 KESADAHAN TOTAL

                                                                                                                              

Na2EDTA 0, 

01 M

25 mL sampel uji add air suling sampai volume 50 mL


(+) 1-2 mL buffer pH 10+0,1
(+) indicator EBT seujung spatel

TAT : ungu biru


Dilakukan secara duplo, Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian 
      rataratakan volume Na2EDTA yang digunakan.

a. Ambil 25 mL sempel uji masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL,


encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL.
Tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan penyangga pH 10 + 0,1
b. Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indikator EBT.
b. Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara perlahan
sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru
b. Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.
b. Ulangi titrasi tersebut 2 kal (duplo)i, kemudian rata-ratakan volume
Na2EDTA yang digunakan.

             
 Penetapan Kadar Klorida (Cl)

AgNO3 0,01N

100 mL contoh yang memiliki niali pH 7-10


apabila contoh tidak berada dalam kisaran pH   tersebut, tambahkan H2SO4 N
atau NaOH 1N menjadi pH 7-10;
(+) 1 mL indikator K2CrO4

TAT : Kuning kemerah-merahan

Titrasi blanko

AgNO3 0,01 N

(+) 100 mL air suling


(+) 1 mL K2CrO4
TAT : Kuning kemerah-merahan
a. Ukur dengan teliti 100 ml contoh yang mempunyai nilai pH 7-10, apabila
tidak berada   dalam kisaran pH tersebut, tambahkan H2SO4N atau NaOH 1 N
menjadi pH 7-10
b.Tambahkan 1 ml indikator K2CrO4
c.Titrasi dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3) sampai timbul warna
kuning kemerah-merahan
d.Lakukan titrasi blanko dengan mengukur dengan teliti 100 ml air suling dan
selanjutnya 
   kerjakan sama dengan perlakuan 
e.Lakukan pengerjaan ‘duplo’
f. Hitung kadar klorida (Cl-) 

5. Hasil Pengamatan

1. Penetapan Kesadahan Total (tabel)


Kode Volume Volume Kadar
Sampel Titran Titran Klorida
(mL) Rata- mg/L
Rata
(mL)
I II
A 8 8 8 320
B 21,7 22,1 21,9 876

Perhitungan : 
 Sampel A = Kesadahan Total  = 1000 / Vsampel x VEDTA x M
EDTA x BM CaCO3 = 1000 / 25  x 8 ml x 0,01 x 100 = 320
mg/L
 Sampel B = Kesedahan total = 1000 /Vsampel x V EDTA X M
EDTA X VM CaCO3 = 1000/ 25 X 21,9 mL x 0,01 N x 100 =
876 mg/L
2.  Penetapan Kadar Klorida
Kode Volume Volume Kadar
Sampel Titran Titran Klorida
(mL) Rata- mg/L
Rata
(mL)
I II
A 20 18 19 123,7
B 77 77,4 77,2 519,3
Perhitungan :

Kadar klorida (mg Cl/L) = (A - B) x NAgNO3 x 35,45 x 1000 /V


Ket :
A = volume AgNO3 yang dipakai penitaran contoh (ml)
B = volume AgNO3 yang dipakai penitaran blanko (ml) = 5ml
N = normalitas AgNO3 = 0,01 N
V = volume contoh (m.l) = 100 mL

 SAMPEL A 
Mg = (19 mL - 5 mL ) x  0,01 N x 35,45 x 1000 / 100 = 123,2mg/L

 Sampel B 
Mg = (77,2 mL - 5 mL ) x  0,01 N x 35,45 x 1000 / 100  = 519,3 mg/L

6. PEMBAHASAN

Kesadahan Total
Pada praktikum Telah dilakukan penelitian analisis kesadahan total
(CaCO3). Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan secara duplo (dua
kali). Penetapan kesadahan total ini menggunakan metode
kompleksometri, yaitu pembentukan kompleks berwarna oleh logam.
Dengan menggunakan larutan standar Na2EDTA dan indikator EBT. Bila
penambahan indikator EBT pada larutan yang mengandung ion Ca dan
Mg pada pH 10 ± 0,1 larutan akan menjadi merah anggur. Bila kemudian
dititrasi dengan Na2EDTA, ion Ca dan Mg sudah terikat, larutan yang
berwarna merah anggur berubah menjadi biru sebagai titik akhir titrasi.
Hasil titrasi Na2EDTA pada pemeriksaan kesadahan total (CaCO3) yaitu 
Sampel A didapatkan volume titran rata-rata sebesar 8 mL dengan nilai
kadar kesadahan total sebesar 320 mg/L , dan Sampel B didapatkan
volume titran rata-rata sebesar 21,9 mL, denga nilai kadar kesadahan total
sebesar 876 mg/L.
Reaksi yang terjadi saat titrasi adalah sebagai berikut :

Saat sebelum titik ekuivalen:


Ca2++HIn2-(biru)→CaIn-+H+ Merah 

Saat setelah titik ekuivalen:


CaIn-+H2Y2-→CaY2-+HIn2-+H+ Biru 

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


492/MENKES/PER/IV/2010, batas maksimal kesadahan total dalam air
minum adalah 500 mg/L. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa
pada kode sampel A (320 mg/L) layak untuk dikonsumsi. Sedangkan
pada kode sampel B ( 876 mg/L ) kandungan kesadahan total melebihi
ambang batas maksimal (> 500 mg/L) yang berarti tidak layak untuk
dikonsumsi. Menurut WHO air yang bersifat sadah akan menimbulkan
dampak terhadap kesehatan dapat menyebabkan cardiovascular
(penyumbatan darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal), menyebabkan
pengerakan pada peralatan logam untuk memasak sehingga penggunaan
energi menjadi boros, penyumbatan pada pipa logam karena endapan
CaCO3,dan pemakaian sabun menjadi lebih boros karena buih yang
dihasilkan sedikit.

 Kadar Klorida
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan menggunakan metode
titrasi argentometri berdasarkan SNI 01-3554-2006 diperoleh hasil
sebagai berikut:
yaitu  Sampel A didapatkan volume titran rata-rata sebesar 19 mL
dengan nilai kadar klorida sebesar 123,2 mg/L , dan Sampel B didapatkan
volume titran rata-rata sebesar 77,2 mL, dengan nilai kadar klorida
sebesar 519,3 mg/L.
Analisa kadar klorida air dilakukan menggunakan titrasi
argentometri metode Mohr. Metode Mohr dapat digunakan untuk
menetapkan kadar klorida dalam suasana netral dengan larutan standar
AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi ini dilakukan
dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, denga pH 6,5 –9,0.
Apabila ion klorida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion
kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna
coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi saat titrasi
adalah sebagai berikut:

Saat sebelum titik ekuivalen:


AgNO3+ Cl-AgCl(s)+ NO3- Endapan putih

Saat setelah titik ekuivalen: 


AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4(s)+ NO3- Endapan merah bata

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


492/MENKES/PER/IV/2010, batas maksimal kadar klorida dalam air
minum adalah 250 mg/L. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa
pada kode sampel A (123.2 mg/L) layak untuk dikonsumsi. Sedangkan
pada kode sampel B ( 519,3 mg/l ) kandungan kadar klorida melebihi
ambang batas maksimal yang berarti tidak layak untuk dikonsumsi. Kadar
klorida yang tinggi dapat berbahaya bagi kesehatan diantaranya dapat
bersifat merusak atau korosif pada kulit dan peralatan, selain itu juga
berpotensi merusak sistem pernafasan manusia dan hewan

Persyaratan kategori air bersih semakin ketat saat air digunakan untuk konsumsi
manusia, diatur dalam undang-undang yaitu Kementerian Kesehatan No. 907
Tahun 2002 tentang standart kualitas air bersih dan air minum. Menurut Yuli
Priyana (2008) Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium
dikenal dengan “air sadah”, atau yang jika air direbus akan meninggalkan
endapan atau karat pada peralatan logam atau air yang sukar untuk dipakai
mencuci.

7. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Untuk menentukan kadar kesadahan total pada air, bisa menggunakan
metode titrasi komplesometri dengan pentiter NaEDTA. Sesuai
prinsipnya pembentukan reaksi kompleks antar ion logam dan
pengompleks
Dari perhitungan didapatkan nilai kesadahan total: 
 Pada kode sampel A (320 mg/L) layak untuk dikonsumsi. 
 pada kode sampel B ( 876 mg/L ) Tidak layak untuk dikonsumsi
 Yang dimana Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010, batas maksimal kesadahan total dalam air
minum adalah 500 mg/L

2. Untuk menentukan kadar kloridal pada air, bisa menggunakan metode


titrasi argentometri  dengan pentiter AgNO3. Sesuai prinsipnya reaksi
antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion
Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan
perak halida (AgX)
Dari perhitungan didapatkan nilai kadar klorida 
 pada kode sampel A (123.2 mg/L) layak untuk dikonsumsi. 
 pada kode sampel B ( 519,3 mg/l ) Tidak layak untuk dikonsumsi
 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010, batas maksimal kadar klorida dalam air
minum adalah 250 mg/L

8. Daftar Pustaka
 Ivo Risti Handayani , Nurlina, Titin Anita Zaharah. 2018.
PENURUNAN ION Ca(II) DAN Mg(II) PENYEBAB
KESADAHAN OLEH KOMPOSIT KITOSAN-ZEOLIT PELET
DAN BEADS. Universitas Tanjungpura. Pontianak, Indonesia
 Dian Wuri Astuti, Siti Fatimah, Sawlenitami Anie. 2016 .
ANALISIS KADAR KESADAHAN TOTAL PADA AIR
SUMUR DI PADUKUHAN BANDUNG PLAYEN GUNUNG
KIDUL YOGYAKARTA. STIKes Guna Bangsa Yogyakarta .
Yogyakarta, Indonesia
 Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
 Depkes RI. 2010. Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010.
Tentang 
Persyaratan Kualitas Air Minum. Depkes RI, Jakarta.
 Devyana Dyah Wulandari. 2017. ANALISA KESADAHAN TOTAL
DAN KADAR 
KLORIDA AIR DI KECAMATAN TANGGULANGIN
SIDOARJO. 
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Surabaya, Indonesia.
LAMPIRAN

   

Anda mungkin juga menyukai