Anda di halaman 1dari 29

A.

Judul Praktikum: TITRASI PENGOMPLEKSAN dan


APLIKASINYA TERHADAP PENENTUAN KESADAHAN TOTAL
AIR PDAM
B. Hari / Tanggal
 Mulai : Kamis, 22 November 2018 Pukul 13.00 WIB
 Selesai : Kamis, 22 November 2018 Pukul 15.30 WIB
C. Tujuan : 1. Membuat dan menentukan standarisasi
larutan Na-EDTA
2. Menentukan kesadahan total air PDAM
D. Tinjauan Pustaka :
Titrasi Peengompleksan adalah titrasi yang berdasarkan reaksi
pembentukan kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan
EDTA (garam natrium dari asam etilen diamina tetra asetat) (Pudsatmaka,
2002).
Titrasi Komplesometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah
satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetra asetat
(dinatrium EDTA) (Khopkar, 1990).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat
saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Kompleks
banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengetian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun
disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi (Khopkar, 1990).
Asam etilen diamina tetra asetat (EDTA) merupakan salah satu jenis
asam polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang
dapat berkoordiasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan
keempat gugus karboksilatnya atau disebut multidentat yang mengandung
lebih dari dua atom koordinasi permolekul. Misalnya asam 1,2 – diamino
etana tetra asetat (asam etilen diamina tetra asetat / EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen penyumbang dan 4 atom oksigen penyumbang dalam
molekul (Sumar, 2000).
 EDTA
EDTA merupakan asam penyumbang asam bebasa 4 (H4Y). Akan
tetapi yang sering digunakan adalah garam natriumnya (Na2H2Y).
Pembentukan kompleks antara ion-ion logam dengan EDTA tergantung
pada Ph larutan. Indikator yang digunakan antara lain EBT (Erichrome
Black T) dan kalmagit. Indikator tersebut merupakan larutan yang
memberikan warna-warna tertentu dan membentuk kompleks 1:1
dengan sejumlah ion logam, sehingga dapat memberikan perubahan
warna pada akhir titrasi (Poedjiastoeti, Sri. 2018).

EDTA mengandung enam situs basa empat karboksilat oksigen dan dua
nitrogen. Maka enam spesies asam dapat hadir : H6Y2+, H4Y, H2Y2- dan
H3Y3-. Dua asam pertama adalah asam-asam yang relatif kuat dan biasanya
tidak penting dalam pemeriksaan kimia. EDTA adalah asam tetraprotik
dengan 4 macam tetapan disosiasi yaitu:

K1 = 1 x 10-2 K3 = 6,9 x 10-7


K2 = 2,1 x 10-3 K4 = 7 X 10-11
 Jenis – jenis logam
1. Unident, yaitu ligan yang mempunyai 1 gugus donor pasangan
elektron
Contoh : NH3, CN
2. Bidentat, yaitu ligan yang mempunyai 2 gugus donor pasangan
elektron
Contoh : etilendiamin
3. Polidentat, yaitu ligan yang mempunyai banyak gugus donor
pasangan elektron
Contoh : asam etilen diamin tetra asetat (EDTA)
(Underwood, Day. 1996).
 Kesadahan
Kesadahan total air yaitu kalsium + magnesium dapat ditetapkan
dengan titrasi langsung dengan EDTA menggunakan indikator hitam
Erichrome Black T (EBT) atau calmagit. Kompleks antara Ca2+ dan
indikator terlalu lemah untuk menimbulkan perubahan warna yang
benar. Tetapi magnesium membentuk kompleks yang lebih kuat dengan
indikator dibandingkan kalsium dan diperoleh suatu titik akhir yang
benar-benar dalam suatu bufer amonia dengan Ph 10. Jika contoh yang
dititrasi itu tidak menganddung magnesium dapatlah suatu garam
magnesium ditambahkan ke dalam EDTA sebelum larutan ini
distandarisasi. Maka titran itu (Ph 10) merupakan campuran MgY2- dan
Y4- yang ditambahkan titran ini ke dalam larutan yang mengandung
Ca2+ terbentuklah CaY2- yang lebih stabil dengan membebaskan Mg2+
untuk bereaksi dengan indikator dan membentuk MgIn- yang berwarna
merah. Setelah kalsium habis terpakai, titran ditambahkan mengubah
MgIn- menjadi MgY2- dari indikator berbubah bentuk Hin2- yang
berwarna biru (Poedjiastoeti, Sri. 2018).
Kesadahan ada dua jenis, yaitu:
1. Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara merupakan kesadahan yang mengandung ion
bikarbonat (HCO3-) atau boleh jadi air tersebut mengandung
senyawa kalsium bikarbonat (Ca (HCO3)2) dan atau magnesium
bikarbonat (Mg(HCO3)2) air yang mengandung ion atau senyawa-
senyawa tersebut disebut air sadah sementara. Karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanas air, sehingga air
tersebut terbebas dari senyawa-senyawa tersebut akan mengendap
pada dasar (Underwood, Day. 1996).
2. Kesadahan Tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
garam-garam klorida, sulfat, karbonat. Misalnya CaSO4, MgSO4,
CaCl2, MgCl2. Kesadahan tetap dikurangi dengan penambahan
larutan soda kapur (terdiri dari larutan Natrium Karbonat dan
Magnesium Hidroksida) sehingga terbentuk endapan Kalsium
Karbonat (padatan / endapan) dan Magnesium Hidroksida (padatan
/ endapan) dalam air.
(Underwood, Day. 1996).
E. Alat dan Bahan
- Alat
1. Labu erlenmeyer 250 ml 3 buah
2. Gelas kimia 50 ml 1 buah
3. Labu ukur 100 ml 1 buah
4. Pipet gondok 1 buah
5. Buret 1 buah
6. Neraca analitik 1 buah
7. Pipet tetes 5 buah
8. Statif dan klem 1 buah
9. Corong 1 buah
10. Spatula 1 buah

- Bahan
1. CaCO3 0,081 gram
2. Aquades secukupnya
3. Larutan bufer Ph 10 secukupnya
4. Indikator EBT secukupnya
5. Na-EDTA 0,01 M secukupnya
6. Air PDAM secukupnya

F. Alur Percobaan
1) Menentukan (standarisasi) larutan Na-EDTA
0,081 gram CaCO3
1. dilarutkan ke dalam gelas kimia dengan aquades 10 ml
2. dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
3. ditambahkan HCl tetes demi tetes HCl sampai gelagak gas berhenti
4. diencerkan dengan air sampai tanda batas dan dikocok minimal 21x
Larutan CaCl2
5. diambil 10 ml menggunakan pipet gondok
6. dimasukkan erlenmeyer ukuran 250 ml
7. ditambahkan 5 ml larutan bufer ph 10
8. ditetesi 3 tetes indikator EBT
9. Dititrasi dengan Na-EDTA 0,01 M
Larutan berwarna merah kebiruan

Reaksi :
1. CaCO3 (s) + H2O (l)  CaCO3 (aq)
2. CaCO3 (aq) + 2HCl (aq)  CaCl2 (aq) + H2O (l) + CO2(g)
3. Ca2+ (aq) + Hin2-  CaIn- + H+ (merah anggur)
4. CaIn- + H2Y2-  CaH2Y + In3-
5. In3- + H2O (l)  Hin- + OH- (biru) (Svehla, G. 1985 : 110)
2) Menentukan kesadahan total air PDAM
Air PDAM

1. dipipet dengan pipet gondok 10 ml


2. dimasukkan ke erlenmeyer
3. ditambahkan 2 ml larutan buffer ph 10
4. ditambah 3 tetes larutan EBT
5. dititrasi dengan larutan EDTA standar
Larutan berwarna biru

Reaksi :
Ca2+ + Hin2-  CaIn- + H+
CaIn- + H2Y2-  CaH2Y + In3- (merah anggur)
In3- + H2O(l) HIn- (Poedjiastoeti, Sr. 2018 : 16)

Rumus Perhitungan:
1. Konsentrasi CaCO3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂3 1000
M= × 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3

2. Konsentrasi
Mol CaCl2 = mol Na-EDTA
𝑀 CaCl2 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎−𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
Normalitas Na-EDTA =
Volume Na−EDTA yang dibutuhkan

3. Titrasi Na-EDTA
M EDTA x V EDTA = M CaCO3 x V CaCO3

4. Kesadahan total
𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑋 1000
Kesadahan total = Volume sampel (ml)
NO. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1. Menentukan (standarisasi) larutan Na-EDTA Sebelum Sesudah  CaCO3(s) + Molaritas larutan
 Serbuk CaCO3  Larutan H2O(l) → CaCO3 rata-rata
0,081 gram CaCO3 berwarna putih CaCO3(aq) adalah 0,0107 M
CaCl2 larutan
1. dilarutkan ke dalam gelas kimia  Larutan HCl tidak  CaCO3(aq) +
dengan aquades 10 ml larutan tidak 2HCl(aq) →
berwarna
berwarna CaCl2(aq) +
2. dimasukkan ke dalam labu ukur 100
 Aquades  Larutan
ml CaCO3 + HCl H2O(l) + CO2(g)
larutan tidak
menghasilkan  Ca (aq) + HIn
3. ditambahkan HCl tetes demi tetes 2+ 2-
berwarna
HCl sampai gelagak gas berhenti  Larutan Na- larutan CaCl2 → CaIn- + H+
4. diencerkan dengan air sampai tanda EDTA larutan (Merah Anggur)
dan gas H2
batas dan dikocok minimal 21x tidak berwarna  CaIn- + H2Y2- →
tidak
 Indikator EBT CaH2Y + In3-
Larutan CaCl2 berwarna
larutan
 In3- + H2O(l) →
5. diambil 10 ml menggunakan pipet berwarna ungu  Gelagak gas
kehitaman berhenti pada HIn- + OH- (Biru)
gondok
6. dimasukkan erlenmeyer ukuran 250  Larutan CaCO3 tetesan HCl ke  Larutan CaCl2
ml keruh 11 dititrasi dengan
7. ditambahkan 5 ml larutan bufer ph  Larutan CaCl2  Larutan Na-EDTA
10 + Larutan CaCl2 dititrasi menjadi larutan
8. ditetesi 3 tetes indikator EBT buffer + larutan berwarna biru.
dengan Na-
indicator =
9. Dititrasi dengan Na-EDTA 0,01 M EDTA =
larutan
Larutan berwarna merah kebiruan berwarna ungu larutan
berwarna biru
V1 = 7,5 ml
V2 = 7,4 ml
V3 = 7,6 ml
NO. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
2. Menentukan kesadahan total air PDAM Sebelum Sesudah  Ca2+ (aq) + HIn2- Kesadahan rata-
 Air PDAM → CaIn- + H+ rata air PDAM
 Air PDAM +
Air PDAM  CaIn- + H2Y2- → adalah 199,73
larutan tidak buffer + ppm.
1. dipipet dengan pipet gondok 10 ml berwarna indicator CaH2Y + In3-
2. dimasukkan ke erlenmeyer  Indicator EBT  In3- + H2O(l) →
dititrasi
larutan HIn- + OH- (Biru)
3. ditambahkan 2 ml larutan buffer ph dengan Na-
berwarna ungu
10 EDTA =  Air PDAM
kehitaman
4. ditambah 3 tetes larutan EBT  Larutan buffer larutan dititrasi dengan
5. dititrasi dengan larutan EDTA larutan tidak berwarna Na-EDTA
standar berwarna menjadi larutan
biru
Larutan berwarna biru  Larutan air berwarna biru
PDAM + buffer V1 = 1,6 ml
= larutan tidak V2 = 2,1 ml
berwarna V3 = 1,9 ml
 Air PDAM +
buffer +
indicator =
larutan
berwarna ungu
G. ANALISIS

Percobaan 1 memiliki tujuan untuk menentukan standarisasi larutan Na-


EDTA dengan larutan CaCl2. langkah pertama yaitu, menimbang serbuk CaCO3
berwarna putih sebanyak 0,081 gram. Kemudian, dilarutkan dengan aquades tidak
berwarna di dalam gelas kimia. Setelah larut, dimasukkan kedalam labu ukur dan
ditetesi HCl pekat sampai gelagak gas berhenti. Penetesan HCl pekat dilakukan
didalam lemari asam. Kemdian, ditambahkan aquades sampai tanda batas,
kemudian dikocok sampai larutan menjadi homogen. Setelah larutan homogen,
diambil 10 Ml menggunakan pipet gondok. Lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
ukuran 250 ml. Lalu, diambahkan 5 ml larutan buffer tidak berwarna. Lalu ditetesi
indikator EBT berwarna biru kehitaman sebanyak 3 tetes. Akibat penambahan
indikator tersebut, larutan berubah menjadi larutan berwarna ungu. Setelah ditetesi
indikator, larutan tersebut dititrasi dengan Na-EDTA sampai terjadi perubahan
warna dari larutan berwarna ungu mejadi larutan berwarna biru. Titrasi dilakukan
dengan pengulangan 3 kali dengan volume Na-EDTA berturut-turut dari
pengulangan 1, 2, dan 3 adalah 7,5 ml; 7,4 ml; 7,6 Ml.

Pada percobaan 2 memiliki tujuan untuk menentukan kesadahan total air


PDAM. Di Langkah pertama, air PDAM diambil 10 Ml menggunakan pipet
gondok. Lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 250 ml. Lalu, diambahkan
5 ml larutan buffer tidak berwarna. Lalu ditetesi indikator EBT berwarna biru
kehitaman sebanyak 3 tetes. Akibat penambahan indikator tersebut, larutan berubah
menjadi larutan berwarna ungu. Setelah ditetesi indikator, larutan tersebut dititrasi
dengan Na-EDTA sampai terjadi perubahan warna dari larutan berwarna ungu
mejadi larutan berwarna biru. Titrasi dilakukan dengan pengulangan 3 kali dengan
volume Na-EDTA berturut-turut dari pengulangan 1, 2, dan 3 adalah 1,6 ml 2,1 ml,
1,9 ml.
Berikut struktur EBT dan Na-EDTA

Gambar 1.1

Gambar 1.1 struktur EBT

Gambar 1.2

Gambar 1.2 struktur Na-EDTA


H. PEMBAHASAN
Pada percobaan 1, fungsi dari penambahan larutan buffer ph 10 adalah
untuk menjaga kestabilan ph larutan yang akan dititrasi. Alasan ditambahkan
larutan buffer dikarenakan indikator EBT dapat berfungsi pada rentang ph 6 sampai
10. Fungsi penambahan indikator EBT adalah untuk mengetahui perubahan warna
yang terjadi saat dilakukan titrasi. Setelah penambahan indikator EBT larutan
berubah dari tidak berwarna menjadi berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena ion
Ca2+ dari larutan CaCl2 berikatan dengan ion Hin2- menjadi senyawa CaIn-
berwarna ungu. Setelah dilakukan titrasi dengan larutan Na-EDTA dihasilkan
larutan berwarna biru. Larutan berwarna biru tersebut merupakan hail reaksi antara
senyawa CaIn- dengan Na-EDTA basa basis 2 yaitu H2Y2- menghasilkan larutan
CaH2Y + In3-. Kemudian karena In3- berlebih menyebabkan larutan dalam
erlenmeyer berwarna biru.

Pada percobaan 2, fungsi dari penambahan larutan buffer ph 10 adalah


untuk menjaga kestabilan ph larutan yang akan dititrasi. Alasan ditambahkan
larutan buffer dikarenakan indikator EBT dapat berfungsi pada rentang ph 6 sampai
10. Fungsi penambahan indikator EBT adalah untuk mengetahui perubahan warna
yang terjadi saat dilakukan titrasi. Setelah penambahan indikator EBT larutan
berubah dari tidak berwarna menjadi berwarna ungu. Hal ini disebabkan karena ion
Ca2+ yang merupakan mineral dari air PDAM berikatan dengan ion Hin2- menjadi
senyawa CaIn- berwarna ungu. Setelah dilakukan titrasi dengan larutan Na-EDTA
dihasilkan larutan berwarna biru. Larutan berwarna biru tersebut merupakan hail
reaksi antara senyawa CaIn- dengan Na-EDTA basa basis 2 yaitu H2Y2-
menghasilkan larutan CaH2Y + In3-. Kemudian karena In3- berlebih menyebabkan
larutan dalam erlenmeyer berwarna biru.

Dari data hasil percobaan 1, volume Na-EDTA yang dibutuhkan untuk


mentitrasi larutan CaCl2 berturut- turut adalah sebagai berikut : pada pengulangan
1 volume Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 7,5 ml, pada pengulangan ke-2 volume
Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 7,4 ml, pada pengulangan ke-3 volume Na-
EDTA yang dibutuhkan adalah 7,6 ml. Dari hasil percobaan tersebut dapat
diketahui konsentrasi Na-EDTA standar melalui rumus:
V Na-EDTA × .M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3

Dari perhitungan tersebut didapat molaritas Na-EDTA dalam (M) berturut-turut


adalah : pada pengulangan 1 sebesar 0,0108 M, pada pengulangan 2 sebesar 0,0109
M, pada pengulangan 3 sebesar 0,0106 M. Molaritas CaCO3 didapat dari
perhiungan rumus:
𝒎𝒂𝒔𝒂 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑴= ×
𝑴𝒓 𝑽

Dengan massa CaCO3 adalah 0,081 gram, BM adalah 100 gram/mol dan
Volumenya adalah 100 ml.

Dari perhitungan molaritas Na-EDTA, dicari rata-rata molaritasnya dengan rumus


𝑀1 + 𝑀2 + 𝑀3
: 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑀 = . Dihasilkan rata-rata M Na-EDTA sebesar
3
0,0107 M.

Dari data hasil percobaan 2, volume Na-EDTA yang dibutuhkan untuk


mentitrasi larutan garam (NaCl) berturut- turut adalah sebagai berikut : pada
pengulangan 1 volume Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 1,6 ml, pada
pengulangan ke-2 volume Na-EDTA Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 2,1 ml,
pada pengulangan ke-3 volume Na-EDTA yang dibutuhkan adalah 1,9 ml. Dari
hasil percobaan tersebut dapat diketahui konsentrasi AgNO3 standar melalui rumus
.
V Na-EDTA × M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3

Dimana M Na-EDTA adalah molaritas rata-rata dari hasil perhitungan sebelumnya


yaitu 0,0107 M. Maka, dihasilkan M CaCO3 berturut-turut adalah sebagai berikut :
pada pengulangan 1 sebesar 0,0017 M, pada pengulangan 2 sebesar 0,0022 M, pada
pengulangan 3 sebesar 0,0020 M. Dari molarias yang dihasilkan pada setiap
pengulangan tersebut dicari massa garam (NaCl) melalui rumus :

𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑉
𝑀 ( )= 𝑚𝑔 ×
𝑚𝐿 𝐵𝑀( ) 1000 (𝑚𝐿)
𝑚𝑚𝑜𝑙
Dari perhitungan tersebut dihasilkan massa garam dapur berturut-turut
adalah sebagai berikut : pada pengulangan 1 sebesar 1,7 mg, pada pengulangan 2
sebesar 2,2 mg, pada pengulangan 3 sebesar 2,0 mg. Setelah diketahui massa garam
dari hasil percobaan, maka dapat dicari kesadaham totalnya melalui rumus :

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
𝑝𝑝𝑚 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)

Dari perhitungan tersebut dihasilkan nilai kesadahan air PDAM berturut-turut


adalah : pada pengulangan 1 sebesar 170 mg/L, pada pengulangan 2 sebesar 220
mg/L, pada pengulangan 3 sebesar 200 mg/L. Kemudian dihitung rata-rata
kesadahan air PDAM dengan rumus :
𝑝𝑝𝑚1 + 𝑝𝑝𝑚2 + 𝑝𝑝𝑚3
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑝𝑚 =
3

Dari perhitungan tersebut, dihasilkan rata- rata kesadahan air PDAM sebesar 196,6
mg/L.

Jadi, air PDAM yang kami gnakan sebagai sampel termasuk kategori air
yang aman dikonsumsi sebagai air minum maupun kebutuhan lainnya. Karena
kesadahannya masih berada jauh dari batas maksimal standar kesadahan menurut
KEMENKES RI. Berikut data standar baku kesadahan air minum dan air bersih di
Indonesia dalam peraturan KEMENKE RI :

1. Baku mutu kualitas air minum di Indonesia


No. Parameter Kimiawi Kadar maksimum (mg/L)
1. Fluorida (F) 1,5
2. Kadmium (Cd) 0,005
3. Kesadahan (CaCO3) 500
4. Klorida (Cl) 250
5. Kromium valensi 6 0,05
6. Mangan (Mn) 0,1
2. Baku mutu kualitas air bersih di Indonesia
No. Parameter Kimiawi Kadar maksimum (mg/L)
1. Aluminium (Al) 0,2
2. Besi (Fe) 0,3
3. Kesadahan (CaCO3) 500
4. Klorida (Cl) 250
5. Mangan (Mn) 0,4

Apabila air yang dikonsumsi (untuk air minum dan kebutuhan lainnya)
memiliki kesadahan yang melebihi batas maksimal, maka dapat berdampak bagi
kesehatan yaitu : dapat menyumbat pembuluh darah jantung (cardiovacular
disease) dan menimbulkan penyakit batu ginjal (urolithiasis).Juga dapat
menyumbat pori-pori kulit sehingga terasa kasar dan tidak nyaman.

Selain berdampak bagi kesehatan, kesadahan air terlalu yang tinggi juga
berdampak buruk terhadap lingkungan, yaitu :Air sadah juga menyebabkan
penggunaan berlebih. Karena tidak terbentuknya busa, Banyak peralatan rumah
tangga cepat berkerak dan kotor. Kalau dicuci dan digosok terlalu keras malah
bocor. Hal itu merupakan salah satu dampak buruk “air sadah” terhadap peralatan
dapur yang sering digunakan untuk memanaskan air yang mengandung kesadahan
tinggi.
I. KESIMPULAN
1. Molaritas larutan CaCO3 rata-rata adalah 0,0107 M
2. Kesadahan rata-rata air PDAM adalah 199,73 ppm.
J. JAWABAN PERTANYAAN

1. Carilah rumus kimia Na-EDTA, Hitam Eriokrom T !


a. Rumus kimia Na-EDTA:
 EDTA merupakan senyawa kompleks khelat dengan rumus
molekul: (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2.
 Nama IUPAC : 2,2',2'',2'''-(Ethane-1,2-diyldinitrilo)tetraacetic
acid
 Nama sistematis : 2-({2-[ bis (carboxymethyl) amino] ethyl}
(carboxymethyl) amino) acetic acid)
 Nama lain : Diaminoethane-tetraacetic acid, Edetic acid
Ethylenedinitrilo-tetraacetic acid

b. Rumus kimia Hitam Eriokrom T

(E)-3-hydroxy-4-((1-hydroxynaphthalen-2-yl)diazenyl)-7-
nitronaphthalene-1-sulfonate
2. Berapa konsentrasi larutan CaCl2 jika dinyatakan dengan ppm CaCO3 ?

Diketahui :
m CaCO3 = 0,0803gram = 81,1 mg
m air = 100 mL = 0,1 L
Ditanya = ppm CaCO3...?

Jawab: CaCO3   CaCl2 

CaCO3   mg 
L
CaCO3   81,1 mg 
0,1 L
CaCO3   811 ppm
3. Bagaimanakah cara membuat larutan buffer amonia + amonia klorida?
NH3 + HCl NH4Cl
Cara pembuatan larutan buffer adalah dengan mereaksikan NH3
dengan HCl yang nantinya akan menghasilkan NH4Cl.
Perhitungan :
pH =14-pOH
pOH = 14-pH
= 14-10
=4
basa 
OH   K . garam

b

10-4 = kb.
basa 
garam 
basa  
10 4
garam 1,8 x10 5

basa  5,5556garam
Larutan buffer dibuat dengan menggunakan perbandingan jumlah
konsentrasi basa dengan konsentrasi garam.
Soal Aplikasi Titrasi Pengomplekan
1. Mengapa pH larutan merupakan faktor penting dalam pemilihan
indikator untuk titrasi khelometri?

Jawaban
Pemilihan indikator terkait dengan penggunaaan pH, karena
dibutuhkan indikator yang dapat renponsif terhadap pMg, pCa, pCu,
dan p yang lainnya, dan karena indikator tersebut harus dapat
melepaskan ion metal pada EDTA apda sebuah nilai pM yang amat
dekat dengan nilai pM pada titik ekivalen.
2. Suatu contoh air 100mL mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dititrasi
dengan EDTA 15,28 mL 0,01016 M dalam suatu buffer amonia pH 10.
suatu contoh lain 100 mL dititrasi dengan NaOH untuk mengendapkan
Mg(OH)2 dan kemudian dititrasi dengan 10,43 mL EDTA yang sama.
Hitung berapa ppm CaCO3 dan MgCO3?

Jawaban
Diketahui : V air = 100mL
V EDTA = 15,28mL
M EDTA = 0,0106M
pH=10
Ditanya : ppm CaCO3 dan MgCO3
Jawab :
mmol air = mmol EDTA
= 15,28x0,01016
= 0,1552 mmol
Mg CaCO3 = mmol air x Mr CaCO3
= 0,1552 x 100
= 15,5200 mg

ppm = 155,2000 mg
L
mmol air = mmol EDTA
= 10,43 x 0,01016
= 0,1059 mmol
gr
mmol MgCO3 =
Mr
gr = 0,1059 x 84 = 8,90148 mg

ppm = 89,0148 mg
L
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A Underwood A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif edisi Keenam.
Erlangga: Jakarta
Khopkar, SM.. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta
Poedjiastoeti, Sri, dkk. 2018. Panduan Praktikum Analitik II Analaisis
Kuantitatif. Unesa Unipress: Surabaya

Sumar, Hendayana, dkk. 2002. Kimia Analitik. Universitas Terbuka :


Jakarta

Svehlia, G. 1985. Buku Teks Aanalitik Anorganik Kualitatif Makro dan


Semimikro edisi Kelima. Erlangga: Jakarta
LAMPIRAN PERHTUNGAN

1. Standarisasi Larutan Na-EDTA 0,01 M dengan CaCl2 sebagai larutan baku

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M CaCO3 = ×
𝐵𝑀 𝑉

0,081𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
= 100 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 × 100 𝑚𝑙

= 0,0081 mol/ml

= 0,0081 M

Standarisasi Na-EDTA

V1 = 7,5 ml

V2 = 7,4 ml

V3 = 7,6 ml

a. V Na-EDTA × M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3


7,5 ml × M Na-EDTA = 10 ml × 0,0081 M
M Na-EDTA = 0,0108 M
b. V Na-EDTA × M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3
7,4 ml × M Na-EDTA = 10 ml × 0,0081 M
M Na-EDTA = 0,0109 M
c. V Na-EDTA × M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3
7,6 ml × M Na-EDTA = 10 ml × 0,0081 M
M Na-EDTA = 0,0106 M

(0,0108+0,0109+0,0106)𝑀
Konsentrasi rata-rata =
3

= 0,0107 M
2. Menentukan Kesadahan Total Air
a. V Na-EDTA × M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3
1,6 ml × 0,0107 M = 10 ml × M CaCO3
M CaCO3 = 0,0017 M

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M = ×
𝑀𝑟 𝑉

𝑔𝑟𝑎𝑚 100
0,0017 mmol/ml = 100 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙 × 1000 𝑚𝑙

Gram = 1,7 mg

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
Ppm = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)

1,7 𝑚𝑔
= 0,01 𝐿

= 170 mg/L

b. V Na-EDTA × M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3


2,1 ml × 0,0107 M = 10 ml × M CaCO3
M CaCO3 = 0,0022 M

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M = ×
𝑀𝑟 𝑉

𝑔𝑟𝑎𝑚 100
0,0022 mmol/ml = 100 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙 × 1000 𝑚𝑙

Gram = 2,2 mg

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
Ppm = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)

2,2 𝑚𝑔
= 0,01 𝐿

= 220 mg/L
c. V Na-EDTA × M Na-EDTA = V CaCO3 × M CaCO3
1,9 ml × 0,0107 M = 10 ml × M CaCO3
M CaCO3 = 0,0020 M

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M = ×
𝑀𝑟 𝑉

𝑔𝑟𝑎𝑚 100
0,0020 mmol/ml = 100 𝑚𝑔/𝑚𝑚𝑜𝑙 × 1000 𝑚𝑙

Gram = 2mg

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑚𝑔)
Ppm = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝐿)

2 𝑚𝑔
= 0,01 𝐿

= 200 mg/L

(170+220+200)𝑝𝑝𝑚
Rata-rata ppm = 3

590 𝑝𝑝𝑚
=
3

= 196,6ppm
LAMPIRAN

FOTO KETERANGAN
Larutan CaCO3

Serbuk CaCO3
ditimbang
sebanyak 0,059
gram

0,059 gram
serbuk CaCO3
dilarutkan
dengan 10 mL
aquades.

Larutan CaCO3
10 mL
dimasukkan ke
dalam labu ukur.

1 2 Gambar 1 :

ditetesi HCl
pekat sampai
gelagak gas
berhenti.

Gambar 2 :

pada tetesa HCl


pekat ke 11,
FOTO KETERANGAN
gelagak gas
berhenti.

1 2
Gambar 1 :

Ditambahkan
aquades sampai
tanda batas.

Gambar 2 :

Dikocok perlahan
sampai larutan
benar-benar
homogen.

Dipipet 10 mL
menggunakan
pipet gondok
FOTO KETERANGAN

Ditambahkan 5
mL larutan
buffer.

Ditambahkan 3
tetes indikator
EBT.

Setelah
penambahan
indikator.

Dititrasi dengan
larutan Na-
EDTA.
FOTO KETERANGAN

Perubahan warna
setelah ditirasi
dengan Na-
EDTA pada
pengulangan 1, 2,
dan 3.

Air PDAM

Air PDAM
dipipet 10 mL
menggunakan
pipet gondok.

Setelah dipipet,
dimasukkan ke
dalam
erlenmeyer.

Ditambahkan 5
mL larutan
buffer.
FOTO KETERANGAN
1 2 Gambar 1 :

Ditambahkan 3
tetes indikator
EBT

Gambar 2 :

Perubahan warna
setelah
penambahan
indikator.

Perubahan warna
setelah dititrasi
dengan Na-
EDTA pada
pengulangan 1, 2,
dan 3.

Anda mungkin juga menyukai