Anda di halaman 1dari 4

Laporan Praktikum Analisis Kesadahan Air

December 12, 2016 Agustyar Kimia Anorganik

Laporan Praktikum Analisis Kesadahan Air


1. Tujuan
a. Mempelajari penyebab dan pengaruh air sadah
b. Menentukan kesadahan sampel air
2. Dasar Teori
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion
kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana
titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang
kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri
juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa
seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan
EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat(Chang,2003)
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa
masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah
yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam
industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk
menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan
menggunakan resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion
yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+), yaitu:
a. Air sadah sementara
Mengandung garam hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan atau Mg(HCO3)2.
1. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan
air tersebut sehingga garam karbonatnya mengendap, reaksinya: Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) +
H2O (l) + CO2 (g)
Mg (HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
2. Selain dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan
kesadahannya dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 atau
Mg (HCO3)2 dengan kapur (Ca(OH)2):
Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) –> 2CaCO3 (s) + 2H2O (l)
b. Air sadah tetap
Mengandung garam sulfat (CaSO4 atau MgSO4) terkadang juga mengandung garam klorida
(CaCl2 atau MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan cara:
1. Mereaksikan dengan soda Na2CO3 dan kapur Ca(OH)2, supaya terbentuk
endapan garam karbonat dan atau hidroksida:
CaSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) +Na2SO4 (aq)
2. Proses Zeolit Dengan natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan ion
kalsium dan ion magnesium atau kalsium zeolit(Fardiaz,1992).
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari
pengompleksian,contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalam bentuk protonate EBT
berwarna biru. Lalu berubah menjadi warna merah ketika membentuk komplek dengan
kalsium,magnesium, dan ion logam lainnya. Nama lain dari Eriochrome Black T
adalah,Solochrome Black T atau EBT. Suatu kelemahan EBT adalah larutannya tidak stabil. Bila
disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator
tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite Indikator ini
stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T (Harjadi,1993).
EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang dibentuk dari
protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk kalsium) dalam jaringan
tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui urine. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan
keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua
atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina
tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen
penyumbang dalam molekul.
Struktur 1.2 EDTA
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari atom
oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai
dengan enam secara serempak (Khopkar, 1990).
3. Alat
Alat yang digunakan,yaitu gelas piala atau gelas beker 100 ml yang berfungsi untuk tempat
larutan, erlenmeyer 100/125 ml yang berfungsi untuk tempat zat yang akan dititrasikan, pipet
gondok 20 ml yang berfungsi pada larutan yang akan diambil dengan volume 20 ml, pipet
gondok 1 ml berfungsi pada larutan yang akan diambil dengan volume 1 ml,pipet tetes yang
berfungsi sama untuk mengambil larutan, corong gelas yang berfungsi untuk membantu
memasukan larutan ke dalam tempat yang lubangnya kecil atau sempit, dan buret 50 ml yang
digunakan untuk titrasi.
4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum,yaitu NaEDTA 0,0005 M,standar Ca2+ 0,0001 M,Buffer
ph 10, indikator EBT,dan sampel air.
5. Cara Kerja
• Standarisasi 0,005 M larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat, Na2H2Y (Na2EDTA)
Buret diisi dengan larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat (Na2EDTA) 0.005 M. Kemudian 20
ml larutan standar Ca2+ 0,0005 M diambil dengan pipet gondok,lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeter 125 ml. Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10 dan ditetesi 2 tetes indikator EBT.
Disiapkan tiga larutan standar Ca2+. Larutan standar Ca2+ yang ditritasi dengan titran Na2H2Y
secara perlahan-lahan hingga berubah warna menjadi biru langit secara permanen. Percobaan
ini diulangi tiga kali.
• Analisis Sampel Air
20 ml sampel air diambil dengan pipet gondok berukuran 20 ml, lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 125 ml. Kemudian ditambahkan 1 ml lautan buffer pH 10 dan ditetesi 2 tetes
indikator EBT. Larutan Na2H2Y dititrasikan secara perlahan-lahan hingga warnanya berubah
seperti warna biru langit secara permanen. Lalu percobaan ini diulangi tiga kali.
6. Hasil
a. Standarisasi larutan Na2EDTA 0,005 M
No. Uraian Percb. 1 Percb.2 Percb.3
1. Volume larutan standar Ca2+ (mL) 20 20 20
2. Konsentrasi larutan standar Ca2+ (M) 0,0005 0,0005 0,0005
3. Pembacaan buret,akhir (mL) 2 4,2 6,6
4. Pembacaan buret,awal (mL) 0 2 4,2
5. Volume titran/Na2EDTA 2 2,2 2,4
6. Molaritas Na2EDTA (mol/L) 0,005 0,0045 0,0042
7. Molaritas rata-rata (mol/L) 0,0046
b. Analisis sampel air
No. Uraian Percb. 1 Percb.2 Percb.3
1. Volume sampel air (mL) 20 20 20
2. Pembacaan buret,akhir (mL) 5,4 10,4 15,8
3. Pembacaan buret,awal (mL) 0 5,4 10,4
4. Volume titran/Na2EDTA 5,4 5,0 5,4
5. Mol Na2EDTA=mol ion sadah, Ca2+ dan Mg+ 0,025 0,023 0,025
6. Konsentrasi CaCO3mg CaCO3 /L sampel(ppm) 125 115 125
7. Konsentrasi CaCO3rata-rata (ppm) 121,67
c. Tingkat kesadahan
Kesadahan (ppm CaCO3) Klasifikasi kesadahan
< 15 Sangat rendah
15-50 Rendah
100-200 Tinggi
>200 Sangat tinggi
7. Pembahasan
Pada percobaan kali ini mengunakan metode titrasi, yaitu cara penetuan konsentrasi suatu
larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Titran yang digunakan adalah Na2EDTA
dan akan berdisiosasi menjadi ion Na+ dan H2Y2 . Pada percobaan ini, Ca2+ memiliki molaritas
sebesar 0,005M dan volume larutan 0,02 liter. Molaritas dan volume larutan telah diketahui
karena larutan ini merupakan larutan standar .Pada percobaan ini juga ditambahkan buffer ph
10,Na2EDTA, dan EBT. Adanya penambahan tersebut agar pHnya tetap atau tidak berubah-
ubah..Pada pH larutan dapat mengalami perubahan dengan adanya ion hidrogen yang lepas
pada saat titrasi. Dengan adanya pH dan EBT dapat mencegah terbentuknya endapan logam
hidroksida. Dilakukan standarisasi dengan menggunakan larutan standar Ca2+. Larutan standar
adalah larutan yang sudah diketahui nilai molaritasnya sehingga dapat menstandarisasi larutan
lain yang belum diketahui nilai molaritasnya. Jadi dengan melakukan standarisasi pada
percobaan ini untuk mengetahui nilai molaritas pada larutan yang belum diketahui nilai
molaritasnya. Pada percobaan ini juga dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, pengulangan
ini untuk menganalisa hasilnya. Hasil satu percobaan belum tentu signifikan. Pengulangan
tersebut untuk mengetahui data atau hasil itu signifikan atau tidaknya. Dalam proses titrasi ini
terjadi perubahan warna, karena adanya indikator EBT yang mampu berikatan dengan ion Ca2+
dan Mg2+. Adanya indikator ini yang dicampurkan sampel air atau pada saat melakukan
standarisasi larutan Na2EDTA 0,0005 M akan mengalami perubahan warna dan terjadi titik akhir
titrasi. Titik akhir titrasi itu terjadi pada saat perubahan warna dan terjadi titik ekivalen.
Percobaan dengan menstandarisasi larutan Na2EDTA dengan tiga kali percobaan. Pada
percobaan ini untuk mencari nilai molaritas dari suatu larutan yang belum diketahui nilai
molaritasnya dengan bantuan larutan standar Ca2+ . Volume larutan standar Ca2+ sebesar 20
ml yang kemudian dititrasikan. Di dapat volume titran yang pertama 0,002 L dengan molaritas
sebesar 0,005 mol/L, sedangkan yang kedua volume titran sebesar 0,0022 L dengan molaritas
0,0045 mol/L. Lalu yang ketiga dengan volume titran 0,0024 L dengan molaritas 0,0042 mol/L.
Diperoleh pula molaritas rata-rata sebesar 0,0046 mol/L. Dari ketiga data tersebut mempunyai
hasil yang berbeda,hal ini dikarenakan pada saat melalukan titrasi yang seharusnya dilakukan
dengan perlahan-lahan,tetapi jika diperlakuan dengan cepat atau tidak perlahan-lahan dalam
mentitrasikan suatu larutan akan mempengaruhi volume titran. Adapun faktor lain,yaitu pada
saat pengambilan larutan tidak tepat pada pengukuran dan dalam melihat angka tidak tepat, hal
tersebut juga dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pada perubahan warna yang
ditritasikan menjadi biru cerah,kurang teliti dalam melihat perubahan warna. Perubahan warna
yang berbeda itu dapat mempengaruhi hasil dari volume hingga molaritasnya. Penambahan
indikator atau buffer pH 10 yang berlebih juga akan mempengaruhi hasil yang akan diperoleh.
Pada percobaan analisis sampel air untuk mengetahui tingkat kesadahan air. Dengan volume
sampel air yang digunakan 20 ml. Percobaan yang kedua ini juga diulangi tiga kali. Didapatkan
volume titran yang pertama sebesar 5,4 ml,sehingga diperoleh mol ion sadah Ca2+ dan Mg2+
sebesar 0,025 mmol,serta konsentrasinya yang didapat sebesar 125 ppm, pada percobaan yang
kedua volume titrannya 5,0 ml, sehingga diperoleh mol ion sadah Ca2+ dan Mg2+ sebesar 0,023
mmol,serta konsentrasinya sebesar 115 ppm, dan percobaan yang ketiga hasilnya sama seperti
percobaan pertama yang konsentrasinya sebesar 125 ppm. Dari ketiga data tersebut diperoleh
konsentrasi rata-rata sebesar 121,67 ppm. Jika dilihat pada tabel tingkat kesadahan, 121,67 ppm
termasuk tingkat kesadahan yang tinggi. Dari percobaan ini yang mengalami perubahan warna
yang sama menjadi biru cerah atau biru langit, tetapi hasil yang didapat tidak sama satu dengan
yang lain. Hal ini terdapat faktor yang mempengaruhi,yaitu pada saat melakukan titrasi yang
seharusnya perlahan-lahan, pada saat pengambilan larutan yang tidak tetap atau lebih sedikit
dari batas pengukuran juga dapat mempengaruhi hasilnya, dan pada saat membac buret yang
tidak tepat juga akan mempengaruhi hasil yang didapat. Pada penetesan pH 10 atau indikator
EBT yang berlebih juga akan mempengaruhi volumenya dan warnanya pun akan berbeda
dengan satu tetes indikator dengan dua tetes indikator.
Untuk reaksi yang terjadi, Sebelum titran H2Y2- ditambahkan untuk analisa, analit berwarna
merah anggur karena ion kompleks (Ca – EBT)2+ (aq). Jika H2Y2- mengkompleks semua
Ca2+bebas dari sampel air maka kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ terdisosiasi dari warna
merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion
sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2-
(Ca – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> CaY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
Jika titran H2Y2- ditambahkan pada analit, maka akan terjadi reaksi pembentukan kompleks
dengan ion Ca2+ dan Mg2+seperti berikut:
Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Mg2+ (aq) + H2Y2- (aq) (MgY)2- (aq) + 2H+ (aq)
Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur (Mg
– EBT)2+ (aq)
Mg 2+ (aq) + EBT (aq) –> (Mg – EBT)2+ (aq)
Jika H2Y2- mengkompleks semua Ca2+ dan Mg2+ bebas dari sampel air maka kompleks merah
anggur (Ca – EBT)2+ terdisosiasi dari warna merah anggur berubah menjadi biru langit dari
indikator EBT. Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2-
(Mg – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) MgY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)
8. Kesimpulan
1) Kesadahan yang dipengaruhi adanya kandungan garam yang terlarut dari ion-ion sadah
seperti Ca2+,Mg2+,Fe2+.
2) Konsentrasi CaCO3 rata-rata sebesar 121,67 ppm, tingkat kesadahannya tinggi.
9. Pengesahan
Yogyakarta,…. Desember 2012
Mengetahui,
Asisten Praktikan
(Oktavian Ira W.) (Dyah Ayu L.)
10. Daftar Pustaka
Chang, Rymond.2003. Edisi Ketiga. Kimia Dasar. Jakarta.Erlangga.
Fardiaz, srikandi.1992.Polusi Air dan Udara.Yogyakarta.Kanisius.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta.PT Gramedia.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerjemah : A. Saptorahardjo, UI-Prees,
Jakarta
11. Lampiran
Diposkan oleh Ayoe AndAy di 03.50

Anda mungkin juga menyukai