Penyusun:
Wike Handayani / 1205712
Kelompok 7
Uswatun Hasanah / 1205736
Wenny Anggraini / 1205732
Wiwit Fitrah Legi / 1205685
Yona Febriani / 1205716
Contents
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................. 3
DAFTAR TABEL................................................................................................................................... 4
A. TUJUAN ......................................................................................................................................... 5
B. TEORI DASAR .............................................................................................................................. 5
C. ALAT DAN BAHAN ................................................................................................................... 10
Alat : ................................................................................................................................................. 10
Bahan : .............................................................................................................................................. 10
D. CARA KERJA .............................................................................................................................. 10
Eksperimen 1. Reaksi dengan Asam Klorida .................................................................................... 10
Eksperimen 2. Reaksi dengan larutan Natrium Hidroksida ............................................................. 11
Eksperimen 3. Reaksi dengan Oksigen ............................................................................................. 11
Eksperimen 4. Membandingkan Aluminium Klorida dan magnesium Klorida ................................ 12
Eksperimen 5. Membandingkan sifat Asam-Basa Aluminium Oksida dan Magnesium Oksida ...... 12
Eksperimen 6. Membandingkan sifat asam-basa ion Al 3+ dan Mg2+ yang Terhidrasi ..................... 13
E. HASIL PENGAMATAN .............................................................................................................. 14
F. PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 16
G. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 20
H. JAWABAN PERTANYAAN ....................................................................................................... 22
I. LAMPIRAN GAMBAR ............................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 28
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
4
ALUMINIUM DAN SENYAWANYA
A. TUJUAN
Mempelajari kimia aluminium dan senyawanya dan membandingkannya
dengan kimia magnesium dan senyawanya.
B. TEORI DASAR
Ilmu kimia aluminium sangat ditentukan oleh muatan yang besar dan
jari-jari yang kecil dari ion Al3+, yaitu kerapatan muatan yang besar.
3+
Jika garam aluminium dilarutkan dalam air ion Al segera membentuk
[Al(H2O)6]3+ yang biasanya ditulis dengan Al3+(aq).
Di dalam larutan air, air yang bebas berfungsi sebagai basa dan dapat diperoleh
kesetimbangan berikut,
[Al(H2O)6]3+ + H2O → [Al(H2O)6]3+ + H2O
Dalam basa yang kuat seperti NaOH terjadi reaksi,
[Al(H2O)6]3+ + 3OH- → [Al(H2O)3 (OH)3] (S) + H2O(l)
Dalam larutan NaOH yang berlebih,
-
[Al(H2O)3 (OH)3] (S) + OH (aq ) → [Al(H2O)3(OH)3] (S) + H2O(l)
(Tim Kimia Anorganik, 2014)
(Latin: alumen, alum) Orang-orang Yunani dan Romawi kuno menggunakan
alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses pewarnaan. Pada
tahun 1761 de Morveau mengajukan nama alumine untuk basa alum dan Lavoisier,
pada tahun 1787, menebak bahwa ini adalah oksida logam yang belum ditemukan.
5
Wohler yang biasanya disebut sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi
logam ini pada 1827, walau aluminium tidak murni telah berhasil dipersiapkan oleh
Oersted dua tahun sebelumnya. Pada 1807, Davy memberikan proposal untuk
menamakan logam ini aluminum (walau belum ditemukan saat itu), walau pada
akhirnya setuju untuk menggantinya dengan aluminium. Nama yang terakhir ini sama
dengan nama banyak unsur lainnya yang berakhir dengan “ium”.
Aluminium juga merupakan pengejaan yang dipakai di Amerika sampai tahun
1925 ketika American Chemical Society memutuskan untuk menggantikannya dengan
aluminum. Untuk selanjutnya pengejaan yang terakhir yang digunakan di publikasi-
publikasi mereka.
Metoda untuk mengambil logam aluminium adalah dengan cara
mengelektrolisis alumina yang terlarut dalam cryolite. Metoda ini ditemukan oleh
Hall di AS pada tahun 1886 dan pada saat yang bersamaan oleh Heroult di Perancis.
Cryolite, bijih alami yang ditemukan di Greenland sekarang ini tidak lagi digunakan
untuk memproduksi aluminium secara komersil. Penggantinya adalah cariran buatan
yang merupakan campuran natrium, aluminium dan kalsium fluorida.
Aluminium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak bumi dan
terdapat dalam batuan seperti felspar dan mika. Kandungan yang mudah diperoleh
adalah oksida terhidrat seperti bauksit, Al2O3.nH2O, dan kryolit, Na3AlF6.
Satu-satunya oksida aluminium adalah alumina, Al2O3. meskipun demikian,
kesederhanaan ini diimbangi dengan adanya bahan-bahan polimorf dan terhidrat yang
sifatnya bergantung kepada kondisi pembuatannya. Terdapat dua bentuk anhidrat,
Al2O3 yaitu α – Al2O3 dan γ – Al2O3. α – Al2O3 stabil pada suhu tinggi dan juga
metastabil tidak terhingga pada suhu rendah. Ia terdapat di alam sebagai mineral
korundum dan dapat dibuat dengan pemanasan γ – Al2O3 atau oksida anhidrat apapun
di atas 1000oC. γ – Al2O3 diperoleh dengan dehidrasi oksida terhidrat pada suhu
rendah (~450oC). α – Al2O3 keras dan tahan terhadap hidrasi dan penyerangan asam,
sedangkan γ – Al2O3 mudah menyerap air dan larut dalam asam. Alumina yang
digunakan untuk kromatografi dan diatur kondisinya untuk berbagai kereaktifan
adalah γ – Al2O3 (Ahmad, 1992).
6
Adapun sifat-sifat alumunium yang lain :
1. Bereaksi dengan oksigen membentuk lapisan tipis oksida yang melindungi dari
oksidasi lebih lanjut.
2. Bereaksi dengan asam membebaskan gas hidrogen.
3. Bila dipanaskan kuat di udara, Al terbakar membentuk oksida dan sedikit nitrida.
4. Alumunium larut dalam larutan NaOH encer
Al (s) + OH- (aq) + 3H2O (l) Al(OH)4- + 3/2 H2 (g)
5. Dapat mereduksi Fe2O3 disertai pelepasan panas yang besar (dipakai untuk
mengelas baja).
6. Senyawa hidroksidanya bersifat amfoter
Al(OH)3 + 3 HCl AlCl3 + 3 H2O
Kekuatan dan kekerasan aluminium tidak begitu tinggi dengan pemaduan dan
heat treatment dapat ditingkatkan kekuatan dan kekerasannya. Aluminium komersil
selalu mengandung ketidak murnian ± 0,8% biasanya berupa besi, silicon, tembaga
dan magnesium. Sifat lain yang mnguntungkan dari aluminium adalah sangat mudah
difabrikasi, dapat dituang (dicor) dengan cara penuangan apapun. Dapat deforming
dengan cara: rolling, drawing, forging, extrusi dll. Menjadi bentuk yang rumit
sekalipun (Wilkinson, 1989)
Pembuatan alumunium
Aluminium dibuat dalam skala yang sangat besar, dari bauksit. Ia dimurnikan
dengan pelarutan dalam NaOH (aq) dan diendapkan ulang sebagai Al(OH)3 dengan
menggunakan CO2. Hasil dehidrasinya dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6).,
7
dan lelehannya pada 800 sampai 1000oC dielektrolisis. Aluminium adalah logam yang
keras, kuat dan berwarna putih. Meskipun sangat elektropositif, ia bagai manapun
juga tahan terhadap korosi karena lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan
secara elektrolitik pada aluminium, yaitu proses yang disebut anodisasi; lapisan-
lapisan segar dapat diwarnai dengan pigmen.
Alumunium dapat dibuat dari elektrolisis Al2O3 cair dengan larutan elektrolit
kriolit (Na3AlF6)
Setelah disaring, Al(OH)3 dipijar dan hasil pemijarannya adalah Al2O3 (s)
panas
Al(OH)3 AlO2- + 3H2O
8
Pada ekstraksi aluminium, Al2O3 (s) dilarutkan dalam leburan kriolit Na3AlF6
kemudian dilektrolisis.
Bila garam aluminium dilarutkan ke dalam air, ion Al3+ mengalami hidroksi.
Al3+ + H2 [Al(H2O)6]3+
Oleh karena kerapatan ion sangat besar maka ion ini dapat menarik elektron
dalam ikatan OH- dari air dekatnya, sehingga air merupakan donor proton.
Oleh karena itu larutan garam Al3+ bersifat asam, asam-asam asetat. Jika basa
yang lebih kuat dari air seperti S2- dan CO22- ditambahkan pada larutan aluminium,
ion H+ akan dilepaskan dari [ Al(H2O)6)]3+ .
Reaksi yang mirip terjadi jika basa kuat seperti NaOH (aq) ditambahkan pada
larutan garam Al.
Meskipun tidak tepat, reaksi antara ion aluminium dengan NaOH (aq), baisanya
ditulis sebagai berikut :
Larutan jenuh
9
Aluminium. Sesuai dengan harga potensial elektrodanya (-1,66 V) dapat diramal
bahwa aluminium lebih reaktif dari seng dan logam ini mudah bereaksi denga
oksigen, melarut dalam asam encer dan membebaskan hidrogen. Meskipun tidak
terlihat denga jelas, sebenarnya aluminium bereaksi dengan oksigen. Namun, setiap
permukaan aluminium yang baru segera dilapisi oleh aluminium oksida sangat tipis.
Lapisan oksida yang hanya setebal 104 m sangat keras, stabil dan tidak berpori iti
melindungi aluminium dari reaksi dengan oksigen sehingga terhalang dari oksida
selanjutnya (S, 1999).
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Gelas kimia
3. Pipa penyalur gas
4. Pembakar Bunsen
Bahan :
1. Keping Aluminium 9. CaCl2,
2. Serbuk Al, 10. Aluminium Klorida Anhidrat,
3. Pita Mg 11. Magnesium Klorida Anhidrat,
4. Asam Klorida encer, 12. Magnesium Oksida,
5. Natrium Hidroksida encer, 13. Aluminium Oksida,
6. Larutan Merkuri (ii) Klorida, 3+
14. Larutan Al 0,1 M,
7. Gas Klor, 15. Larutan Mg
2+
0,1 M.
8. Tabung pengering,
D. CARA KERJA
Eksperimen 1. Reaksi dengan Asam Klorida
Campurkan 5 mL asam klorida encer dengan beberapa keping logam Al dalam satu
tabung reaksi
10
1. Jelaskan pengamatan Anda, dan tulis persamaan reaksi.
2. Perhatikan harga potensial elektroda hidrogen, aluminium dan Mg. Jelaskan
apakah aluminium dan Mg dapat bereaksi dengan asam klorida encer. Jelaskan
apa sebabnya aluminium lambat bereaksi.
.
3. Catat pengamatan Anda, dan periksa gas yang terbentuk.
4. Tulis persamaan reaksi yang terjadi.
5. Ulangi percobaan dengan Mg sebagai pengganti Al. Bandingkan kedua reaksi.
6. Apa sebabnya panci aluminium tidak boleh dicuci dengan soda- cuci (natrium
karbonat).
Letakkan secarik aluminium foil dalam gelas kimia dan ditaburi dengan
larutan merkuri(II) klorida
↓
Biarkan beberapa menit, kemudian cuci aluminium foil dengan air
↓
Biarkan foil ini beberapa menit di udara
11
11. Untuk apa saja logam Al digunakan? Sebutkan sifat-sifat Al yang merupaka faktor
yang menentukan sehingga Al dapat digunakan untuk berbagai peralatan.
12. Uraikan pengaruh pemanasan pada Al2Cl6 dan MgCl2. Sarankan struktur yang
dimiliki kedua senyawa.
b. Pengaruh air terhadap klorida anhidrat
Masukkan satu sendok aluminium klorida anhidrat ke dalam tabung reaksi
↓
Kemudian tambahkan air setetes demi setetes
13. Uraikan apa yang terjadi. Apakah tabung reaksi menjadi panas? Berapa pH
larutan?
Ulangi percobaan dengan magnesium klorida anhidrat sebagai pengganti
Al klorida anhidrat
15. Uraikan hasil dari percobaab di atas. Apakah kedua oksida ini bersifat basa?
12
17. Tulis persamaan reaksi yang terjadi, jika aluminium oksida dan magnesium oksida
dipanaskan dengan asam klorida encer dan natrium klorida encer.
18. Yang manakah asam Bronsted-Lowry terkuat? Al3+ (aq) atau Mg2+ (aq). Jelaskan
jawaban Anda!
19. Uraikan dan jelaskan apa yang terjadi. Tulis persamaan Larutan Al3+ reaksi.
20. Apa sebabnya [Al(H2O)] melarut dalam air sedangkan Al(OH)3(H2O)3- tidak
melarut.
21. Uraikan dan jelaskan apa yang terjadi. Apa sebabnya endapan tidak melarut dalam
larutan natrium hidroksida berlebih?
22. Di mana terletak perbedaan utama antara kimia aluminium dan kimia magnesium?
13
E. HASIL PENGAMATAN
Percobaan Perlakuaan Reaksi Pengamatan
Eksperimen 1 Logam Al Al (s) + 3 H+ (aq) → Keperakan
+ HCl 5 ml Tidak ada
Al3+ (aq) + 3H2 (g)↑
perubahan
dipanaskan Timbul gelembung
gas (gas berwarna
putih → gas H2)
larutan keruh,
logam Mg
berkurang
Logam Mg Abu- abu
Mg+ (s) + 2HCl (aq) → kehitaman
+ HCl 5 ml MgCl (aq) + 3H2 (g)↑ Terbentuk
gelembung gas
(gas berwarna
putih) logam Mg
larut, larutan
menjadi panas
Eksperimen 2 Logam Al Al2O3 (s) + 2OH- (aq) +
+ NaOH Tidak ada
3H2O → 2[Al (OH)4]-
perubahan
Dipanaskan (aq) + H2 (g)↑ Timbul gelembung
gas, logam berubah
menjadi putih,
larutan keruh
(panas dihentikan,
masih ada
gelembung)
Logam Mg
3MgO (s) + 3OH- + 5H2O
+ NaOH Tidak ada
→ 3 [Mg(OH)3]- + 2H2 (g) perubahan
dipanaskan Timbul
+ 2O2 (g)↑
Gelembung gas
uap bening (panas
di hentikan maka
tidak ada
gelembung)
14
dicuci dengan 2 Al (s) + 3/2 O2 (g) → udara terbuka
H2O Logam Al
Al2O3 (s)
berwarna abu-abu
(seperti habis
Dibiarkam terbakar)
lama-lama Menjadi abu
15
Eksperimen 6 Larutan Al3+ Al3+ (aq) + 2OH- + 3H2O pH : 4
+ NaOH Terbentuk endapan
→ 6 Al(OH)4-
>> larut larutan
keruh pH : 4
Larutan Mg2+ pH : 8
+ NaOH Larutan keruh, ada
endapan melayang-
layang di dalam
larutan
pH : 12
F. PEMBAHASAN
Eksperimen 1. Rekasi dengan HCl
Pada dasarnya logam Al kurang reaktif karena terlindung oleh oksidanya, sehingga
perlu pemanasan. Pada saat aluminium bereaksi dengan asam maka akan
menghasilkan gas hidrogen. Sedangkan pada pencampuran 5 ml larutan HCl encer
dengan 1 pita magnesium, reaksi berlangsung cepat, dimana Mg langsung melarut
disertai terbentuk gelembung gas yang banyak dan larutan menjadi panas. Mg sangat
mudah bereaksi dengan mereduksi ion H+ menjadi H2 dan menghasilkan garam
MgCl2.
3 H+ + 3e 3/2 H2 ↑ E° = 0 V
16
Mg(s) Mg2+ + 2e E° = + 2,34 V
2 H+ + 2e H2 E° = 0 V
Dari harga potensial elektroda di atas dapat diketahui bahwa Mg lebih besar potensial
elektroda dibandingkan potensial elektroda Al. Dengan kata lain walaupun Al dan
Mg sama-sama bisa bereaksi dengan HCl encer, tetapi Mg lebih mudah bereaksi dari
pada Al.
Pada percobaan ini, saat beberapa keping logam Almuium dimasukkan kedalam
NaOH encer terlihat ada gelembung gas. Namun reaksi ini berlangsung agak lambat
karena pada Aluminium terdapat lapisan oksida yang melapisinya. Sehingga
dilakukan pemanasan agar mempercepat reaksi.
Pada perlakuan berikutnya yaitu memasukkan pita Mg dalam 5 ml NaOH encer tidak
terjadinya perubahan. Seharusnya logam Mg akan bereaksi sedikit dalam larutan
NaOH sebelum di panaskan. Tetapi dari hasil pengamatan di dapatkan logam Mg
tidak bereaksi dalam larutan NaOH. Hal ini mungkin karena kesalahan pembuatan
larutan NaOH encer dalam praktikum. Lalu dilakukan pemanasan, reaksi ini
berlangsung lambat, adanya gelembung gas. Ketika pemanasan di hentikan
gelembung pun berrhenti.
Percobaan ketiga ini yaitu meneteskan larutan HgCl2 pada kertas alumunium Foil,
menurut hasil pengamatan pada Aluminium Foil terbentuk gelembung seperti luka
melepuh. Kemudian mendiamkan beberapa menit Aluminium Foil menjadi warna
keabu-abuan akibat terkikisnya lapisan Aluminium pada aluminium Foil tersebut.
Alumunium Foil dicuci dengan air terbentuk gelembung dibawahnya. Setelah itu
17
membiarkannya beberapa menit diudara. Kertas Aluminium Foil terkelupas semua
dan lama kelamaan hancur menjadi abu.
Reaksi dengan oksigen terjadi setelah Al Foil direaksikan dengan HgCl2 yang
membentuk oksida, Al yang berbentuk seperti abu, yaitu Al2O3.
Reaksi :
HgCl2 dapat membersihkan lapisan permukaan Alumunium Foil secara, efektif karena
HgCl2 tersebut dapat melepaskan lapisan oksida dari alumunium sesuai dengan reaksi
di atas.
Tetapi saat dibiarkan di udara kertas Al Foil terkelupas semua dan lama kelamaan
hancur menjadi abu. Hal ini mungkin terlalu banyaknya HgCl2 yang ditetesi sehingga
bukan hanya menghilangkan pelindung oksida pada aluminium melaikan
menghancurkan aluminiumnya juga.
Pada percobaan ini, Al2Cl6 dipanaskan terbentuknya kristal berwarna kuning krem.
Lalu ditambahkan dengan air didapatkan pH nya=1.
Kemudian pada MgCl2, dipanaskan kristal mencair menjadi warna putih terdapat uap
(putih), tidak ada perubahan pada serbuk namun pada saat dipanaskan terdapat gas
(uap). Serbuk Mg larut dalam air tabung reaksi terasa panas.
18
Oksida Al (Al2O3) dalam air cenderung membentuk asam, walaupun juga bisa bersifat
basa, karena memiliki sifat amfoter, dimana H2O akan memberikan sifat asam (H+)
sehingga terbentuk 2Al(OH)3. Pada saat pengukuran diketahui pH= 8. Adapun reaksi
yang terjadi adalah:
Al2O3 dicampur dengan HCl encer menghasilkan larutan keruh dan terdapat endapan
putih dan bersifat asam. Didapatkan pH = 1
Al2O3 yang direaksikan dengan NaOH terdapat endapan putih dan setelah diuji
dengan indikator universal didapat pH =10.
Sedangkan untuk MgO dalam air cenderung membentuk basa karena terdapatnya
endapan putih Mg(OH)2 yang merupakan basa kuat. pH=6
Sedangkan untuk MgO dalam HCl encer menghasilkan endapan putih keruh dan
melayang-layang. Setelah diuji dengan indikator universal, pH=2
MgO direaksikan dengan NaOH menghasilkan larutan keruh dan terdapat endapan
putih, dan pada saat duji dengan kertas indikatot universal didapat pH=14. Adapun
reaksi yang terbentuk adalah:
Dari reaksi diatas dapat dilihat bahwa logam Aluminium dapat bereaksi dengan
senyawa asam encer dan basa encer. Dengan kata lain sifat yang dimiliki oleh logam
Aluminium itu disebut Amfoter.
Eksperimen 6 : Membandingkan Sifat Asam Basa ion Al3+ dan Mg2+ yang
terhidrasi.
19
Pada percobaan keenam, dimana ketika larutan Al3+ tersebut diperiksa dengan kertas
indikator, pHnya = 4 hal ini menunjukkan bersifat asam.
Untuk Al3+ ketika ditambahkan NaOH encer larutan berwarna putih susu dan terdapat
endapan putih, kemudian endapan melarut saat penambahan NaOH 7 mL, karena
Al3+ juga bersifa basa (amfoter), sehingga ion akan menjadi ion negatif dengan pH = 4
Reaksinya :
Karena [Al(H2O)2]- larut dalam air dan [Al(OH)3(H2O)3] tidak melarut sebab
[Al(H2O)2]- ion yang tentunya akan melarut, sedangkan [Al(OH)3(H2O)3] tidak dapat
mengion sebagai donor akseptor elektron dalam air karena air bukan basa kuat.
Kemudian ketika larutan Mg2+ diperiksa dengan kertas indikator pHnya = 8, yang
menunjukkan Mg2+ tersebut bersifat masih basa.
Untuk Mg2+ ketika ditambahkan NaOH encer larutan keruh, ada endapan yang
melayang- layang di atas permukaan larutan dengan pH = 12.
G. KESIMPULAN
1. Reaksi logam Aluminium dalam HCl encer berjalan lambat dan memerlulkan
pemanasan. Reaksi berjalan lambat karena logam Aluminium memiliki lapisan
oksida Aluminium yang bersifat melindungi logamnya. Sedang pada reaksi Pita
Mg dengan HCl encer berlangsung dengan cepat tanpa ada pemanasan.
2. Logam aluminium lebih mudah terlarut dalam larutan NaOH dibandingkan dengan
Magnesium
3. Larutan HgCl2 dapat membersihkan permukaan aluminium foil.
20
4. Ion Al3+ bereaksi dengan basa kuat menghasilkan endapan, penambahan NaOH
selanjutnya dapat melerutkan kembali endapan, sedangkan untuk ion Mg2+
endapannya tidak dapat larut.
5. Aluminium bereaksi dengan asam menghasilkan gas nitrogen
Al(s) + 3H+(aq) → Al3+ + 3/2 H2
Aluminium beraksi dengan basa kuat menghasilkan larutan Aluminat:
Al(s) + OH-(aq) → [Al(OH)4]- + 3/2 H2
21
H. JAWABAN PERTANYAAN
Eksperimen.1.Reaksi dengan HCl
6. Karena apabila panci Aluminium dicuci dengan Na2CO3 akan rusak dan bereaksi
dengan Na2CO3 sehingga lapisan Aluminium akan terkikis.
22
Eksperimen.3. Reaksi dengan Oksigen
Persamaan reaksi :
23
15. Reaksi Al2O3 dengan air menghasilkan larutan keruh dan terdapat endapan putih
serta pH=8.
Reaksi MgO dengan air menghasilkan larutan berendapan putih dengan pH=8.
Adapun kedua oksida ini sama-sama bersifat basa.
16. Oksida yang bersifat basa adalah MgO
Amfoter adalah Al2Cl3.
17. Persamaan Reaksi :
18. Yang menyebabkan asam Bronsted -Lowry terkuat adalah Al3+ karena asam
melepaskanIon H+ bila dilarutkan dalam air, untuk melepaskan AL2+, sedangkan
Mg2+ bersifat basa.
19. Ketika larutan Al3+ ditambahkan NaOH 1 ml terbentuk endapan putih, kemudian
ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 6 ml endapan melarut
Reaksi :
24
I. LAMPIRAN GAMBAR
25
Gambar 4 Aluminium Klorida Anhidrat
26
Gambar 7 pH dari Mg Oksida dalam Air
27
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H. (1992). Kimia Unsur dan Radiokimia (p. 25). Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
Tim Kimia Anorganik. (2014). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik 1 (pp. 34– 38).
Padang: Universitas Negeri Padang.
Wilkinson, dan C. (1989). Kimia Anorganik Dasar (p. 108). Jakarata: Universitas Indonesia.
28