Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KIMIA ANORGANIK LANJUT

UNSUR ALUMUNIUM

Oleh

SitiNazhifah
NIM. 1610247348

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat taufiq, rahmat, dan hidayahnya, yang
memberikan kesehatan dan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Kimia Anorganiklanjutini.
Shalawat beserta salam tidak lupa pula penulis hadiahkan kepada junjungan alam
yakni Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita penerang dunia yang fana ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Rini, M.Si selaku Dosen Mata KuliahKimia AnorganikLanjut Program Magister Pendidikan
Kimia FKIP Universitas Riau.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ilmiah ini masih banyak
kekurangan. Oleh Karena itu, diharapkan kritik dan syarat yang membangun demi
kesempurnaannya.

Pekanbaru, Juni 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Aluminium merupakan salah satu unsur kimia dari logam ringan dengan lambang Al dan
nomor atomnya 13. Aluminium termasuk logam golongan utama (IIIA) yang bersifat amfoter dan
ringan bersama magnesium dan platina.
Pada lapisan luar, aluminium selalu terutup oleh lapisan tipis oksida yang memang
merupakan sifat dari aluminium
4 Al+ 3 O2 2 Al2O3
Oksida inilah yang mempunyai sifat melindungi aluminium dari pengaruh-pengaruh asam
atau garam yang menyebabkan logam-logam berkarat sekaligus membuat aluminium sukar di las.
Namun awalnya Aluminium merupakan logam yang mahal karena untuk menghilangkan
unsur-unsur kimia lain yang tidak kita kehendaki merupakan pekerjaan yang sukar dan
memerlukan biaya yang tinggi. Orang pertama yang berhasil memisahkan aluminium dari
senyawanya adalah Orsted pada tahun 1825 dengan cara mereduksi aluminium klorida, namun
belum dalam keadaan murni. Aluminium murni ditemukan oleh Wohler dalam bentuk serbuk
berwarna abu-abu pada tahun 1827 dengan memodifikasi proses Orsted.
Kini, proses yang digunakan untuk memperoleh aluminum secara besar-besaran
menggunakan proses Hall-Heroult. Cara ini ditemukan oleh dua orang yang umurnya sama (23
tahun) namun ditempat yang berbeda, yakni Charles Martin Hall di Amerika dan Heroult di Paris
pada tahun 1886. Setelah ditemukan cara ini harga aluminium yang awalnya sangat mahal
menjadi turun secara drastis.
Aluminium murni sangat lunak dan kekuatannya tidak begitu tinggi, tetapi dengan
pemaduan dan heat treatment dapat ditingkatkan kekerasan dan kekuatannya. Misalnya dicampur
dengan besi, tembaga, magnesium, silikon, mangan, dan unsur-unsur lainnya untuk membentuk
sifat-sifat yang menguntungkan.
Ringan, kuat, mengkilat (abu-abu perak metalik), tidak beracun, tahan panas, penghantar
panas yang baik, konduktor listrik yang baik, tidak korosi (karat) dan mudah di-ekstrusi (dicetak
dalam bentuk penampang yang tetap) menjadikan aluminium banyak digunakan untuk berbagai
keperluan. Dari pengganti kayu sebagai bahan bangunan yang waktu lalu mendominasi untuk
bangunan, perabotan rumah tangga, kemasan makanan, otomotif, elektronik ,kabel listrik
tegangan tinggi, rangka sepeda, hingga untuk keperluan industri pesawat terbang, menggunakan
aluminium.
BAB II
UNSUR ALUMUNIUM

Alumunium berasal dari bahasa latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan Romawi
kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses pewarnaan.
Pada tahun 1761 de Morveau mengajukan nama alumine untuk basa alum dan Lavoisier, pada
tahun 1787, menebak bahwa ini adalah oksida logam yang belum ditemukan.
Wohler yang biasanya disebut sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi logam ini pada
1827, walau aluminium tidak murni telah berhasil dipersiapkan oleh Orsted dua tahun
sebelumnya. Pada 1827, Davy memberikan proposal untuk menamakan logam ini aluminum
(walau belum ditemukan saat itu), walau pada akhirnya setuju untuk menggantinya dengan
aluminium. Nama yang terakhir ini sama dengan nama banyak unsur lainnya yang berakhir
dengan “ium”.Aluminium juga merupakan pengejaan yang dipakai di Amerika sampai tahun
1925 ketika American Chemical Society memutuskan untuk menggantikannya dengan aluminum.
Untuk selanjutnya pengejaan yang terakhir yang digunakan di publikasi-publikasi mereka.
Ada beberapa fakta menarik tentang aluminium, diantaranya:
 Aluminium membuat sekitar 8% dari kerak bumi berat.
 Aluminium 100% dapat didaur ulang dan mempertahankan sifat fisik yang sama setelah daur
ulang sebagai aluminium asli.
 Ketika aluminium bereaksi dengan asam klorida, menghasilkan gas hidrogen.
 Daur ulang aluminium hanya memakan waktu sekitar 5% dari energi yang dibutuhkan untuk
mengekstrak aluminium dari bijih bauksit .
 Aluminium tidak memiliki fungsi yang diketahui dalam biologi.
 Pada pertengahan 1800-an aluminium lebih mahal daripada emas.

1. Sifat-sifat Alumunium
Aluminium merupakan logam yang berwarna putih dan mengilap, ringan, relatif lunak
dan ulet, sukar mengalami korosi, serta memiliki massa jenis yang relatif rendah. Jika dilihat dari
potensial elektrodenya, aluminium merupakan logam yang mudah mengalami korosi dan
merupakan reduktor yang kuat.
a. Sifat Fisika
Unsur Alumunium
Simbol Al
Nomor Atom 13
Massa Atom Relatif 26,98
Konfigurasi Elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p1
Titik Didih (oC) 660,4
Titik Leleh(oC) 2467
Rapatan pada 25oC (gram/cm3) 2,70
Warna Metalik
Energi Ionisasi (kJ/mol) 277,6
Afinitas Elektron (kJ/mol) 42,6
Keelektronegatifan 1,61
Jari-jari Ion 0,51
Jari-jari Atom 1,43
Potensial Elektrode -1,71
Daya Hantar Panas 2,1
Daya Hantar Listrik 38 10-3

b. Sifat Kimia
 Merupakan unsur yang sangat reaktif dan reduktor yang baik
 Bereaksi dengan air dan melepaskan H2 dan alumunium oksida yang ulet dan menempel pada
logam yang melindungi masuknya air serta oksigen
2 Al(s) + 3 H2O(l) à Al2O3(s) + 3 H2(g)
Oksida ini dibuat khusus melapis tipis alumunium di anoda dalam sel
elektrolistik è Alumunium anodis.
Alumunium bersifat amfoter dan dapat larut dalam asam atau basa encer
2 Al(p) + 6 H+(aq) à 2 Al+(aq) + 3 H2(g)
2 Al(p) + 2 OH-(aq) + 2 H2O(l) à 2 AlO2-(aq) + 3 H2(g)
 Reaksi Termit
Sifat afinitas terhadap oksigen dari alumunium yang secara spontan akan melepaskan
sejumlah kalor yang cukup untuk melelehkan hasil reaksinya
Al(s) + Fe2O3(s) à Al2O3(c) + 2 Fe(c)
Kalor yang dihasilkan mencapai 3000 oC
 Alumunium Logam Elektropositif
Alumunium adalah logam yang keras, kuat, dan, berwarna putih. Meskipun sangat
elektropositif, alumunium juga tahan terhadap korosi karena lapisan oksida yang kuat dan liat
terbentuk pada permukaannya. Lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara
elektrolit pada alumunium yaitu proses yang dinamakan anodisasi; lapisan yang segar dapat
diwarnai dengan pigmen.
Satu-satunya oksida alumunium adalah alumina (Al2O3). Alumina biasanya berupa Kristal ion.
Meskipun demikian, kesederhanaan ini diimbangi dengan adanya bahan-bahan polimorfin dan
terhidrat yang sifatnya bergantung kepada kondisi pembuatannya.
 Lapisan Oksida Alumunium
Struktur oksidasi hasil anodasi berbeda dengan struktur oksida biasa. Ketebalan lapisan
oksidanya dapat mencapai 10 cm, jauh lebih tebal dibandingkan dengan oksida biasa. Lapisan
oksida ini mengandung sedikit ion sulfat, dengan pori-pori yang jaraknya teratur. Dengan pori-
pori ini, lapisan oksida sangat mungkin menyerap partikel berwarna sehingga logam
alumunium hasil anodasi dapat diwarnai dengan berbagai ragam warna yang diinginkan.

c. Sifat Mekanis
Kekuatan
Kekuatan dan kekerasan aluminium tidak begitu tinggi. Namun, dengan adanya
pemaduan dan heat treatment dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasannya. Kebanyakan
material aluminium ditingkatkan kekuatannya dengan suatu mekanisme penguatan bahan
logam yang disebut precipitation hardening. Dalam precipitation hardening harus ada dua
fasa, yaitu fasa yang jumlahnya lebih banyak disebut matriks dan fasa yang jumlahnya lebih
sedikit disebut precipitate. Mekanisme penguatan ini meliputi tiga tahapan, yaitu solid
solution treatment: memanaskan hingga diatas garis solvus untuk mendapatkan fasa larutan
padat yang homogen, quenching: didinginkan dengan cepat untuk mempertahankan struktur
mikro fasa padat homogeny agar tidak terjadi difusi, dan aging: dipanaskan dengan temperatur
tidak terlalu tinggi agar terjadi difusi fasa alpha pada jarak membentuk precipitate. Selain itu,
ada beberapa cara pengujian kekerasan yang berstandar yang digunakan untuk menguji
kekerasan logam yaitu antara lain pengujian Brinell, Rockwell, Vickers, Shore, dan Meyer.
Modulus Elastisitas
Aluminium memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
baja maupun besi, tetapi dari sisi strength to weight ratio, aluminium lebih baik. Aluminium
yang elastis memiliki titik lebur yang lebih rendah dan kepadatan. Dalam kondisi yang
dicairkan dapat diproses dalam berbagai cara. Hal ini yang memungkinkan produk-produk dari
aluminium yang akan dibentuk pada dasarnya dekat dengan akhir dari desain produk.
Keuletan (ductility)
Semakin tinggi tingkat kemurnian aluminium maka akan semakin tinggi tingkat
keuletannya.
Fatigue (Kelelahan)
Bahan aluminium tidak menunjukan batas kepenatan, karena aluminium akan gagal jika
ditekan.
Recyclability (daya untuk didaur ulang)
Aluminium adalah 100% bahan yang didaur ulang tanpa downgrading dari kualitas. Yang
kembali dari aluminium, peleburannya memerlukan sedikit energy, hanya sekitar 5% dari
energy yang diperlukan untuk memproduksi logam utama yang pada awalnya diperlukan
dalam proses daur ulang.
Reflectivity (daya pemantulan)
Aluminium adalah reflektor yang terlihat cahaya serta panas, dan yang bersama-sama
dengan berat rendah, membuatnya ideal untuk bahan reflektor misalnya perabotan ringan.

2. Kegunaan Alumunium

Logam aluminium digunakan di hampir semua aspek kehidupan. Logam-logam


aluminium digunakan di dunia fisik dan kimia. Di fisik, aluminium digunakan dalam
struktur pesawat terbang, rangka-rangka etalase, rangka pintu dan jendela, peralatan-
peralatan dapur, sebagai pembungkus (aluminium foil), dan sebagainya.

Di dunia kimia, logam aluminium digunakan sebagai reduktor dalam berbagai ekstraksi
ion logam dari larutannya.

Sama halnya dengan zinc, aluminium juga bisa digunakan sebagai reduktor emas dalam
proses sianidasi. Dalam proses ekstraksi emas thiosulfat, aluminium mampu mereduksi ion emas
lebih cepat dibanding zinc. Aluminium juga bisa digunakan dalam proses reduksi
ion tembaga dan merkuri dari larutannya.

Karena proses produksi aluminium menggunakan panas tinggi, maka pada dasarnya
logam aluminium menyimpan potensi kalor tersembunyi yang sangat besar. Kalor ini disebut
dengan istilah “kalor laten”, yang sewaktu-waktu bisa dilepaskan pada kondisi yang tepat. Kalor
laten ini bisa dimanfaatkan dalam proses pengolahan metalurgi mineral yang menggunakan cara
pyrometallurgy.

Senyawa aluminium juga digunakan secara luas di berbagai bidang. Aluminium


klorida dan aluminium sulfat digunakan sebagai koagulan dalam
proses penjernihan dan pemurnian air. Aluminium hidroksida digunakan sebagai bagian
dari obat maag. Senyawa-senyawa aluminium lainnya digunakan sebagai amplas dan batu
bata tahan api.

Reaksi antara aluminium dengan Fe2O3 dikenal dengan reaksi termit yang dihasilkan
panas untuk pengelasan baja.

2Al(s) + Fe2O3(s) ―→ Al2O3 (s) + Fe(l) ∆H = -852 kJ

Logam aluminium banyak dimanfaatkan karena sifat-sifat khasnya, diantaranya sebagai


berikut:

1. Karena sifat alumunium yang ringan dan kuat membuatnya ideal untuk digunakan dalam
konstruksi badan pesawat. Yang sering dipakai bukan merupakan alumunium murni tetapi
paduan alumunium yang disebut dengan duralium. Paduan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas alumunium sendiri.
2. Sifat Alumunium yang tahan korosi membuatnya menjadi bahan favorit untuk minuman
kaleng dan rangka atap rumah.
3. Alumunium banyak digunakan dalam alat masak sepeti kompor, panci, dan sebagainya karena
sifat konduktivitas panasnya yang bagus.
4. Alumunium merupakan bahan kabel favorit karena bagus konduktivitas dan punya kelebihan
lebih ringan dari tembaga. Akan tetapi harganya sedikit lebih mahal.
5. Alumunium punya reflektivitas tinggi. Karena sifat alumunium tersebut maka alumunium
sangat cocok untuk cermin, reflektor panas dan cahaya, serta pakaian tahan api untuk
pemadam kebakaran.

Beberapa senyawa aluminium yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan
industri, antara lain:

 Tawas, KAl(SO4) 2.12H2O digunakan untuk mengendapkan kotoran pada penjernihan air.
 Aluminium sulfat Al2 (SO4)3 digunakan dalam industri kertas dan mordan (pengikat dalam
pencelupan).
 Zeolit Na2O Al2O3.2SiO2 digunakan untuk melunakkan air sadah.
 Aluminium Al2O3 untuk pembuatan aluminium, pasta gigi, industri keramik, dan industri
gelas.

3. Keberadaan Aluminium di alam

Aluminium merupakan unsur logam periode ketiga terpenting dari sistem periodik unsur.
Walaupun tidak terdapat bebas di alam, senyawa aluminium tersebar luas di kerak bumi.
Aluminium merupakan unsur dengan persentase terbesar ketiga di kerak bumi setelah oksigen
dan silikon. Mineral (batuan) yang mengandung aluminium tersebar di kerak bumi sebagai
aluminium silikat (tanah liat), bauksit, kriolit (Na3AlF6), dan korundum (Al2O3).

Secara ekonomis, bijih aluminium diperoleh dari bijih bauksit yang merupakan senyawa
aluminium oksida hidrat (Al2O3. H2O). Tambang bauksit di Indonesia terdapat di Pulau Bintan
(Kepulauan Riau), Kalimantan Barat dan Kepulauan Bangka Belitung.

4. Cara Pembuatan Alumunium


Orang-orang Yunani dan Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-
pori dan bahan penajam proses pewarnaan. C.M. Hall seorang berkebangsaan Amerika dan Paul
Heroult berkebangsaan Prancis, pada tahun 1886 mengolah Aluminium dari Alumina dengan
cara elektrolisa dari garam yangterfusi. Selain itu Karl Josep Bayer seorang ahli kimia
berkebangsaan Jerman mengembangkan proses yang dikenal dengan nama proses Bayer untuk
mendapat Aluminium murni.
a. Proses Bayer
Terdiri dari 3 tahap yaitu ekstraksi, presipitasi, dan kalsinasi.
1) Tahap ekstraksi
Tahap ekstraksi atau tahap digestion merupakan tahap pertama dalam proses Bayer.
Bauksit dan natrium hidroksida diumpankan secara terpisah ke dalam autoclaves, tubular reactor,
dan steel vessel. Kondisi operasi tahap ini adalah pada temperatur 140oC dan tekanan 34 atm.
Alumina hidrat yang terdapat di dalam bauksit larut di dalam natrium hidroksida dan
menghasilkan natrium aluminat (NaAlO2). Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
Al(OH)3 + NaOH → NaAlO2 + 2 H2O
AlO(OH) + NaOH → NaAlO2 + H2O

Aluminium hidroksida larut di dalam natrium hidroksida, sedangkan zat – zat lain seperti
silika dan semua oksida logam lainnya tidak larut di dalam natrium hidroksida. Larutan natrium
aluminat dan natrium hidroksida disebut dengan green liquor, sedangkan zat – zat yang tidak
larut di dalam natrium hidroksida seperti silika, oksida besi, titanium oksida (TiO2), kaolin
(H4Al2Si2O9), dan oksida logam lain membentuk red mud. Natrium aluminat yang terbentuk
didinginkan hingga 50 – 85oC dalam flash tank. Ada dua macam reaksi lainnya yang terjadi pada
proses ekstraksi yaitu :
a) Desilication
Desilication merupakan reaksi antara silika yang terdapat di dalam bauksit, seperti kaolin,
dengan natrium hidroksida membentuk natrium silikat terlarut. Pada temperatur digestion,
natrium silikat membentuk natrium aluminium silikat yang tidak larut. Reaksi yang terjadi adalah
:
5Al2Si2O5(OH)4 + 2Al(OH)3 + 12 NaOH → 2 Na6Al6Si5O17(OH) 10 + 10 H2O
Desilication dipengaruhi oleh temperatur tinggi dan waktu tinggal unutk mendapatkan
produk yang murni.

b) Causticization of liquor
Causticization of liquor merupakan reaksi antara kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan
natrium karbonat untuk meregenerasi natrium hidroksida dan presipitasi kalsium karbonat.
Reaksi ini merupakan reaksi yang penting dalam proses Bayer. Reaksi yang terjadi adalah :
Na2CO3 + Ca(OH)2 → CaCO3 + 2 NaOH
Natrium karbonat dihasilkan pada proses Bayer karena degradasi zat – zat organik oleh natrium
hidroksida dan karena absorpsi CO2 selama larutan terkena udara luar.

2) Tahap pemisahan
Tahap kedua dari proses Bayer adalah tahap pemisahan natrium aluminat dengan red
mud. Larutan natrium aluminat difiltrasi untuk memisahkan red mud. Red mud ditambahkan
flokulan untuk meningkatkan settling rate, kemudian dipindahkan dengan menggunakan
thickener yang berdiameter besar. Partikel–partikel padat yang terkandung dalam red mud
dipisahkan dengan filter press. Sedangkan, aluminium yang masih terdapat di dalam red mud
didaur ulang dengan menggunakan counter current 18 decantation. Red mud ditambah dengan
kapur (Ca(OH)2) untuk causticization supaya terbentuk natrium hidroksida dan kalsium karbonat.
Reaksi yang terjadi yaitu:
Na2CO3 + Ca(OH) 2 → 2 NaOH + CaCO3
Natrium hidroksida ini dapat digunakan kembali pada proses awal.

3) Tahap presipitasi
Presipitasi dilakukan untuk memisahkan aluminium hidroksida (Al(OH)3). Reaksi yang
terjadi pada tahap ini adalah :
NaAlO2 + 2 H2O → Al(OH)3 + NaOH
Presipitasi Al(OH)3 tidak terjadi dengan sendirinya, sehingga presipitasi dilakukan dengan cara
menambahkan kristal aluminium hidroksida untuk menginisiasi presipitasi. Ada 6 macam
precipitating agents yang dapat digunakan di dalam proses ini antara lain :
• Hidrogen peroksida (H2O2)
• Karbon dioksida (CO2)
• Amonium karbonat ((NH4)2CO3)
• Amonium hidrogen karbonat ((NH4)HCO3)
• Amonium aluminium sulfat ((NH4)2Al(SO4) 2)
• Kristal aluminium hidroksida (Al(OH)3

4) Tahap kalsinasi
Aluminium hidroksida dikeringkan di dalam rotary kiln atau fluid – bed calciners pada
temperatur 1100 – 1500oC untuk melepaskan air. Hasil kalsinasi aluminium hidroksida adalah
alumina. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
2 Al(OH)3 → Al2O3 + 3 H2O

Dari proses pemisahan alumina dari spent catalyst, proses Bayer merupakan proses yang
paling akhir ditemukan. Setelah ditemukan proses Bayer, proses – proses yang lain tidak
digunakan lagi. Hal ini disebabkan :
• Proses Bayer merupakan proses yang paling ekonomis. Pada proses Bayer, tidak diperlukan
temperatur yang tinggi dalam proses digestion.
• Proses Bayer tidak memerlukan banyak energi sehingga biaya produksi yang dibutuhkan tidak
terlalu besar.
b. Proses Hall-Heroult
Selanjutnya adalah tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses
elektrolisis menurut proses Hall-Heroult. Tahapan-tahapan pada proses Hall-Heroult adalah :
1) Aluminum oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis grafit
(berfungsi sebagai katode).
2) Elektrolisis dilakukan pada suhu 950oC (digunakan batang grafit sebagai anode).
3) Setelah diperoleh Al2O3 murni, proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3.
4) Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3Al62) (berfungsi untuk menurunkan titik
lebur Al2O3(titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000oC)),
5) Campuran tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950oC.
6) Anode dan katodenya terbuat dari grafit.

Pada proses Hall-Heroult, peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam
tong baja yang disebut pot reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon,
yang bertindak sebagai suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada
proses ini, leburan alumina dielektrolisis, dimana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan
elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam pot dimana pada pot tersebut terikat serangkaian batang
karbon dibagian atas pot sebagai katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah pot sebagai
lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya proses elektrolisis terjadi.
Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai keperluan, seperti dalam keperluan industri.
Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan aluminium akan menuju
kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung menuju cetakan berbentuk silinder atau
lempengan. Masing – masing pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton aluminium per tahun.
Secara umum, 4 ton bauksit akan menghasilkan 2 ton alumina, yang nantinya akan menghasilkan
1 ton alumunium.
Berikut ini secara umum dijelaskan beberapa proses yang dapat dilakukan untuk membuat
alumunium murni dan alumunium paduan, yaitu :
a. Proses Penambangan Alumunium
Alumunium ditambang dari biji bauksit yang banyak terdapat di permukaan bumi. Bauksit
yang ditambang untuk keperluan industri mempunyai kadar alumunium40-60%. Setelah
ditambang biji bauksit digiling dan dihancurkan secara halus dan merata. Kemudian dilakukan
proses pemanasan untuk mengurangi kadar air yang ada. Selanjutnya bauksit mengalami proses
pemurnian.
b. Proses Pemurnian Alumunium

Proses pemurnian bauksit dilakukan dengan metode bayer dan hasil akhir adalah alumina.

Pertama-tama bauksit dicampur dengan larutan kimia seperti kaustik soda. Campuran
tersebut kemudian dipompa ke tabung tekan dan kemudian dilakukan pemanasan. Proses
selanjutnya dilakukan penyaringan dan diikuti dengan proses penyemaian untuk membentuk
endapan alumina basah (hydrated alumina). Alumina basah kemudian dicuci dan diteruskan
dengan proses pengeringan dengan cara memanaskan sampai suhu 1200oC. Hasil akhir adalah
partikel-partikel alumina dengan rumus kimianya adalah Al2O3.
c. Proses Peleburan Alumunium
Alumina yang dihasilkan dari proses pemurnian masih mengandung oksigen sehingga
harus dilakukan proses selanjutnya yaitu peleburan. Peleburan alumina dilakukan dengan proses
reduksi elektrolitik. Proses peleburan ini memakai metode Hall-Heroult. Alumina dilarutkan
dalam larutan kimia yang disebut kriolit pada sebuah tungku yang disebut pot.
Pot ini mempunyai dinding yang dibuat dari karbon. Bagian luar pot terbuat dari baja.
Aliran listrik diberikan melalui anoda dan katoda. Proses reduksi memerlukan karbon yang
diambil dari anoda. Pada proses ini dibutuhkan arus listrik searah sebesar 50-150 kiloampere.
Arus listrik akan memgelektrolisa alumina menjadi alumunium dan oksigen bereaksi
membentuk senyawa CO2. Alumunium cair dari hasil elektrolisa akan turun ke dasar pot dan
selanjutnya dialirkan dengan prinsip siphon ke krusibel yang kemudian diangkut menuju tungku-
tungku pengatur(holding furnace).
Kebutuhan listrik yang dihabiskan untuk menghasilkan 1kg alumunium berkisar sekitar
12-15 kWh. Satu kilogram alumunium dihasilkan dari 2kg alumina dan 1/2 kg karbon. Reaksi
pemurnian alumina menjadi alumunium adalah sebagai berikut:
2Al2O3 + 3C → 4Al + 3CO2

5. Salah Satu Cara Sintesis Berdasarkan Jurnal Penelitian

a. Judul
Produksi Aluminium Sulfat dari Kaolin dan Asam Sulfat Dalam Reaktor Berpengaduk
Menggunakan Proses Kering
b. Pendahuluan
Aluminium sulfat [Al2(SO4) 3] atau yang lebih dikenal dengan tawas merupakan salah satu
bahan kimia yang sangat diperlukan dalam industri pengolahan air. Kebutuhan aluminium sulfat
selama ini diimpor dari luar negeri misalnya dari Singapura dan Australia dengan harga yang
sangat mahal, sedangkan kebutuhannya cukup banyak. Industri yang menggunakan aluminium
sulfat diantaranya adalah industri kertas, industri kulit, industri batik, industri tekstil, industri
kosmetik dan industri bahan pemadam api. Perkembangan penduduk Indonesia yang semakin
pesat dan penggunaan air semakin banyak, penggunaan aluminium juga semakin banyak, Oleh
karena itu produksi aluminium sulfat sangatlah penting untuk mengatasi kekurangan dan
mengurangi import dari luar Negeri.
Bahan baku yang digunakan untuk proses pembuatan aluminium sulfat tersedia dalam
jumlah yang cukup besar di dalam negeri. Bahan Baku tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu sumber aluminium dan sumber sulfat. Namun para industriawan dan ilmuan berlomba-
lomba mencari bahan baku yang baru atau proses pembuatan yang lebih efisien. Umumnya
aluminium sulfat dibuat dari bauksit dan asam sulfat dengan dipanaskan selama 15-20 jam.
Bahan galian yang mengandung aluminium juga telah dicoba sebagai bahan baku. Diantaranya
yaitu kaolin, mika, dan lempung yang sudah pernah diteliti untuk diambil aluminiumnya dengan
jalan direbus memakai larutan asam sulfat, namun ternyata hasilnya kurang memuaskan.
Pengolahan lempung dengan asam sulfat 81% pada titik didih normal larutan disertai dengan
pengadukan selama 10 jam, hanya dapat melarutkan 16% dari jumlah aluminium yang ada dalam
lempung.
Kaolin dengan rumus kimia [Al2O3.2SiO2.2H2O]merupakan salah satu jenis tanah liat
yang bersifat menyerap air, yang merupakan hasil pelapukan dan diskomposisi batuan beku dan
batuan metamorf yang komplek akan aluminium silika. Kaolin merupakan lempung yang
berkualitas tinggi, warna putih keabu-abuan dan ditemukan sebagai endapan sedimenter. Menurut
data pusat statistik (1995), di Provinsi Aceh terdapat cadangan kaolin yang cukup banyak, tidak
kurang dari 450 juta ton. Lokasi ditemukannya cadangan ini menyebar di beberapa daerah,
diantaranya Kabupaten Aceh Tenggara (Kecamatan Badar), Kabupaten Gayo Lues (Kuta Panjang
dan Blang Kejeren) dengan jumlah 448 juta ton, Kota Sabang (Kecamatan Suka Karya dan Suka
Jaya) dengan jumlah 2,88 juta ton, Kabupaten Aceh Tengah (Kecamatan Silih Nara) dan
Kabupaten Aceh Barat (daerah Krueng Seunangan). Mengingat banyaknya kaolin yang belum
dimanfaatkan di Aceh dan banyaknya kebutuhan kaolin untuk keperluan industri aluminium
sulfat, maka perlu dilakukan suatu kajian yang mendalam tentang pemprosesan kaolin menjadi
produk aluminium sulfat(tawas).
Pada tahun 1975, Ida Bagus Agra dan Sugianto telah melakukan penelitian tentang
pembuatan aluminium sulfat dari kaolin dan asam sulfat dengan proses kering, menggunakan
kaolin yang bersumber dari Jawa Barat. Hasil dari penelitian tersebut, dimana kondisi optimum
proses yang dihasilkan yaitu temperatur 170oC, waktu 90 menit, konsentrasi H2SO4 60%, rasio
asam sulfat dan kaolin 3:1, dengan nilai konversi 73,23%. Perbedaan karakteristik dari bahan
baku yang digunakan dapat mempengaruhi nilai konversi yang diperoleh, dimana kadar Al2O3
dari kaolin yang bersumber dari Jawa Barat hanya sebesar 24,54% sedangkan kadar Al 2O3 dari
kaolin yang bersumber dari Jaboi, Kota Sabang adalah sebesar 38%. Berdasarkan teori ini,
penulis mencoba mengkaji proses pembuatan aluminium sulfat dengan menggunakan kaolin yang
bersumber dari Jaboi, Kota Sabang Provinsi Aceh yang termasuk jenis kaolin hidrotermal dengan
asam sulfat sebagai pelarutnya dengan menggunakan proses kering.
c. Metodologi Penelitian
Prosedur Penelitian
Kaolin yang masih dalam bentuk bongkahan dikeringkan sampai kadar airnya menurun.
Kemudian dimasukkan ke dalam ball mill hingga ukuran partikel kaolin melewati ayakan 250
micron. Dipanaskan gelas kimia kosong hingga kering dan bersih, kemudian dituangkan kaolin
dan asam sulfat ke dalam gelas kimia tersebut secara bersamaan sambil diaduk menggunakan
magnetic stirrer agar bercampur sempurna dan terjadi reaksi kimia. Diukur temperatur larutan
dengan menggunakan termometer dengan cara mengontrol temperatur pada layar hot plate dan
dipertahankan agar temperatur tetap konstan. Proses dihentikan dan diperoleh pasta aluminium
sulfat.Pasta tersebut selanjutnya diekstraksi dengan air panas, untuk melarutkan aluminium sulfat
yang terbentuk, kemudian dimasukkan ekstrak yang diperoleh ke dalam cawan porselin dan
dikeringkan pada temperatur 110oC selama 24 jam. Padatan yang diperoleh diencerkan hingga
kadar tertentu untuk keperluan analisa.Kemudian ditentukan derajat keasaman larutan dengan
menggunakan pH meter.

Prosedur Analisa Produk


Aluminium yang terlarut dianalisa dengan cara titrasi. Larutan standar yang digunakan
pada analisa ini adalah EDTA (Ethilen Diamine Tetraacetic Acid). Prosedurnya adalah sebagai
berikut :
 Tahap I (menentukan N EDTA) Diambil 3 gram EDTA dimasukkan ke dalam gelas kimia,
kemudian ditambahkan 200 ml aquadest, diaduk hingga larut sempurna dengan menggunakan
magnetic stirrer.
 Tahap II (mencari konsentrasi Al) Diambil 5 gramAl2(SO4)3 diencerkan sampai volume 75 ml,
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan 15 ml NaOH 1 Ndan diaduk
hingga larut sempurna.Diambil sebanyak 5 ml larutan tersebut dan ditambahkan indikator
EBT (Indikator Eriocrom Black T).kemudian dititrasi dengan EDTA hingga berubah warna
menjadi abu-abu. Dicatat volume titrasi, dilakukan sebanyak 3 kali.

Penentuan Derajat Keasaman


Derajat keasaman aluminium sulfat yang diperoleh diukur dengan menggunakan pH
meter yang terlebih dahulu dikalibrasikan. Diambil 1,5 gramAl2(SO4)3 diencerkan sampai volume
75 ml dengan menggunakan aquadest, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan diukur pH larutan
tersebut. pH larutan yang diperoleh akan terbaca pada pH meter.

d. Hasil dan Pembahasan


Kaolin memiliki rumus kimia [Al2O3.2SiO2.2H2O] dengan struktur crystalline layer
silicate mineral dengan satu tetrahedral terhubung melalui atom oksigen dengan satu layer
octahedral alumina, dan memiliki kandungan Al2O3 = 39,8%; SiO2 = 46,3%; dan H2O = 13,9%.

Cara penambangan kaolin sama seperti halnya tambang lainnya. Sebelum ditambang,
terlebih dahulu diadakan penyelidikan untuk mengetahui adanya endapan kaolin, maka dapat
dilakukan dengan cara penyelidikan geologi di daerah-daerah yang diperkirakan banyak
mengandung kaolin. Dengan cara pemboran, sumur-sumur serta parit-parit
eksplorasi.Penambangan kaolin dapat dikerjakan dengan cara tambang terbuka (open cut
mining), lubang tikus (tunneling), atau dengan cara penambangan dalam (under ground mining).
Untuk memperoleh hasil kaolin yang baik, maka hasil penambangan itu harus dimurnikan
terlebih dahulu. Kaolin dapat dimurnikan dengan berbagai cara, tetapi yang biasanya digunakan
sebagai berikut: suspense kaolin dialirkan melalui talang yang panjang sempit dan dangkal.
Kemudian inpurtities seperti pasir, mika dan sebagainya dapat disingkirkan dengan jalan
mengerukkan hand shovel ke atas, setelah itu suspense kaolin disaring yang kemudian ditampung
di settling tank. Ke dalam settling tank, dimasukkan suatu coagulating agent (penggumpal) untuk
mempercepat pengendapan kaolin. Setelah itu air jernihnya dikeluarkan baru kemudian kaolin
difilter press serta di jemur baik dengan menggunakan panas matahari maupun dengan
menggunakan oven.

Kaolin [Al2O3.2SiO2.2H2O]setelah mengalami pengeringan dan pemanasan,


menghasilkan Al2O3, SiO2, dan H2O secara terpisah. Selanjutnya Al2O3 yang dihasilkan dari
kaolin tersebut bereaksi dengan H2SO4 membentuk pasta Alumunium Sulfat [Al2(SO4)3].Untuk
membuktikan bahwa hasil yang diperoleh benar merupakan [Al2(SO4)3], dilakukan titrasi
menggunakan larutan standar EDTA.

Reaksi yang terjadi:


Al2O3.2SiO2.2H2OAl2O3+2SiO2+2H2O
Al2O3+ 3H2SO4 Al2(SO4)3+ 3H2O

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dibahas pengaruh beberapa variabel terhadap
konversi aluminium sulfat yang dihasilkan sebagai berikut:

Pengaruh Temperatur Reaksi


Pengaruh temperatur reaksi terhadap konversi aluminium sulfat diperoleh bahwa konversi
aluminium sulfat bertambah dengan cepat seiring dengan meningkatnya waktu dan temperatur
reaksi, dimana konversi terbaik diperoleh pada temperatur 180oC pada waktu 90 menit (82%)
dengan konsentrasi asam sulfat 65%, rasio H2SO4 dan Kaolin 3:1 dan kecepatan putaran
pengaduk 350 rpm. Semakin lama waktu reaksi maka konversi aluminium sulfat akan semakin
tinggi. Hal ini terjadi karena semakin lama waktu reaksi maka akan semakin banyak aluminium
pada kaolin yang dapat dilarutkan oleh asam sulfat. Selain itu semakin tinggi temperatur reaksi
maka konversi aluminium sulfat yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
semakin meningkatnya kecepatan reaksi pada saat temperatur dinaikkan. Namun, ketika waktu
reaksi akan mencapai 120 menit maka kenaikan konversi menjadi tidak signifikan, bahkan
menurun, hal ini disebabkan karena molekul kaolin yang bereaksi dengan asam sulfat mulai
berkurang sehingga reaksi dianggap sudah mulai seimbang.

Pengaruh Rasio Asam Sulfat dan Kaolin (H2SO4 : Al2O3)


Peningkatan rasio asam sulfat dan kaolin mengakibatkan konversi bertambah besar,
seiring dengan lamanya waktu reaksi, hal ini disebabkan oleh makin banyaknya asam sulfat yang
menyerang aluminium yang ada dalam kaolin, sehingga konsentrasi asam sulfat yang besar akan
mudah melarutkan aluminium yang ada pada kaolin. Pada perbandingan zat pereaksi yang rendah
(1:1), hasil aluminium sulfat yang terlarut hanya sedikit, karena jumlah asam sulfat yang tersedia
tidak cukup untuk bereaksi dengan semua aluminium yang ada pada kaolin, sehingga dalam
jangka waktu reaksi yang tersedia, 140 menit, reaksi tidak dapat berlangsung lagi dan reaksi
dihentikan sebelum temperatur reaksi mencapai 180oC. Dari grafik terlihat bahwa rasio asam
sulfat dan kaolin 3:1 merupakan hasil yang paling baik.

Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat


Konversi aluminium terlarut meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam
sulfat. Tetapi apabila konsentrasi asam sulfat tersebut terlalu tinggi, konversi malah menurun,
karena cairan yang sangat kecil volumenya tidak mampu melarutkan seluruh permukaan serbuk
kaolin, sehingga pencampuran tidak dapat berjalan dengan baik, hal ini disebabkan karena pada
salah satu tempat butir-butir kaolin diselubungi oleh asam sulfat yang banyak sekali, tetapi
sebaliknya pada bagian yang lain asam sulfat tidak ada sama sekali. Konsentrasi asam sulfat
bukanlah merupakan faktor yang amat penting.Sebab perbedaan konversi yang diperoleh tidak
besar, meskipun konsentrasi asam sulfat diubah-ubah dari 25% sampai 65%.Kadar asam sulfat
yang baik berkisar sekitar 65%.

Pengaruh Pengadukan
Pengaruh pengadukan disini erat hubungannya dengan sistem pendispersian butir padatan
ke dalam cairan. Pendispersian butir kaolin ke dalam asam sulfat dengan cara pengadukan dapat
meningkatkan luas kontak dan memperbesar tumbukan antara molekul-molekul dalam kaolin dan
asam sulfat, sehingga semakin besar pengadukan maka nilai konversi yang diperoleh akan
semakin besar pula, namun apabila kecepatan putaran pengaduk terlalu besar, nilai konversi
malah menurun, hal ini disebabkan karena pengadukan yang terlalu besar dapat mengakibatkan
terbentuknya flok yang kemungkinan memudahkan terjadinya penggumpalan sehingga reaksi
tidak dapat berlangsung dengan baik. konversi yang paling baik yaitu pada kecepatan putaran
pengaduk 350 rpm.

Derajat Keasaman (pH) Produk Aluminium Sulfat


Pada penelitian ini, derajat keasaman produk aluminium sulfat dihitung dengan
menggunakan pH meter, berdasarkan pengukuran, pH aluminium sulfat yang diperoleh pada
penelitian ini adalah berkisar antara 3,15 hingga 3,2. Dari literatur diperoleh pH standar dari
produk aluminium sulfat adalah sebesar 2,6 hingga 3,3. pH produk aluminium sulfat pada
penelitian ini mendekati pH aluminium sulfat pada umumnya.
e. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu
Konversi aluminium terlarut yang terbaik pada reaksi antara kaolin dan asam sulfat diperoleh
sebesar 82% yaitu pada kondisi reaksi dengan temperatur 180oC, waktu 90 menit, dan putaran
pengaduk 350 rpm. Derajat keasaman (pH) produk aluminium sulfat yang dihasilkan pada
penelitian ini adalah sebesar 3,15 hingga 3,2. Bahan baku kaolin yang berasal dari Jaboi, Kota
Sabang dapat dibuat produk yang lebih berdaya guna serta mempunya nilai ekonomi yang lebih
tinggi menjadi aluminium sulfat.
BAB III
KESIMPULAN

Aluminium merupakan salah satu unsur kimia dari logam ringan dengan lambang Al dan
nomor atomnya 13. Ringan, kuat, mengkilat (abu-abu perak metalik), tidak beracun, tahan panas,
penghantar panas yang baik, konduktor listrik yang baik, tidak korosi (karat) dan mudah di-
ekstrusi (dicetak dalam bentuk penampang yang tetap) menjadikan aluminium banyak digunakan
untuk berbagai keperluan. Walaupun tidak terdapat bebas di alam, senyawa aluminium tersebar
luas di kerak bumi. Ada beberapa proses yang dapat dilakukan untuk membuat alumunium murni
dan alumunium paduan, yaitu : proses penambangan Alumunium, proses pemurnian Alumunium,
dan proses peleburan Alumunium.
Dari jurnal diperoleh bahwa konversi aluminium terlarut yang terbaik pada reaksi antara
kaolin dan asam sulfat diperoleh sebesar 82% yaitu pada kondisi reaksi dengan temperatur
180oC, waktu 90 menit, dan putaran pengaduk 350 rpm. Derajat keasaman (pH) produk
aluminium sulfat yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar 3,15 hingga 3,2. Bahan baku
kaolin yang berasal dari Jaboi, Kota Sabang dapat dibuat produk yang lebih berdaya guna serta
mempunya nilai ekonomi yang lebih tinggi menjadi aluminium sulfat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Aluminium. 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium

Anonim. Cara Pembuatan Aluminium. 2009. www.aluminum-matter.co.uk

Hasta, Tri. 2014. Proses Pembuatan Alumunium.


https://trihastacorp.wordpress.com/2014/06/23/proses-pembuatan-alumunium/
Ismayanda, Husin. 2011. Produksi Aluminium Sulfat dari Kaolin dan Asam Sulfat Dalam Reaktor
Berpengaduk Menggunakan Proses Kering. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 8,
No. 1, hal. 47-52.
Rahma, Mutia. 2012. Cara Memperoleh Alumunium.
https://mutiaeunhyuk47.wordpress.com/2012/11/03/cara-memperoleh-aluminium/
Rifai, Ahmad Kabirul. 2012. Sifat Fisika dan Kimia Alumunium.
http://uhibbu.ilaiki.blogspot.co.id/2012/sifat-fisika-dan-kimia-alumunium.html

Anda mungkin juga menyukai