Anda di halaman 1dari 13

PEMBUATAN ATAU PRODUKSI

LOGAM ALUMINIUM (Al)

(Tugas Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Dasar 2)

Disusun Oleh :
Nama : Jeneldi So’bo
Nim : 2009020237
Kelas : A

Universitas Sembilanbelas November Kolaka


Fakultas Sains Dan Teknologi
Tahun Ajaran 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Atau Sejarah Penemuan Logam Aluminium

Aluminium pada tabel peridoik unsur adalah unsur kimia dengan lambang Al
dengan nomor atom 13, massa atom 26,9815, Titik didih 2450 celcius, Titik leleh
660 celcius, massa jenis 2,70 g/ml dan struktruk electron (Ne)3s23p1.

Aluminium diambil dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan
Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan
penajam proses pewarnaan. Pada tahun 1787, Lavoisier menebak bahwa unsur ini
adalah Oksida logam yang belum ditemukan. Pada tahun 1761, de Morveau
mengajukan nama alumine untuk basa alum. Pada tahun 1827, Wohler disebut
sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi logam ini. Pada tahun 1807, Davy
memberikan proposal untuk menamakan logam ini Aluminum, walau pada akhirnya
setuju untuk menggantinya dengan Aluminium.

Pada tahun 1809 sebagai suatu unsur dan pertama kali direduksi sebagai logam
oleh H. C. Oersted pada tahun 1825. Secara Industri tahun 1886, Paul Heroul di
Prancis dan C. M. Hall di Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam
aluminium dari alumina dengan cara elektrolisasi dari garam yang terfusi.
Penggunaan aluminium sebagai logam setiap tahunnya adalah pada urutan yang
kedua setelah baja dan besi, yang tertinggi diantara logam non ferrous. Aluminium
merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang baik, hantaran listrik
yang baik dan sifat-sifat baik lainnya sebagai sifat logam. Sebagai tambahan
terhadap kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan penambahan Cu, Mg,
Si, Mn, Zn, Ni, secara satu persatu atau bersama-sama, memberikan juga sifat-sifat
yang baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian
rendah dan sebagainya. Material ini sangat banyak dipakai untuk keperluan material
pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi, peralatan rumah tangga dan
sebagainya.

II. Sebaran Di Alam

Di kerak bumi, Al adalah unsur logam dengan persentase terbesar (8,3% dari
keseluruhan jumlah logam) dan unsur kimia ke-3 yang ketiga terbesar dari seluruh
unsur-unsur kimia (setelah oksigen dan silikon). Karena memiliki afinitas yang kuat
terhadap oksigen, unsur Al hampir tidak pernah ditemukan dalam keadaan unsur
(logam), melainkan hampir selalu ditemukan dalam bentuk oksida atau silikat.
Feldspars, kelompok yang paling umum dari mineral dalam kerak bumi, yang
aluminosilikat. Logam aluminium native hanya dapat ditemukan sebagai fase kecil
dalam lingkungan oksigen fugasitas rendah, seperti interior gunung berapi tertentu.
Aluminium ditemukan di mineral berjenis beryl, cryolite, garnet, spinel, pirus, dan
batuan berjenis bauksit. Campuran mineral lain dalam batuan yang mengandung
Al2O3 menghasilkan batu-batu permata ruby, safir, dan batu perhiasan jenis lainnya.
Meskipun aluminium adalah unsur kimia umum yang ditemukan secara luas di bumi,
namun tak semua mineralnya bisa ekonomis jika dibuat menjadi logam. Hampir
semua logam aluminium yang dihasilkan dibuat dari batuan berjenis bauksit (AlOx
(OH) 3-2x). Bauksit terjadi sebagai hasil pelapukan batuan dasar yang mengandung
besi dan silika rendah pada kondisi iklim tropis. Saat ini sumber bauksit terbesar di
Indonesia berada di Kepulauan Riau dan beberapa tempat di Pulau Sumatera.
Jika kita menelisik lebih jauh tentang alumunium, jelas tidak bisa dijauhkan dari
mineral yang disebut bauksit ini. Jadi jika kita ingin mengetahui sebaran bijih-bijih
alumunium di Indonesia kita perlu mengetahui sebaran mineral utamanya yakni
bauksi. Adapun wilayah/Daerah di Indonesia yang memiliki kandungan bauksit
didalam tanahnya sebagai berikut

a. Riau
Bauksit yang sering dikenal sebagai bijih
alumunium ini banyak terdapat di daerah Riau. Pulau
Bintan dan Pulau Bulan yang sangat populer dengan
cadangan besar dan tempat penambangan bauksit
terbaik. Tambang ini sangat bersejarah, yang mulai
dieksploitasi dari zaman kolonial Belanda hingga
Jepang, sebelum kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Tak
heran, produksinya sudah masuk ke pasar internasional.

b. Sumatera Utara

Penambangan bauksit dilakukan di kota


Pinang. Proses penambangan membutuhkan proses
penggalian yang sebelumnya membabat alas
terlebih dulu. Setalah mengetahui prospek di
daerah tersebut serta melakukan ekploitasi,
kemudian dilakukan pengolahan untuk
dimanfaatkan. Pemanfaatan bauksit ini dapat
diolah menjadi material utama pembuatan kaleng,
panci, dan perabotan rumah tangga lainnya.

c. Bangka Belitung
Prospek penggalian dan penambangan
bauksit di provinsi ini cukup luas, seperti di
kawasan Sigembir. Setelah proses penambangan,
bauksit akan dicairkan agar mudah dibentuk. Jika
sudah menjadi barang setengah jadi, tentunya dapat
mempercepat proses selanjutnya.

d. Kalimantan Barat
Provinsi yang dilalui oleh garis
khatulistiwa dan beriklim tropis ini sebagai
prospek bauksit selanjutnya yang ada di Indonesia.
Berlokasi di kawasan Munggu Besar, Sandai,
Balai Berkuah, Mebukung, dan Pantus.
Keberadaan tambang bauksit ini meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar, karena bauksit
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sangat beruntung tentunya, karena tidak semua
tempat mempunyai potensi bahan tambang, khususnya bauksit.

e. Papua
Selama ini diketahui oleh publik bahwa
Papua adalah penghasil emas yang membludak
ruah. Namun di samping emas ternyata papua pun
merupakan wilayah penghasil aluminium yang
pun melimpah. Sebenarnya pulau Papua ini
mempunyai kandungan aluminium yang besar
tetapi tersebar di provinsi- provinsinya. Papua
sendiri terbagi menjadi dua provinsi yakni
provinsi Papua dan pun Papua Barat. Kebutuhan
aluminium di Papua sendiri telah sangat dapat
dicukupi oleh kandungan aluminium yang
terdapat di Pulau Papua. Dan bahkan buatan aluminium di Papua ini bisa mencukupi
keperluan aluminium di daerah- wilayah yang ada di dekat Papua sendiri.

f. Papua Barat
Provinsi di Papua, yaitu Papua Barat merupakan wilayah penghasil aluminium
yang pun tergolong besar di Indonesia.
Papua Barat satu distrik di Pulau Papua
sampai-sampai kandungan yang dipunyai
pun sama. Di samping emas, kelompok
logam yang tidak sedikit ada di Papua ialah
aluminium. Aluminium tidak sedikit
ditemukan guna mencukupi keperluan
aluminium lokal dan pun untuk memenuhi
keperluan aluminium dari wilayah di
sekitarnya.
BAB II

SIFAT FISIKA DAN SIFAT KIMIA LOGAM ALUMUNIUM

Sifat kimia dan fisika aluminium merupakan hal yang sangat penting diketahui,
khususnya dalam penerapan fungsi dan berbagai kegunaannya. Aluminium (Al)
adalah suatu unsur kimia dalam golongan boron yang memiliki nomor atom 13.
Unsur kimia ini tidak bersifat magnetik, berwarna perak putih sedikit kusam, lunak
dan lembut. Setelah oksigen dan silikon, Al merupakan unsur kimia terbesar ke-3 di
kerak bumi.
Unsur kimia aluminium sangat jarang ditemukan dalam bentuk logamnya,
nyaris semua ditemukan dalam bentuk senyawa, dimana sebagian besar berupa
senyawa yang diberi nama bauksit.
Salah satu sifat kimia dan fisika aluminium adalah ketahan logam ini terhadap
serangan korosi. Aluminium merupakan salah satu logam bermassa jenis rendah
yang sangat tahan terhadap oksidasi/korosi. Ini dikarenakan terbentuknya lapisan
oksida halus (saat logam ini terpapar udara) yang menghalangi oksidasi lebih lanjut
terhadap lapisan logam di bagian yang lebih dalam. Reaksi kimianya sebagai
berikut :
Al (s) + O2 (g) → Al2O3 (s) Dari reaksi kimia (i), lapisan oksida yang
seketika terbentuk di udara terbuka bersifat sangat rapat dan sulit ditembus lebih
lanjut oleh gas oksigen, sehingga oksidasi lanjutan menjadi hampir terhenti, dan
berlangsung dengan sangat lambat. Hal inilah yang menyebabkan logam ini menjadi
innert (kebal) terhadap udara dan sebagian zat-zat kimia. Tak seperti terhadap udara,
oksida Al bereaksi cepat dengan HCl, membentuk larutan AlCl3.
Al2O3 (s) + 6 HCl → 2 AlCl3 (l) + 3 H2O (aq) Lepasnya lapisan tipis
Al2O3 dipermukaan kulit logam menyebabkan mudahnya logam Al bereaksi dengan
larutan HCl.
Al (s) + 6 HCl → 2 AlCl3 (l) + 3 H2 (g) Reaksi (iii) berlangsung cepat
dan menghasilkan panas yang terus meningkat. Reaksi berlangsung makin cepat
seiring makin naiknya temperatur cairan. Laju reaksi menurun sesaat jika cairan
diencerkan menggunakan air, dan naik kembali seiring naiknya suhu larutan.
A. Sifat Fisika Aluminium

Al adalah logam yang relatif lunak, ringan, ulet, tahan lama, dan mudah
ditempa. Logam yang baru ditempa / dicetak memiliki penampilan keperakan
mengkilap, lama-kelamaan warna memudar menjadi perak abu-abu kusam.

Al memiliki massa jenis 2,70 g/cm3. Logam ini merupakan konduktor panas
dan listrik yang baik, memiliki 60% konduktivitas tembaga, sedangkan massa
jenisnya hanya 30% dari massa jenis tembaga. Meskipun konduktivitasnya lebih
rendah dari tembaga, namun dalam hal umur pemakaian, logam ini lebih unggul,
karena ketahanan terhadap korosi yang jauh lebih baik.
B. Sifat Kimia Aluminium

Aluminium memiliki nomor atom 13, dan massa atom 26,98. Hampir semua
ion aluminium bervalensi +3, dan hampir semua senyawa yang larut tak berwarna,
sedangkan senyawa tak larut berwarna putih abu-abu.
Ketahanan terhadap korosi logam Al sangat baik karena terbentuknya lapisan
tipis Al2O3 ketika logam yang baru dibentuk terkena udara. Lapisan tipis ini sangat
efektif mencegah oksidasi lebih lanjut, karena kerapatan pori-porinya sulit ditembus
oleh molekul oksigen dan air.
Aluminium tak bereaksi dengan larutan asam nitrat encer, bereaksi sangat
lambat dalam larutan asam nitrat (HNO3) pekat panas. Dalam larutan bersifat asam
dan mengandung ion klorida, logam ini bereaksi dengan air dan asam membentuk
larutan AlCl3, larutan garam logam lainnya, dan gas hidrogen.
Pengaruh ion klorida yang menyebabkan terlarutnya lapisan tipis Al2O3
menyebakan lapisan luar logam ini menjadi rentan teroksidasi. Panas yang timbul
akibat reaksi Al dengan asam menyebabkan Al juga bereaksi dengan air,
menyebabkan munculnya lumpur berwarna abu-abu yang merupakan senyawa
Al(OH)3.
Reaksi dengan air pada suhu tinggi sebagai berikut :
2 Al (s) + 6 H2O (aq) → 2 Al(OH)3 (s) + 3 H2 (g) ……………..(iv)
Kemampuan menghasilkan gas hidrogen ini membuat aluminium digunakan
dalam proses produksi gas hidrogen komersial.

BAB III
KEGUNAAN LOGAM ALUMUNIUM
Tidak bisa di punggkiri lagi kegunaan dari logam alumunium ini, yang sangat
membantu pekerjaan manusia. Untuk optimalisasi penggunaan logam aluminium,
kita harus memperhatikan sifat kimia dan fisika aluminium sebagai salah satu
pedoman penting. Logam aluminium digunakan di hampir semua aspek kehidupan.
Logam-logam Al digunakan di dunia fisika dan kimia.
Di fisik digunakan dalam struktur
pesawat terbang, rangka-rangka etalase,
rangka pintu dan jendela, peralatan-
peralatan dapur, sebagai pembungkus
(aluminium foil), dan sebagainya. Di dunia
kimia, logam Al digunakan sebagai
reduktor dalam berbagai ekstraksi ion
logam dari larutannya. Sama halnya
dengan zinc (Zn), logam Al juga bisa
digunakan sebagai reduktor emas dalam
proses sianidasi. Dalam proses ekstraksi
emas thiosulfat, logam Al mampu mereduksi ion emas lebih cepat dibanding zinc.
Al juga bisa digunakan dalam proses reduksi ion tembaga (Cu2+)dan
merkuri (Hg) dari larutannya. Karena proses produksi logam Al menggunakan panas
tinggi, maka pada dasarnya logam ini menyimpan potensi kalor tersembunyi yang
sangat besar. Kalor ini disebut dengan istilah “kalor laten”, yang sewaktu-waktu bisa
dilepaskan pada kondisi yang tepat. Kalor laten ini bisa dimanfaatkan dalam proses
pengolahan metalurgi mineral yang
menggunakan cara pyrometallurgy.
Senyawa-senyawa Al juga
digunakan secara luas di berbagai
bidang. Aluminium klorida atau sulfat
digunakan sebagai koagulan dalam
proses penjernihan dan pemurnian air.
Al(OH)3 digunakan sebagai bagian dari
obat maag. Senyawa-senyawa Al
lainnya digunakan sebagai amplas dan
batu bata tahan api.
Contoh kegunaan logam
alumunium :
Komponen Otomotif, Produk Kontruksi, Produk Kemasan, Kertas Aluminium,
Produk Peralatan Memasak, Produk Rumah Tangga, Bingkai jendela, Gagang pintu,
dan berbagai alat kebutuhan manusia lainya.

BAB IV
PEMBUATAN LOGAM ALUMUNIUM
Dalam pembuata logam alumunium melalui beberapa proses agar
menghasilkan sebau logam murni alumunium.
Secara rinci proses pengolahan aluminium dijelaskan sebagai berikut: 1.

1. Tahap Pemurnian
Aluminium diproduksi dari bauksit yang mengandung pengotor Fe2O3.
Pengotor ini harus dihilangkan dengan cara melarutkan bauksit tersebut dalam
NaOH(aq). Besi oksida (Fe2O3) yang bersifat basa tidak larut dalam larutan NaOH,
Pengotor dipisahkan dengan penyaringan. Selanjutnya, aluminium diendapan dari
filtrat dengan mengalirkan gas CO2 dan pengenceran. Endapan A1(OH)3 disaring,
dikeringkan lalu dipanaskan sehingga diperoleh A12O3 murni (alumina).
2. Tahap Elektrolis
Tahap Elektrolisis Selanjutnya pada tahap kedua, reduksi A! 2O3 dilakukan
melalui elektrolisis menurut proses Hall Heroult. Metode elektrolisis itu ditemukan
secara terpisah tetapi hampir bersamaan. Al2O3 mempunyai titik leleh yang sangat
tinggi, lebih dari 2000 oC. Oleh karena itu elektrolisis lelehan Al2O3 murni tidak
ekonomis. Dalam proses Hall Heroult, Al2O3 dilarutkan dalam lelehan kriolit
(Na3AlF6) dalam bejana dari baja berlapis grafit yang sekaligus berfungsi sebagai
katode. Dengan cara itu elektrolisis dapat dilangsungkan pada suhu 950 oC. Sebagai
anode digunakan batang grafit. Elektrolisis menghasilkan aluminium di katode,
sedangkan di anode terbentuk gas oksigen dan karbon dioksida.
Selain Hall, ada juga Proses Bayer. untuk memperoleh alumunium murni.
Bauksit halus yang kering dimasukan kedalam pencampur, diolah dengan soda api
(NaOH) dibawah pengaruh tekanan dan pada suhu dibawah atas titik didih. NaOH
bereaksi dengan bauksit menghasilkan aluminat natrium yang larut. Setelah proses
selesai, tekanan dikurangi dan ampas yang terdiri dari oksida besi yang tak larut,
silikon, titanium dan kotoran lainya ditekan melalui saringan dan dikesampingkan.
Cairan yang mengandung alumina dalam bentuk aluminat natrium dipompa ke dalam
tangki pengendapan, kemudian dibubuhkan Kristal hiroksida alumunium terpisah
dari larutan. Hiroksida alumunium kemudian disaring dan dipanaskan sampai
mencapai suhu 980oC. Alumina siap dilebur.
Logam alumunium dihasilkan melalui proses elektrolisa dimana alumina
berubah menjadi oksigen dan alumunium. Alumina murni dilarutkan ke dalam eriolit
cair (natrium alumunium flourida) dalam dapur elektrolit. Arus listrik dialirkan
dalam campuran melalui elektrodakarbon. Pada saat tertentu, alumunium disadap
dari sel dan logam cair tersebut dipindahkan ke dapur penampung untuk dimurnikan
atau untuk keperluan paduan, setelah itu dituang ke dalam ingot untuk diolah lebih
lanjut.
Memperoleh aluminium murni dengan cara mereduksi aluminium klorida
dengan kalium-merkurium. Kemudian dengan distilasi, merkurium dapat dihilangkan
dan akhirnya diperoleh logam aluminium. 1854, Henri Sainte dan Claire Deville
membuat aluminium dari natrium aluminium klorida dengan cara memanaskannya
dengan logam natrium. 1886, diproduksi aluminium dengan proses skala besar
seperti sekarang, yaitu melalui elektrolisis alumina di dalam kriolit lebur. tahun
1980, produksi dunia dengan proses ini mencapai 10 7 ton. Pada proses ini aluminium
diperoleh dengan cara katalis aluminium oksida yang dilarutkan dalam leburan
kriolit (Na3AlF6).
Bahan baku bauksit, masih merupakan campuran aluminium oksida, besi(III)
oksida dan silika.
a. Reaksi Pemurnian:
Al2O3(s) + 2 OH-(aq) + 3 H2O(l) 2[Al(OH)4]-(aq)
2 Al(OH)3(s)Al2O3 + 3H2O
b. Elektrolisis dibuat dari baja, yang dilapisi grafit. Grafit ini berfungsi sebagai
katoda. Anoda dibuat dari karbon. Katoda: AlF4- + 3e-Al + 4F- Anoda: 2 AlOF54- + C
CO2 + AlF63- + AlF4- + 4 e-. Oksigen yang terbentuk pada suhu operasi dapat
mengoksidasi anoda.
Bayer Siklus Proses Bayer adalah satu siklusdan sering disebut Bayer siklus.
Ini melibatkan empat langkah: Digestion (pencernaan), Clarification (klarifikasi),
Precipitation (pengendapan), danCalcination (kalsinasi). Digestion (Pencernaan).
Pada langkah pertama, bauksit adalah tanah, slurried dengan larutan soda kostik
(natriumhidroksida), dan dipompa ke tank tekanan besar disebut digester, dikontrol
mengalami panas uap 175 °C dan tekanan. natrium hidroksidabereaksi dengan
mineral alumina bauksit untuk membentuk solusi jenuh natrium aluminat; pengotor
tak larut, disebut lumpur merah (RM) , tetap dalam suspensi dan dipisahkan pada
langkah klarifikasi.
3. Clarification (klarifikasi).
Pengotor tak larut yang disebut lumpur merah /Red Mud (RM) , tetap
dalam suspensi dan dipisahkan dengan menyaring dari kotoran padat, selanjutnya
didinginkan di exchangers panas, untuk meningkatkan derajat jenuh dari alumina
terlarut, dan dipompa menuju tempat yang lebih tinggi yaitu presipitator silolike
untuk proses Precipitation (pengendapan).

4. Calcination (kalsinasi).
Kemudian dipanaskan sampai 1050 °C (dikalsinasi), aluminium hidroksida
terurai menjadi alumina, memancarkan uap air dalam proses:2Al(OH)3 (s)Al2O3 (s) +
3H2O (g) Dan dihasilkan aluminium oksida murni (Al 2O3) yang selanjutnya menuju
proses peleburan dengan proses Hall-Héroult untuk menghasilkan material
aluminium.

TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
S ARIPIN. 2004. “TINJAU PUSTAKA ALUMUNIUM”. http://repository.usu.ac.id
diakes pada Pukul 20:00 Tanggal 22 Maret 2021.

Fasda Akhsanul Latief. 2020 “Inilah Daerah Pengahasil Bauksit Di Indonesia”.


https://duniatambang.co.id/Berita/read/1359/Inilah-Daerah-Penghasil-Bauksit-di-
Indonesia diakses pada Pukul 21:00, Tanggal 23 Maret 2021.

Admin Kelas IPS. 2020 “Daerah Penghasil Alumunium”


https://kelasips.com/daerah-penghasil-aluminium/ diakes pada Puku 19:00, Tanggal
23 Maret 2021.

Tim-Bestekin. 2016 “Sifat Fisika Dan Sifat Kimia Alumunium Dan Kegunaanya”.
https://bestekin.com/2016/08/28/sifat-kimia-dan-fisika-aluminium-serta-
kegunaannya/ diakses Pukul 15:00, Tanggal 24 Maret 2021.

Luthifi Syah S. 2018. “PEMBUATAN ALUMUNIUM Secara rinci’


https://www.academia.edu/8739122/PEMBUATAN_ALUMINIUM_Secara_rinci.
diakses Pukul 21: 39, Tanggal 25 maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai