Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aluminium atau aluminum (alumunium, almunium, alminium) ialah unsur


kimia dengan lambangnya ialah Al, dan nomor atomnya 13. Aluminium adalah
logam paling berlimpah.

Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, Namun, merupakan


elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi, dan paling berlimpah
ketiga. Alumunium ialah logam yang berwarna putih perak dan tergiling ringan
dengan massa 2,7 gram/cm – 3 gram/cm. Alumunium dapat melimpah dalam kulit
bumi yaitu sekitar 7,6%. Dengan kelimpahan sebesar itu, alumunium merupakan
unsur ketiga terbanyak setelah Oksigen dan Silikon. Namun alumunium tetap
merupakan logam yang mahal karena pengolahannya sukar. Mineral alumunium
yang bernilai ekonomis ialah Bauksit yang merupakan satu-satunya sumber
alumunium. Kryolit digunakan untuk peleburan alumunium, sedangkan tanah liat
banyak yang digunakan untuk membuat batu bata dan keramik.

Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered


aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil,
asap tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik, dan
kembang api.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu logam aluminium dan sejarahnya?
2. Bagaimana nama dan rumus kimia senyawaan yang menjadi sumber
aluminium di alam?
3. Bagaimana cara-cara ekstraksi aluminium dari sumbernya?
4. Bagaimana konfigurasi electron serta sifat-sifat dari logam aluminium?
5. Bagaimana cara-cara pembuatan aluminium di labor dan industri?
6. Apa saja senyawa dari aluminium dan cara pembuatan serta sifat senyawanya?
7. Apa saja kegunaan dari aluminium dan senyawanya dalam kehidupan?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan aluminium?

1
9. Bagaimana dampak penggunaan aluminium dalam kehidupan serta
pengaruhnya pada lingkungan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu logam aluminium dan sejarahnya?
2. Untuk mengetahui bagaimana nama dan rumus kimia senyawaan yang menjadi
sumber aluminium di alam?
3. Untuk mengetahui bagaimana cara-cara ekstraksi aluminium dari sumbernya?
4. Untuk mengetahui bagaimana konfigurasi elektron serta sifat-sifat dari logam
aluminium?
5. Untuk mengetahui bagaimana cara-cara pembuatan aluminium di labor dan
industri?
6. Untuk mengetahui apa saja senyawa dari aluminium dan cara pembuatan serta
sifat senyawanya?
7. Untuk mengetahui apa saja kegunaan dari aluminium dan senyawanya dalam
kehidupan?
8. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan aluminium?
9. Untuk mengetahui bagaimana dampak penggunaan aluminium dalam
kehidupan serta pengaruhnya pada lingkungan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Logam Aluminium dan Sejarahnya


Aluminium adalah unsur logam dengan lambang Al dan memiliki nomor
atom 13, Ar = 26,98. Konfigurasi elektronnya adalah 1s22s22p63s23p1 atau [Ne] 3s2
3p1.. Aluminium adalah logam yang ringan, tidak mengalami korosi, dan sangat
kuat.diantara logam-logam golongan 13, aluminium adalah salah satu logam
terpenting yang terdapat dikerak bumi. Biji aluminium yang digunakan untuk
produksi aluminium adalah bauksit. Biji ini mengandung hidrat aluminium oksida,
AL2O3. H2O dan AL2O3.3H20 serta oksida besi, silicon, titanium, sedikit tanah liat
dan silikat. Kadar aluminium oksida ( alumina ) dapat mencapai 35-60%.

Gambar 2.5a Sekeping logam aluminium dengan panjang 15 cm.


(Sumber : http://www.academiaedu.com)

Gambar 2.5b Garis spectrum aluminium


(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium)

3
Aluminium adalah elemen (8,13%) logam yang paling melimpah di kerak
bumi dan setelah oksigen dan silikon, yang paling berlimpah ketiga dari semua
unsur di kerak. Karena afinitas yang kuat untuk oksigen , tidak ditemukan dalam
keadaan unsur tetapi hanya dalam bentuk kombinasi seperti oksida atau silikat.

Unsur ini terletak pada golongan IIIA dan periode 3 sistem periodik.

Gambar 2.6 Tabel Periodik Unsur


(Sumber : http://www.academiaedu.com)

Sejarah Aluminium

Aluminium adalah elemen logam yang paling melimpah di kerak bumi


(8,13%) setelah oksigen dan silikon. Karena afinitas yang kuat untuk oksigen,
tidak ditemukan dalam keadaan unsur tetapi hanya dalam bentuk kombinasi
seperti oksida atau silikat.
Logam berasal dari nama alumen, nama Latin untuk tawas. Pada tahun
1761, LB G de Morveau mengusulkan alumine nama untuk dasar dalam tawas,
dan pada tahun 1787, lavoiser jelas diidentifikasi sebagai oksida logam yang
masih belum ditemukan.

4
Gambar 2.1 De Morveau

(Sumber : http://www.wikipedia.com)

Pada tahun 1807, Sir Humphrey Davy mengusulkan nama untuk logam
aluminium ini, dan kemudian disetujui untuk menggantinya dengan aluminium.

Gambar 2.2 Sir Humphry Davy

(Sumber : http://www.wikipedia.com)

Tak lama kemudian, nama aluminium diadopsi untuk menyesuaikan diri


dengan “ium” akhir dari elemen yang paling, dan ejaan ini sekarang digunakan
secara umum di seluruh dunia. Aluminium juga ejaan diterima di Amerika Serikat
sampai 1925 ketika American Chemical Society resmi kembali ke aluminium.
Hans Christian Oersted sekarang umumnya dikreditkan dengan pertama
untuk mempersiapkan logam aluminium. Ia mencapai ini pada tahun 1825 dengan
memanaskan aluminium klorida anhidrat dengan kalium dan penyulingan dari
amalgam merkuri.

5
Gambar 2.3 Henry Christian Oersted

(Sumber : http://www.wikipedia.com)

Frederick Wohler meningkatkan proses antara 1827 dan 1845 dengan


menggantikan kalium untuk amalgam dan dengan mengembangkan metode yang
lebih baik untuk dehidrasi aluminium. Pada tahun 1854 Henri Sainte Claire
Deville-natrium untuk menggantikan relatif mahal kalium dan, dengan
menggunakan natrium klorida aluminium, bukan aluminium klorida,
menghasilkan jumlah komersial pertama dari aluminium dalam pilot plant di
dekat Paris. Beberapa tanaman menggunakan dasarnya proses ini kemudian
dibangun di Inggris, tapi tidak bertahan lama munculnya di 1886 dari proses
elektrolitik, yang telah mendominasi industri sejak itu.
Pengembangan proses elektrolitik tanggal kembali kepada Sir Humphrey
Davy pada tahun 1807 yang mencoba dengan kegagalan untuk electrolyze
campuran alumina dan kalium. Kemudian, pada 1854 Robert Wilhelm Bunsen
Von dan Sainte Claire Deville-independen disiapkan aluminium dengan
elektrolisis dari aluminium klorida natrium menyatu, tetapi proses ini tidak
dimanfaatkan karena kurangnya sumber ekonomi listrik. Grammes, penemu
dinamo (dalam 1886) merubah ini dan membuka jalan bagi penemuan proses
modern.
Pada 1866, Charles Martin Hall dari Oberlin (Ohio) dan Paulus LT
Heroult (Perancis), keduanya 22 tahun pada waktu itu, ditemukan dan dipatenkan
hampir bersamaan proses di mana alumina dilarutkan dalam cair kriolit dan
terurai electrolytically. Proses reduksi, umumnya dikenal sebagai proses Hall-

6
Heroult, telah berhasil bertahan banyak upaya untuk menggantikannya, ia tetap
satu-satunya metode untuk memproduksi aluminium.

Gambar 2.4 Charles Heroult dan Martin Hall


(Sumber : http://www.wikipedia.com)

Alum (nama dimana unsur alumunium diambil) telah diketahui sejak dulu.
POTT (1746) menunjukkan Al berasal dari Alumina bumi yang khas yang
diisolasi oleh Margref (1754) dari tanah liat (lempung).
Alumina tersebut adalah oksida logam yang diselidiki oleh Davy (1808)
yang diisolasi dari Alumunium, logam tak murninya.
Logam murninya diperoleh Oersted (1824) dengan pemanasan Ornalgame,
dari kalsium dan alumunium klorida. Logam murni diperoleh oleh Wohler (1827)
dengan oksi kalium pada AlCl3. Busen (1854) menyediakannya dengan
elektrolisis, tetapi penyediaannya pertama kali secara skala industry dengan 2
metode yaitu :
1) Deville (1854) dengan jalan reduksi dari Natrium Ammonium Klorida (NaICl4).
2) Pada tahun 1886 produksi Al dengan elektrolisis dari Alumina yang dilarutkan
dalam leburan kryolit yang dimulai secara serempak oleh Heroult (Prancis) dan
Charles Martin Hall (Amerika).

7
Gambar 2.2 Sell Hall-Heroult. (Sumber :http://ib.znate.ru/docs/index-
106476.html)

Kelemahan metode Wohler sehingga beralih ke metode Hall-Heroult


adalah untuk memperoleh logam Alumunium tidak ekonomis karena
membutuhkan biaya yang besar untuk mendapatkan Alumunium. Sebab, dia
hanya memanaskan / mereaksikan AlCl3 dengan Kalium. Sedangkan Hall-
Heroult menggunakan proses elektrolisis dalam memurnikan Al2O3 dan
menemukan metode yang bisa menurunkan titik leleh Al2O3 sehingga hemat
energi, yaitu dengan cara melarutkan oksida tersebut ke dalam kriyolit cair.

2.2 Sumber Senyawa Aluminium

Metoda untuk mengambil logam aluminium adalah dengan cara


mengelektrolisis alumina yang terlarut dalam cryolite. Metoda ini ditemukan oleh
Hall di AS pada tahun 1886 dan pada saat yang bersamaan oleh Heroult di Perancis.
Cryolite, bijih alami yang ditemukan di Greenland sekarang ini tidak lagi
digunakan untuk memproduksi aluminium secara komersil. Penggantinya adalah
cariran buatan yang merupakan campuran natrium, aluminium dan kalsium
fluorida.

8
Aluminium merupakan logam yang paling banyak ditemukan di kerak bumi
(8.1%), tetapi tidak pernah ditemukan secara bebas di alam. Selain pada mineral
yang telah disebut di atas, ia juga ditemukan di granit dan mineral-mineral lainnya.
Aluminium merupakan logam yang paling banyak ditemukan di kerak bumi
(8.1%), tetapi tidak pernah ditemukan secara bebas di alam. Selain pada mineral
yang telah disebut di atas, ia juga ditemukan di granit dan mineral-mineral lainnya.
Bijih aluminium yang digunakan untuk produksi aluminium adalah bauksit.
Bauksit mengandung hidrat aluminium oksida, Al2O3.H2O, dan Al2O3.3H2O serta
oksida besi, silikon, titanium, sedikit tanah liat dan silikat. Kadar Aluminium
Oksida (Alumina) dapat mencapai 35% – 60%.
Sumber mineral aluminium adalah kriolit : Na3AlF6 dan bauksit :
Al2O3.2H2O Kriolit adalah sejenis campuran aluminium, natrium, dan kalsium
fluorida: (Na3AlF6). Bauksit adalah biji utama aluminium terdiri dari hydrous
aluminium oksida dan aluminium hidroksida.
Aluminium merupakan unsur ketiga terbanyak dalam kulit bumi setelah
oksigen dan silikon. Aluminium juga merupakan logam terpenting dari golongan
IIIA. Namun demikian aluminium tergolong logam yang relatif mahal karena
mineral yang dapat dijadikan sebagai sumber Aluminium sangat terbatas dan
senyawa aluminium sukar direduksi. Di alam aluminium terutama terdapat dalam
bentuk senyawa aluminosilikat (Al2Si2O5)(OH)4, yaitu suatu mineral yang
mengandung aluminium, silikon dan oksigen. Mineral itu tidak mempunyai nilai
komersial karena sukar diolah. Adapun mineral yang merupakan sumber
aluminium hanyalah bauksit (Al2O3nH2O). Mineral lainnya yang cukup bernilai
yaitu kriolit (Na3AlF6) dan veldspath/spat padang (KAlSi3O8). Di Indonesia bijih
aluminium (bauksit) terdapat di pulau bintan Riau dan Kalimantan Barat
(Zirkonium, https://nicechemistry.wordpress.com/2011/06/12/21/, 2011).
Secara ekonomi, bijih tambang yang terpenting dari alumunium adalah
bauksit (Alumunium Oksida Hidrat) dengan rumus molekul Al2O3.nH2O (padat).
Bijih alumunium juga terdapat secara luas sebagai alumunium silikat (terkandung
dalam tanah lempung), kriolit (Na3AIF6), dan bijih mika (Ahmad, http://uhibbu-
ilaiki.blogspot.co.id/, 2013).

9
2.3 Cara-Cara Ekstraksi Aluminium dari Sumbernya

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. (Rasid,
http://rasidunimed.blogspot.co.id/2010/12/ekstraksi.html, 2010).
Pembuatan Aluminium terjadi dalam dua tahap:
1. Proses Bayer
Merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh aluminium
oksida (alumina).

Al2O3
Bijih bauksit mengandung 50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-
zat pengotor terutama Fe2O3 dan SiO2. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat
yang tidak dikehendaki, kita memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3.
Tahap pemurnian bauksit dilakukan untuk menghilangkan pengotor
utama dalam bauksit. Pengotor utama bauksit biasanya terdiri dari SiO2, Fe2O3,
dan TiO2. Caranya adalah dengan melarutkan bauksit dalam larutan natrium
hidroksida (NaOH),

Al2O3 (s) + 2NaOH (aq) + 3H2O(l) ---> 2NaAl(OH)4(aq)

Aluminium oksida larut dalam NaOH sedangkan pengotornya tidak


larut. Pengotor-pengotor dapat dipisahkan melalui proses penyaringan.
Selanjutnya aluminium diendapkan dari filtratnya dengan cara mengalirkan gas
CO2 dan pengenceran.

2NaAl(OH)4(aq) + CO2(g) ---> 2Al(OH)3(s) + Na2CO3(aq) + H2O(l)

10
Endapan aluminium hidroksida disaring,dikeringkan lalu dipanaskan
sehingga diperoleh aluminium oksida murni (Al2O3)
2Al(OH)3(s) ---> Al2O3(s) + 3H2O(g)

2. Proses Hall-Heroult
Merupakan tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses
elektrolisis menurut proses Hall-Heroult. Dalam proses Hall-Heroult, aluminum
oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis
grafit yang sekaligus berfungsi sebagai katode. Selanjutnya elektrolisis
dilakukan pada suhu 950 °C. Sebagai anode digunakan batang grafit.
Setelah diperoleh Al2O3 murni, maka proses selanjutnya adalah
elektrolisis leburan Al2O3. Pada elektrolisis ini Al2O3 dicampur dengan CaF2
dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) yang berfungsi untuk menurunkan titik lebur
Al2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000 °C), campuran tersebut akan
melebur pada suhu antara 850-950 °C. Anode dan katodenya terbuat dari grafit.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Al2O3 (l) 2Al3+ (l) + 3O2- (l)


Anode (+): 3O2- (l) 3/2 O2 (g) + 6e−
Katode (-): 2Al3+ (l) + 6e- 2Al (l)
Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)

Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja


yang disebut pot reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan
karbon, yang bertindak sebagai suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari
sistem. Secara umum pada proses ini, leburan alumina dielektrolisis, di mana
lelehan tersebut dicampur dengan lelehan elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam

11
pot di mana pada pot tersebut terikat serangkaian batang karbon dibagian atas
pot sebagai katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah pot sebagai lapisan
pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya proses
elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai keperluan, seperti
dalam keperluan industri. Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat
elektrolisis, lelehan aluminium akan menuju kebawah pot, yang secara berkala
akan ditampung menuju cetakan berbentuk silinder atau lempengan. Masing –
masing pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton aluminium per
tahun(Anonymous,2009). Secara umum, 4 ton bauksit akan menghasilkan 2 ton
alumina, yang nantinya akan menghasilkan 1 ton aluminium (Wikipedia,
https://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium, 2016).
Dalam sumber lain, dinyatakan juga metoda untuk mengambil logam
aluminium adalah dengan cara mengelektrolisis alumina yang terlarut dalam
cryolite. Metoda ini ditemukan oleh Hall di AS pada tahun 1886 dan pada saat
yang bersamaan oleh Heroult di Perancis. Cryolite, bijih alami yang ditemukan
di Greenland sekarang ini tidak lagi digunakan untuk memproduksi aluminium
secara komersil. Penggantinya adalah cariran buatan yang merupakan campuran
natrium, aluminium dan kalsium fluorida.
Aluminium merupakan logam yang paling banyak ditemukan di kerak
bumi (8.1%), tetapi tidak pernah ditemukan secara bebas di alam. Selain pada
mineral yang telah disebut di atas, ia juga ditemukan di granit dan mineral-
mineral lainnya.
Aluminium adalah salah satu logam terpenting yang tedapat dalam kerak
bumi. Bijih aluminium yang digunakan untuk produksi aluminium adalah
bauksit. Bauksit mengandung hidrat aluminium oksida, Al2O3.H2O, dan
Al2O3.3H2O serta oksida besi, silikon, titanium, sedikit tanah liat dan silikat.
Kadar Aluminium Oksida (Alumina) dapat mencapai 35% – 60%.

Pada tahun 1825 oersted memperoleh Al murni dengan cara mereduksi


AlCl3 dengan amalgama K-Hg

AlCl3(s) + 3 K(Hg)x(l) 3 KCl(s) + Al(Hg)3x(l)

Disaring, lalu didistilasi sehingga Hg akan menguap dan logam Al akan


diperoleh. Bijih bauksit di alam tidak murni karena mengandung zat-zat lain,
misalnya senyawa Fe2O3(s) dan SiO2(s). Sifat amfoter dari Al2O3, merupakan
suatu bagian yang sangat penting bagi proses pemurnian Al2O3dari bijih bauksit.
Jika bijih bauksit dilarutkan dengan NaOH(aq) pekat, maka SiO2 dan Al2O3 akan
larut, sedangkan Fe2O3(s) dan zat-zat lain tidak larut. Reaksinya sebagai berikut
:

12
Al2O3(s) + 2OH-(aq) 2AlO2-(aq) + H2O(l)
SiO2(s) + 2OH-(aq) SiO32-(aq) + H2O(l)

Kemudian larutan AlO2- atau [Al(OH)4]- dan larutan SiO32-, dipisahkan


dari Fe2O3dan zat-zat padat lainnya dengan cara penyaringan. Larutan
AlO2- yang bercampur dengan larutan SiO32- direaksikan dengan gas
CO2sehingga terentuk endapan Al(OH)3, sementara SiO32- tetap sebagai filtrat.
Reaksinya sebagai berikut :

2AlO2-(aq) + CO2(g) + 3H2O(l) 2Al(OH)3(s) + CO32-(aq)

Kemudian pada pemanasan Al(OH)3 akan diperoleh Al2O3 (alumina)


padat dan murni.

2Al(OH)3(s) → Al2O3(s) + 3H2O(l)

Dari Al2O3(s) akan dapat diperoleh logam Al dengan cara elektrolisis


leburan Al2O3.
Pada tahun 1827 Friedrich Wohler mengisolasi alumunium murni
dengan cara memanaskan amonium klorida dengan kalium. Tetapi, pada tahun
1950 metode ini disempurnakan dengan mengganti kalium dengan natrium.
Pada saat itu logam alumunium digunakan sebagai perhiasan dan barang-barang
kerajinan. Kemajuan pesat pada pengolahan alumunium terjadi pada tahun 1886
dengan ditemukannya proses pengolahan oleh Charles Martin Hall (Amerika
Serikat) dan Paul Herault (Prancis) dalam waktu yang bersamaan, sehingga
proses tersebut dinamakan proses Hall-Herault (1866). Pada proses ini Al
diperoleh dengan cara katalis Al2O3 yang dilarutkan dalam leburan kriolit.
Bahan baku bauksit masih menimpakan campuran Al2O3, Fe2O3, dan SiO2,
sehingga perlu dilakukan pemurnian untuk memperoleh alumina murni dan
tahapan elektrolisis.

Reaksi pemurnian:
Al2O3(s) + 2OH-(aq) + 3H2O(l) 2[Al(OH)4]-(aq)
SiO2(s) + 2OH-(aq) SiO32-(aq) + H2O(l)
2 [Al(OH)4]- + CO2 2 Al(OH)3(s) + CO32-(aq)
2 Al(OH)3 Al2O3 + 3 H2O

Elektrolisis:
Sel elektrolisis dibuat dari basa yang dilapisi grafit (katode), sedangkan
anode dibuat dari karbon.

Reaksi pada elekroda:


Katoda : AlF4- + 3e Al + 4F-
Anoda : 2 AlOF64- + C CO2 + AlF63- + AlF4- +4e

13
Secara sederhana reaksi pada elektroda dapat ditulis sebagai berikut:
Katoda : 2 Al3+ + 6e 2Al
2-
Anoda : 3O 3/2 O2 + 6e

Oksigen yang terbentuk pada suhu operasi dapat mengoksidasi anoda.


Reaksi keseluruhan:
2 Al2O3(dalam krolit) + 3C(s) 4 Al(l) + 3 CO2(g)

Selain itu juga dikenal mineral korondum. Korondum adalah mineral


alumunium oksida (Al2O3) yang bersifat keras, tidak berwarna, dan bening jika
murni. Tetapi jika ada campuran lain akan menghasilkan warna yang beragam.
Jika bercampur atau mengandung krom akan berwarna merah, disebut
dengan ruby (mirah). Jika mengandung besi dan titanium akan berwarna biru,
disebut dengan safir (batu nilam biru). Batu nilam hijau mengandung kobalt dan
batu nilam kuning mengandung antara nikel dan magnesium.

Reaksi ion Al3+(aq):


Jika garam alumunium dilarutkan ke dalam air, ion Al3+ segera tertarik
pada ujung negatif molekul air yang polar membentuk ion heksa
aquaalumunium (III),[Al(H2O)6]3+. Ion ini biasanya dinyatakan dengan Al3+(aq)
3+
. ion Al yang kecil dan bermuatan besar menarik elektron dalam ikatan O-H
dari air, sehingga berperan sebagai donor proton.
Dalam larutan air, molekul air dapat bersifat sebagai basa yaitu
menerima proton.

[Al(H2O)6]3+ (aq) + H2O → [Al(H2O)5(OH)]2+ + H3O+

Dengan basa yang lebih kuat dari air seperti S2- atau CO32- akan
terbentuk endapan hidroksida.

2 [Al(H2O)6]3+ (aq) + 3S2-(aq) → 2 [Al(OH)3(H2O)3](s) + 3H2S(g)

Reaksi yang sama juga terjadi jika ke dalam garam alumunium


ditambahkan basa yang lebih kuat seperti NaOH(aq).

[Al(H2O)6]3+(aq) + 3 OH-(aq) → [Al(OH)3(H2O)3](s) + 3H2O

Dengan NaOH berlebih endapan akan melarut

[Al(OH)3(H2O)3](s) + OH-(aq) [Al(H2O)2(OH)4]-(aq) + H2O(l)

Reaksi Elektrokimia adalah reaksi reduksi dapat digunakan untuk


mengubah enrgi kimiamenjadi energy listrik. Dalam sebuah sel, energy listrik
dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda dinamakan

14
anoda sedangkan elektroda yang menerima elektron dinamakan katoda. Jadi,
sebuah sel selalu terdiri dari dua bagian atau dua elektroda, setengah reaksi
oksidasi akan berlangsung pada anoda dan setengah reaksi reduksi akan
berlangsung pada katoda (Ahmad, http://uhibbu-ilaiki.blogspot.co.id/, 2013).

2.4 Konfigurasi Elektron Serta Sifat-Sifat dari Logam Aluminium


Konfigurasi electron aluminium :

Al³⁺ artinya Aluminium melepas 3 buah elektronnya sehingga konfigurasinya


menjadi:

1. Sifat Fisika Aluminium


 Logam berwarna putih perak
 Dapat ditempa dan dibentuk
 Kerapatan rendah
 Pengantar panas dan arus yang baik, daya hantar listrik dua kali lebih besar
dari Cu maka Al digunakan sebagai kabel tiang listrik.
 Tidak bersifat magnetic, alumunium tidak bersifat magnet, sehingga sukar
ditarik oleh magnet. Namun apabila alumunium dipadu dengan logam lain,
minsalnya besi akan menjadi magnet yang kuat. Contohnya : Acino (50%
Fe, 20% Al, 20% Ni, 10% Co).
 Ringan, tahan korosi dan tidak beracun maka banyak digunakan untuk alat
rumah tangga seperti panci, wajan dan lain-lain.
 Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus
makanan, obat, dan rokok.
 Paduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat seperti
Duralium (campuran Al, Cu, mg) untuk pembuatan badan peswat.
 Al sebagai zat reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O3.

Tabel 2.1 Sifat Fisika Logam Aluminium


15
No. Sifat Fisika Keterangan
1 Nomor atom 13
2 Nomor massa 27
3 Konfigurasi electron [Ne]3s23p1
4 Ar 26,98
5 Kerapatan 2,69 gr/cm3
6 Titik leleh 932 K
7 Titik didih 2730 K
8 Volume atom 10
9 Keelektronegatifan 1.45
10 Energi ionisasi pertama 577 Kj/mol
11 Energi ionisasi kedua 1820 Kj/mol
12 Energi ionisasi ketiga 2740 Kj/mol
13 Entalpi penguapan 284 Kj/mol
14 Entalpi hidrasi Al3+ -4680 Kj/mol
15 Entalpi pengatoman 314 Kj/mol
16 Tingkat oksidasi tertinggi +3
17 Jari-jari atom 143 pm
18 Jari-jari ion Al3+ 50 pm
19 Potensial elektroda -1,60
20 Struktur atom Kristal logam
21 Wujud Padat

(Sumber : http://www.academiaedu.com)

2. Sifat Kimia Aluminium


 Al bereaksi dengan Oksigen membentuk Al2O3 (oksida), tetapi lapisan tipis
oksida ini yang sangat melindungi permukaan aluminium terhadap
serangan oksigen lebih lanjut, sehingga Al merupakan logam tahan korosi.
 Bereaksi dengan Nitrogen, sulfur, dan Halogen. Bila dipanaskan pada suhu
yang cukup, membentuk sulfida. Nitrida dan Halida yang pada disosiasinya
dan selebihnya adalah kovalen.

16
2Al +N2 2AlN
4Al + 6S 2Al2O3
 Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus
makanan, obat, dan rokok.
 Paduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat seperti
Duralium (campuran Al, Cu, mg) untuk pembuatan badan peswat.
 Al sebagai zat reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O3.

3. Sifat Mekanik Aluminium


Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi
oleh konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut.
Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini
disebabkan oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan
aluminium oksida di permukaan logam aluminium segera setelah logam
terpapar oleh udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya
oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan
dengan logam yang bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi
aluminium.
 Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika
dilakukan pengujian tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai tertinggi
dari tegangan pada kurva tegangan-regangan hasil pengujian, dan biasanya
terjadi ketika terjadinya necking. Kekuatan tensil bukanlah ukuran
kekuatan yang sebenarnya dapat terjadi di lapangan, namun dapat dijadikan
sebagai suatu acuan terhadap kekuatan bahan.
Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan
umumnya sangat rendah, yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk penggunaan
yang memerlukan kekuatan tensil yang tinggi, aluminium perlu dipadukan.
Dengan dipadukan dengan logam lain, ditambah dengan berbagai perlakuan
termal, aluminium paduan akan memiliki kekuatan tensil hingga 580 MPa
(paduan 7075).

 Kekerasan

17
Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu
bahan yang mencegah terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut
ketika diaplikasikan suatu gaya. Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh
elastisitas, plastisitas, viskoelastisitas, kekuatan tensil, ductility, dan
sebagainya. Kekerasan dapat diuji dan diukur dengan berbagai metode.
Yang paling umum adalah metode Brinnel, Vickers, Mohs, dan Rockwell.
Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65
skala Brinnel, sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk
logam. Untuk kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan, aluminium
perlu dipadukan dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan termal atau
fisik. Aluminium dengan 4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu
disimpan pada temperatur tinggi dapat memiliki tingkat kekerasan Brinnel
sebesar 135.

 Ductility
Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk
menerangkan seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis
tanpa terjadinya retakan. Dalam suatu pengujian tensil, ductility ditunjukkan
dengan bentuk neckingnya; material dengan ductility yang tinggi akan
mengalami necking yang sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki
ductility rendah, hampir tidak mengalami necking. Sedangkan dalam hasil
pengujian tensil, ductility diukur dengan skala yang disebut elongasi.
Elongasi adalah seberapa besar pertambahan panjang suatu bahan ketika
dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam persentase
pertambahan panjang per panjang awal bahan yang diujikan.
Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium
paduan memiliki ductility yang bervariasi, tergantung konsentrasi
paduannya, namun pada umumnya memiliki ductility yang lebih rendah dari
pada aluminium murni, karena ductility berbanding terbalik dengan
kekuatan tensil, serta hampir semua aluminum paduan memiliki kekuatan
tensil yang lebih tinggi dari pada aluminium murni.

2.5 Senyawa-Senyawa Aluminium

18
Dalam simber lain Zirkonium (2011), juga dijelaskan :
1. Aluminium Murni
Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak
dalam keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu
lunak untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan
dengan logam lain.
Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan
dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga
abu- abu, tergantung kekasaran permukaannya. Aluminium memiliki berat
sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan dengan mesin, dicor,
ditarik (drawing), dan diekstrusi. Resistansi terhadap korosi terjadi akibat
fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya lapisan Aluminium Oksida ketika
Aluminium terpapar dengan udara bebas. Lapisan Aluminium Oksida ini
mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Aluminium paduan dengan tembaga
kurang tahan terhadap korosi akibat reaksi galvanik dengan paduan Tembaga.
Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik.
Jika dibandingkan dengan massanya, Aluminium memiliki keunggulan
dibandingkan dengan Tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor
panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat. Aluminium murni
100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain Aluminium itu sendiri,
namun Aluminium murni yang dijual di pasaran tidak pernah mengandung
100% Aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang terkandung di
dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di dalam Aluminium murni
biasanya adalah gelembung gas di dalam yang masuk akibat proses peleburan
dan pendinginan / pengecoran yang tidak sempurna, material cetakan akibat
kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas bahan
baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang Aluminium).
Umumnya Aluminium murni yang dijual di pasaran adalah Aluminium murni
99%, misalnya Aluminium Foil.

2. Aluminium Paduan
Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon,
magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970.

19
Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu
akan meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik
lebur. Jika melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik
disertai meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau
granula dalam logam.
Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung pada
konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya
hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan
panas, penyimpanan, dan sebagainya.

a. Paduan Aluminium-Tembaga

Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan


kuat, namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak
boleh memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk
senyawa CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam rapuh.

Gambar 2.7 Diagram Fase Al-Cu, temperatur vs persentase paduan


(Sumber : http://www.academiaedu.com)

a. Paduan Aluminium-Silikon

Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan


kekerasan dan kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525
Mpa pada aluminium paduan yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika

20
konsentrasi silikon lebih tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan logam akan
meningkat secara drastis akibat terbentuknya kristal granula silika.

b. Paduan Aluminium-Magnesium

Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur


logam paduan yang cukup drastis, dari 6600C hingga 4500C. Namun, hal ini
tidak menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas
dengan mudah karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 600C. Keberadaan
magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada
temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami
failure pada temperatur tersebut.

c. Paduan Aluminium-Tembaga

Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan


kuat, namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak
boleh memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk
senyawa CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam rapuh.

d. Paduan Aluminium-Mangan

Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat


dilakukanpengerasan tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga
didapatkan logam paduan dengan kekuatan tensil yang tinggi namun tidak
terlalu rapuh. Selain itu, penambahan mangan akan meningkatkan titik lebur
paduan aluminium.

e. Paduan Aluminium-Seng

Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling


terkenal karena merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang.
Paduan ini memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan paduan

21
lainnya, Aluminium dengan 5,5% seng dapat memiliki kekuatan tensil sebesar
580 MPa dengan elongasi sebesar 11% dalam setiap 50mm bahan. Bandingkan
dengan aluminium dengan 1% magnesium yang memiliki kekuatan tensil
sebesar 410 MPa namun memiliki elongasi sebesar 6% setiap 50 mm bahan.

f. Paduan Aluminium-Lithium

Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan


massa jenis dan peningkatan modulus elastisitas; hingga konsentrasi sebesar
4% lithium, setiap penambahan 1% lithium akan mengurangi massa jenis
paduan sebanyak 3% dan peningkatan modulus elastisitas sebesar 5%. Namun
aluminium-lithium tidak lagi diproduksi akibat tingkat reaktivitas lithium yang
tinggi yang dapat meningkatkan biaya keselamatan kerja.

g. Paduan Aluminium-Skandium

Penambahan skandium ke aluminium membatasi pemuaian yang


terjadi pada paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada di
lingkungan yang panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena terdapat
paduan lain yang lebih murah dan lebih mudah diproduksi dengan karakteristik
yang sama, yaitu paduan titanium. Paduan Al-Sc pernah digunakan sebagai
bahan pembuat pesawat tempur Rusia, MIG, dengan konsentrasi Sc antara 0,1-
0,5%.

h. Paduan Aluminium-Besi

Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu
"kecelakaan". Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan
menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik. Efek
kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara
signifikan, namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang
sangat kecil. Dalam paduan 10% silikon, keberadaan Fe sebesar 2,08%
mengurangi kekuatan tensil dari 217 hingga 78 MPa, dan menambah skala
Brinnel dari 62 hingga 70. Hal ini terjadi akibat terbentuknya kristal Fe-Al-X,
dengan X adalah paduan utama aluminium selain Fe.

22
i. Aluminium Paduan Cor

Komposisi utama aluminium paduan cor pada umumnya adalah


tembaga, silikon, dan magnesium. Al-Cu memberikan keuntungan yaitu
kemudahan dalam pengecoran dan memudahkan pengerjaan permesinan. Al-
Si memmberikan kemudahan dalam pengecoran, kekuatan, ketahanan pada
temperatur tinggi, dan pemuaian yang rendah. Sifat pemuaian merupakan sifat
yang penting dalam logam cor dan ekstrusi, yang pada umumnya merupakan
bagian dari mesin. Al-Mg juga memberikan kekuatan, dan lebih baik
dibandingkan Al-Si karena memiliki ketahanan yang lebih tinggi hinggalogam
mengalami deformasi plastis (elongasi). Namun konsentrasi lebih dari 10%
dapat mengurangi kemudahan dalam pengecoran.

IDENTIFIKASI LOGAM ALUMUNIUM

Aluminium adalah logam terbanyak yang terdapat pada mineral


batuan kerak bumi. Unsur ini tidak terdapat di alam dalam keadaan bebas
tetapi dalam bentuk senyawa.
Senyawa yang pertama berupa silikat yang berupa :

 Felspar :
1. Felspar Orthoclase = Orthoclase K (AlSi3O8), Selsion
Ba(Al2Sc2O8)
2. Felspar Plangioklas = Albite Na (AlSi3O8), Anorthite Ca (Al2Sc2O8)
 Mika :
1. Muschovite = mika putih CaI2(OH)2(AlSi3O10)
2. Biotite = Mika hitam KFe3(OH)2(AlSi3O10)
3. Margarite = CaAl2(OH)2(AlSi3O10)
4. Phlogopite = KMg3(OH)2(AlSi3O10)
 Turmalin :
1. Augit AlSiO3
2. Ambligonit Li(AlF)PO4
3. Epidot Ca2(AlFe)2(AlOH)(SiO4)3

23
4. Hauyin (Na, Ca)4SO4(AlSiO4)3
5. Nosean Na4SO4(AlSiO4)3
6. Klorit (Mg, Fe)5Al(OH)8Si3O10
7. Agalmatolit Al2(OH)8Si3O10

Senyawa kedua dari alumunium adalah Tanah Liat (lempung, zeolit).


Tanah liat dapat terbentuk dari felspar (merupakan komponen utama batu
seperti granit) dengan pemecahannya dengan kombinasi / oksi dari uap air dan
CO2 di Atmosphere.

2KAlSi3O8 + 2H2O + CO2 Al2O3.2SiO2.2H2O + 4SiO2 +K2CO3


(clay = tanah liat)

2. Kaolin Al4(OH)8Si4O10
3. Natroline Na2(Al2Si3O10).2H2O
4. Heulandites Ca(Al2Si7O18).6H2O
5. Kabazite Ca(Al2Si4O12).6H2O
6. Analsite Na(AlSi2O6)H2O
7. Ultramarine Nag(AlSiO4)6S2
8. Sodalit Nag(AlSiO4)6Cl2
9. Moseon Nag(AlSIO4)6SO4
10. Slate : Batu tulis (lempung yang keras yang dibuat berlapis-lapis dengan
tekanan)
11. Oksida : Lorondum Al2O3, Diaspore Al2O3H2O, Gibbsite Al2O3.3H2O,
Bauksite (campuran dari Diaspore dan Gibbsote)

1. Alumina Al2O3 (Aluminium oksida)


Dibuat dari pemanasan Al(OH)3 atau dari reaksi Al dan O ada 2 bentuk
Al2O3 yang diketahui, yaitu α- Al2O3 (Korondum) dan γ-Al2O3.
γ- Al2O3 dibuat dari pemanasan Al(OH)3 pada suhu rendah. Korondum
(α- Al2O3) ditemukan sebagai mineral dan α- Al2O3 juga dibuat dari
pemanasan Al(OH)3 atau γ- Al2O3 pada suhu tinggi (diatas 10000C).
Korondum sangat luar biasa keras (menmpati urutan ke-9 dalam skala Mohr)
dan digunakan sebagai penggosok gelas oleh tukang batu permata. Korondum
24
tidak murni ditemukan di alam terkontaminasi oleh besi oksida dan oksida
silikon disebut Amril (batu gosok, kertas ampelas) digunakan untuk ampels
logam. Korondum tidak diserang asam, mempunyai titik leleh 20000C
digunakan sebagai Refraktor untuk pembatas tungku pembakar dan sebagai
wadah-wadah untuk reaksi-reaksi pada temperature tinggi. Struktur kristalnya
heksagonal-close –packed.
-Al2O3 dibuat dengan dehidrasi Al(OH)3 pada suhu dibawah 4500C
beda dengan korondum (-Al2O3). Ia larut dalam asam, menyerap air, dan
digunakan untuk kromatografi.
Aluminium mempunyai afinitas yang tinggi dengna oksigen. Entalpi
pembentukan Al2O3 –1670 kj/mol. Lebih tinggi (lebih negatif) dari hampir
semua oksida logam yang lain. Al bisa digunakan dalam reaksi Termit dari
oksida-oksida logam yang sedikit stabil. Reaksi keseluruhannya adalah
penjumlahan dari dua reaksi :

2Al+ 3/2 O2 Al2O3 H= -1670 Kj/mol


Fe2O3 2Fe + 3/2 O2 H= +824 KJ/mol

2Al + Fe2O3 Al2O3 + 2 Fe H= -86 KJ/mol

Dapat menghasilkan panas dengna suhu 30000C, sehingga dapat


digunakan untuk mengelas logam (baja), meruntuhkan bangunan yang terbuat
dari baja.
Energi yang dibebaskan pada pembentukan Al2O3 dimanfaatkan untuk
meluncurkan pesawat ulang-alik seperti Columbia dan challenger. Bahan
pendorong pesawat angkasa ini terdiri dari campuran serbuk aluminium,
oksidator ammonium perklorat (NH4ClO4) dan katalis besi campuran ini
merupakan padatan yang terbungkus dalam plastik yang kuat. Ketika roket
dinyalakan Al teroksidasi menjadi Al2O3 dengan mengeluarakn energi yang
mampu untuk mengangkat roket. Asap putih yang terlihat sewaktu roket
meluncur ke angkasa tiada lain adalah partikel-partikel halus Al2O3.
-Al2O3 bercampur dengan ion-ion logam transisi membentuk batu
permata (gem). Jenis campuran menentukan warna permata tersebut.

25
Contoh :
 Ruby = - Al2O3 dan Cr3+ = merah.
 Sapphire (nilon) = -Al2O3, Fe2+ dan Tc4+ = biru
 Topaz (AL12Si6O25F10) = -Al2O3 dan Fe3+ = kuning
 Amethyst = -Al2O3 dan Mn3+ = coklat-ungu.

Gambar 2.4 Ruby (Sumber: info.daysjewelers.com)

Gambar 2.5 Sapphire (Sumber: en.wikipedia.org)

26
Gambar 2.6 Topaz (Sumber: www.jewelinfo4u.com)

Gambar 2.7 Amethyst (Sumber: en.wikipedia.org)

2. Aluminium Hidroksida (Al(OH3)2)


(Al(OH3)2) dibuat dengan memperlakukan larutan alkalis dengan larutan
yang berisi ion Aluminium.

AlCl3 + 3NaOH 3NaCl + Al(OH)3


AlCl3 + 3NH4OH 3NH4Cl + Al(OH)3
Endapan berupa gelatin.

27
(Al(OH3)2) bersifat amfoter. Jika direaksikan dengan asam membentuk
geram-garam Aluminium

Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O

AlCl3 dapat terhidrolisis oleh air karena Al(OH)3 adalah basa lemah.
Al(OH)3 dapat larut (bereaksi) dengan larutan alkalis dari (NaOH dan KOH)
menghasilkan Alumina

Al(OH)3 + NaOH Na[Al(OH)4]


Natrium alumina

Endapan Al-hidroksida denagn cepat menyerap zat-zat warna dan


koloidal. Karenanya secara luas digunakan sebagai Mordant (Latin = Mordere
= Gigitan) digunakan untuk penyerap zat warna pada pencelupan dalam
industri pencelupan, penyerap pengotor pada penjernihan air dan larutan).
Deodoran yang luas digunakan sehari-hari juga mengandung zat ini.

3. Aluminat
Aluminat dapat dibuat denagn mereaksikan Al(OH)3 denagn basa
(NaOH, KOH, dll)
Al(OH)3 + NaOH NaAlO2 + 2H2O [Al(OH)4]-

Rumus-rumus aluminat sering ditulis sebagai NaAlO2.2H2O


Rumus spectra menyarankan bahwa struktur ion alumina lebih kompleks
dari yang ditulis ini. 8 strukturnya tergantung denagn pH dan konsentrasi.
- Antara pH 8 dan pH 13 ion-ion berpoliomerisasi menggunakanOH- sebagai
jembatan dan setiap aliminium adalh koordinat secara octahedral
- Dalam larutan cair harga pH diatas 13, ion tetrahedral dari [Al(OH)4] terdapat
- Dalam larutan pekat diatas 1,5M dan PH >13 ion berada dalam bentuk dimen
[(OH)3Al- O- Al(OH)3]2-
Larutan Aluminat juga dapat terhidrolisis,
NaAlO2 + 2H2O NaOH +Al(OH)2

28
Jika larutan ini ditambah butiran Al2O3 dan CO2 dalam larutan Alkalis
dan atom terbentuk Al2O3 (dilihat proses Bayer pada produksi Al).

4. Aluminium carbide (Al4C3)


Al4C3 dibuat dengan memanaskan Alumina carbide atau Al2O3 dengan
Karbon dalam tungku listrik.

2Al2O3 + 9 C Al4C3 + 6CO2


Padatan kuning

Dapat terhidrolisis membebaskan Metana.

Al4C3 + 12H2O Al(OH)3 + 3CH4

5. Aluminium hibrida (AlH3)


Ketika Litium hibrida diperlakukan dengan kelebihan AlCl3 dan larutan
eter, endapan AlH3 terbentuk berupa padatan putih. Padatan ini
berpolimerisasi tetapi strukturnya belum diketahui.
3LiH + AlCl3 AlH3 + 3LiCl

6. Litium aluminium hibrida (LiAlH4)


Jika di LiH diperlakukan dengan AlCl3 dalam eter dengan kelebihan
Klorida dihindari, LiAlH4 terbentuk.
4LiH + AlCl3 LiAlH4 + 3LiCl
LiAlH4 digunakan dalam kimia organic untuk mereduksi asam
karboksilat menjadi alcohol. LiAlH4 tidak akan mereduksi ikatan rangkap
C=C, dan digunakan sebagi zat pereduksi selektif, seperti untuk reduksi
Aldehid tak jenuh menjadi Alkohol tak jenuh.

CH3CH2-COOH CH3CH2-CH2OH
Asam propanoat

CH3.CH=CH-CHO CH3-CH=CH-CH2OH
Buta-2-enal 2 buten-1-ol
29
7. Aluminium sulfide (Al2S3)
Senyawa ini dibuat dengan pemanasan bersama-sama serbuk
Aluminium dan butiran halus Sulfur, reaksinya sangat hebat. Al2S4 adalah
kovalen dan terhidrolisis dengan cepat oleh air dengan membebaskan
Hidrogen sulfide
Al2S3 + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2S

8. Aluminium Florida (AlF3)


Dibuat dengan kombinasi langsung antara Al dan F2
2Al + 3F2 2AlF3
Ini merupakan satu-satunya Halida ionic dari Aluminium dan sedikit
larut dalam air. larut dalam Natrium carbonat. Mineralnya adalah Kryolit
Na3AlF6 dibuat dengan reaksi dalam larutan.
2AlF3 + 6NH4F + 6NaNO3 2Na3AlF6 + NH4NO3
kryolit terurai pada pemansan dengan kapur
Na3AlF6 + 3CaO 3CaF2 + Na3AlO3

9. Aluminium klorida (AlCl3)


Dibuat dengan melewatkan HCl atau Cl2 diatas Aluminium panas.
Karena AlCl3 anhidrat dapat serang oleh udara lembab, Ca musti dibuat
dibawah kondisi tak berair (kering), gelas atau tabung dari soda kapur
digunakan untuk mengimpor atau mengilangkan kelembaban. Hal yang sama
juga untuk menyerp kelebihan Clor.
2Al + 3Cl2 Al2Cl6
2Al + 6HCl Al2Cl6 + 3H2
Aluminium klorida dapat juga dibuat dengan melewatkan aliran klor di
atas campuran dari Auminium oksida dan kakas dipanaskn hingga kira
10000C
Al2O3 + 3C + 3Cl2 Al2Cl6 + 3CO

Aluminium panas dengan mengalirkan uap kasbomil klorida atau uap


klorida dan klor.

30
Al2O3 + 3COCl2 2AlCl3 + 3CO
Al2O3 + 3S2Cl2 + 9Cl2 8 AlCl3 + 6SO2

Senyawa murni Aluminium klorida adalah padatan putih menyublim


pada suhu 1800C. berat molekul ditentukan dalam larutan seperti benzene dan
dalam keadaan uap menunjukkan bahwa molekul mempunyai rumus Al2Cl6,
tidak seperti halida Boron yang monomer. Atom Al octet sempurna dengan
ikatan datif dari dua atom klor. Susunan dari clor atom kira-kira setiap atom
Aluminium adalah tetra hedral.

Cl Cl Cl

Al Al

Cl Cl Cl

Pada temperatur tinggi aluminium klorida berada dalam bentuk


monomer AlCl3 pada atom Al yang mempunyai enam electron diprediksi
molekul ini planal dan simetris.

Cl

Al

Cl Cl

Jika Aluminium klorida dilarutkan dalam air, maka ia bereaksi secara


eksoterm menghasilkan ion aluminium hidrat dan ion klorida.

Al2Cl6 + 12H2O 2[Al(OH)2]63+ + 6Cl-


Hidrat aluminium klorida larut cepat dalam air menghasilkan ion
[Al(OH)2]63+dan Cl-. Tidak seperti anhidratnya ia tak larut dalam pelarut-
pelarut organic dan tidak memiliki aktivitas katalis. Dimer kovalen aluminium
klorida dengan cepat pecah dalam kehadiran dari molekul yang memiliki
31
pasangan electron bebas untuk contoh dengan eter membentuk aluminium
klorida-eter tetra hedral dengan octet sempurna.

2R-O-R + Al2Cl6 2[R2O AlCl3]


Eter komplek aluminium klorida eter

Seperti halide Boron triklosiat, juga membentuk komplek dengan tipe


yang sama dengan ion-ion halide. Seperti AlCl4- dapat dijelaskan aksinya
sebagai katalis FRIEDEL-CRAFTS dalam banyak reaksi senyawa organic.

2RCOOCl + Al2Cl6 2[RCO+…..AlCl4-]


suatu asam klorida pasangan ion

RCO+ + C6H6 [RCOC6H6]+ RCOC6H6 + H+


Ion karbonium keton aromatic

10. Aluminium bromide (Al2Br6) (Mp.=930C, bp.=2630C)


Dibuat dengan cara yang sama dengan Al2Cl6 tetapi mempunyai sifat
membentuk Kristal hidral AlBr3. 6H2O dalam bentuk uap berbentuk Al2Br6.

11. Aluminium iodida (Al2I6) (Mp= 1850C, bp= 3500C)


Dibuat dengan pemanasan iod dan aluminium dalam tabung tertutup
atau dengan memperlakukan aluminium dan iod yang dilarutkan dalam karbon
disulifida membentuk Kristal hidrat AlCl3. 6H2O. jika dipanaskan dengan
karbon tetra klorida membentuk karbon iodida.

4AlI3 + 3 CCl4 4AlCl3 + 3CI4


Dalam bentuk uap berbentuk dimer Al2I6.

12. Aluminium nitrat (Al(NO3)3.9H2O)


Aluminium nitrat adalah garam yang dibuat dengan melarutkan Al(OH)3
dalam asam nitrat encer, kemudian dipanaskan dan dikristalkan.
Al(OH)3 + HNO3 + H2O Al(NO3)3.9H2O
32
Terurai pada pemanasan membentuk alumina. Digunakan sebagai
mardan dan untuk penambahan pada thorium oksida dalam pembuatan gas
mentol.

13. Aluminium posfat (AlPO4)


Dibentuk sebagai endapan gelatin dengan menambahkan larutan netral
dari garam-garam aluminium ke dalam larutan natrium posfat. Dapat larut
dalam asam-asam mineral basa dan ammonia. Aluminium sulfat dasar adalah
mineral wavelite Al(OH)3 (PO4)2. 5H2O, turquoise Al2(OH)3 PO4H2O dengan
bagian Al2 di tempati/ganti oleh Cu32+ dan Fe2+ (menyebabkan warna biru) dan
Ca2+.

14. Aluminium sulfat (Al2(SO4)3.18H2O


Terjadi secara alamiah sebagai garam rambut dan Alum bulu. Mineral
dasarnya adalah Websterite Al2(OH)4SO4.7H2O. Aluminium sulfat dibuat
engan mereaksikan Aluminium hidroksida dengan Asam sulfat pekat,
mengkristal dengan 10 molekul air Kristal memnerikan reaksi asam dalam
larutan air membentuk Aluminium hidroksida, karena secara
cepatterhidrolisis. Ia digunakan sebagai mardan dalam pencelupan. Juga
disunakan untuk perekat kertas dan kain tahan air.
Kation Al3+ trivalent sangat efektif dalam pengendapan koloid negative
dan Aluminium sulfat digunakan dalam pencil pemakan darah untuk
pembersih darah. Juga digunakan untuk perlakuan pengotor (kotoran) yang
berisi banyak material pengotor dalam larutan koloid.
Aluminium sulfat juga dibuat dengan pemanasan campuran Alumina
dalam H2SO4 pekat.

15. Aluminium trictil (Al(C2H5)3)


Dibuat dengan memanaskan serbuk Aluminium, etena dan Hidrogen
dibawah tekanan tinggi.
2Al + 6C2H4 + 3H2 2Al(C2H5)3
Dapat/mudah terbakar secara spontan dalam udara dan secara eksplusif
bereaksi terhadap air. Dalam cairan membentuk dimer dan dua grouf etil
bertindak sebagai jembatan.
33
C2H5 C2H5 C2H5

Al Al

C2H5 C2H5 C2H5


Berkonjugasi dengan Titanium (IV) clorida, katalis dalam suatu proses
industry untuk konversi etilen ke polietilen dengan tipe sama sebagai katalis
dalam polimerisasi dari propena menjadi polipropena (polypropylene).

16. Alum (tawas)


Alum adalah garam rangkap dari Aluminium sulfat. Alum yang lain
adalah tawas Kalium K2SO4Al2(SO4)3.24H2O atau KAl(SO4)2.12H2O. tawas
Amonium (NH4)2SO4Al2(SO4)3.24H2O atau (NH4)Al(SO4)212H2O. rumus
umum tawas adalah [M’(H2O)6][Al(H2O)6](SO4)2 atau
M2’SO4M2III(SO4)3.24H2O
MI logam monovalen (Na+, K+,NH4+), MIIIlogam trivalent (Al3+, Cr3+,
Fe3+ tetapi tak termasuk Tc3+, V3+,Mn3+,Co3+,Ln3+,Rh3+,Ir3+ dan Ba3+)
Tidak semua garam rangkap adalah alum. Misalnya: garam Mohr
(NH4)2SO4FeSO4.6H2O garam rangkap, tapi bukan tawas. Yang membedakan
garam rangkap bukan tawas dengan garam rangkap yang termasuk tawas yaitu
bisa dilihat dari rumus umumnya. (NH4)2SO4FeSO4.6H2O adalah garam
rangkap, tapi bukan tawas karena M111 bukan Fe3+ tapi Fe2+. Tawas (
aluminium kalium sulfat, KAI (SO4)2 ), telah digunakan untuk keperluan obat-
obatan dan dibidang zat warna selama kurang lebih 4000tahun.

Pembuatan tawas, yaitu sebagai berikut :


a. Panaskan 12,5 ml air dalam gelas kimia hingga suhu 800C (tidak boleh lebih),
larutkan 16,7 gr Aluminium sulfat dan panaskan hingga jenuh.
b. Dalam gelas kedua larutkan 4,35 gr K2SO4 dan 25 ml air.
c. Campurkan a & b, pindahkan larutan kedalam cawan penguap, panaskan
sampai jenuh.
d. Dinginkan larutan C pada suhu kamar sampai terbentuk Kristal, kemudian
saring.

34
e. Cuci Kristal yang terbentuk dengan sedikit air, keringkan diatas kita saring dan
timbang, simpan di dalam botol.
Dalam menjernihkan air, cara kerjanya adalah: air yang sudah
mengalami perlakuan koagulasi ( pemberian koagulan seperti tawas), pada
koagulasi ini terjadi pengadukan cepat, pengadukan ini membantu bahan
kimia seperti tawas menjadi homogen di dalam air, sehingga partikel
tersuspensi akan membentuk gumpalan yang lebih besar, kemudian partikel
yang telah membesar tadi akan mengendap. Apabila masih ada partikel yang
tidak mau mengendap, maka langkah selanjutnya dapat dilakukan
penyaringan. Tawas yang digunakan untuk menjernihkan air adalah: K2SO4,
Al2(SO4)3, 24H2
Dalam pengolahan tahu, caranya sama seperti cara tawas menjernihkan
air, yaitu tawas dicampur dengan bahan tahu yang sudah dicairkan / sari
kedelai, maka tawas akan mengentalkan / menggummpalkan sari kedelai,
maka lama-lama akan mengental dan mengeras.

17. Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral
dengan susunan terutama dari oksida alumunium, yaitu berupa mineral
bauhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3.3H2O). secara umum bauksit
mengandung (Al2O3) sebanyak 45-65%, SiO2 1-12%, Fe2O3 2-25%, TiO2>
3%, dan H2O 14-36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan
memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen
yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa
(SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan
tersebut yang berasal dari batuan beku, batu lempung, lempung dan serpihan
batuan. Batuan tersebut akan mengalami proses laterisasi, yang kemudian oleh
proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.

18. Mika

35
Mika adalah sejenis mineral. Kata “Mika” berasal dari bahasa latin
Micore “bergemerlapan”. Sebab mineral satu ini terlihat gemerlap (khususnya
saat berskala kecil).
Maka memiliki kuat dielektrik yang tinggi dan stabilitas kimiawi yang
sempurna,. Mika sering dijadikan bahan pembuatan kondensator untuk
penerapan frekuensi radio. Selain digunakan sebagai insulator dalam alat
listrik tegangan tinggi, mika yang juga merupakan bias ganda digunakan untuk
membuat lempeng gelombang paruh.
Karena tahan panas, mikalah yang digunakan (bukan kaca) dalam
berbagai jendela untuk kompor dan pemanas minyak tanah. Mika juga dipakai
untuk memisahkan konduktor listrik dalam kabel yang dirancang untuk
memiliki sebuah tingkat tahan api agar menyediakan integritas sirkuit. Idenya
adalah mencegah untuk bersatunya konduktor yang terbuat dari logam agar
tidak terjadi konsleting sehingga kabel tetap operasional saat kebakaran, ini
penting untuk berbagai aplikasi seperti penerangan darurat.

19. Peleburan Alumina

Peleburan ini menggunakan sel elektrolisis yang terdiri atas wadah dari
besi berlapis grafit yang sekaligus berfungsi sebagai katode (-) sedangkan
anode (+) adalah grafit. Campuran AL2O3 dengan kryolit dan AlF3 dipanaskan
sehingga mencair pada suhu 9500C, kemudian dielektrolisis. Al yang terbentuk
berupa zat cair dan terkumpul di dasar wadah lalu dikeluarkan secara periodic
ke dalam cetakan untuk mendapatkan alumunium batangan. Anode grafit terus
menerus dihabiskan karena bereaksi dengan O2 sehingga harus diganti dari
waktu ke waktu.
Untuk mendapatkan alumunium kembali, dengan cara peleburan
Alumunium lebih boros energi dari pada daur ulang. Karena harus mengolah
logam alumunium dalam kandungan bauksit yaitu masih harus memisahkan
alumunium dari logam-logam lain yang terdapat dalam senyawa bauksit /
Aluminasilikat. Sedangkan pada daur ulang, Alumunium hanya membutuhkan
energy sedikit karena hanya alumunium bebas yang diolahnya.

20. Anodizing

36
Sebenarnya alumunium merupakan logam yang aktif dari pada besi,
alumunium berkarat dengan cepat membentuk oksida alumunium (Al2O3).
Walaupun alumunium mudah bereaksi dengan oksigen, namun permukaan Al
akan segera dilapisi oleh alumunium oksida yang sangat tipis sekitar 10-10 dari
sifat Al2O ini sangat lama, stabil dan tidak berpori sehingga dapat melindungi
Al di bawahnya dari oksidasi lebih lanjut.
2Al(s) + 3H2O Al2O3(s) + 6H+ + 6e-
Perlindungan terhadap logam Al dapat diperbesar dengan cara
mempertabal lapisan oksidanya melalui proses yang disebut anodasi
(Anodising). Alumunium hasil anodising tahan terhadap korosi dan goresan,
lapisan ini tidak menghantar listrik dan transparan. Pada proses ini alumunium
yang dianodasi bertindak sebagai anoda dalam proses elektrolisis larutan asam
sulfat encer. Dan sebagai katoda dapat digunakan baja, timbale dan
alumunium.
Lapisan oksida hasil anodasi dapat mencapai ketebalan sekitar 10-5 m.
lapisan ini mengandung sedikit ion sulfat dan mempunyai pori-pori yang
jaraknya teratur. Pori-pori ini dapat menyerap zat warna, sehinga alumunium
dapat diberi zat warna.
Untuk mencegah pengotoran, pori-pori hasil anodasi alumunium ini
perlu ditutup dengan cara memasukkannya dalam air mendidih selama
beberapa menit. Pada pemanasan ini sebagai oksida mengalami hidraksi
kemudian mengembang dan menutupi pori-pori.
Contoh-contoh alumunium anodizing yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu;
 Untuk membuat panic dan berbagai perkakas dapur
 Bingkai
 Kerangka bangunan (panel dinding)
 Kusen pintu dan jendela

Peleburan Alumina

Peleburan ini menggunakan sel elektrolisis yang terdiri atas wadah dari besi
berlapis grafit yang sekaligus berfungsi sebagai katode (-) sedangkan anode (+)

37
adalah grafit. Campuran AL2O3 dengan kryolit dan AlF3 dipanaskan sehingga
mencair pada suhu 9500C, kemudian dielektrolisis. Al yang terbentuk berupa zat
cair dan terkumpul di dasar wadah lalu dikeluarkan secara periodic ke dalam
cetakan untuk mendapatkan alumunium batangan. Anode grafit terus menerus
dihabiskan karena bereaksi dengan O2 sehingga harus diganti dari waktu ke waktu.
Untuk mendapatkan alumunium kembali, dengan cara peleburan Alumunium
lebih boros energi dari pada daur ulang. Karena harus mengolah logam alumunium
dalam kandungan bauksit yaitu masih harus memisahkan alumunium dari logam-
logam lain yang terdapat dalam senyawa bauksit / Aluminasilikat. Sedangkan pada
daur ulang, Alumunium hanya membutuhkan energy sedikit karena hanya
alumunium bebas yang diolahnya.

Anodizing
Sebenarnya alumunium merupakan logam yang aktif dari pada besi,
alumunium berkarat dengan cepat membentuk oksida alumunium (Al2O3).
Walaupun alumunium mudah bereaksi dengan oksigen, namun permukaan Al akan
segera dilapisi oleh alumunium oksida yang sangat tipis sekitar 10-10 dari sifat
Al2O ini sangat lama, stabil dan tidak berpori sehingga dapat melindungi Al di
bawahnya dari oksidasi lebih lanjut.
2Al(s) + 3H2O  Al2O3(s) + 6H+ + 6e-
Perlindungan terhadap logam Al dapat diperbesar dengan cara mempertabal
lapisan oksidanya melalui proses yang disebut anodasi (Anodising). Alumunium
hasil anodising tahan terhadap korosi dan goresan, lapisan ini tidak menghantar
listrik dan transparan. Pada proses ini alumunium yang dianodasi bertindak sebagai
anoda dalam proses elektrolisis larutan asam sulfat encer. Dan sebagai katoda dapat
digunakan baja, timbale dan alumunium.
Lapisan oksida hasil anodasi dapat mencapai ketebalan sekitar 10-5 m.
lapisan ini mengandung sedikit ion sulfat dan mempunyai pori-pori yang jaraknya
teratur. Pori-pori ini dapat menyerap zat warna, sehinga alumunium dapat diberi
zat warna.
Untuk mencegah pengotoran, pori-pori hasil anodasi alumunium ini perlu
ditutup dengan cara memasukkannya dalam air mendidih selama beberapa menit.
Pada pemanasan ini sebagai oksida mengalami hidraksi kemudian mengembang
dan menutupi pori-pori.
38
Contoh-contoh alumunium anodizing yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu;
 Untuk membuat panic dan berbagai perkakas dapur
 Bingkai
 Kerangka bangunan (panel dinding)
 Kusen pintu dan jendela

2.6 Cara-Cara Pembuatan Aluminium


Aluminium merupakan unsur yang tergolong melimpah di kulit bumi.
Mula-mula orang membuat Al dengan metode Wohler (1827) yaitu dari reaksi
AlCl3 dengan K.

AlCl3 + K Al + 3KCl
Sekarang Alumunium diproduksi secara industri dengan metode Hall-
Herdult. Mineral yang menjadi sumber komersial aluminium adalah bauksit
Bauksit mengandung aluminium dalam bentuk aluminium oksida (Al2O3).
Pengolahan aluminium menjadi aluminium murni .Pada proses ini dapat dilakukan
melalui dua tahap yaitu:
1. Tahap pemurnian bauksit sehingga diperoleh aluminium oksida murni
(alumina)
2. Tahap peleburan alumina dengan elektrolisis

1. Tahap pertama adalah pemurnian bijih bauksit(pemekatan).


Tahap pemurnian bauksit dilakukan untuk menghilangkan pengotor
utama dalam
bauksit. Pengotor utama bauksit biasanya terdiri dari SiO2, Fe2O3, dan TiO2.
Caranya dengan melarutkan bauksit dalam larurtan Natrium Hidroksida
(NaOH).
𝐴𝑙203(𝑠) + 2𝑁𝑎𝑂𝐻(𝑎𝑞) + 3𝐻2𝑂(𝑙) 2𝑁𝑎𝐴𝑙(𝑂𝐻)4(𝑎𝑞)

Aluminium oksida larut dalam NaOH , sedangkan pengotornya tidak


larut. Pengotor – pengotor dapat dipisahkan melalui proses penyaringan.

39
Selanjutnya, aluminium diendapkan dari filtratnya dengan cara mengalirkan
gas CO2, dan pengenceran.

2𝑁𝑎𝐴𝐿(𝑂𝐻)4(𝑎𝑞) + 𝐶𝑂2(𝑔) 2𝐴𝑙(𝑂𝐻)3(𝑠) + 𝑁𝑎2𝐶𝑂3(𝑎𝑞) + 𝐻2𝑂(𝑙)

Endapan aluminium hidroksida disaring, dikeringkan,, lalu


dipanaskan, sehingga diperoleh aluminium oksida murni (Al2O3).
2𝐴𝑙(𝑂𝐻)3(𝑠) → 𝐴𝐿2𝑂3(𝑠) + 3𝐻2𝑂(𝑔)

Materi-meteri pengotor yang tidak larut dipisahkan dengan


penyaringan (seperti FeO3). Selanjutnya Alumina diendapkan dari larutan
Alumunium Hidroksida yang sagat Alkalis (Basa).
Pengendapan ini dilakukan dengan cara :
 dengan pengelembungan dalam CO2 (suatu Oksida Asam dengan PH rendah
/ Asam Lemak)
 dengan penambahan larutan dengan Al2O3
Ion-ion silikat dipindahkan dari larutan
2Na+[Al(OH)4]- + CO2 2Al(OH)3(s) + 2Na+CO32-
Endapan AL(OH)3 dipanaskan sehingga diperoleh Al2O3 murni
Al(OH)3 Al2O3 + H2O

2. Elektrolisis
Selanjutnya adalah tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui
proses elektrolisis menurut proses Hall-Heroult.
Sel elektrolisis terbuat dari Baja. Sebagai anode digunakan batang grafit,
sedangkan katodenya adalah wadah sel yag terbuat dari Baja yag berlapis
grafit. Dalam proses Hall-Heroult, aluminum oksida dilarutkan dalam lelehan
kriolit (Na3AlF6).

40
Gambar 2.8 Proses Hall-Heroult
(Sumber : http://www.academiaedu.com)

Secara sintesis kriyolit dibuat dengan reaksi :

Al(OH)3 + 3NaOH +6F Na3[AlF6] + 6H2O


Sel elektrolisis berjalan terus menerus dan berjalan pada interval-
interval. Alumunium cair (6600c) dihasilkan pada dasar sel dan kemudian
Bauksit ditambah lagi. Fungsi kriyolit di sini adalah untuk menambah
konduktifitas elektrolit dan menurunkan titik lebur Al2O3.
Secara sederhana reaksinya adalah :

Al2O3(l) 2Al3+ (l)+ 3O2-(l)


Katoda = 2Al3+ + 6e 2Al
Anoda = 3O2- 3/2O2 + 6e
Al2O3 2Al + 3/2O2

Oksigen yang terbentuk dapat mengoksidasi anoda, sehingga reaksi


keseluruhan dapat ditulis :

2Al2O3 + 3C 4Al + 3CO2

Kriyolit dapat menurunkan titik leleh Al2O3 dari 20000C menjadi 9500C.
Suhu diturunkan karena titik leleh bauksit (Al2O3) terlalu tinggi, sehingga
elektrolisis langsung tidak praktis dilakukan. Cara penurunan suhu yaitu
dengan cara melarutkan oksida ke dalam kriyolit cair (Na3AlFe), titik didih
tersebut turun menjadi 8000C - 10000C dengan bantuan arus listrik.

41
REAKSI REAKSI ALUMINIUM

Reaksi Hidrolisis Al3+


Jika garam alumunium dilarutkan ke dalam air, ion Al3+ segera tertarik
pada ujung negatif molekul air membentuk ion [Al(H2O)6]3+ atau Al3+ (aq), ion
Al3+ yang berukuran kecil dan bermuatan besar menarik elektron dalam ikatan
kordinan O-H dari air, sehingga bertindak sebagai basa menerima proton. Ion
Alumunium Hidrat bertindak sebagai atom dalam larutan air.

[Al(H2O)6]3+ + H2O  [Al(H2O)5(OH)]2+ + H3O+


[Al(H2O)5(OH)]2+ + H2O  [Al(H2O)4(OH)2]+ + H3O+

Jika larutan berisi basa yang lebih kuat seperti CO32- atau S2-
akan terbentuk
endapan hidroksida.

[Al(H2O)6]3+ + 3CO32-  2[Al(OH)3(H2O)3] + 3H2CO3+

Reaksi yang sama juga terjadi jika ditambah NaOH (basa lebih kuat).

[Al(OH)6]3+ + 3OH-  [Al(OH)3(H2O)3] + 3H2O

Jika NaOH berlebih, maka NaOH akan larut. Reaksinya adalah sebagai
berikut:

Al(H2O)2(OH)4 + NaOH  Na+[Al(H2O)2(OH)4] + H2O

Bereaksi dengan oksigen membentuk lapisan tipis oksida yang dapat


mencegah proses korosi lanjut.
Pada pemanasan kuat di udara, Al terbakar membentuk oksida dan sedikit
nitride yaitu :

4Al + 3O2  2Al2O3


2Al + N2  AlN

42
Dapat mereduksi Fe2O3 disertai pelepasan panas yang besar (proses Alumino
thermi), untuk mengelas baja :

2Al + Fe2O3  2Fe + Al2O3 ΔH = -119 kkal

KANDUNGAN ATOM/ UNSUR DAN IKATAN

Aluminium disimbolkan dengan Al, dengan nomor atom 13 dalam table


periodik unsur. Bauksit, bahan baku aluminium memiliki kandungan aluminium
dalam julah yang bervariasi, namun pada umumnya di atas 40% dalam berat.
Senyawa aluminium yang terdapat di bauksit diantaranya Al2O3, Al(OH)3, γ-
AlO(OH), dan α-AlO(OH).

Gambar 2.8 Bauksit, sepanjang 4 cm dan ditambang di Little Rock, Arkansas, Amerika Serikat.
(Sumber :http://lib.znate.ru/docs/index-106476.html)

27
Isotop aluminium yang terdapat di alam adalah isotop Al, dengan
persentase sebesar 99,9%. Isotop 26Al juga terdapat di alam meski dalam jumlah
yang sangat kecil. Isotop 26Al merupakan radioaktif dengan waktuparuh sebesar
720000 tahun. Isotop aluminium yang sudah ditemui saat ini adalah aluminium
27
dengan berat atom relatif antara 23 hingga 30, dengan isotop Al merupakan
isotop yang paling stabil.
Difusi atom di tentukan oleh macam atom, tetapi pada umumnya sangat
lambat pada temperature biasa dengan pencelupan dingin kekosongan atom tetap

43
ada, jadi dengan berjalannya waktu struktur atom bisa berubah, yang
menghasilkan perubahan sifat-sifatnya. Perubahan sifat-sifat dengan berjalannya
waktu pada umumnya di namakan penuaan. Apabila proses itu berjalan pada
temperature kamar di namakan penuaan ilmiah, sedangkan apabila proses itu
terjadi pada temperatur lebih tinggi dinamakan penuaan buatan.

Gambar 2.9 Struktur mikro alumina, bahan baku aluminium. (Sumber


:http://lib.znate.ru/docs/index-106476.html)

Gambar 2.10 Struktur mikro dari aluminium murni. (Sumber :http://lib.znate.ru/docs/index-


106476.html)
2.7 Kegunaan dari Aluminium dan Senyawanya
Aluminium banyak sekali kegunaannnya, sesuai sifat-sifatnya seperti :

1. Dalam metalurgi digunakan sebagai reduktor untuk mereduksi logam lain

44
8Al + 3MnO4 4Al2O3 + 9Mn
2Al + Cr2O3 Al2O3 + 2Cr

2. Ringan, tahan korosi, dan tidak beracun, maka digunakan untuk alat-alat
rumah tangga, seperti panci, wajan, dan lain-lain.

Gambar 2.9 Aluminium sebagai bahan alat rumah tangga


(Sumber : http://www.academiaedu.com)

3. Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus


makanan, obat-obatan, rokok, dan lain-lain.

Gambar 2.10 Aluminium foil

(Sumber : http://www.blogspot.com)

4. Daya hantar listrik 2 kali lebih besar dari tembaga, maka aluminium digunakan
sebagai kabel pada tiang listrik.

5. Paduan aluminium dengan logam lain menghasilkan logam yang kuat dan
tegar, seperti duralim (campuran Al, Cu, dan Mg) digunakan untuk rangka
bangunan

6. Tawas digunakan untuk proses penjernihan air dan pengolahan tahu

45
Gambar 2.11 Tawas
(Sumber : http://www.blogspot.com)

7. Al(OH)3 sebagai zat penyerap dalam deodorant


8. Serbuk alumunium digunakan sebagai serbuk untuk pengelas atau penghasil
energi untuk endorong pesawat ulang-alik (reaksi ternit)
9. Digunakan untuk aliasi untuk bahan bangunan kendaraan mobil dan bangunan,
magnalium(campuran Al dan Mg) , duramium, almico
10. Senyawa Aluminat (mineral) sebagai bahan baku pembuatan semen
11. Bersenyawa dengan senyawa organik membentuk katalis Friedel-Craft
12. LiAlH4 merupakan katalis pada senyawa organic
13. Asam klorida dalam lambung dapat dietralkan Al(OH)3 yang terdapat dalam
antasit
14. Bila ular yang mengandung enzim yang dikenal sebagai fosfoliposis dapat
mersak membran sel. Polipeptida lain juga dalam bisa ular yang beracun. Ion
alumunium dapat mengkoagulasi protein jika disuntik pada luka akibat gigitan
ular.
15. Alumunium Sulfat digunakan pada pembuatan kertas.
16. Asam klorida yang berlebih dalam lambung dapat dinetralkan dengan
aluminium hidroksida yang terdapat dalam antasid.
17. Senyawa aluminium sering digunakan sebagai anti keringat.

2.8 Kelebihan dan Kekurangan Aluminium

Kelebihan senyawa aluminium, yaitu :


 Mempunyai bobot yang ringan.
 Minim perawatan.
 Tahan terhadap karat.

46
 Bahan aluminium yang lebih tahan lama.
 Warna tidak akan luntur, tidak perlu dicat ulang.
 Pemasangan sangat mudah dan cepat.

Sedangkan kelemahan senyawa aluminium yaitu :


 Mudah tergores.
 Lemah terhadap benturan.
 Kurang fleksibel dalam hal desain.
 Harganya relatif mahal.
 Tdak kuat menahan beban.

2.9 Dampak Penggunaan Aluminium dan Senyawanya

Dampak Positif Logam Aluminium (Al)


1. Unsur Aluminium
 Banyak digunakan sebagai peralatan dapur
 Bahan kontruksi bangunan
 Dapat dicampur dengan unsur yang lain, misalnya tembaga, magnesium,
silikon, mangan, dan unsur-unsur lainnya yang membentuk sifat-sifat
yang menguntungkan.
2. Senyawa Aluminium
 Aluminium oksida berperan penting dalam ketahanan logam aluminium
terhadap perkaratan dengan udara.
 Aluminium hidroksida digunakan dalam pembuatan bahan kimia
pengelolaan air seperti aluminium sulfat, polialuminium klorida, dan
natrium aluminat.

 Al(OH)3 sebagai zat penyerap dalam deodorant


 LiAlH4 merupakan katalis pada senyawa organic
 Alumunium Sulfat digunakan pada pembuatan kertas.

Dampak Negatif Logam Alumuium (Al)


1. Unsur Alumunium

47
 Dalam bentukpowder (bubuk) mudah terbakar dengan mengeluarkan
dinar yangsangat terang dan meledak di udara jika dipanaskan.
 Dapat merusak kulit jika terkena panasnya
 Dapat merusak otak (menyebabkan Alzheimer)
 Dapat menyebabkan kerusakkan DNA
 Dapat disfungsi ginjal, serta diduga dapat memicu kanker payudara
 Dapat menyebabkan kerusakan otak, luka usu dan lambung, penyakit
gastrointestinal, Parkinson's Disease, masalah kulit, retardasi mental pada
bayi, gangguan belajar pada anak, penyakit hati, sakit kepala, mual mulas,
sembelit, kurangnya energi dan perut kembung.

2. Senyawa Aluminium

a. Alumunium Oksida (Alumina) Al2O3 beracun melalui pernapasan dalam


bentuk debu
b. Alumunium Klorida Al(ClO3)3 menyebabkan iritasi pada jaringan,
beracun bila tertelan

48
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

 Aluminium ialah unsur kimia dengan lambangnya ialah Al, dan nomor
atomnya 13 dan termasuk logam yang paling berlimpah.
 Aluminium adalah logam terbanyak yang terdapat pada mineral batuan kerak
bumi tetapi unsur ini tidak terdapat di alam dalam keadaan bebas tetapi dalam
bentuk senyawa
 Pembuatan Alumunium dilakukan dengan mineral yang menjadi sumber
komersial aluminium yaitu bauksit. Bauksit mengandung aluminium dalam
bentuk aluminium oksida (Al2O3). Pengolahan aluminium menjadi
aluminium murni .Pada proses ini dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu:
1. Tahap pemurnian bauksit sehingga diperoleh aluminium oksida murni
(alumina)
2. Tahap peleburan alumina dengan elektrolisis
 Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan
untuk alat-alat rumah tangga, seperti panci, wajan, dan lain-lain. Selain itu,
dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus makanan, obat-
obatan, rokok, dan lain-lain. Digunakan juga sebagai kabel pada tiang listrik.
Serbuk alumunium digunakan sebagai serbuk untuk pengelas atau penghasil
energi untuk endorong pesawat ulang-alik (reaksi ternit). Paduan aluminium
dengan logam lain seperti duralim (campuran Al, Cu, dan Mg) digunakan
untuk rangka bangunan. Digunakan untuk aliasi untuk bahan bangunan
kendaraan mobil dan bangunan.

49
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia.2001. Kimia Unsur dan Radio Kimia. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti

Cotton dan Wilkinson.1989. Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Universitas


Indonesia

Oxtoby, dkk.1998. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga

Sugiyarto, Kristian H. 2003. Dasar-Dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta:


UNY

Svehla, G.1990. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta : Kalman Media Pustaka

Syukri, S.1999. Kimia Dasar II. Bandung : ITB

Vogel. 1985. Kimia-Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Kalman


Media Pustaka

Wikipedia., 2016, Alumunium, https://ms.wikipedia.org/wiki/Alumunium

Rizky, Muhammad., 2012, Alumunium dan Golongan IIIA,


https://muhammadrizky17.wordpress.com/2012/02/15/aluminium-dan-golongan-
iii-a/
50
Rifai, Ahmad Kabirul., 2013, Ekstraksi Logam Alkali,
http://uhibbu-ilaiki.blogspot.co.id/

Zirkonium., 2011, Aluminium (Al),


https://nicechemistry.wordpress.com/2011/06/12/21/

Rasid., 2010, Ekstraksi, http://rasidunimed.blogspot.co.id/2010/12/ekstraksi.html

51

Anda mungkin juga menyukai