Anda di halaman 1dari 8

ALUMINIUM: SIFAT ALUMINIUM,

PROSES PEMBUATAN DAN KEGUNAANNYA


Oleh Deddy Santoso (1506675365)
Nama aluminium berasal nama kuno untuk alum (tawas atau kalium
aluminium sulfat). Aluminium merupakan unsur logam periode ketiga terpenting
dari sistem periodik unsur. Walaupun tidak terdapat bebas di alam, senyawa
aluminium tersebar luas di kerak bumi. Aluminium merupakan unsur dengan
persentase terbesar ketiga di kerak bumi setelah oksigen dan silikon. Mineral
(batuan) yang mengandung aluminium tersebar di kerak bumi sebagai aluminium
silikat (tanah liat), bauksit, kriolit (Na3AlF6), dan korundum (Al2O3). Secara
ekonomis, bijih aluminium diperoleh dari bijih bauksit yang merupakan senyawa
aluminium oksida hidrat (Al2O3. H2O). Tambang bauksit di Indonesia terdapat di
Pulau Bintan (Kepulauan Riau), Kalimantan Barat dan Kepulauan Bangka
Belitung.
Aluminium merupakan logam yang berwarna putih dan mengilap, ringan,
relatif lunak dan ulet, sukar mengalami korosi, serta memiliki massa jenis yang
relatif rendah. Jika dilihat dari potensial elektrodenya, aluminium merupakan
logam yang mudah mengalami korosi dan merupakan reduktor yang kuat. Akan
tetapi, pada kenyataannya, reaksi aluminium dalam larutan sangat lambat. Hal ini
disebabkan adanya lapisan oksida aluminium yang melindungi logamnya. Jika
lapisan oksida aluminium ini dihilangkan, misalnya dibentuk sebagai amalgam
dengan air raksa atau diampelas, aluminium dapat bereaksi dengan berbagai
pereaksi. Jika dibakar di udara menghasilkan oksida dan sedikit nitrida.
2Al(s) + 3/2O2(g) Al2O3(s)
2Al(s) + N2(g) 2AlN(s)
Aluminium bereaksi dengan asam menghasilkan gas hidrogen. Reaksinya
semula berjalan lambat, tetapi setelah lapisan oksidanya habis, reaksi akan
berlangsung lebih cepat.

Al(s) + 3H+(aq) Al3+(aq) + 3/2H2(g)


Dengan basa kuat, logam Al akan bereaksi menghasilkan gas hidrogen dan
larutan aluminat.
Al(s) + OH(aq) + 3H2(l) [Al(OH)4](aq) + 3/2H2(g
Kerapatan muatan ion aluminium (Al3+) dalam larutannya,menyebabkan
ion Al3+ mampu menarik molekul air membentuk suatu ion kompleks
[Al(H2O)6]3+. Di dalam larutannya, ion [Al(H2O)6]3+ berada dalam kesetimbangan
karena mengalami hidrolisis dan bersifat asam.
[Al(H2O)6]3+(aq) + H2O(l) [Al(H2O)5OH]2+(aq) + H3O+(aq)
Sifat asam pada larutan ini disebabkan karena pada reaksi tersebut
dihasilkan H3O+, dan pada kenyatannya sifat asamnya lebih kuat daripada asam
cuka. Adanya basa yang lebih kuat daripada H2O, misalnya CO32- akan mampu
mengendapkan ion aluminium melalui reaksi berikut.
[Al(H2O)6]3+(aq) + 3CO32-(aq)

[Al(H2O)3(OH)3](s)

+ 3HCO3(aq)

Aluminium hidroksida
Reaksi ion [Al(H2O)6]3+ dengan basa kuat mula-mula akan menghasilkan
endapan. Akan tetapi pada penambahan basa berikutnya akan mengakibatkan
endapan larut kembali.
[Al(H2O)6]3+(aq) + 3OH(l)

[Al(H2O)3(OH)3](s)

+ 3H2O(l)

Endapan putih
[Al(H2O)3(OH)3](s) + OH(l)

[Al(H2O)2(OH)4](aq)

+ H2O(l)

Ion aluminat (tidak berwarna)

Gaya tarik ion [Al(H2O)6]3+ yang sangat kuat terhadap ion atau partikelpartikel kecil menyebabkan ion tersebut digunakan untuk mengendapkan lumpur
dalam proses penjernihan air. Senyawa yang digunakan umumnya tawas
[Al2(SO4)3.24H2O]. Jika ke dalam air ditambahkan tawas, ion [Al(H2O)6]3+ yang
terbentuk akan segera menarik partikel-partikel bermuatan (lumpur dan ion-ion
pengotor) sehingga berubah menjadi molekul yang sangat besar. Oleh karena itu
adanya pengaruh gravitasi, maka molekul tersebut akan segera mengendap.
Sifat-sifat senyawa aluminium lebih banyak ditentukan oleh sifat ion Al 3+
yang mempunyai kerapataan muatan sangat besar. Kerapatan muatan ini
disebabkan oleh ukuran ion yang kecil, tetapi muatannya besar. Adanya kerapatan
muatan yang tinggi mengakibatkan ion Al3+ mampu menarik pasangan elektron
dari ion negatif yang dekat dengannya sehingga ikatan yang terbentuk mengalami
pergeseran dari ikatan ion menjadi ikatan kovalen.
Semakin besar ukuran ion negatif yang berikatan dengan ion Al 3+, semakin
mudah terpolarisasi. Hal ini tampak pada senyawa AlF3 yang berikatan ion,
sedangkan AlCl3 lebih bersifaat kovalen pada suhu tinggi. Senyawa AlBr3 dan AlI3
merupakan senyawa kovalen.
Senyawa Al2O3 merupakan senyawa kovalen yang ikatannya sangat kuat,
tidak mudah larut dalam air, dan bahkan tidak dapat tertembus air. Lapisan Al 2O3
ini dapat dipertebal dengan melakukan proses anodasi.
Lapisan Al2O3 yang baru terbentuk dapat mengikat zat warna sehingga
pada proses anodasi lapisan tersebut dapat diberi warna yang permanen dan tidak
mudah tergores karena kuatnya ikatan Al2O3.
Aluminium oksida (Al2O3) merupakan oksida yang bersifat amfoter karena
dapat bereaksi dengan asam maupun dengan basa meskipun berlangsung dengan
lambat.
Al2O3(s) + 6HCl(aq) 2AlCl3(aq) + 3H2O(l)
Al2O3(s) + 2NaOH(aq) 2NaAlO2(aq) + H2O(l)

Aluminium hidroksida merupakan hidroksida yang bersifat amfoter,


seperti halnya aluminium oksida. Padatan Al(OH) 3 dapat larut dalam asam kuat
(misalnya HCl) maupun basa kuat (misalnya NaOH). Hal tersebut menunjukan
bahwa Al(OH)3 bersifat amfoter, yaitu dalam lingkungan asam bersifat basa dan
dalam lingkungan basa bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah:
Al(OH)3(s) + 3H+(aq) Al3+(aq) + 3H2O(l)
Al(OH)3(s) + OH(aq) Al(OH)4(aq)
Aluminium hidroksida yang baru terbentuk berupa koloid (gel), sebab
molekul air yang mengelilingi ion Al3+ sebelumnya terperangkap di dalam. Sifat
ini menyebabkan aluminium hidroksida dapat mengikat molekul-molekul yang
ada disekelilingnya. Sifat ini yang menajdi dasar aluminium hidroksida yang
dibentuk dari tawas dimanfaatkan sebagai mordan dalam pencelupan kain, sebab
aluminium hidroksida akan terdeposit masuk ke dalam serat kain dan mengikat zat
warna yang terperangkap di dalamnya. Dalam proses pencelupan, mula-mula kain
dicelupkan dalam larutan Al2(SO4)3 (tawas), kemudian ditambahkan basa (soda)
sehingga di dalam serat kain terjadi reaksi yang menghasilkan Al(OH)3 dan
bersamaan dengan itu zat warna akan diserap oleh molekul-molekul Al(OH) 3 yang
baru terbentuk.
Sifat Mekanik Aluminium
Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi
oleh konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut.
Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini
disebabkan oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan aluminium
oksida di permukaan logam aluminium segera setelah logam terpapar oleh udara
bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh.
Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam yang
bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi aluminium.

Kekuatan tensil
Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan
pengujian tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan
pada kurva tegangan-regangan hasil pengujian, dan biasanya terjadi ketika
terjadinya necking. Kekuatan tensil bukanlah ukuran kekuatan yang sebenarnya
dapat terjadi di lapangan, namun dapat dijadikan sebagai suatu acuan terhadap
kekuatan bahan.
Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan umumnya sangat
rendah, yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk penggunaan yang memerlukan
kekuatan tensil yang tinggi, aluminium perlu dipadukan. Dengan dipadukan
dengan logam lain, ditambah dengan berbagai perlakuan termal, aluminium
paduan akan memiliki kekuatan tensil hingga 580 MPa (paduan 7075).
Kekerasan
Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu bahan yang
mencegah terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut ketika diaplikasikan
suatu gaya. Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh elastisitas, plastisitas,
viskoelastisitas, kekuatan tensil, ductility, dan sebagainya. Kekerasan dapat diuji
dan diukur dengan berbagai metode. Yang paling umum adalah metode Brinnel,
Vickers, Mohs, dan Rockwell.
Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala Brinnel,
sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam. Untuk
kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan, aluminium perlu dipadukan
dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan termal atau fisik. Aluminium dengan
4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu disimpan pada temperatur tinggi dapat
memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135.
Ductility
Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk menerangkan
seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa terjadinya

retakan. Dalam suatu pengujian tensil, ductility ditunjukkan dengan bentuk


neckingnya; material dengan ductility yang tinggi akan mengalami necking yang
sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki ductility rendah, hampir tidak
mengalami necking. Sedangkan dalam hasil pengujian tensil, ductility diukur
dengan skala yang disebut elongasi. Elongasi adalah seberapa besar pertambahan
panjang suatu bahan ketika dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam
persentase pertambahan panjang per panjang awal bahan yang diujikan.
Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium paduan memiliki
ductility yang bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun pada
umumnya memiliki ductility yang lebih rendah dari pada aluminium murni,
karena ductility berbanding terbalik dengan kekuatan tensil, serta hampir semua
aluminum paduan memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari pada aluminium
murni. Pemisahan aluminium dari bijih bauksit dilakukan melalui dua tahap, yaitu
pemurnian bijih bauksit dan elektrolisis Al2O3. Proses ekstraksi aluminium
menggunakan metode elektrolisis dikenal sebagai proses Hall-Heroult.
Proses pembuatan aluminium
a. Pemurnian bijih bauksit
Bauksit umumnya tidak hanya mengandung Al2O3.H2O saja, tetapi mengandung
zat pengotor oksida-oksida yang lain, misalnya Fe2O3 dan SiO2. Oleh karena itu,
tahap awal pemisahan aluminiumdari bijihnya dilakukan dengan memurnikan
Al2O3. Pemurnian Al2O3 dilakukan dengan memanfaatkan sifat amfoternya.
b. Elektrolisis Al2O3
Setelah didapatkan Al2O3 murni, proses selanjutnya adalah elektrolisis lelehan
Al2O3. Pada elektrolisis ini, Al2O3 dicampur dengan 2-8% kriolit (Na3AlF6) yang
berfungsi untuk menurunkan titik leleh Al2O3 (titik leleh Al2O3 murni mencapai
2000oC). Campuran tersebut akan melelh pada suhu antara 850-950 oC. Anode dan
katodenya terbuat dari grafit. Reaksi yang terjadi:
Al2O3(l) 2Al3+(l) + 3O2-(l)

Anode (+) : 3O2-(l) 3/2 O2(l) + 6e


Katode (-) : 2Al3+(l) + 6e 2Al(l)
+
Reaksi sel

: 2Al3+(l) + 3O2-(l) 2Al(l) + 3/2 O2(g)

Logam aluminium cair yang mengendap di bawah lelehan Al 2O3 dan Na3AlF6
dialirkan ke dalam cetakan, sedangkan gas oksigen yang terbentuk di katode dapat
membakar anode yang terbuat dari grafit sehingga anode secara berkala harus
diganti.
C(s)(anode) + O2(g) CO2(g)
Dengan proses Hall-Heroult ini, aluminium dapat diproduksi secara massal
dengan biaya lebih murah. Sebelum ditemukan proses ini, aluminium termasuk
logam yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sebab sukar didapat. Bahkan pada
masa itu Kaisar Napoleon III merasa prestisius karena peralatan makanan terbuat
dari aluminium.
Logam aluminium banyak dimanfaatkan karena sifat-sifat khasnya, diantaranya
sebagai berikut:
1. Sifat aluminium yang ringan, ulet, kuat, dan tahan korosi dimanfaatkan
untuk peralatan kosntruksi. Contohnya kerangka kendaraan, pesawat
terbang, kosntruksi rumah, dan peralatan rumah tangga.
2. Daya hantar listriknya yang baik menyebabkan logam aluminium
digunakan sebagai kawat listrik tegangan tinggi.
3. Sifatnya yang tahan korosi, mudah dibentuk dan kuat dimanfaatkan untuk
membuat kaleng, pembungkus dan peralatan dapur.
References

Anton. (2014, September 9). Sifat Aluminium dan Kegunaannya. Diambil kembali dari
rumushitung.com: http://rumushitung.com/2014/09/09/sifat-aluminium-dankegunaannya/
Hasannudin. (2015, November 4). ALUMINIUM: SIFAT ALUMINIUM, PROSES
PEMBUATAN ALUMINIUM. Diambil kembali dari kimiadasar.com:
http://kimiadasar.com/aluminium/
Sudarmo, U. (2015). KIMIA: Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Tatang. (2015, Maret 19). Sifat-sifat Aluminium. Diambil kembali dari tatangsma.com:
http://tatangsma.com/2015/03/sifat-sifat-aluminium.html

Anda mungkin juga menyukai