Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mempelajari sifat-sifat logam aluminium dan persenyawaannya
C. TINJAUAN TEORI
1. Tinjauan Umum
Aluminium merupakan logam yang berwarna putih keperakan dan
memiliki kerapatan yang rendah. Apabila aluminium dibakar dalam udara, maka
akan ditutupi oleh selaput tipis dari senyawa oksidanya, Al2O3. Lapisan ini juga
terbakar jika logam aluminium dibakar dalam udara (Tim Dosen, 2019: 1).
Alumiunium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa, bubuknya
berwarna abu-abu. Ia melebur pada 659oC. Asam klorida encer dengan mudah
melarutkan logam ini. Pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam
nitrat encer :
2Al + 6H+ → 2Al3+ + 3H2
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium (II)
klorida pada campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium.
2Al + 6H2SO4 → 2Al3+ + 3SO43- + 3SO2 + 6H2O
Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif (Svehla, 1985: 266).
Alum sangat jarang ditemukan pada bentuk anhidrat. Bentuk yang
sering ditemukan adalah bentuk heksadekahidrat dan oktadekahidrat. Sedangkan
pada mineral alami memiliki rumus empiris yang sama dengan hepta deca hidrat.
Alum biasanya banyak dijumpai dipasaran berupa bentuk teknis dan komersial
(dengan batas kadar besinya 0,85 untuk teknis dan 0,5 untuk suatu komersial-
komersial (Nurcahyo, 2014: 30).
Ada faktor yang harus dipertimbangkan untuk menilai kelarutan
senyawa aluminium dalam air yakni: kecilnya ukuran dan tingginya muatan ion
Al3+ dan tingginya energi hidrasi (-4613 kJ/mol). Jika Al3+ bergabung dengan
anion kecil yang bermuatan tinggi, tinginya energi kisi yang dihasilkan pada
padatannya akan menyebabkan senyawa ini sukar larut dalam air. Contohnya
ialah Al2O3 (Petrucci, 1985: 112).
Logam aluminium dapat bereaksi dengan asam klorida dan asam sulfat
baik yang encer maupun yang pekat menghasilkan garamnya. Dengan asam nitrat,
logam aluminium tidak bereaksi karena permukaan menjadi pasif, tetapi dalam
keadaan tidak murni dan bereaksi dengan asam nitrat dalam sebaran kepekaan.
Larutan alkali kaustik panas bereaksi dengan aluminium membentuk alumina dan
gas hidrogen.
2Al + 2H2O → 2NaAlO2 + 3H2
Persenyawaan logam aluminium yang sudah banyak kita kenal adalah aluminium
hidroksida, [Al(OH)3] (Tim Dosen, 2019: 1).
Campuran dasar paduan aluminium diperkirakan sekitar seperempat
abad yang lalu ketika kemungkinan peningkatan paduan aluminium dengan
metode konvensional dengan perlakuan panas dan modifikasi mikrostruktur telah
mencapai batasnya. Campuran lebih baik dibandingkan dengan proses lain ketika
biaya dan kemudahan fabrikasi dibandingkan. Metode lain mengubah jalur dan
memilih untuk dirinya sendiri bidang aplikasi yang berbeda dan AMMC tetap
sebagai kandidat paling potensial untuk diteliti untuk membuat komponen teknik
secara berkelanjutan (Dasgupta, 2012: 13).
Aluminium dan paduannya adalah salah satu bahan yang paling banyak
digunakan. Aluminium memiliki kerapatan rendah, daktilitas tinggi, konduktivitas
termal dan listrik yang tinggi, ketahanan korosi yang baik, penampilan yang
menarik, dan tidak beracun. Aluminium memiliki kemampuan untuk membentuk
lapisan tipis yang disebut oksida yang berfungsi sebagai lapisan pelindung
permukaan (Francis, 2018: 2). Aluminium dan paduannya adalah kombinasi dua
atau lebih jenis logam. Kombinasi ini dapat merupakan campuran dari dua
struktur kristalin, atau paduan dapat berupa larutan padat dalam logam. Larutan
padat dalam logam mudah terbentuk bila pelarut dan atom yang larut memiliki
ukuran yang sama dan struktur elektron yang serupa. (Sugiyanto, 2007: 16).
Aluminium adalah tervalent dalam senyawa-senyawanya. Ion-ion
aluminium (Al3+) membentuk garam-garam yang tidak berwarna dan dengan
anion-anion yang tidak berwarna. Halida, nitrat, dan sulfat sifatnya larut dalam
air, larutan ini memperlihatkan reaksi asam hidrolisis. Aluminium sulfida dapat
dibuat hanya dalam keadaan padat saja, dalam larutan air yang terhidrolisis dan
terbentuk aluminium hidroksida [Al(OH)3]. Aluminium sulfat membentuk garam-
garam rangkap dengan sulfat dari kation-kation monovalen dengan bentuk-bentuk
kristal yang menarik yang disebut tawas (alum, aluin) (Svehla, 1985: 266).
Aluminium murni berpori sebagian besar memiliki pori-pori elips dan
memiliki ukuran yang sama di sepanjang poros tengah casting. Lapisan film
oksida selalu ada di bagian atas spesimen, yang secara tajam mengurangi output
aluminium berpori kualitatif. Lapisan ini mengganggu proses penetrasi hidrogen
yang lancar ke dalam lelehan dan jelas merupakan hambatan terbesar dalam
perjalanan untuk mendapatkan aluminium murni. Kemampuan hidrogen untuk
jenuh dalam aluminium cair sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur paduan.
Kelarutan hidrogen meningkat dalam paduan Al-Mg cair dengan meningkatnya
kandungan Mg. Dapat dijelaskan bahwa Mg oksida tidak sepadat Al oksida.
Dengan meningkatnya konten Mg, jumlah pori-pori meningkat secara signifikan.
Bentuknya juga mengalami perubahan ketika konten Mg mencapai titik eutektik;
dalam hal ini proses pembekuan mirip dengan logam murni (Olga, 2014: 7).
Senyawa yang dapat diperoleh dengan mereaksikan dengan garam
aluminium dengan larutan aluminium hidroksida.
Al3+ + 3NH4OH → Al(OH)3 + 3NH4+
Senyawa Al(OH)3 juga dapat diperoleh dengan cara mereaksikan garam
aluminium dengan larutan alkali hidroksida dan pada kelebihan larutan-larutan
alkali hidroksida endapan pada aluminium hidroksida dan akan larut kembali
(Tim Dosen, 2019: 1).
Endapan putih seperti gelatin, yaitu aluminium hidroksida Al(OH)3,
yang larut sedikit dalam reagensia berlebihan. Kelarutan berkurang dengan
adanya garam-garam ammonium, disebabkan oleh ion sekutu. Sebagian kecil
endapan masuk kedalam larutan sebagai aluminum hidroksida koloid (sol
aluminium hidroksida). Sol ini berkoagulasi pada pendidihan atau pada
penambahan garam-garam yang larut (misalnya ammonium klorida), dengan
menghasilkan edapan aluminium hidroksida, yang dikenal sebagai gel
aluminium-aluminium hidroksida (Svehla, 1985: 266).
2. Tinjauan Hasil
Senyawa-senyawa aluminium kebanyakan diturunkan dari senyawa
oksidanya, Al2O3, dan bermacam-macam oksida terhidrat, misalnya, Al2O3.H2O
dan Al2O3.3H2O. Bahan baku pembuatan logam aluminium adalah biji bauksit
yang merupakan campuran mono dan trihidrat. Hidrolisis [Al(H2O)6]3+
mengendapkan Al(OH)3 keatas serat tekstil dan zat warna kemudian diserap oleh
Al(OH)3. Senyawa Al(OH)3 bersifat amfoter yakni dapat berlaku sebagai asam
maupun basa dan dapat larut dalam asam atau basa.
2Al(p) + 6H2O → 2Al(OH)3(p) + 3H2(g)
Reaksi ini mungkin terjadi pada permukaan aluminium yang bersih, dan lapisan
tipis dari Al(OH)3 melindungi logam dibawahnya. Tetapi dalam larutan asam atau
adanya basa kuat, lapisantipis ini larut dan logam diserang lebih lanjut.
Al(OH)3(p) + OH-(aq) → [Al(OH)4]-(aq)
(Petrucci, 1985: 114-115)
Al tidak termakan oleh udara kering karena tertutupi oleh lapisan Al2O3.
Aluminium mudah larut dalam asam kuat, terutama dalam larutan HCl dan juga
dalam larutan KOH atau NaOH dan menghasilkan garam aluminat dan gas H2.
2Al + 6HCl → 2AlCl3 + 3H2
2Al + 2NaOH + 2H2O → 2NaAlO2 + 3H2(g)
Jika pada larutan AlCl3 ditambahkan KOH maka akan terbentuk endapan dan
endapannya akan larut jika diberi KOH berlebih, begitupun jika ditambahkan
asam encer. Reaksi kesetimbangannya yaitu:
Al3+ + 3OH- ↔ Al(OH)3 ↔ H3AlO3 ↔ H+ + AlO2- + H2O
(Polling, 1986: 312-313)
Logam alumiunium bereaksi dengan asam kuat membebaskan gas
hidrogen, dengan basa kuat membentuk aluminat. Ion aluminium terdapat sebagai
ion heksaakuaaluminium (III), [Al(H2O)6]3+ tetapi mengalami reaksi hidrolisis
secara bertahap dan menjadi ion heksaakuadihidroksoaluminium (III) dengan
persamaan reaksi:
[Al(H2O)6]3+(aq) + H2O(l) ↔ [Al(H2O)5(OH)]2+(aq) + H3O+(aq)
[Al(H2O)5(OH)]2+(aq) + H2O(l) ↔ [Al(H2O)4(OH)2]+(aq) + H3O+(aq)
Larutan garam aluminium bersifat asam dengan tetapan ionisasi asam hampir
sama dengan asam (Sugiyarto, 2003: 126).
Kelarutan hidrogen meningkat dalam paduan Al-Mg cair dengan
meningkatnya kandungan Mg. Mg-oksida tidak sepadat Al-oksida. Dengan
meningkatnya kandungan Mg, jumlah pori-pori meningkat secara signifikan.
Bentuknya juga mengalami perubahan ketika konten Mg mencapai titik eutektik;
dalam hal ini proses pembekuan mirip dengan logam murni (Olga, 2014: 7).
E. PROSEDUR KERJA
1. Sifat Aluminium Hidroksida
a. Sebanyak 2 mL larutan garam aluminium dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan beberapa tetes amonia. Amati perubahan yang
terjadi.
b. Ditambahkan beberapa tetes amonia hingga berlebih. Amati perubahan
yang terjadi.
c. Sebanyak 2 mL larutan garam aluminium dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 2M. Kemudian
endapan yang dihasilkan dibagi menjadi 2 bagian.
d. Pada bagian tabung reaksi 1 ditambahkan beberapa tetes NaOH 2M
hingga berlebih. Sedangkan pada bagian tabung reaksi 2 ditambahkan
dengan HCl 2M. Amati perubahan yang terjadi.
e. Endapan aluminium hidroksida direaksikan dengan larutan garam
aluminium dan larutan NaOH 2M.
f. Endapan yang terbentuk disaring kemudian dicuci dengan air dingin.
g. Setelah itu endapan tersebut ditambahkan dengan larutan yang berwarna
dan amati apa yang terjadi.
2. Membandingkan Aluminium Klorida Dengan Magnesium Klorida
a. Tabung reaksi yang berisi aluminium klorida anhidrat dipanaskan. Dan
amati apa yang terjadi.
b. Ulangi percobaan dengan menggunakan magnesium anhidrat dan amati
apa yang terjadi.
c. Sebanyak 1 sendok aluminium klorida anhidrat dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan ditambahkan aquades setetes demi setetes.
d. Larutan tersebut diamati dan di ukur pHnya dengan menggunakan
indikator universal.
e. Setelah itu ulangi percobaan dengan menggunakan magnesium klorida
anhidrat.
3. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
a. Sebanyak 0,1 gram aluminium oksida dan magnesium oksida dimasukkan
kedalam masing-masing tabung reaksi yang berbeda.
b. Kemudian kedalam tabung tersebut masing-masing ditambahkan dengan 3
mL aquades lalu dikocok.
c. Amati apa yang terjadi dan pH nya diperiksa.
d. Sebanyak 0,1 gram aluminium oksida dan magnesium oksida dimasukkan
kedalam masing-masing tabung reaksi yang berbeda.
e. Kemudian kedalam tabung tersebut masing-masing ditambahkan dengan 3
mL HCl 2M dan amati apa yang terjadi.
f. Ulangi percobaan tersebut dengan menggunakan larutan NaOH 2M
sebagai pengganti larutan HCl 2M.
4. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Ion Magnesium
a. Sebanyak 3 mL larutan garam aluminium 0,1M dimasukkan kedalam
tabung reaksi 1. Pada tabung reaksi 2 dimasukkan sebanyak 3 mL larutan
garam magnesium 0,1M..
b. Kemudian masing-masing tabung tersebut diperiksa pHnya dengan
menggunakan indikator universal.
c. Pada tabung reaksi 1 yang berisi larutan garam aluminium 0,1M
ditambahkan dengan larutan NaOH 0,1M sehingga endapan yang
terbentuk dapat larut lagi.
d. Pada tabung reaksi 1 yang berisi larutan garam magnesium 0,1M
ditambahkan dengan larutan NaOH 0,1M sehingga endapan yang
terbentuk dapat larut lagi.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Sifar aluminium hidroksida
No Aktivitas Hasil pengamatan
a 2 mL AlCl3 (bening) + NH3 2M Larutan bening
(bening) Larutan keruh
+ NH3 2M berlebih Terbentuk 2 lapisan
b 2 mL AlCl3 (bening) + NaOH 2M Terbentuk endapan putih
Tabung 1 : + NaOH 2M Terbentuk endapan putih
Tabung 2 : + HCl 2M Endapan menjadi larut
c 2 mL AlCl3 (bening) + NaOH 2M Terbentuk endapan putih
disaring Residu : endapan putih
Filtrat : larutan bening
Endapan dicuci dengan H2O Endapan putih
endapan + 1 tetes metil violet Endapan berwarna ungu
2. Membandingkan aluminium klorida dengan magnesium klorida
No Aktivitas Hasil pengamatan
a AlCl3 anhidrat Δ Terbentuk uap air pada dinding
tabung + warna kekuningan
MgCl2 anhidrat Δ Terbentuk uap air pada dinding
tabung + mencair
b AlCl3 anhidrat + 3 tetes H2O Larut dalam air
Diukur pH-nya pH = 2
MgCl2 anhidrat + 3 tetes H2O Larut dalam air
Diukur pH-nya pH = 5
3. Membandingkan sifat asam basa Al2O3 dan MgO
No Aktivitas Hasil pengamatan
a 0,1 g Al2O3 anhidrat + 3 mL H2O Larutan bening
Diukur pH-nya pH = 4
0,1 g MgO anhidrat + 3 mL H2O Larutan keruh + endapan
Diukur pH-nya pH = 9
b 0,1 g Al2O3 + 3 mL HCl 2M Larutan bening
Diukur pH-nya pH = 4
0,1 g MgO a + 3 mL HCl 2M Larutan bening + endapan
Diukur pH-nya pH = 6
c 0,1 g Al2O3 + 3 mL NaOH 0,1M Bening + terbentuk endapan putih
Diukur pH-nya pH = 13
0,1 g MgO + 3 mL NaOH 0,1M Keruh + terbentuk endapan putih
Diukur pH-nya pH = 13
4. Membandingkan sifat basa ion aluminium dan ion magnesium
No Aktivitas Hasil pengamatan
a 3 mL AlCl3 0,1 M Bening
Diukur pH-nya pH = 4
+ NaOH 0,1M Larutan keruh + endapan
b 3 mL MgCl2 0,1 M Bening
Diukur pH-nya pH = 6
+ NaOH 0,1M Larutan keruh
G. PEMBAHASAN
1. Sifat Aluminium Hidroksida
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Al(OH)3 bersifat basa yang diperoleh dari reaksi antara garam aluminium
dengan NaOH
b. Aluminium dalam bentuk ion kompleks memiliki tingkat keasaman yang
lebih besar dibanding dengan magnesium dalam bentuk kompleks dan AlCl3
mudah larut dalam air dibandingkan dengan MgCl2
c. Al2O3 bersifat amfoterik, dapat bereaksi dengan asam maupun dengan basa
sedangkan MgO hanya dapat bereaksi dengan asam
d. Ion Mg2+ lebih bersifat basa dibandingkan ion Al3+
I. SARAN
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya untuk meeperhatikan perubahan
yang terjadi apakah hasil yang didapat sudah sesuai dengan teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Wahyu, Indro Sumantri, dan Ladi Kurnisari, 2014. Pembuatan Aluminium
Sulfat dari Cray. Momentum. Vol. 10. No. 1.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
penerbit Erlangga
Sugiyanto, 2007. Pengaruh Penambahan Fly Ash Melalui Proses Separasi Iron Oxide
Dan Coal Terhadap Kekerasan Aluminium Fly Ash Matrix Composite.
Rotasi. Vol. 9. No. 3.
Svehla, 1985. Analisis Kuantitatif Anorganik Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman Media Pustaka.