Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA AMAMI I

DOSEN PEMBIMBING :
Dra Tuty Putri Sri M.S,Apt,M.Kes
Ayu Puspitasari, ST, M.Si
Ratno Tri Utomo, S.ST

OLEH :

RIZQY ALI SYAIFURRAHMAN

P27834115032

D4 ANALIS KESEHATAN SURABAYA

SEMESTER 3

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH KIMIA AMAMI I
SEMESTER 3
KELOMPOK E
TANGGAL PRAKTIKUM 11 Oktober 2016

MATERI PRAKTIKUM Analisa Klorida Dalam Air

METODE Titrasi Argentometri

SAMPEL Air Danau Kesling

1. Prinsip Praktikum :
Klorida dalam sampel akan bereaksi dengan larutan perak nitrat dalam suasana
netral atau sedikit basa pH 7 - 10 (tidak diperbolehkan dalam suasana asam). Akan
membentuk endapan putih dan menggunakan indicator kalium kromat.

Reaksi antara klorida dengan larutan perak nitrat :

NaCl + AgNO3 AgCl(s) + NaNO3(aq)


Apabila reaksi dalam smapel telah habis, maka kelebihan perak nitrat akan bereaksi
dengan indikator dan menghasilan endapan perak kromat berwarna merah bata.
Reaksi antara indicator dengan larutan perak nitrat :
K2CrO4(aq) + 2AgNO3(aq) Ag2CrO4(s) + K2NO3(aq)
Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna menjadi merah bata samar, dan volume
titran dicatat.

2. Tujuan Praktikum :
Untuk menentukan kadar klorida dalam contoh air, dengan menggunakan titrasi
argentometri metode Mohr.
3. Dasar Teori :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Klorida
Klorida banyak ditemukan di alam, hal ini di karenakan sifatnya yang mudah larut.
Kandungan klorida di alam berkisar < 1 mg/L sampai dengan beberapa ribu mg/L di
dalam air laut.kadar klorida dalam air dibatasi. Konsentrasi 250 mg/L unsure ini
dalam air merupakan batas maksimal konsentrasi. Unsur ini apabila berikatan dengan
ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin, dan dapat merusak pipa-pipa air. Konsentrasi
maksimal klorida dalam air yang ditetapkan sebagai standar persyaratan oleh Dep.
Kes. R.I. adalah sebesar 200,0 mg/L sebagai konsentrasi maksimal yang dianjurkan,
dan 600,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang diperbolehkan.

Analisa Secara Kuantitatif

Analisa klorida dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya analisa


titrimetri dengan menggunakan metode argentometri. Titrasi argentometri ialah titrasi
dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak
yang sukar larut. Metode argentometri disebut juga sebagai metode pengendapan
karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut
atau endapan. Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat
(AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri (titrasi pengendapan) dapat
dilakukan dengan beberapa cara yang melibatkan ion perak, diantaranya adalah cara
mohr, cara volhard, dan cara fajans. Salah satu metode yang digunakan dalam titrasi
Argentometri adalah Argentometri metode Mohr. Metode ini digunakan untuk
penentuan kadar klorida (Cl-) dalam air dan air limbah dengan metode argentometri
cara mohr pada kisaran kadar 1,5 mg/L - 100 mg/L( SNI 06-6989.19-2004). Metode
ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam berbagai
contoh air, misalnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan industri
sabun, dan sebagainya dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator, titrasi dilakukan dengan


kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran 6,5-10
Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam
suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah:
Asam : 2CrO42-+2H- CrO72-+H2O
Basa : 2Ag+ +2OH- 2AgOH
2AgOH Ag2O+H2O
Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi
dengan larutan titran perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida
atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi
membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/ merah bata. Sebagai
indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003 M atau 0,005 M yang dengan ion
perak akan membentuk endapan coklat atau merah bata dalam suasana netral atau
agak alkalis. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah
tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan
kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah samar
sebagai titik akhir titrasi.
AgNO3 + NaCl AgCl putih + NaNO3
AgNO3 + K2CrO4 AgCrO4 merah bata + 2 KNO3

4. Alat :
Buret coklat
Pipet volume
Labu ukur
Erlenmeyer
Pipet ukur
Beaker glass
Bulb
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Pipet tetes

5. Bahan :
AgNO3 0,01 N
NaCl 0,01 N
K2CrO4 0,005 M
MgO atau NaOH
H2SO4
Sampel air
Aquades

6. Langkah Kerja :
A. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl 0,01 N
1. Memipet 10,0 mL NaCl 0,01 N masukkan ke dalam Erlenmeyer
2. Di tambah indikator K2CrO4 0,005 M 2-3 tetes
3. Melakukan titrasi dengan AgNO3 hingga terdapat endapan merah bata
B. Penetapan Kadar
1. Ukur dengan teliti 100 mL contoh yang mempunyai nilai pH 7-10, apabila contoh
tidak berada dalam kisaran pH tersebut, tambahkan H2SO4 1 N atau NaOH 1 N
menjadi pH 7-10
2. Tambahkan 1 mL indikator K2CrO4
3. Titrasi dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3) sampai timbul warna kuning
kemerah-merahan
4. Lakukan titrasi blanko dengan mengukur dengan teliti 100 mL air suling dan
selanjutnya kerjakan sama dengan perlakuan contoh
5. Lakukan pegerjaan duplo

6. Hitung kadar klorida ( Cl ) dalam contoh

7. Hasil Praktikum :
A. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl 0,01 N
Pembuatan larutan sekunder
Massa AgNO3 = N V BE
= 0,01 N 0,25 L 169,9 g/mol.ek
= 0,425 gram
Massa yang didapat = 0,431 gram
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Pembuatan primer NaCl 0,01 N


Massa NaCl = N V BE
= 0,01 N 0,1 L 58,44 g/mol.ek
= 0,05844 gram
Massa yang didapat = 0,05813 gram
m
Jadi , normalitas sebenarnya =
V BE

0,05813 gram
g
0,1 L 58,44 .ek
mol
= 0,00995 N
Volume standarisasi
V1 = !0,75 mL
V2 = 10,51 mL
V rata-rata = 10,62 mL
Jadi, normalitas sebenarnya = N1 V1 = N2 V2
10,62 0,01 mL = N 10,0 mL
N = 0,0106 N
B. Titrasi Blanko
Volume titrasi :
V1 = 0,73 mL
V2 = 0,71 mL
V rata-rata = 0,72 mL
C. Penetapan Kadar
Volume titrasi :
V1 = 6,23 mL
V2 = 6,13 mL
V rata-rata = 6,18 mL
mg Cl / L = (A-B) N BE / V
= (6,18 mL 0,72 mL) 0,0106 N 35,45 g/mol.ek /0,1 L
= 20,52 mg Cl / L
Keterangan : A = Volume titrasi
B = Volume blanko

8. Pembahasan :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan kandungan klorida dalam air
dengan menggunakan sampel air sumur. Klorida dalam bentuk ion Cl- adalah anion
anorganik yang banyak terdapat dalam air. Adanya Klorida yang berlebihan dalam air
dapat mengganggu sifat fisik air, gangguan pipa logam, dan gangguan kesehatan.
Pemeriksaan klorida pada air dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kadar
kandungan klorida dalam air sesuai persyaratan air yang ditetapkan DepKes RI. Kadar
klorida dalam air ditetapkan dengan metode argentometri MOHR yaitu dengan
menggunakan larutan standar AgNo3 dan indikator K2CrO4, titik akhir titrasi ditandai
dengan terbentuknya endapan warna merah bata samar dari Ag2CrO4.

9. Kesimpulan :

Dari hasil yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kandungan klorida yang ada dalam
air sumur dengan menggunakan titrasi argentometri didapatkan hasil kadar klorida dalam
sampel air danau Kesling sebesar 20,52 mg Cl / L

10. Daftar Pustaka :

http://kimiateknologi.setiabudi.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=127:analisis-kandungan-klorida-dalam-
air-minum-isi-ulang-secara-argentometri-mohr-di-kalurahan-
sewu&catid=75:nomor-02-juni-2010

http://trioctivan.blogspot.co.id/2013/12/penetapan-klorida-secara-
argentometri.html

https://ginoest.wordpress.com/2010/03/23/17/
http://ariiarie08.blogspot.co.id/2013/09/analisa-kesadahan-air-dengan-
metode.html
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Depkes RI.2002.Petunjuk Pemeriksaan Air Minum / Air Bersih.Edisi


Kedua.Jakarta
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH KIMIA AMAMI I
SEMESTER 3
KELOMPOK E
TANGGAL PRAKTIKUM 12 Oktober 2016

MATERI PRAKTIKUM Kesadahan pada air

METODE Titrasi kompleksometri

SAMPEL Air Danau Kesling

1. Tujuan Praktikum :

Melakukan standarisasi denngan titrasi kompleksometri dan Untuk menentukan


kesadahan total,Ca2+,Mg2+ dalam contoh air, menggunakan titrasi kompleksometri.

2. Prinsip Praktikum :

Logam penyebab kesadahan pada air akan berikatan dengan titran berupa Na2EDTA pada
titrasi kompleksometri, membentuk senyawa khelat. Indikator juga membentuk senyawa
khelat dengan Na2EDTA. Indikator bebas dan dalam bentuk senyawa khelat mempunyai
warna yang berbeda. Sehingga titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
tersebut. Analisis dilakukan untuk kesadahan total dan Ca2+, sedangkan kesadahan Mg2+
dihitung dari selisih dua kesadahan tersebuut (SNI 06-6989.12-2004). Kesadahan total
Ca2+ dan Mg2+ ditentukan dengan cara titrasilangsung dengan larutan standard Na2EDTA
menggunakan indicator EBT pada pH 10.

3. Dasar Teori :

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,


umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air
lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Kesadahan atau hardness adalah
salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena
adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari
polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk
garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. . Metode paling sederhana untuk
menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa
atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam
satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3. Air sadah tidak begitu berbahaya untuk
diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah digolongkan menjadi
2 jenis berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+, Mg2+), yaitu:

Keadahan sementara

Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat, seperti


Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2. Kesadahan sementara ini dapat / mudah dieliminir dengan
pemanasan (pendidihan), sehingga terbentuk encapan CaCO3 atau MgCO3.
Reaksinya:
Ca(HCO3)2 dipanaskan CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Mg(HCO3)2 dipanaskan CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3 (endapan)

Kesadahan tetap
Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat dan
karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan
penambahan larutan soda kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan magnesium
hidroksida) sehingga terbentuk endapan kaslium karbonat (padatan/endapan) dan
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air. Reaksinya:


CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 (padatan/endapan) + 2NaCl (larut)
CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)
MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)
MgSO4 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut)
Metode yang dapat dilakukan untuk penentuan kesadahan adalah metode Titrasi EDTA
Ethylene Diamene Tetra Asetat). EDTA berupa senyawa kompleks khelat dengan rumus
molekul (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu senyawa asam amino
yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam bervalensi dua dan tiga.
EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua gugus amina. EDTA
membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co (III)
(Anonim, 2008 dalam Ginoest, 2010). Kesadahan total yaitu ion Ca 2+ dan Mg2+ dapat
ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang
peka terhadap semua kation tersebut.Titrasi kompleks meliputi reaksi pembentukan ion-
ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan yang mendasari terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan yang tinggi.
EDTA adalah ligan yang dapat berkoordinasi dengan satu ion logam melalui dua nitrogen
dan satu oksigennya. EDTA juga dapat berlaku sebagai ligan kudentat dan konsidentat
yang membebaskan satu atau dua gugus oksigen dari reaksi yang kuat dengan logam lain
(Brady, 1994 dalam Ihsan, 2011).
EDTA membentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke suatu
larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome Black
Tea atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-ion
magnesium pada satu pH dari 10,0 0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. . pH
untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih tinggi,
12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Ca2+ dengan indikator murexide. Menurut PERMENKES RI 2010 maksimum batas


kesadahan air adalah 500 mg CaCO3/L

4. Alat :

Buret bening

Statif

Pipet volume

Labu ukur

Erlenmeyer

Pipet ukur

Beker glass

Bulb

Pipet tetes

5. Bahan :

NaEDTA 0,01 M

NaOH 1 N

Larutan buffer amoniak pH 100,1


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Larutkan 16,9 gram NH4Cl dalam 143 mL ammonium hidroksida pekat. Tambahkan
1,25 gram Mg-EDTA, dan encerkan dengan aquades hingga volume 250,0 mL.

Larutan Baku CaCO3 0,01 M

Timbang 1,0 gram CaCO3 anhirat masukkan dalam Erlenmeyer. Larutkan dengan
aquades dan ditambahkan sedikit asam klorida encer hingga menjadi larutan. Didihkan
untuk menghilangkan karbondioksida, dinginkan. Tambahkan beberapa tetes indikator
metal red. Tambahkan NH4OH atau HCl hingga terbentuk warna orange.

Indikator EBT dan Idikator Mureksid

HCl 1 N

6. Langkah Kerja :

A. Standarisasi Na2EDTA dengan CaCO3 0,01 M

1. Memipet 10,0 mL larutan CaCO3 dimasukkan dalam Erlenmeyer.

2. Menambahkan 1 mL buffer pH 10 ditambahkan sedikit indicator EBT.

3. Dititrasi dengan Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru keunguan.

B. Kesadahan total

1. Ambil 25 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL,
encerkan dengan aquades hingga volme 50 mL

2. Tambahkan 1 2 mL larutan penyangga pH 10 0,1

3. Tambahkan seujung spatula (30-50 mg) indikator EBT


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

4. Lakukan tirasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara perlahan sampai
terjadi perubahan warna merah keungun menjadi biru

5. Catat volume larutan baku Na2EDTA 0,01 M yang digunakan

6. Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 mL,
encerkan contoh uji dengan aquades dan ulangi langkah 1 5

7. Ulangi titrasi tersebut 2x (duplo), kemudian rata-ratakan volume Na2EDTA yang


digunakan

C. Kalsium

1. Ambil 25 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL,
encerkan dengan aquades hingga volume 50 mL

2. Tambahkan 2 mL atau secukupnya larutan NaOH 1 N hingga dicapai pH 12-13

3. Apabila conto uji keruh, tambahkan 1-2mL KCN 10%

4. Tambahkan seujung spatula (30-50 mg) indikator mureksid

5. Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara perlahan sampai
terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi ungu

6. Catat volume larutan baku Na2EDTA 0,01 M yang digunakan

7. Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrai lebih dari 15 mL,
encerkan contoh uji dengan aquades dan ulangi langkah 1-7

8. Ulangi titrasi tersebut 2x (duplo), kemudian rata-ratakan volume Na2EDTA yang


digunakan

7. Perhitungan :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Standarisasi Na2EDTA 0,01 M

Primer CaCO3 0,01 M : g = M V BM

= 0,01 M 0,1 L 216,8796 g/mol

= 0,216 gram

Massa yang didapat adalah 0,2169 gram

Jadi, M CaCO3 sebenarnya adalah 0,09959 M

Volume standarisasi :

Titrasi 1 : 10,33 mL
Titrasi 2 : 10,27 mL
Rata-rata : 10,30 mL
Jadi, normalitas sebenarnya = N1 V1 = N2 V2
0,01 10,30 = N 10,0
N = 0,0103 N

Kesadahan total

Volume titrasi : V1 = 3,53 mL

V2 = 4,21 mL

V rata-rata = 3,87 mL
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

1000
mgCaCO 3 /L = VEDTA MEDTA BM CaCO3
Vs

1000
= 3,87 mL 0,0103 M 100,88 g/mol
25 mL

= 159,59 mgCaCO 3 /L

Kesadahan Ca2+

Volume titrasi : V1 = 2,61 mL

V2 = 2,31 mL

V rata-rata = 2,46 mL

1000
mgCa /L = V EDTA MEDTA BM Ca2+
Vs

1000
= 2,46 mL 0,0103 M 40,08 g/mol
25 mL

= 40,62 mgCa /L

Kesadahan Mg2+

1000
mg Mg / L = (VEDTAa VEDTAb) MEDTA BM Mg2+
Vs

1000
= ( 3,87 mL 2,46 mL) 0,0103 M 24,03 g/mol
25 mL

= 14,12 mg Mg / L
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

8. Pembahasan

Analisis ini bertujuan untuk menentukan kadar kesadahan dalam sampel air sumur
dengan mengunakan titrasi kompleksometri. Setelah dilakukan standardisasi, selanjutnya
menentukan kadar kesadahan yaitu dengan memipet 25 mL sampel dan memasukan ke
dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian menambahkan larutan penyangga pH 10,
menambahkan indikator EBT kemudian di titrasi hingga warna merah keunguan. Titrasi
dilakukan secara duplo. Dan lakukan pehitungan terhadap kandungan kesadahan total
dengan rumus. Kemudian melakukan penetapan kadar kalsium pada sampel air, titrasi
dilakukan secara duplo. Memipet 25 mL sampel menambahkan larutan NaOH,
menggunakan indikator mureksid, kemudian di titrasi dengan Na2EDTA hingga terjadi
perubahan warna merah kenguan menjadi ungu. Dan dilakukan perhitungan dengan
rumus. Indikator yang dipergunakan di percobaan ini adalah Eriochrome Black T. Di pH
10 indikator akan berada di dalam bentuk HInd2- (Ind mewakili indikator), dan
menghasilkan kompleks berwarna biru. Selanjutnya pada saat indikator bereaksi dengan
Mg2+ akan memberikan satu kompleks merah.

9. Kesimpulan

Analisa penetapan kesadahan dalam air menggunakan metode titrasi kompleksometri.


Dari praktikum ini di dapatkan hasil kadar kesadahan total 159,59 mgCaCO 3 /L ,
kadar kalsium 40,62 mgCa /L , dan kadar magnesium 14,12 mg Mg / L

10. Daftar Pustaka


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

http://dhyka1207.blogspot.co.id/2011/12/laporan-praktikum-kesadahan.html
https://ginoest.wordpress.com/2010/03/23/17/

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH KIMIA AMAMI I
SEMESTER 3
KELOMPOK E
TANGGAL PRAKTIKUM 17 Oktober 2016

MATERI PRAKTIKUM Zat Organik dalam air

METODE Titrasi Permanganometri

SAMPEL Air Bu Yani dan Air Pak Rohim

1. Tujuan Praktikum :

Untuk menentukan kadar zat organik dalam contoh uji, menggunakan titrasi
permanganometri. Zat organik dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam
dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

2. Prinsip Praktikum :

Zat organik dalam sampel air dioksidasi dengan larutan standart KMnO 4 berlebihan.
Kelebihan KMnO4 direduksi dengan larutan standart asam oksalat. Kelebihan asam
oksalat dititrasi kembali dengan larutan standart KMnO4.

3. Dasar Teori :

Adanya zat organik dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh
kotoran manusia ,hewan atau oleh sumber lain. Adanya bahan-bahan organik dalam air
erat hubungannya dengan terjadinya perubahan fisika air,terutama dengan warna, bau,
rasa dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Standar kandungan bahan organik dalam air
sesuai Departemen Kesehatan RI maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/L.
Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap
standar ini yaitu timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum dan dapat menyebabkan
sakit perut (Sutrisno, 2004).
Nilai kalium permanganat (KMnO4 ) didefinisikan sebagai jumlah mg KMnO 4 yang
diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat di dalam satu liter contoh air
dengan didihkan selama 10 menit. Proses oksidasi untuk penetapan nilai kalium
permanganat dapat dilakukan dalam kondisi asam atau kondisi basa, akan tetapi oksidasi
dalam kondisi asam adalah lebih kuat, dengan demikian ion-ion klorida yang terdapat
pada contoh air akan ikut teroksidasi. Zat - zat organik lain yang dapat mengganggu
penetapan nilai kalium permanganat adalah ion ion reduktor seperti ferro, sulfida dan
nitrit. Gangguan dalam contoh air dapat di cegah dengan penambahan beberapa tetes
larutan KMnO4 sebelum dianalisis sulfida-sulfida dapat dihilangkan dengan mendidihkan
contoh setelah ditambah beberapa tetes H2SO4.
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti:
a. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (II) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci dilarutkan dalam H 2SO4berlebih sehingga
terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah akhirnya dititrasi dan
hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
b. Ion-ion Bad an Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO 4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, jadi titrasi permanganometri ini
tidak memerlukan indicator.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada :

1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga
pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah rosa.Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO 4-
dengan Mn2+.

MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+


2. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H 2C2O4.Pemberian KMnO4
yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang
kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
H2O2 H2O + O2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO 4 yang diperlukan untuk titrasi
yang akan menimbulkan kesalaha pada titras. Dalam bidang industri, metode titrasi
permanganometri dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara
permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi
yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
Reaksi :

CxHyOz + MnO4- (berlebih) + H+ CO2 + H2O + Mn2+

MnO4- (sisa) + C2O42- (berlebih) + H+ CO2 + H2O + Mn2+

C2O42- (sisa) + MnO4- (berlebih) + H+ CO2 + H2O + Mn2+

4. Alat :

Buret coklat
Pipet volume
Beaker glass
Labu Erlenmeyer
Gelas ukur
Pemanas
Labu ukur
Pipet ukur
Bulb
Pipet tetes
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

5. Bahan :

KMnO4 0,01 N

H2C2O4.2H2O 0,01 N

H2SO4 4N

H2SO4 8N bebas zat organic

Ukur 222 mL H2SO4 pekat, tambahkan 500 mL akuades dan taruh dalam labu ukur
1000,0 mL. Tambahkan akuades hingga tanda tera. Tambahkan beberapa tetes KMnO 4
0,01 N hingga warna merah muda. Panaskan dengan suhu 80 0C selama 10 menit.
Pertahankan warna merah muda selama pemanasan dengan menambahkan beberapa tetes
KMnO4 0,01 N.

Batu didih

6. Langkah Kerja :

A. Standarisasi KMnO4 dengan H2C2O40,01 N

1) Memipet 10 mL larutan H2C2O4 0,01 N, masukkan dalam Erlenmeyer

2) Menambahkan 10 mL H2SO4 4N

3) Memanaskan pada suhu 70oC

4) Titrasi dalam keadaan panas dengan larutan KMnO4 sampai terbentuk warna
merah muda konstan
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

B. Penentuan kadar

1) Ukur dengan teliti 100 mL sampel, masukan ke dalam Erlenmeyer 300 mL

2) Tambahkan larutan baku kalium permanganate beberapa tetes ke dalam sampel


hingga terjadi warna merah muda

3) Tambahkan 5 mL asam sulfat bebas zat organic 8 N

4) Masukkan beberapa butir batu didih

5) Panaskan diatas pemanas listrik yang telah dipanaskan pada suhu 1030C 1050C
hingga mendidih selama 1 menit

6) Tambahkan 10 mL larutan baku kalium permanganate 0,01 N panaskan hingga


mendidih selama 10 menit

7) Tambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01N

8) Titrasi dengan larutan baku kalium permanganate hingga warna merah mda stabil.
Catat mL pemakaian larutan baku kalium permanganate

9) Ulangi titrasi tersebut 2x (duplo)

7. Hasil Praktikum :

1. Standarisasi KMnO4 0,01 N


Pembuatan larutan sekunder KMnO4 0,01 N
Massa KMnO4 : m = N x V x BE
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

158,04
= 0,01 N x 0,25 L x g/mol.ek
5
= 0,0791 gram

Pembuatan larutan primer H2C2O4 0,01 N


Massa H2C2O4 : m = N x V x BE
126,07
= 0,01 N x 0,1 L x g/mol.ek
2
= 0,0631 gram
Massa yang di dapat dari penimbangan = 0,0628 gram
Jadi, normalitas sebenarnya :
m
N=
V x BE
0,0628 gram
=
0,1 L x 126,07/2 g/mol . ek
= 0,00996 N
Volume standarisasi
V1 = 10,49 mL
V2 = 10,21 mL
V rata-rata = 10,35 mL
Normalitas sebenarnya :
V1 x N1 = V2 x N2
10,35 mL x N1 = 10,00 mL x 0,0103 N
N1 = 0,0099 N
2. Titrasi Sampel Air Bu Yani :
V1 = 2,33 mL
V2 = 2,51 mL
V rata-rata = 2,42 mL
Jadi, mg/L KMnO4 =
{ (10+ a ) b( 10 x c ) } x BE
d
=
{ (10+ 2,42mL ) 0,0099 N ( 10 x 0,0103 N ) } x 31,608 g /mol . ek
0,1 L
= 6,31 mg/L KMnO4
3. Titrasi Sampel Air Pak Rohim :
V1 = 1,23 mL
V2 = 0,97 mL
V rata-rata = 1,10 mL
Jadi, mg/L KMnO4 =
{ (10+ a ) b( 10 x c ) } x BE
d
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

=
{ (10+ 1,10 mL ) 0,0099 N ( 10 x 0,0103 N ) } x 31,608 g/mol . ek
0,1 L
= 2,18 mg/L KMnO4

8. Pembahasan :

Analisis ini bertujuan untuk menentukan kadar zat organik dalam sampel air sumur secara
permanganometri. Sampel yang digunakan adalah air sumur. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah standarisasi. Sebelum dilakukan standardisasi, terlebih dahulu membuat
larutan KMnO4 0,01 N. Proses standarisasi diperoleh dari rata-rata titran dan KMnO4.
Setelah standarisasi, selanjutnya menentukan kadar zat organik (angka permanganat)
yaitu dengan memipet 100 mL sampel dan memasukan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
Beberapa tetes KMnO4 0,01 N juga ditambah kedalam erlenmeyer hingga terjadi
perubahan warna menjadi merah muda. Setelah itu, asam sulfat 8 N dicampur juga
kedalam larutan, lalu dihomogenkan. Larutan dipanaskan diatas pemanas listrik pada
suhu 70o C. Lalu dipipet 10,0 mL larutan baku KMnO 4 0,01 N selanjutnya larutan
dipanaskan hingga mendidih. Setelah mendidih, tambah 10,0 mL larutan baku asam
oksalat 0,01 N ke dalam larutan, penambahan KMnO4 0,01 N ini berfungsi untuk
mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam air sedangkan fungsi dari penambahan
asam oksalat adalah untuk mereduksi sisa KMnO 4 0,01 N yang sebelumnya telah
digunakan untuk mereduksi zat organik. Kemudian dititrasi dengan KMnO 4 0,01 N
hingga warna merah muda. KMnO4 0,01 N ini menitrasi kelebihan asam oksalat. Sebelum
dilakukan titrasi, titrat tidak perlu ditambahkan dengan indikator (auto indikator).

9. Kesimpulan
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Analisa penetapan zat organik dalam air menggunakan metode titrasi permanganometri.
Dari praktikum ini di dapatkan hasil kadar zat organik dalam sampel air dari Bu Yani
sebesar 6,341 mg/L KMnO4, dan air dari Pak Rohim sebesar 2,18 mg/L KMnO4.

10. Daftar Pustaka


http://bumikimia.blogspot.co.id/2014/06/laporan-menentukan-kadar-zat-
organik.html
http://aiiudiandar.blogspot.co.id/2014/01/titrasi-permanganometri-penentuan-
kadar_8884.html
http://zabadnews.blogspot.co.id/2012/02/dasar-penetapan-zat-organik-dalam-
air.html
http://lunetaaureliafatma.blogspot.co.id/2014/07/laporan-praktikum-kimia-
analitik.html
11. Dokumentasi
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH KIMIA AMAMI I
SEMESTER 3
KELOMPOK B
TANGGAL PRAKTIKUM

MATERI PRAKTIKUM COD ( Chemical Oxygen Demand)

METODE Titrimetri

SAMPEL Air Danau Kesling

1. Tujuan Praktikum :
Untuk menentukan COD dalam contoh uji, menggunakan metode titrasi titrimetri.
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

2. Prinsip Praktikum :

Zat organik dioksidasi dengan campuran mendidih asam sulfat dan


kalium dikromat yang diketahui normalitasnya dalam suatu refluks
selama 2 jam. Kelebihan kalium dikromat yang tidak tereduksi dititrasi
dengan larutan ferro ammonium sulfat (FAS). (SNI 06-6989.15-2004)

3. Dasar Teori :

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal ini karena bahan
organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat
kalium dikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga
semua bahan organik, baik yang mudah terurai maupun yang kompleks dan sulit terurai,
akan teroksidasi. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada
(Boyd, 1990). Limbah organik akan teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O4)
sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2Oserta sejumlah ion Chrom. KOK=
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah
oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O 2 untuk
tiap 1000 ml contoh uji. Kalium dikromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber
oksigen (oxidizing agent). Oksidasi terhadap bahan buangan organik akan mengikuti
reaksi berikut ini:
CnHaObNc + dCr2O72- + (8d+c) H+ nCO2 + H2O + 2dCr3+ + cNH4+

Adapun kelebihan dari metode analisi COD adalah sebagai berikut :


- Memakan waktu 3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari.
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

- Untuk menganalisa COD antara 50 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran


sampel, sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran.
- Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih
tinggi dari tes BOD5.
- Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan
antara zat yang sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi
secara biologis. Hal ini disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang
menggunakan suatu oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis. Dalam proses
titrasi diperlukan pemanasan selama 2 jam pada suhu 105C menggunakan alat COD
reaktor yang berfungsi agar zat organik volatil tidak keluar dan juga penambahan
katalisator perak sulfat (AgSO4) sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Apabila
dalam bahan buangan organik diperkirakan ada unsur klorida yang dapat mengganggu
reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan klorida
tersebut. Unsur klorida dapat mengganggu karena akan teroksidasi oleh kalium
dikromat sesuai dengan reaksi berikut.

Prosedur analisis COD menggunakan refluks terbuka yaitu sampel dioksidasi dalam
larutan campuran yang mengandung kalium dikromat sebagai oksidator dan asam sulfat
dalam suhu yang tinggi. Hal ini dikarenakan kalium dikromat lebih efektif mengoksidasi
bahan organik dalam sampel pada suhu yang tinggi dan keadaan asam. Proses nya yaitu
sebagian besar jenis bahan organik akan teroksidasi oleh campuran mendidih dari kromat
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

dan asam sulfat. Sampel direfluks dengan menggunakan larutan asam kuat hingga
diperoleh kelebihan dari kalium dikromat (K 2Cr2O7). Setelah proses tersebut sisa dari
K2Cr2O7 yang tidak tereduksi akan dititrasi menggunakan FAS (Ferrous Ammonium
Sulfate) untuk menghitung jumlah dari K2Cr2O7 yang dikonsumsi, yang setara dengan
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terlarut
dalam sampel.

Reaksi :

6Fe2+ + Cr2O7- + 14H+ 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O

Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 /


2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12
mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut
buruk. Air Golongan B yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah
menjadi air minum dan keperluam rumah tangga lainnya.

4. Alat :

Peralatan refluks yang terdiri dari labu Erlenmeyer dan pendingin Liebig 30 cm.

Hot plate atau yang setara

Labu ukur 100 mL dan 1000 mL

Buret 25 mL atau 50 mL

Pipet volume 5 mL, 10 mL, 15 mL, dan 50 mL


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Erlenmeyer 250 mL (labu refluks)

Timbangan analitik

Waterbath

Pipet tetes

Beaker glass

Blub

5. Bahan :

Larutan baku kalium dikromat 0,1 N

Larutkan 12.259 gram K2Cr2O7 (yang telah dikeringkan pada 1500C selama 2
jam) dengan air suling dan tepatkan sampai 1000 mL

Larutan asam sulfat-perak sulfat

Tambahkan 5,5 g Ag2SO4 ke dalam 1 kg asam sulfat pekat atau 10,12 g Ag 2SO4
ke dalam 1000 mL asamsulfat pekat, aduk dan biarkan 1 sampai 2 hari untuk
melarutkan

Larutan indikator ferroin

Larutkan 1,485 g 1,10 phenanthrolin monohidrat dan 0,695 g FeSO 4.7H2O dalam
air suling dan encerkan sampai 100 m
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,1 N

Larutkan 39,2 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dalam air suling, tabahkan 20 mL H2SO4


pekat, dingikan dan tepatkan sampai 1000 mL. Bakukan larutan ini dengan
larutan baku kalium dikromat 0,25 N

Serbuk merkuri sulfat HgSO4

6. Langkah Kerja :

a. Standarisasi FAS dengan K2Cr2O7 0,1 N

1. Pipet 10,0 mL larutan K2Cr2O7 lalu masukan ke dalam erlenmeyer

2. Tambahkan 30 mL H2SO4 pekat dan diginkan beberapa saat.

3. Tambahkan 3-4 tetes indikator ferroin

4. Titrasi dengan FAS sampai terjad perubahan dari warna hijau biru menjadi coklat
kemerahan

5. Lakukan secara duplo dan catat volume titrasinya.

b. Penetapan Kadar

1. Pipet 10 mL contoh uji, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL

2. Tambahkan 0,2 g serbuk HgSO4 dan beberapa batu didih


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

3. Tambahkan 5 mL larutan kaium dikromat, K2Cr2O7 0,1 N

4. Tambahkan 15 mL pereaksi asam sulfat-perak perlahan-lahan sambil didinginkan


dalam air pendingin

5. Hubungkan dengan pendingin Leibig dan didihkan diatas hot plate selama 2 jam

6. Dinginkan dan cuci bagian dalam dari pendingin dengan air suing hingga volume
contoh uji menjadi lebih kurang 70 mL

7. Dinginkan sampai temperature kamar, tambahnkan indikator ferroin 2 sampai dengan


3 tetes, titrasi dengan larutan FAS 0, N sampai warna merah kecoklatan, catat
kebutuhan larutan FAS

Lakukan langkah yang sama terhadap air suling sebagai blanko. Catat kebutuhan
larutan FAS. Analisis blanko ini sekaligus melakukan pembakuan larutan FAS dan
dilakukan setiap penentuan COD

7. Hasil Praktikum :
Standarisasi FAS 0,1 N
Primer K2Cr2O7 0,1 N = m = N V BE
294,19
= 0,1 N 0,05 L g/mol . ek
6
= 0,245 gram
Massa K2Cr2O7 yang didapat adalah 0,244 gram
Jadi, N K2Cr2O7 sebenarnya adalah 0,0996 N
Volume standarisasi :
V1 = 10,93 mL
V2 = 10,84 mL
V rata-rata = 10,885 mL
Jadi, N FAS sebenarnya adalah 0,0915 N
Kadar COD
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Volume blanko :
V1 = 9,00 mL
V2 = 8,89 mL
V rata-rata = 8,945 mL
Volume sampel
V1 = 4,49 mL
V2 = 4,38 mL
V rata-rata = 4,435 mL
Kadar COD dengan blanko
( AB ) N BE O 2
mgO 2/ L =
V
g
( 0,895mL4,435 mL ) 0,0915 N x 8 . ek
= mol
0,01 L
= 330,132 mg O2/ L

8. Pembahasan :

Analisis yang dilakukan untuk menentukan kandungan COD dalam sampel air.
Perhitungan kadar COD dilakukan dengan metode titrasi. Pertama-tama melakukan
standarisasi pada larutan FAS tanpa dioksidasi dan dilakukan secara duplo. setelah
dilakukan perhitungan di dapat normalitas FAS sebesar 0,0915 N. Kemudian memipet
sampel sebanyak 10 mL menambahkan serbuk HgSO 4 dan larutan kalium dikromat
secara terukur dengan pipet volume, menambahkan pereaksi sulfat dihubungkan dengan
pendingin Liebig dan didihkan selama 2 jam ditambahkan indikator ferroin dan dititrasi
dengan FAS diperoleh volume rata-rata sampel 4,435 mL, titrasi dikukan secara duplo.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap kandungan COD dengan rumus di dapat
kandungan COD dalam sampel air yang diberikan adalah 330,132 mg O2/ L

9. Kesimpulan :
Penetapan COD pada air menggunakan metode titrimeri. Dari hasil analisa diperoleh
kadar COD sebesar 330,132 mg O2/ L
10. Daftar Pustaka :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

http://about-kimia.blogspot.co.id/2015/06/penentuan-kadar-chemical-oxygen-
demand.html
http://karuniacahayafajar.blogspot.co.id/2012/11/cod.html
https://muhammadyusuffirdaus.wordpress.com/2012/01/08/cara-uji-
kebutuhan-oksigen-kimiawi-kok-dengan-refluks-terbuka-secara-titrimetri-sni-
06-6989-15-2004/

11. Dokumentasi
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH KIMIA AMAMI I
SEMESTER 3
KELOMPOK E
TANGGAL PRAKTIKUM

MATERI PRAKTIKUM Penentuan BOD dalam air

METODE Winkler

SAMPEL Air Danau Kesling

1. Tujuan Praktikum :
Untuk mengetahui kadar zat organk yang terlarut dalam contoh air.
2. Prinsip Praktikum :
Prinsip pemeriksaan perameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik
dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri
aerobik. Menggunakan titrasi Iodometri, penentuan BOD sama dengan prinsip DO.
Dengan kata lain tes BOD berlaku sebagai simulasi proses biologi secara alamiah,
mula-mula diukur DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama 5 hari dan disimpan
pada ruang gelap atau dibungkus dengan kertas karbos pada suhu 20C Dimana BOD
adalah kadar DO0 hari DO5 hari.

3. Dasar Teori :

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisa empiris yang mencoba
mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam
air, Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di
dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

yang tersuspensi dalam air. Tes BOD berlaku sebagai simulasi proses biologi secara
alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama 5 hari pada
suhu 20C atau 3 hari pada suhu 25C27C diukur lagi DO air. Pengujian BOD
menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan BOD yang
dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel
yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur
kamar dan ruang gelap. Selanjutnya sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai
indikator amilum. Semakin rendah konsentrasi oksigen, semakin besar stress pada
oksigen. Akhirnya, spesies sensitif terhadap rendahnya kadar oksigen terlarut digantikan
oleh spesies yang lebih toleran terhadap kondisi yang merugikan, yang secara signifikan
mengurangi keragaman kehidupan air.

4. Alat :

Buret bening
Botol wingkler 250 ml
petridisk
Pipet volume
Beaker glass
Labu Erlenmeyer
Gelas ukur
Labu ukur
Pipet ukur
Bulb
Pipet tetes
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

5. Bahan :

KIO3 0,1N

KIO3 0,025N

Indikator amilum

Na2S2O3 0,1 N

Na2S2O3 0,025 N

KI 10%

H2SO4 4N

H2SO4 pekat

MnSO4 20%

Reagen O2

Buffer phospat PH 7,2

Mg SO4 bahan untuk membuat air pengencer

CaCl2

FeCl3

6. Langkah Kerja :

A. Standarisasi Na 2 S2 O3 0,1N dengan KIO3 0,1N


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

1. Memipet 10,0 mL larutan KIO3 0,1N, masukkan kedalam Erlenmeyer

2. Menambahkan 10 mL KI 10%

3. Menambahkan 10 mL H2SO4 4N

4. Masukkan ke ruang gelap selama 10 menit, lalu titrasi hingga terjadi perubahan warna
dari coklat menjadi kuning jerami

5. Tambahkan 2-3 tetes amilum

6. Titrasi kembali hingga warna biru tepat hilang

B. Pengenceran sampel

1. Melakukan DO segera dengan cara sebagai berikut :

1. Sampel diambil dan diisikan sampai penuh pada botol winkler, lalu tutup dan
usahakan jangan sampai ada gelembung

2. Tambahkan 2 ml MnSO4 20% dan 2 ml Reagen O2 (masukkan pipet hingga dasar botol
dan perlahan lahan tarik hingga ke atas)

3. Tunggu beberapa saat hingga mengendap sempurna

4. Setelah mengendap dan terpisah, buang cairan yang berwarna bening

5. Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml

6. Simpan di tempat gelap selama 10 menit

7. Titrasi dengan Na 2 S2 O3 0,1N hingga warna berubah menjadi kuning


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

8. Tambahkan 2-3 tetes amilum

9. Titrasi kembali hingga warna biru tepat hilang

10. Hitung berapa pengenceran sampel

2. Standarisasi Na 2 S2 O3 0,1N dengan KIO3 0,025N

1. Pipet 10,0 ml KIO3 0,025N, masukkan ke dalam erlenmeyer

2. Menambahkan 10 mL KI 10%

3. Menambahkan 10 mL H2SO4 4N

4. Masukkan ke ruang gelap selama 10 menit, lalu titrasi hingga terjadi perubahan warna
dari coklat menjadi kuning jerami

5. Tambahkan 2-3 tetes amilum

6. Titrasi kembali hingga warna biru tepat hilang

3. Penetapan kadar BOD

C. DO0

1. Dibuat pengenceran 10x

2. 25,0 ml sampel dimasukkan ke dalam botol wingkler


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

3. Tambahkan air pengencer hingga penuh lalu tutup dan usahakan agar tidak ada
gelembung

4. Tambahkan 2ml MnSO4 20% dan 2ml reagen O2

5. Tunggu hingga terjadi pengendapan

6. Setelah mengendap dan terpisah, buang cairan yang jernih

7. Tambahkan 1ml H2SO4 pekat

8. Simpan di tempat gelap selama 10 menit

9. Titrasi dengan Na 2 S2 O3 0,1N hingga warna berubah menjadi kuning

10. Tambahkan 2-3 tetes amilum

11. Titrasi kembali hingga warna biru tepat hilang

12. Hitung berapa kadar DO0

D. DO5

1. Dibuat pengenceran 10x

2. 25,0 ml sampel dimasukkan ke dalam botol wingkler


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

3. Tambahkan air pengencer hingga penuh lalu tutup dan usahakan agar tidak ada
gelembung

4. Simpan di tempat gelap selama 5 hari pada suhu kamar

5. Setelah 5 hari, tambahkan 2ml MnSO4 20% dan 2ml reagen O2

6. Tunggu hingga terjadi pengendapan

7. Setelah mengendap dan terpisah, buang cairan yang jernih

8. Tambahkan 1ml H2SO4 pekat

9. Simpan di tempat gelap selama 10 menit

10. Titrasi dengan Na 2 S2 O3 0,1N hingga warna berubah menjadi kuning

11. Tambahkan 2-3 tetes amilum

12. Titrasi kembali hingga warna biru tepat hilang

13. Hitung berapa kadar DO5

7. Hasil Praktikum :

Standarisasi Na2S2O3

- Na2S2O3 0,1 N
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Massa KIO3 0,1 N = N V BE

= 0,1 N 0,05 L 214/6 g/mol.ek

= 0,1783 gram

Massa yang didapat = 0,17829 gram

Jadi, normalitas sebenarnya adalah 0,0999 N

Volume standarisasi : V1 = 10,12 mL

V2 = 9,91 mL

V rata-rata = 10,15 mL

Jadi, N sebenarnya : N1 V1 = N2 V2

N1 10,15 mL = 0,0999 N 10,0 mL

N1 = 0,0997 N

Kadar DO segera

Volume titrasi : V1 = 1,35 mL

V2 = 1,38 mL

V rata-rata = 1,365 mL
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

N Na2 S 2O 3 V Na2 S 2O 3 BEO 2


Kadar DO segera =
vs

16 g /mol
0,0997 N 1,365 mL
= 2 ek
0,25 mL

= 4,354 mg O2 / L

= 3 mg O2 / L

Kadar DO 0 hari

Larutan sekunder Na2S2O3 250 mL 0,025 N

m=N x V x BE
g
248,17
mol
m=0,025 N x 0,25 L x
1 ek
m=1,5510 gram
Larutan baku primer 50 mL KIO3 0,025 N

m=N x V x BE
g
214
mol
m=0,025 N x 0,05 L x
6 ek

m=0,0445 gram

Masa setelah penimbangan = 0,0443gram


Konsentrasi KIO3 sebenarnya :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

m 0,0443 gram
N= = =0,0248 N ( N KIO 3 )
V x BE g
214
mol
0,05 L x
6 ek

Standarisasi Na2S2O3 oleh KIO3


V KIO3 = 10,0 mL
V Na2S2O3 1 = 9,61 mL
V Na2S2O3 2 = 9,46 mL
Hasil volume rata-rata Na2S2O3 untuk titrasi standarisasi :
9,61mL +9,46 mL
=9,545 mL
2
Normalitas Na2S2O3 :
N 1 x V 1=N 2 x V 2
0,0248 N x 10,0 mL=N 2 x 9,545 mL
0,0248 N x 10,0 mL
N2 =
9,545 mL
= 0,02598 N (N Na2S2O3)
Perhitungan kadar DO 0 Hari

Dari perhitungan penetapan kadar DO segera,didapatkan 4,354 ppm.Jadi,sampel


250 ml
diencerkan 10x. =25 mL ( sampel ) kemudian di addkan dengan air pengencer
10 x
sampai 250 ml (Volume botol Winkler).

Sehingga pengenceran (D) =10X

Hasil volume larutan Na2S2O3yang digunakan untuk titrasi sampel :


V Na2S2O3 1 = 8,71 mL
V Na2S2O3 2 = 8,53 mL
Hasil volume rata-rata Na2S2O3 untuk titrasi DO0
8,71mL +8,53 mL
=8,62 mL
2
Normalitas Na2S2O3:
N Na2S2O3 = 0,02598 N
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Perhitungan Kadar :

mg N Na 2 S 2 O 3 1 x V Na2 S 2O 3 x BE O2
D 00 ( )
L
=
Volume contohuji

g
16
mol
0,02598 N x 8,62 ml x
mg 2 ek
D 00
L( )
=
0,25 L

D 00 ( mgL )=7,1663 mgl =7,1663 ppm


Perhitungan kadar DO 5 Hari

Larutan baku primer 50 mL KIO3 0,025 N

m=N x V x BE
g
214
mol
m=0,025 N x 0,05 L x
6 ek

m=0,0445 gram

Masa setelah penimbangan = 0,0448gram


Konsentrasi KIO3 sebenarnya :

m 0,0448 gram
N= = =0,02512 N ( N KIO 3 )
V x BE g
214
mol
0,05 L x
6 ek
Titrasi standarisasi Na2S2O3
V KIO3 = 10,0 mL
V Na2S2O3 1 = 10,39 mL
V Na2S2O3 2 = 10,47 mL
Hasil volume rata-rata Na2S2O3 untuk titrasi standarisasi :
10,39 mL +10,47 mL
=10,43 mL
2
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Normalitas Na2S2O3 :
N 1 x V 1=N 2 x V 2
0,0251 N x 10,0 mL=N 2 x 10,43 mL
0,02512 N x 10,0 mL
N2 =
10,43 mL
= 0,02408N (N Na2S2O3)

Hasil volume larutan Na2S2O3yang digunakan untuk titrasi sampel:


V Na2S2O3 1 = 7,02 mL
V Na2S2O3 2 = 7,12 mL
Hasil rata-rata Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi BOD5
7,02 mL+ 7,12mL
=7,07 mL
2

Normalitas Na2S2O3:
N Na2S2O3 = 0,02408 N

Perhitungan Kadar :

mg N Na 2 S 2 O 3 x V Na 2 S 2O 3 x BE O2
D 05 ( )
L
=
Volume contohuji

g
16
mol
0,02408 N x 7,07 mL x
mg 2 ek
D 05
L( )
=
0,25 L

D 05 ( mgL )=5,4478 mgl =5,4478 ppm

Perhitungan Kadar BOD


BOD5 = DO0 DO5

BOD5 = 7,1633 ppm 5,4478 ppm = 1,7155 ppm


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

8. Pembahasan :
Dalam perairan oksigen berperan dalam proses oksidasi den reduksi
bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien
yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Analisis penentuan kadar BOD
menggunakan metode winkler.
Untuk mengetahui kualitas suatu perairan, parameter oksigen terlarut
(DO) dan kebutuhan oksigen biokimia (BOD) memegang peranan
penting. DO segera, DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama 5 hari dan
disimpan pada ruang gelap atau dibungkus dengan kertas karbos pada suhu 20C
Dimana BOD adalah kadar DO0 hari DO5 hari.

9. Kesimpulan :

Dari hasil analisis diperoeh BOD sebesar : untuk oksigen terlarut 0 hari adalah 7,1633
ppm.Sedangkan oksigen terlarut 5 hari adalah 5,4478 ppm.Sehingga dari sampel air
danau Kesling diperoleh hasil kadar BOD5 adalah 1,7155 ppm.

10. Daftar Pustaka :

https://pitikusuma.wordpress.com/2011/04/11/pengukuran-nilai-bod-pada-
air/

https://avengedsevendfive.wordpress.com/2013/05/13/analisa-do-dan-bod/
http://goelanzsaw.blogspot.co.id/2013/02/analisa-bod-dalam-air.html

https://en.wikipedia.org/wiki/Biochemical_oxygen_demand

11. dokumentasi
bod segera dan DO0
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

BOD 5
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH KIMIA AMAMI I
SEMESTER 3
KELOMPOK E
TANGGAL PRAKTIKUM

MATERI PRAKTIKUM Kadar Sulfat

METODE Spektrofotometer

SAMPEL Air Danau Kesling

1. Tujuan Praktikum :
Untuk menentukkan kadar sulfat pada sampel air dengan metode Spektrofotometer

2. Prinsip Praktikum :

Ion sulfat akan diendapkan dalam suasana asam dengan barium klorida (BaCl 2)
membentuk kristal barium sulfat (BaSO4). Absorben dari suspensi BaSO4 diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.

3. Dasar Teori :

sulfat dalam kehidupan sehari-hari dapat berada secara ilmiah atau dari aktivitas manusia,
contohnya limbah industri dan limbah laboratorium. Ion sulfat merupakan sejenis ion
padatan dengan rumus empiris SO4 dengan massa molekul 96.06 satuan massa atom. Sulfat
terdiri atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahidron ion
sulfat bermuatan dua negatif dan merupakan basa konjugat ion hidrogen sulfat (bisulfit)
H2SO4- yaitu bes konjugat asam sulfat H2SO4 terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

yang merupakan senyawa kovalen dengan rumus (CH3O)2SO2 dan merupakan ester
asam sulfat (Anonim, 2011).
batas maksimal sulfat dalam air sekitar 250 mg/l untuk air yang dikonsumsi manusia Sulfat
dikenal sangat larut dalam air kecuali di dalam Kalsium Sulfat, Stronsium Sulfat.
BariumSulfat sangat berguna dalam proses gravimetri sulfat.
Penambahan Barium Klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat. Kelihatan
endapan putih, yaitu barium sulfat yang menunjukkan adanya anion sulfat. Cara untuk
mendeteksi kandungan sulfat dalam air dapat dilakukan dengan mempergunakan alat
spektrofotometer (uji kuantitatif). Pengujian dengan spektrofotometer akan mengukur
absorban larutan melalui instensitas warna larutan. Oleh karena itu, sampel yang akan
digunakan harus jernih agar tidak mengganggu proses pembacaan absorban pada
spektrofotometer.

Ciri dari sulfat, yaitu


Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air, kecuali Kalsium Sulfat, Stronsium Sulfat,
danBarium Sulfat. Barium Sulfat yang sangat berguna dalam analisis gravimetri sulfat
dengan panambahan Barium Klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat.
Kelihatan endapan putih, yaitu Barium Sulfat menunjukkan adanya anion sulfat;
Ion sulfat bias menjadi satu ligan, menghubungkan satu dengan oksigen (mono dentat)
atau dua oksigen sebagai kelas atau jembatan;
Sulfat berwujud sebagai zat mikroskopik (aerosol) yang merupakan dari hasil
pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa. Zat yang dihasilkan menambahkan
keasaman atmosfer dan mengakibatkan hujan asam.

4. Alat :
Labu ukur
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Pipet volume
Beaker glass
Parafilm
Pipet pasteur
Erlenmeyer

5. Bahan :

Larutan buffer B (dipakai bila konsentrasi sulfat SO4 dalam contoh kurang dai 10 mg/L)

Larutkan 30 g MgCl2.6H2O, 5 g CH3COONa.3H2O, 1,0 g KNO3, 0,111 g natrium sulfat.


Na2SO4 dan asamasetat (99%) dalam 500 mL air suling dan jadikan 1000 mL.

Kristal barium klorida BaCl2.2H2O Kristal 20 mesh 30 mesh

Larutan baku sulfat 100 mg/L

Larutkan 0,1479 g Na2SO4 anhidrat dengan air suling dalam labu ukur 1000 mL dan
tepetkan sampai tanda garis.

Air suling

6. Langkah Kerja :

Ukur dengan teliti 100 mL contoh atau bagian yang dijadikan 100 mL ke dalam
Erlenmeyer 250 mL
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

Tambah 20 mL larutan buffer, aduk dengan alat pengaduk sambil diaduk tambahkan 1
sendok spatula BaCl2.2H2O. mulai hitung waktu pengadukan selama 60 detik pada
kecepatan tetap menggunakan vortex

Siapkan baku standar dengan konsentrasi 0 50 mg/L dengan jarak standar 5 mg/L

Bandingkan kekeruhan dengan baku standar

7. Hasil Praktikum :
I. Larutan baku sulfat 100 mg/L

0,2958 gram dalam 2 L aquadest, hasil penimbangan = 0,2959 gram

II. Data

10 20 ppm 30 ppm 40 ppm Sampel


ppm

Absorben 1 0,063 0,088 0,195 0,238 0,282

Absorben 2 0,076 0,088 0,193 0,234 0,290

Rata rata 0,069 0,088 0,194 0,215 0,286


5

Kurva standar
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

0.25
f(x) = 0.01x - 0
0.2 R = 0.96

0.15

0.1

0.05

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi sulfat
y=0,006 x0,0018
y+ 0,0018
x=
0,006
0,286+0,0018
x
0,006
x=47,9667

8. Pembahasan :

batas maksimal sulfat dalam air sekitar 250 mg/l untuk air yang dikonsumsi manusia dan
pengujian dilakukan dengan spektrofotometer akan mengukur absorban larutan melalui
instensitas warna larutan. Oleh karena itu, sampel yang akan digunakan harus jernih agar
tidak mengganggu proses pembacaan absorban pada spektrofotometer 10 ppm, 20 ppm, 30
ppm, 40 ppm dan sampel. Dan diperoleh hasil 47,9667

9. Kesimpulan :
Dari hasil praktikum diketahui kadar sulfat dalam sampel air danau Kesling adalah
47,9667

10. Daftar Pustaka :


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Jalan Karang Menjangan No.18A Telp. (031) 5020718

http://ekaputriayu.blogspot.co.id/2010/11/penentuan-kadar-sulfat-dalam-air.html
http://chemsanboice-kimiaituasyk.blogspot.co.id/2013/01/penetapan-kadar-sulfat.html
http://chemsanboice-kimiaituasyk.blogspot.co.id/2013/01/penetapan-kadar-sulfat.html
https://himka1polban.wordpress.com/laporan/spektrofotometri/laporan-penentuan-
kadar-sulfat-spektronic-20/
http://dearsitarizandi.blogspot.co.id/2014/10/spektrofotometri-penentuan-kadar-
sulfat.html

Anda mungkin juga menyukai