Anda di halaman 1dari 7

KIMIA ANALITIK

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KADAR KLORIDA DALAM


MINUMAN ISOTONIK SECARA ARGENTOMETRI

Kelompok 1
Rahmad Rezki Firdaus
Silviana Paustine R.G
Muhammad Fadriansyah
Nabilah Nur Awliyah
Yesica Kusuma Putri

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS SAINS TEKNK DAN DESAIN
UNIVERSITAS TRILOGI
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Argentometri adalah penetapan kadar suatu zat dalam larutan berdasarkan


pengendapan dengan memakai larutan AgNO3 sebagai standard. Pada reaksi
argentometri terbentuk endapan AgCl (perak klorida). Endapan adalah padatan
yang tidak larut dan terpisah dari larutan.Analisa argentometri ini biasanya
digunakan untuk penentuan kadar senyawa yang mengandung unsur halogen
(SPU golongan VII A, yaitu Cl, Br, I) karena reaksi antara ion Ag+ dan ion dari
senyawa tersebut dapat menghasilkan suatu endapan. Satu grek dalam metode
ini adalah kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepas 1 ion perak (Ag+)
(Ershanggono, 1996). Dalam argentometri, yang dimaksud dengan larutan
normal adalah larutan yang ekivalen dengan 1 mol ion Ag+ tiap 1 mol AgNO3
(Day & Underwood, 1992)

Argentometri merupakan bagian dari prepitimetri, yakni titrasi-titrasi yang


menyangkut penggunaan larutan AgNO3 yang dapat menimbulkan endapan.
Respitimetri merupakan suatu cara titrasi di mana terjadi pengendapan (Harjadi,
1986), dengan reaksi sebagai berikut:

AgNO3 + CaCl2 → AgCl(s) + Ca(NO3)2 (Chang, 1991)

Kadungan mineral belum menjadi persyaratan baku dalam minuman


isotonik yang mengandung kalsium dan fosfor.Gula bersifat higroskopis mudah
menyerap air, kadar air yang tinggi pada gula memudahkan penyerapan air dari
udara sehingga menyebabkan tekstur produk menjadi lembek, (Susi, 2013)

Pada argentometri terdapat tiga metode yang dapat digunakan, antara lain
metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Metode Mohr adalah salah
satu cara dalam argentometri yang merupakan metode paling baik untuk
menentukan kadar klorida dari suatu larutan. Indikator yang digunakan adalah
K2CrO4, dan titran yang digunakan AgNO3. Indikator menunjukan tercapainya
titik akhir titrasi, dengan perubahan warna larutan yang telah dicampur dengan
indikator K2CrO4 terbentuk endapan yang berwarna merah-bata (Fritz, 1979).
Proses pengendapan yang terjadi selama titrasi dapat diungkapkan dengan
bantuan kurva titrasi. Kurva titrasi ini memberikan informasi yang berguna
untuk pemilihan suasana yang paling sesuai untuk pemeriksaan kimia. Kurva
titrasi teoritis dibuat berdasarkan persamaan kesetimbangan massa dan tetapan
kesetimbangan.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah menentukan kadar klorida dalam minuman
isotonik dengan menggunaka metode argentometri.

BAB II

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Pratikum Analisa Kadar Klorida dalam Minuman Isotonik secara


Argentometri di lakukan pada hari Rabu tanggal 5 September 2022 bertempat
di Laboratorium Kimia, Universitas Trilogi.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan pada pratikum kali ini adalah neraca analitik, Pipet
volumetrik 25 mL,Buret 50 mL,Pipet mohr 1 mL,Erlenmeyer, Gelas ukur 100
mL dan labu ukur 100 ml.Adapun bahan yang digunakan adalah Larutan
AgNO3 0.01 M, Larutan K2CrO4 5%, Larutan NaOH 1 N,dan Larutan NaOH
1N

2.3 Prosedur Kerja

Pada pratikum kali ini yang kita lakukan adalah masukkan sampel minuman
isotonic yang telah di siapkan pada tabung sebanyak 50 ml setelah itu itung ph
7-9 dengan memasukkan NaOH atau H2SO4 setelah itu tera larutan tersebut
sebanyak 100 ml dengan aquades,lalu pipet sampel sebanyak 50 ml dengan
menggunakan pipet volumetrik dimasukkan pada tabung,lalu masukkan
K2CrO4 pada tabung,selanjutnta dilakukan titrasi pada sampel blanko dengan
aquades masukkan indikikator K2CrO4,selanjutnya lakukan titrasi pada
minuman isotonik simplo dan duplo di tambahkan indikator K2Cro4 lalu amati
hasil.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

AgNO3 di timbang = 0,4244/ 170 x 4 = 0,0099

Ar cl = 35,5

- Blanko indikatornya K2CrO4 1 ml (0,1 ml)


- Simplo indikatornya K2CrO4 1 ml (22,5 ml)
- Duplo indikatornya K2CrO4 1 ml ( 22,4)

Simplo = Konsentrasi klorida (%)= n1 x 35.5 /1000 x Vsampel x FP x 100%

= (22,5 – 0,1) x 0,0099 x 35,5/1000 x50 x 100%

= 0,6297 %

SNI (Simplo) = (22,5 – 0,1)x 0,0099 x 35.950 / 50 x 4


= 628,9113 ml/l
3.2 Pembahasan Pengamatan

Argentometri merupakan salah satu cara penentuan kadar suatu zat atau
larutan berdasarkan reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan standar
AgNO3. Digunakan kalium kromat sebagai indikatornya yang akan
membentuk endapan merah bata jika titik ekuivalensi tercapai, seluruh
perubahan warna menunjukan perubahan warna dari kuning (saat ditambah
dengan indikator) menjadi merah bata disertai dengan endapan.Dapat di lihat
konsentrasi dari clˉ di atas sebesar 0,6297% dan untuk SNI dari minuman
isotonik ini adalah sebesar 628,9113 ml/l.Larutan AgNO3 memang berperan
sebagai titran. Agar memastikan tidak ada komponen lain di dalam larutan
tersebut, maka prosedur awal harus dilakukan. Dengan begitu, konsentrasi
AgNO3 yang diperoleh merupakan angka yang murni.

Prosedur tersebut dilakukan dengan melakukan titrasi pembakuan larutan


AgNO3 dan titrasi blanko. Indikator yang digunakan adalah K2CrO4. Kemudian,
hasil dari titrasi pembakuan dikurangi dengan hasil dari titrasi blanko dan ph
yang di perlukan 7-9 mengapa? Karena Suasana larutan harus netral, yaitu pada
rentang pH 6,5 – 10. Bila pH>10 (basa) akan terbentuk endapan AgOH yang
akan terurai menjadi Ag2O, sedangkan apabila pH<6,5 (asam), ion kromat akan
bereaksi dengan H+ menjadi Cr2O72-.

Alasan dititrasi dengan AgNO3 karena AgNO3 adalah satu – satunya garam
perak yang terlarutkan air sehingga pereaksi perak nitrat dengan garam lain
akan menghasilkan endapan. Seperti halnya pada NaCl, dapat ditentukan
kadarnya berdasarkan reaksi :
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3 (endapan putih)

Warna putih yang terbentuk akibat reaksi antara AgNO3 dengan NaCl,apabila
Cl- habis beraksi dengan Ag+ dari AgNO3. Titik akhir titrasi dapat dinyatakan
dengan indicator larutan K2CrO4 yang dengan ion Ag+ berlebih menghasilkan
endapan AgCl yang berwarna putih mulai berubah menjadi kemerah-merahan,
hal ini karena fungsi dari Indikator ini merupakan suatu senyawa organik yang
kompleks dan digunakan untuk menentukan titik akhir suatu reaksi netralisasi.
Titik akhir titrasi adalah suatu keadaan dimana penambahan satu tetes larutan
baku dapat menyebabkan perubahan warna pada indikator. Perubahan warnna
tersebut karena adanya pertukaran ion-ion antara ion-ion pereaksi sehingga
membentuk senyawa baru yang berbentuk endapan dan berwarna merah-
kemerahan.indikator K2CrO4 yang memiliki range pH 5-7,5. Perubahan warna
suatu indikator tergantung konsentrasi ion hydrogen (H+) yang ada dalam
larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan reaksi atau ketetapan netralisasi.
Indikator pH asam basa adalah suatu idikator atau zat yang dapat berubah
warna apabila pH lingkungan berubah.

BAB IV

KESIMPULAN

Standarisai larutan AgNO3 dilakukan dengan metode argentometri larutan


standar primer yang digunakan adalah NaCl 0,1 N dan larutan K2CrO4 sebagai
indikator. Konsentrasi yang didapatkan adalah 628,9113 mg/l. Penentuan kadar
Cl menggunakan larutan AgNO3 standar dan indikator K2CrO4. Titik akhir
titrasi ditunjukkan dengan adanya endapan Kadar Cl dalam sebesar 0,6297%
DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. (1991). Chemistry Fourth Edition. York Graphic Services. USA.

Day, R.A & A.L. Underwood. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta

Fritz, J. S. (1979). Quantitative Analytical Chemistry. Allyn and Bacon, Inc.


Boston.

Harjadi, W. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.

Susi. 2013. Pengaruh Keragaman Gula Aren Cetak Terhadap Kualitas Gula
Aren Kristal (Palm Sugar) Produksi Agroindustri Kecil, Ziraa’ah,
Vol.36, No. 1,hal. 1-11

Anda mungkin juga menyukai