PRAKTEK PENCELUPAN I
Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan zat warna reaktif panas berupa ikatan kovalen.
Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana asam,
sehingga pengerjaan proses persiapan penyempurnaan dan pencelupannya lazim
dilakukan dalam suasana alkali. Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat
kimia selulosa, yaitu :
1. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
2. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
3. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
4. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan
penggelembungan serat.
5. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik
gugus hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus
hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus
hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan mudahnya molekul-
molekul air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat
mudah dicelup. Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali alkali
kuat akan dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar
pada serat.
2. Zat warna reaktif panas
Zat warna reaktif panas adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat berupa ikatan kovalen sehingga zat warna tersebut merupakan
bagian dari serat. Zat warna ini terutama dipakai untuk mencelup serat selulosa,
serat protein seperti wol dan sutera dapat juga dicelup dengan zat warna ini.
Selain itu serat poliamida (nilon) sering juga dicelup dengan zat warna reaktif
untuk mendapatkan warna muda dengan kerataan yang baik. Selain itu, zat warna
reaktif panas juga dapat dikatakan sebagai zat warna yang larut dalam air dan
berikatan dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur warna
hasil celupannya baik.
Zat warna remazol
Zat warna reaktif remazol merupakan jenis zat warna reaktif yang bereaksi
dengan serat melalui mekanisme adisi nukleofilik. Zat warna tersebut dijual
dalam bentuk sulfatoetilsulfon yang tidak reaktif dan baru berubah menjadi vinil
sulfon yang reaktif setelah ada penambahan alkali. Kelebihan zat warna Vinil
Sulfon adalah relatif lebih tahan alkali, tetapi kelemahannya adalah hasil celupnya
mudah rusak oleh pengerjaan dalam suasana alkali, contoh bila terhadap hasil
pencelupan dilakukan proses pencucian dengan sabun dalam suasana alkali
dengan suhu yang terlalu panas, maka ketuaan warnanya akan sedikit turun lagi.
Pemakaian zat warna reaktif secara panas yaitu untuk zat warna reaktif yang
mempunyai kereaktifan rendah, misalnya procion H, cibacron dengan sistem
reaktif mono-khlorotriazin, dan remazol denagan sistem reaktif vinil sulfon.
Adanya kekurangan dari kedua golongan zat warna reaktif tersebut maka saat ini
banyak digunakan zat warna reaktif dengan fungsi gugus ganda (bifunctional
reactive dyes) seperti sumifik supra( mono chloro tiazin (MTC)-vinil sulfon (VS)
dan drimarene CL (tricholoropirimidin (TCP)-vinil Sulfon (VS), sehingga zat
warnanya lebih tahan hidrolisis. Efisiensi fiksasinya tinggi dan hasil celupnya
lebih tahan alkali dan tahan asam. Varian zat warna reaktif lainyya juga dibuat
misalnya zat warna reaktif yang lebih tahan panas dan afinitasnya lebih besar
maupun zat warna reaktif yang dapat fiksasi pada suasana netral.
dingin
Perendaman panas
suhu : kamar, t :
60’ sabun
panas
Bak larutan Pencucian
dingin
VI.