Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI

PRAKTEK PENCELUPAN I

Pencelupan Zat Warna Remasol Metode Diskontinyu


Disusun oleh:
Handika Setiawan (204003)
Tasya Syiva Sulistyowati (204004)
Laras Fajar Rahmadani (204007)

Program Studi Kimia Tekstil


Sekolah Tinggi Teknologi Warga Surakarta
Tahun Ajaran 2021
I. TUJUAN PRAKTEK
Melakukan pencelupan pada kain katun dengan zat warna remasol dengan
menggunakan metode kontinyu
II. DASAR TEORI
1. Serat kapas
Serat kapas merupakan salah satu contoh serat alam dari kelompok selulosa.
Serat ini dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis
Gossypium. Spesies yang kemudian berhasil dikembangkan menjadi tanaman
industri adalah Gossypium Hirsutum. Kapas jenis ini dikenal sebagai kapas
Upland atau kapas Amerika, dan ini saat merupakan 87% dari produksi kapas
dunia. Berdasarkan strukturnya, selulosa memiliki bentuk yang bercabang-
cabang, monomer-monomernya yang tersusun secara linear, serta diantara
polimer-polimernya terdapat ikatan hidrogen yang menghubungkan antar polimer
yang satu dengan yang lain. Perhatikan struktur selulosa berikut:

Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan zat warna reaktif panas berupa ikatan kovalen.
Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana asam,
sehingga pengerjaan proses persiapan penyempurnaan dan pencelupannya lazim
dilakukan dalam suasana alkali. Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat
kimia selulosa, yaitu :
1. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.
2. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.
3. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.
4. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan
penggelembungan serat.
5. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik
gugus hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus
hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus
hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan mudahnya molekul-
molekul air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan serat
mudah dicelup. Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali alkali
kuat akan dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar
pada serat.
2. Zat warna reaktif panas
Zat warna reaktif panas adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat berupa ikatan kovalen sehingga zat warna tersebut merupakan
bagian dari serat. Zat warna ini terutama dipakai untuk mencelup serat selulosa,
serat protein seperti wol dan sutera dapat juga dicelup dengan zat warna ini.
Selain itu serat poliamida (nilon) sering juga dicelup dengan zat warna reaktif
untuk mendapatkan warna muda dengan kerataan yang baik. Selain itu, zat warna
reaktif panas juga dapat dikatakan sebagai zat warna yang larut dalam air dan
berikatan dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur warna
hasil celupannya baik.
Zat warna remazol

Zat warna reaktif remazol merupakan jenis zat warna reaktif yang bereaksi
dengan serat melalui mekanisme adisi nukleofilik. Zat warna tersebut dijual
dalam bentuk sulfatoetilsulfon yang tidak reaktif dan baru berubah menjadi vinil
sulfon yang reaktif setelah ada penambahan alkali. Kelebihan zat warna Vinil
Sulfon adalah relatif lebih tahan alkali, tetapi kelemahannya adalah hasil celupnya
mudah rusak oleh pengerjaan dalam suasana alkali, contoh bila terhadap hasil
pencelupan dilakukan proses pencucian dengan sabun dalam suasana alkali
dengan suhu yang terlalu panas, maka ketuaan warnanya akan sedikit turun lagi.
Pemakaian zat warna reaktif secara panas yaitu untuk zat warna reaktif yang
mempunyai kereaktifan rendah, misalnya procion H, cibacron dengan sistem
reaktif mono-khlorotriazin, dan remazol denagan sistem reaktif vinil sulfon.
Adanya kekurangan dari kedua golongan zat warna reaktif tersebut maka saat ini
banyak digunakan zat warna reaktif dengan fungsi gugus ganda (bifunctional
reactive dyes) seperti sumifik supra( mono chloro tiazin (MTC)-vinil sulfon (VS)
dan drimarene CL (tricholoropirimidin (TCP)-vinil Sulfon (VS), sehingga zat
warnanya lebih tahan hidrolisis. Efisiensi fiksasinya tinggi dan hasil celupnya
lebih tahan alkali dan tahan asam. Varian zat warna reaktif lainyya juga dibuat
misalnya zat warna reaktif yang lebih tahan panas dan afinitasnya lebih besar
maupun zat warna reaktif yang dapat fiksasi pada suasana netral.

3. Zat pembantu pada pencelupan zat reaktif panas


Guna diperoleh hasil celup yang kualitasnya sesuai dengan yang
diinginkan, maka diperlukan penambahan zat-zat pembantu yang tentunya akan
ikut berperan penting terhadaip kain hasil celupannya nanti. Adapun zat-zat
pembantu yang perlu ditambahkan pada larutan celup antara lain adalah elektrolit
seperti contohnya NaCl, Na2CO3, dan zat pembasah. Selain itu, ada juga sabun
yang akan membantu proses pencucian setelah kain contoh uji selesai dicelup.
Berikut ini merupakan fungsi dari masing-masing zat tersebut:
- NaCl berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna
- Na2 CO3 berfungsi untuk fiksasi zat warna
- Pembasah berfungsi meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain –
- Sabun untuk proses pencucian setelah proses pencelupan guna
menghilangakan zat warna reaktif yang terhidrolisis yang ada dalam kain hasil
celupan.
4. Metode pencelupan
Dalam proses pencelupan reaksi fiksasi zat warna reaktif dengan serat
terjadi simultan dengan reaksi hidrolisis antara zat warna dengan air. Kereaktifan
zat warna reaktif meningkat dengan meningkatnya pH larutan celup. Oleh karena
itu pada dasarnya mekanisme pencelupan zat warna reaktif terdiri dari dua tahap.
Tahap pertama merupakan tahap penyerapan zat warna reaktif dari larutan celup
ke dalam serat. Pada tahap ini tidak terjadi reaksi antara zat warna dengan serat
karena belum ditambahkan alkali. Selain itu, karena reaksi hidrolisis terhadap zat
warna lebih banyak terjadi pada pH tinggi, maka pada tahap ini zat warna akan
lebih banyak terserap ke dalam serat dari pada terhidrolisis. Penyerapan ini
dibantu dengan penambahan elektrolit. Tahap kedua, merupakan fiksasi, yaitu
reaksi antara zat warna yang sudah terserap berada dalam serat bereaksi dengan
seratnya. Reaksi ini terjadi dengan penambahan alkali.
Reaksi antara gugus OH dari serat selulosa dengan zat warna reaktif dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
- Reaksi substitusi Membentuk ikatan pseudo ester (ester palsu) misalnya pada
pencelupan serat selulosa dengan zat warna reaktif Procion, Cibacron dan
Levafix.
- Reaksi adisi Membentuk ikatan eter, misalnya pada pencelupan serat selulosa
dengan zat warna reaktif Remazol.
5. Metode diskontinyu/Exhaust
Pada pencelupan metode perendaman zat warna, yang sebagian atau
seluruhnya larut dalam larutan celup, berpindah ke permukaan serat akibat
gerakan larutan celup atau gerakan bahan yang dicelup. Zat warna terserap ke
permukaan serat dan idealnya berdifusi ke dalam serat (seluruh bagian serat).
Berdasarkan zat warna yang digunakan, ikatannya bisa fisika atau kimia.
Pencelupan cara perendaman biasanya dilakukan menggunakan larutan celup,
dengan waktu yang relatif lama dan menggunakan rasio perbandingan larutan-
bahan dari mulai 8:1 hingga 30:1. Metode exhaust sering pula disebut dengan
metode dis-kontinu atau imersi karena alat/mesinnya memiliki kapasitas yang
terbatas, kain tidak dilewatkan tetapi direndamkan seluruhnya selama proses.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Beaker glass
- Gelas plastik
- Timbangan analitik
- Kompor
- Pengaduk
- Pipet
- Thermometer
2. Bahan
- Zat warna reaktif Turkis
- NaCl
- Na2CO3
- Pembasah
IV. RESEP DAN PERHITUNGAN
Resep
- Zat warna Chloranyl Orange P-2R = 9%
- NaCl = 15 g/L
- Na2CO3 = 20 g/L
- Pembasah = 1 cc/L
- Suhu = 60-80℃
- Vlot = 1 : 30
Perhitungan :
1. Kain I (zw + alkali) = 6,3 gr
- Kebutuhan air = 6,3 gr × 25
= 0,15 L
- Zat warna = 9% × 6,3 gr
= 0,56 gr
- NaCl = 15 gr/l × 0,15 L
= 2,25 gr
- Na2CO3 = 20 gr/l × 0,15 L
= 3 gr
- Pembasah = 1 cc/L × 0,15 L
= 0,15 cc
2. Kain II (alkali) = 6,3 gr
- Kebutuhan air = 6,3 gr × 25
= 0,15 L
- Zat warna = 9% × 6,3 gr
= 0,56 gr
- NaCl = 15 gr/l × 0,15 L
= 2,25 gr
- Na2CO3 = 20 gr/l × 0,15 L
= 3 gr
- Pembasah = 1 cc/L × 0,15 L
= 0,15 cc

3. Kain III = 6,3 gr


- Kebutuhan air = 6,27 gr × 25
= 0,15 L
- Zat warna = 9% × 6,3 gr
= 0,56 gr
- NaCl = 15 gr/l × 0,15 L
= 2,25 gr
- Na2CO3 = 20 gr/l × 0,15 L
= 3 gr
- Pembasah = 1 cc/L × 0,15 L
= 0,15 cc
V. SKEMA

dingin

Perendaman panas
suhu : kamar, t :
60’ sabun

panas
Bak larutan Pencucian
dingin
VI.

Anda mungkin juga menyukai