DISUSUN OLEH:
TASYA SYIVA SULISTYOWATI
204004
Titrasi alam bisa merupakan contoh analisis volumetri, yaitu suatu cara yang
menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang
sedikit buret. Titik titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi
secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekuvalen atau titik
stoikiometri. Titik ini sering ditandai dengan perubahan warna senyawa rata disebut
indikator. Syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil antara
lain : konsentrasi titran harus diketahui larutan seperti ini disebut larutan standar, reaksi
yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui, titran
stoikiometri atau titik ekuvalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan
warna (atau sangat dekat dengan titik ekuivalen) yang sering digunakan titik pada saat
indikator berubah warna disebut titik akhir, volume titran yang dibutuhkan untuk
mencapai titik ekuivalen harus diketahui setepat mungkin. Proses asam basa sering dipantau
dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang
ditambahkan. Gambar yang didapat tersebut disebut kurva pH atau kurva titrasi
(sastrohamidjojo, 2005 : 271).
Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar PH, akan
tetapi perlu kita ketahui juga beberapa banyak asam atau basa yang terdapat didalam sempel
sebagai contoh, seorang ahli kimia lingkungan mempelajari satu danau dimana ikan-
ikannya mati. Dia harus mengetahui secara pasti seberapa banyak asam yang
terkadang dalam satu sempel air danau tersebut. Tiitrasi melibatkan satu proses
penambahan suatu larutan yang tersebut titran dari buret kesuatu Flask yang berisi sempel
dan disebut analit. Berhasilnya titrasi asam basa kesuatu Flask tergantung pada seberapa
akurat kita dapat mendeteksi titik stoikiometri pada titik tersebut, jumlah ml dari H3O+
dan OH- yang ditambahkan sebagai titran adalah sama dengan jumlah mol dariOH- atau
H3O+ yang terdapat dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air
larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang didalamnya, dan basa yang
terkandung didalamnya (Atkins, 1997:550).
Acidimetri dan Alkalimetri termasuk reaksi netralisi yakni reaksi antara ion
hidroksida yang berasal dari basa yang menghasilkan air bersifat netral. Netralisasi
dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima
proton (basa).
Misalkan kita ingin menentukan molaritas dari suatu larutan HCl yang tidak
diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan konsentrasi HCl tersebut melalui
suatu percobaan disebut titrasi, dimana kita menetralisir suatu asam dengan suatu basa yang
telah diketahui konsentrasinya. Pada titrasi pertama-tama kita menempatkan suatu
asam yang volumenya telah ditentukan kedalam suatu flask. Dan ditambahkan beberapa
tetes indikator seperti penolfta lein kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein
tidak berwarna, kemudian buret diisi dengan NaOH ditambahkan keasam pada flask.
Kita bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika fenolftalein dalam
larutan berubah warna menjadi merah muda ini disebut titik akhir netralisasi. Dari
volume yang ditambahkan dan molar NaOH kita dapat menentukan konsetrasi asam
(Timberlake, 2004 : 354).
Dalam metode titrasi asam basa, larutan uji (larutan standar) ditambahkan
sedikit demi sedikit (secara eksternal), biasanya dari dalam buret dalam bentuk larutan
yang disebut konsetrasinya diketahui penambahan larutan standar ini diteruskan
sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia dengan larutan yang diuji. Untuk
mengetahui kapan penambahan larutan itu harus ditentukan, digunakan suatu zat yang
biasanya berupa larutan, yang disebut larutan uji dilakukan larutan indikator ini
menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan warna. Perubahan warna
ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik kesetaraan (ekuivalensi). Titik dalam titrasi
asam basa pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir tentu saja diinginkan agar
titik akhir ini sedekat mungkin ketitik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk
menghimpitkan kedua titik itu (atau mengoreksi selisih diantara keduanya)
merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrasi asam basa. Umumnya larutan ini
uji adalah larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida
jadi, apabila larutan yang diuji bersifat basa maka digunakan larutan uji (larutan standar)
asam, dalam hal ini asam klorida, begitu pula sebaliknya (Hamdani, 2010:1).
Dalam proses titrasi, preaksi ditambahkan secara bertetes-tetes kedalam analit,
biasanya menggunakan buret preaksi adalah larutan standar yang konsentrasinya telah
diketahui dengan pasti dengan cara distandarisasi. Penambahan preaksi dilakukan
terus menerus hingga tercapai ekuivelen antara preaksi dan analit, keadaan ini disebut titik
ekuivalen. Agar dapat mengetahi kapan terjadinya ekuivalen antara preaksi dan analit,
para kimiawan menambahkan zat kimia yang dinamakan indikator akan memberikan
tanggap berupa perubahan warna larutan, terbentuknya endapan, atau terbentunya
senyawa kompleks bewarna saat terjadinya tanggap tersebut disebut titik akhir titrasi.
Diharapkan indikator memberikan tanggap tetap pada saat terjadinya ekuivalen antara
preaksi dan analiti, dengan kata lain diharapkan titik akhir titrasi terjadi sedekat
mungkin dengan titik ekuivalen. Namun pada kenyataan titik akhir titrasi selalu
bergeser dari titik ekuivalen atau terjadi kesalahan indikator, konsentrasi indikator
yang tidak sesuai dan karena kurang teliti dalam pengamatan (Soebiyanto.dkk)
V. CARA KERJA
HCl Na2CO3
No
V N V (ml) N Gr analisa % kemurnian
1. 18,3 0,1 10 0,183 0,9699 96,99
2. 18,5 0,1 10 0,185 0,9805 98,05
3. 18,5 0,1 10 0,185 0,9805 98,05
X = 97,69
Perhitungan
1) N as × V as = N bs × V bs
0,1 × 18,3 = N bs × 10
0,1× 18,3
N bs =
10
= 0,183 N
Mr bs
Gr analisa = N bs × ×V
BO bs
106 gr /mol
= 0,183 ek/l × × 0,1 l
2 ek /mol
= 0,9699 gr
gr analisa
% kemurnian = × 100%
gr penimbangan
0,9699
= × 100%
1
= 96,99%
2) N as × V as = N bs × V bs
0,1 × 18,5 = N bs × 10
0,1× 18,5
N bs =
10
= 0,185 N
Mr bs
Gr analisa = N bs × ×V
BO bs
106 gr /mol
= 0,185 ek/l × × 0,1 l
2 ek /mol
= 0,9805 gr
gr analisa
% kemurnian = × 100%
gr penimbangan
0,9805
= × 100%
1
= 98,05%
3) N as × V as = N bs × V bs
0,1 × 18,5 = N bs × 10
0,1× 18,5
N bs =
10
= 0,185 N
Mr bs
Gr analisa = N bs × ×V
BO bs
106 gr /mol
= 0,185 ek/l × × 0,1 l
2 ek /mol
= 0,9805 gr
gr analisa
% kemurnian = × 100%
gr penimbangan
0,9805
= × 100%
1
= 98,05%
Tabel pengamatan titrasi alkalimetri konsentrasi asam asetat
NaOH CH3COOH
No
V (ml) N V (ml) N g/l
1 10 0,1 10 0,1 6
2 10 0,1 10 0,1 6
3 10 0,1 10 0,1 6
X=6
Perhitungan
Mr bs
gr NaOH = N bs × ×V
BO bs
40 gr /mol
= 0,1 ek/l × × 0,1 l
1 ek /mol
= 0,4 gr
N as × V as = N bs × V bs
N as × 10ml= 0,1 N× 10 ml
0,1 N ×10 ml
N as =
10 ml
N as = 0,1 N
Mr as
gr/l = N as ×
BO as
60 gr /mol
= 0,1 ek/l ×
1 ek /mol
= 6 gr/l
VII. PEMBAHASAN
VIII. KESIMPULAN
2) https://www.gammafisblog.com/2017/10/laporan-analisis-kuantitatif-asidimetri-
alkalimetri.html
3)