Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTEK PENGELANTANGAN

Praktek Ke-8

Proses Pemutihan Optik Pada Kain Kapas Secara Pad-Batch Dan Pad-Steam

DISUSUN OLEH:

LARAS FAJAR RAHMADANI


204007

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI WARGA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020
I. TUJUAN PRAKTEK
1. Mahasiswa dapat melakukan proses pemutihan optik secara perendaman, pad-
steam dan pad-currying
2. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pemutihan optik dengan cara yang
berbeda

II. DASAR TEORI


Proses pemutihan kain dengan menggunakan zat pengelantangan yang
mengandung oksidator maupun reduktor tidak memberikan hasil yang betul-betul
putih. Zat pengelantangan hanya mendekomposisi warna alam yang terdapat dalam
serat, sehingga distribusi pemantulan sinar menjadi lebih seragam disepanjang spectra
sehingga permukaannya Nampak lebih putih memperbaiki efek putih serta
meningkatkan kecerahan pada bahan, perlu penambahan zat lain yaitu zat pemutih
optik.
Zat pemutih optik adalah zat yang dapat menambah kecerahan bahan karena
membesarkan pantulan sinar sehingga kain nampak lebih putih dan lebih cerah.
Permantulan sinar terjadi karena zat pemutih optik tersebut bersifat flouresen.
Flouresen violet sampai hijau kebiruan banyak digunakain untuk zat pemutih optik
karena mampu merubah warna kuning sehingga dapat dilihat dengan mata dan
berkilau bila menyerap sinar ultra violet.
Mekanismenya adalah zat pemutih optik tersebut menyerap sinar ultra violet yang
tidak tampak dan memancarkannya kembali pada daerah tampak dengan spektrum
biru atau violet. Pengerjaan zat pemutih optik pada serat selulosa terdiri dari tiga
sistem yaitu :
1. Proses terpisah
2. Bersama bagian proses pengelantangan
3. Menjadi bagian pada proses penyempurnaan.
Pada prinsipnya, zat pemutih optik dapat dilakukan secara satu tahap maupun dua
tahap. Hal yang perlu diperhatikan pada pemilihan pemakaian zat pemutih optik
untuk proses satu tahap dan dua tahap, adalah afinitasnya terhadap serat selulosa
Afinitas zat pemutih optik untuk serat selulosa dibagi menjadi tiga jenis :
tinggi,sedang dan rendah. Afinitas zat pemutih optik yang tinggi mempunyai
koefisien difusi yang rendah dibandingkan dengan zat pemutih optik dengan afinitas
rendah atau sedang.
Zat pemutih optik yang rendah atau sedang dapat digunakan dengan metoda
benam peras pada sistim kontinyu maupun semi kontinyu. Zat ini akan difusi lebih
cepat kedalam serat dan mempunyai kerataan yang baik. Proses pengeringan harus
segera dilakukan secepatnya setelah perendaman (padding) pada suhu lebih kurang
130°C. Zat ini banyak digunakan secara bersama-sama pada proses penyempurnaan
dengan resin karena sifatnya yang lebih stabil.
Untuk evaluasi penggunaan zat pemutih optik ini maka perlu diketahui berapa
jumlah dari zat pemutih optik yang dipindahkan atau diserap dari larutan kedalam
serat. Salah satu cara untuk mengukur adalah dengan mengukur “optical density”
pada panjang gelombang tertentu.
Penyerapan zat pemutih optik ini sangat dipengaruhi oleh suhu, waktu dan adanya
penambahan garam (elektrolit). Oleh karena itu suhu yang umum digunakan antara
40 - 60°C selama 30 menit. Telah diketahui bahwa besarnya penyerapan zat pemutih
optik dipengaruhi pula oleh adanya elektrolit atau garam. Garam yang umum dipakai
adalah garam Glauber. Penambahan garam dapat menaikan penyerapan zat pemutih
optik. Migrasi zat pemutih optik ini dapat terjadi dengan baik apabila suhu yang
dipakai optimum umumnya suhu yang digunakan antara 60 - 80°C.
Pemakaian zat pemutih optik pada serat selulosa umumnya dapat
digunakan antara 0,50 -0,6% berat bahan dengan penambahan elektrolit equivalen
dengan 5 g/1 garam glauber. Pengaturan kenaikan suhu diatur secara bertahap 15
menit periode pertama kemudian dilanjutkan sampai 30 menit pada suhu optimum.
Setiap zat pemutih optik mempunyai konsentrasi dan pengerjaan yang optimum
pada saat itu zat pemutih optik dapat memberikan hasil yang terbaik diatas titik
kritik optimum terjadi pengurangan efek pemutihan dan cenderung kekuningan.
Ketahanan zat pemutih optik tidak terlalu tinggi, pengujian ketahanan
terhadap pencucian dengan 5 g/1 sabun pada suhu 60°c terjadi penurunan dari 3 - 5
menjadi 2 - 4 dengan kondisi yang sama pada suhu 95°C.

III. ALAT DAN BAHAN/MESIN PRAKTEK


1. Alat
- Ms padder
- Ms steamer
- Ms currying
- Timbangan analitik
- Beaker glass
- Thermometer
- Pengaduk
- Kompor gas
- Bunsen
- Oven
2. Bahan
- Zat pemutih optic
- NaCl
- Pembasah

IV. RESEP DAN PERHITUNGAN


1. Resep cara perendaman
- ZPO : 0,5 – 1%
- NaCl : 10%
- Suhu : 90° c
- Waktu : 30’
- Vlot : 1 : 30
2. Resep cara pad-steam
- ZPO : 3 – 5 g/l
- Pembasah : 1 cc/l
- Waktu : 30’
- WPU : 80%
3. Resep pad-currying
- ZPO : 4 – 5 g/l
- Pembasah : 1 cc/l
- Suhu pre-dry : 120° c, t : 5’
- Suhu currying : 15° c, t : 3’
- WPU : 80%

Perhitungan :

Berat kain :

- Perendaman : 6,4 g
- Steam : 41,8 g
- Currying : 42,8 g

a. Perendaman
- Kebutuhan air : berat bahan × vlot
: 6,4 gr × 30 g
: 192 gr
: 0,192 l
- ZPO : 6,4 gr × 1%
: 0,064 cc
- NaCl : 6,4 gr × 10%
: 0,64 gr
b. Pad-steam
BB−BK
- WPU : × 100%
BK

BB−41,8
80% : × 100%
41,8

80 × 41,8 : 100 ( BB – 41,8 )


3.344 : 100 BB – 4180

3.344 + 4180 : 100 BB

7.524
BB :
100

BB : 75,24 g

- Larutan yang terserap : 75 – 41,8


: 33 g
: 0,033 l
- Kebutuhan air : 0,03 + 1,03
: 1,03 l
- ZPO : 3 g/l × 1,03 l
: 3,09 g
- Pembasah : 1 cc/l × 1,03 l
: 1,03 cc
c. Pad-currying
BB−BK
- WPU : × 100%
BK
BB−42,8
80% : × 100%
42,8
80 × 42,8 : 100 ( BB – BK )
3.424 : 100 BB – 4.280
3.424 + 4.280 : 100 BB
7.704
BB :
100
BB : 77 g
- Larutan yang terserap : 77 – 42,8
: 34 g
: 0,034 l
- Kebutuhan air : 0,03 + 1 L
: 1,03 L
- ZPO : 4 g/l × 1,03 l
: 4,12 g
- Pembasah : 1 cc/l × 1,03 L
: 1,03 L

V. FUNGSI ZAT KIMIA

No Nama zat Fungsi


1 ZPO Untuk menambah kecerahan dan derajat putih pada kain
2 NaCl Untuk menambah penyerapan ZPO ke dalam serat
3 Pembasah Untuk mengurangi tegangan antar muka antara kain
dengan larutan proses sehingga kain mudah menyerap
larutan proses

VI. PROSEDUR/CARA KERJA


1. Resep secara perendaman ( setelah pengelantangan )
- Kain ditimbang beratnya
- Siapkan zat pemutihan optic dan zat bantu sesuai dengan kebutuhan dan
larutkan
- Masukkan kain dalam beaker glass dan proses sesuai dengan suhu dan waktu
yang telah ditentukan
- Setelah proses selesai, kain diangkat dan dikeringkan
2. Resep pengerjaan
- Kain ditimbang beratnya
- Siapkan zat pemutihan optic dan zat bantu sesuai dengan kebutuhan dan
larutkan
- Masukkan larutan optic ke dalam beaker glass
- Setelah proses selesai, kain diangkat dan keringkan
3. Resep secara pad-dry
- Siapkan larutan pemutihan optik
- Kain direndam dalam larutan pemutihan optic selama 5 – 10 menit, kemudian
kain dilewatkan pada mesin padder dengan wet pick up 80%
- Kain dikeringkan ( dimasukkan pada mesin oven ) dengan temperatur 100-120 °
c selama 5 menit
- Bandingkan kilau dan arah warna pada kain yang tidak dioptik dan yang dioptik
- Bandingkan kilau dan arah warna pada kain yang telah diperoleh dari 3 cara
pengerjaan diatas.

VII. FLOW PROSES


1. Pad-Steam

Rendam larutan optik Pad (WPU Steam


Kain kapas
: 80%) (Suhu:150° ,t:
(Suhu : kamar, t:5’)
3’)

Pengering
an

2. Pad–currying
Rendam larutan optik Pre-dry
Pad (WPU
Kain kapas (Suhu:120° ,t:
(Suhu : kamar, t:5’) : 80%)
5’)

Currying
Pengering
(Suhu:150° ,t:
an
3’)
VIII. PEMBAHASAN
Proses pemutihan optik adalah proses untuk menghilangkan pigmen warna dari serat
alam (serat selulosa, protein). Menghilangkan warna dari kotoran luar, sehingga
diperoleh bahan putih murni merata di seluruh kain mempersiapkan bahan untuk
pencelupan atau pencapan dengan warna muda. Pigmen ini tidak dapat hilang pada
proses pemasakan.
1. Kecerahan kain
Pada praktikum kali ini didapat hasil pengamatan diantara kain proses
pengelantangan dan kain proses pemutihan optik mendapat kesimpulan bahwa
bila dilihat secara langsung kain proses pemutihan optik memiliki tingkat
kecerahan yang lebih tinggi dibanding dengan kain proses kelantang. Hal ini
dikarenakan pada saat pengelantangan hasil penguraian H2O2 menghasilkan On
dan OOH- yang merusak ikatan rangkap pada pigmen-pigmen warna alam
menjadi warna putih. Pada saat proses pemutihan optik mekanismenya adalah zat
pemutih optik dapat menyerap sinar ultra violet yang tidak tampak dan
memancarkannya kembali pada daerah tampak dengan spektrum biru atau violet
sehingga menambah kecerahan bahan karena membesarkan pantulan sinar dan
kain nampak lebih putih dan lebih cerah.
2. Derajat keputihan
Pada praktikum kali ini diadapat hasil pengamatan diantara kain proses
pengelantangan dan kain proses pemutihan optik mendapat kesimpulan bahwa
bila dilihat secara langsung kain proses pemutihan optik memiliki tingkat derajat
keputihan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kain proses kelantang. Hal ini
dikarenakan zat pemutih optik ini berbeda dengan zat pemutih secara kimia secara
kimia yaitu oksidator dan reduktor pada proses pengelantangan, dimana zat
pemutih optik ini menghasilkan efek pemutihan secara fisika melalui pancaran
sinar tampak dipermukaan kain atau serat. Senyawa yang berfungsi sebagai zat
pemutih optik ini memiliki syarat diantaranya mampu menyerap energi dari sinar
ultraviolet dan memancarkannya kembali pada daerah sinar tampak sehingga kain
menjadi tampak lebih putih.
Penambahan NaCl juga berfungsi sebagai zat anti permukaan dan ditambahkan
juga zat pembasah sebagai zat pembantu penyerapan larutan secara merata dan
seperti yang diketahui fungsi NaCl adalah untuk membantu penyerapan OBA
pada kain.

IX. KESIMPULAN
1. Didapatkan kesimpulan bahwa kain proses pemutihan optic memiliki kecerahan
yang lebih tinggi daripada kain proses kelantang
2. Didapatkan kesimpulan bahwa kain proses pemutihan optic memiliki derajat putih
yang lebih tinggi daripada kain proses kelantang

X. DAFTAR PUSTKA
1. Ir. Ainur Rosyida, MSi, Buku Pegangan Kuliah Praktek Pengelantangan I
2. Ir. Ainur Rosyida, MSi, Buku Pegangan Kuliah Pengelantangan
3. Lubis, Arifin, dkk, 1994. Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Bandung : STTT
4. Suprapto, Agus; Ichwan, Muhammad, 2005. Teknologi Persiapan
Penyempurnaan. Bandung : STT

Anda mungkin juga menyukai