Oleh
KELOMPOK 2 (Dua)
Andhika Fauzi W NIM. 15020003
Raditya Cahyo Nugroho NIM. 16020102
Annisa Fitri Rahmawati NIM. 17020012
Cakra Bayu Pamungkas NIM. 17020019
Dhea Nurkhofifah NIM. 17020023
Grup : 3K1
Dosen : Sukirman, S.ST., MIL.
Asisten : 1. Briyan M. R. R., S.ST.
2. Desiriana
- Prakondensat
- Katalis
- Zat-zat aditif
Pengeringan awal
Suhu : 100°C
Waktu : 2 menit
Pemanasawetan
Suhu : 170°C
Waktu : 2 menit
Washing off
Evaluasi :
- Uji Kekuatan Tarik
- Uji Kemampuan Kembali dari Kekusutan
- Uji Kekakuan
Diagram alir proses dapat dilihat di bawah ini :
Pengeringan awal
Suhu : 100°C
Waktu : 2 menit
Pemanasawetan
Suhu : 170°C
Waktu : 2 menit
Washing Off
Pencapan motif
Zat warna reaktif dingin : 20 g/kg
Gliserin/ Urea : 80 g/kg
NaHCO3 : 20 g/kg
Na2CO3 : 5 g/kg
Pengental Alginat 5% : 700 g/kg
Balance : 175 g/kg
Pengeringan
Suhu : 100°C
Waktu : 2 menit
Washing off
Pemberian aromaterapi lavender
Aromaterapi lavender : 10% owf
Binder : 5% owf
Vlot : 1:10
Suhu : 40°C
Waktu : 30 menit
Penjahitan
BAB II
TEORI PENDEKATAN
Komposisi kimia dari serat kapas terdiri dari selulosa 95%, satu 1,3%
protein, 1,2% abu, 1,6% lilin, 3% gula, dan asam organik, dan senyawa
kimia lainnya yang membentuk 3,1%. Serat kapas non-selulosa biasanya
terletak dalam serat kutikula.
Serat kapas non-selulosa terdiri dari protein, abu, lilin, gula dan asam
organik. Lilin kapas ditemukan pada permukaan luar serat. Lilin lebih
banyak ditemukan pada kapas jika luas permukaan kapas semakin besar,
kapas halus umumnya memiliki kandungan lilin lebih banyak. Lilin kapas
terdiri atas rantai panjang asam lemak dan alkohol. Lilin kapas berfungsi
sebagai pelindung untuk serat kapas. Gula yang terdiri dari 3% serat kapas,
gula berasal dari gula alami tanaman dan gula dari serangga. Gula tanaman
terjadi dari proses pertumbuhan tanaman kapas. Gula tanaman terdiri dari
monosakarida, glukosa dan fruktosa. Gula serangga terutama untuk
whiteflies,gula serangga dapat menyebabkan kekakuan, yang dapat
menyebabkan masalahdi pabrik tekstil. Asam organik yang ditemukan
dalam serat kapas sebagai residumetabolic, yang terdiri dari asam malat
dan asam sitrat. Serat kapas non-selulosa dipisahkan menggunakan
pelarut selektif. Beberapa pelarut meliputi: heksana, kloroform, larutan
natrium hidroksida, polar pelarut, etanol panas, dan air putih. Setelah
menghapus semua bahan kimia non selulosa, serat kapas selulosa adalah
sekitar Sembilan puluh sembilan persen.
Komposisi kimia dari kapas, jika diangkat, sekitar 94 persen
selulosa,dalam kain jadi itu 99 persen selulosa. Kapas mengandung karbon,
hidrogen, danoksigen dengan gugus hidroksil reaktif. Glukosa adalah unit
dasar dari molekul selulosa. Kapas mungkin memiliki monomer glukosa
sebanyak 10.000 permolekul. Rantai molekul yang diatur dalam rantai spiral
panjang linear dalam serat. Kekuatan serat secara langsung berkaitan
dengan panjang rantai.
Ikatan hidrogen terjadi antara rantai selulosa dalam serat kapas. Ada
tiga kelompok hidroksil yang menonjol dari cincin dibentuk oleh satu
oksigen dan lima atom karbon. Kelompok-kelompok ini bersifat polar berarti
electron yang mengelilingi atom tidak merata. Atom hidrogen dari gugus
hidroksil yang tertarik pada banyak atom oksigen dari selulosa. Atraksi ini
disebut ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen dalam daerah memerintahkan fibril
menyebabkan molekul untuk mendekatkan diri satu sama lain yang
meningkatkan kekuatan serat. Ikatan hidrogen juga membantu dalam
penyerapan air. Cotton peringkat diantara serat-serat yang paling penyerap
karena ikatan Hidrogen yang memberikan kontribusi untuk kenyamanan
kapas itu.
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan
reaksi dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut
merupakan bagian dari serat. Zat warna reaktif termasuk golongan zat
warna yang larut dalam air. Karena mengadaka reaksi dengan serat
selulosa, maka hasil pencelupan zat warna reaktif mempunyai ketahanan
luntur warna yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul kecil
maka kilapnya baik. Berdasarkan cara pemakaiannya, zat warna reaktif
digolongkan menjadi dua golongan yaitu zat warna reaktif dingain dan
reaktif panas.
D - Cl + H2O → D – OH + HCl
Reaksi Fiksasi dan Hidrolisis Zat Warna Reaktif Jenis Vinil Sulfon
Jenis zat warna ini merupakan jenis zat warna reaktif yang bereaksi
dengan serat melalui mekanisme adisi nukleofilik. Dilihat dari reaksinya, zat
warna ini cocok untuk dicelup dengan metoda pre pad alkali dan metoda all
in yang pemasukan alkalinya didepan.
2.3. Pencapan
Pencapan merupakan salah satu metode pewarnaan kain. Jika
pencelupan dilakukan dengan mewarnai kain secara merata, maka
pencapan dilakukan dengan mewarnai kain secara setempat, dengan
menimbulkan corak tertentu. Pencelupan menggunakan air sebagai media,
sedang pencapan menggunakan pengental sebagai medianya. Pada
proses pencapan dapat digunakan beberapa golongan zat warna tanpa
saling mempengaruhi warna aslinya. Pencapan dilakukan sebagai berikut :
1. Membuat motif, tergantung sistem pencapan yang digunakan, yaitu:
a. Menggunakan kain kasa (screen)
1) Kain kasa dipasang pada sebuah bingkai kayu/logam, secara lurus
dan tegang.
2) Pada kain kasa diberi motif dengan berbagai cara, antara lain:
a) Menempel gambar motif
b) Digambar langsung dengan lak
c) Dicetak dengan chrom gelatin
d) Kasa dipernis dengan bagian yang tertutup dilapisi lagi dengan
lak/cat agar kuat.
a. Persiapan Kain
Pembakaran bulu
Penghilangan kanji
Pemasakan
Pengelantangan
Kostisasi atau merserisasi
Pencucian
Pengeringan
Kain yang sudah mengalami proses pengelantangan , baik daya
serapnya tetapi biasanya tertutup oleh lapisan tipis sabun alkali dan
dapat menghalangi penyerapan resin. Disamping itu, alkali dapat
mengurangi efisiensi katalis yang ditambahkan pada proses
penyempurnaan dan akan memberikan hasil yang tidak merata.
Pencucian dengan calgon dapat menghilangkan lapisan tipis itu atau
pembilasan dengan larutan asam encer. Khusus untuk selulosa
sebaiknya diperlakukan dalam keadaan menggelembung, untuk itu kain
dilewatkan dalam alkali encer (6-7 % soda kostik) dan kemudian dibilas
dengan air dan asam encer. Akhirnya untuk semua kain harus diatur
kelembabannya tetap dan seragam, bila didinginkan hasil yang seragam
pula.
1. Prakondensat
2. Katalis
c. Pengeringan
Silinder pengering lebih efisien dari pada penggunaan uap, hanya saja
lebar dan pegangan kain tak dapat dikontrol. Kontaminasi permukaan
silinder oleh zat warna atau hasil-hasil amino-aldehid dari kain dapat
menganggu.
d. Pemanasan
2.7. Pelemasan
Zat pelemas adalah suatu zat yang biasa digunakan dalam proses
penyempurnaan untuk mendapatkan sifat bahan menjadi lembut, lemas,
licin, tidak rapuh dan anti statik. Zat pelemas yang biasa digunakan
merupakan suatu zat yang mengandung minyak/lemak. Zat pelemas ini
dapat digunakan sebagai zat penyempurnaan tersendiri maupun
ditambahkan dengan zat penyempurnaan lain untuk memperoleh
kelemasan, kehalusan, pegangan penuh dan lembut serta kesupelan pada
bahan tekstil. Sifat tersebut didapat karena terjadi penurunan koefisien
gesekan antara serat atau filamen-filamen benang.
Pada dasarnya zat pelemas merupakan senyawa lemak dengan rantai
panjang yang diemulsikan, dibuat dari bahan alam seperti minyak, lemak
dan berbagai jenis sabun. Berdasarkan ionisasinya dalam air, zat pelemas
dibagi menjadi zat pelemas golongan anionik, kationik, nonionik maupun
amfoter.
Zat pelemas nonionik adalah zat pelemas yang tidak mempunyai
muatan ion, merupakan zat pelemas yang tidak reaktif. Zat pelemas ini
umumnya dapat dipakai bersama-sama dengan zat penyempurnaan
lainnya, walaupun substantivitasnya kecil. Zat pelemas tersebut tidak
memberikan sifat pelemasan yang permanen pada serat karena tidak
bereaksi dengan serat, melainkan hanya membentuk lapisan film tipis pada
permukaan serat saja. Oleh karena itulah, maka ketahanan cucinya kurang
baik. Pada umumnya, zat pelemas ini banyak digunakan dalam campuran
dengan zat pelemas anionik atau kationik. Kerja zat pelemas ini tidak
terpengaruh oleh pH larutan, stabil terhadap elektrolit, tidak terpengaruh
oleh air sadah dan tidak memberikan efek kekuning-kuningan. Salah satu
contoh dari resin golongan ini adalah silikon.
Senyawa silikon berbentuk emulsi silikon yang dapat dipakai pada
bahan dari kapas, wol, sintetik dan serat campuran.senyawa silikon dapat
digunkan sebagai zat pelemas (softener), zat anti busa (antifoam agent),
zat tolak air (water repellent agent), dan lain-lain. Stabilitas ikatan Si-O dan
Si-C yang tinggi menyebabkannya mempunyai yang bagus terhadap
panas, cuaca, kelembaban, oksidasi dan bantingan-bantingan selama
penyimpanan. Tekanan permukaan yang rendah dari kelompok metil,
memberikanya sifat kebebasan dan pelumasan (release and lubrication)
yang baik.
Mekanisme kerja zat pelemas terhadap bahan ada beberapa cara yaitu
:
1. Pembentukan lapisan film yang lembut diatas serat.