Bahan kapas yang direndam dalam larutan NaOH dengan konsentrasi tinggi akan
menggembungkan serat ke arah melintang dan menciut ke arah membujur.
Penampang melintang serat kapas yang awalnya berbentuk ginjal akan berubah
menjadi elips dan kemudian menjadi bundar. Hal ini mengakibatkan
meningkatnya kemampuan serat dalam memantulkan cahaya sehingga bahan
akan kelihatan lebih berkilau. Puntiran serat membuka sehingga bagian kristalin
serat mengakibatkan serat mampu membagi beban sepanjang serat dengan
merata sehingga kekuatan tariknya bertambah. Pada saat serat kapas menyerap
kostik, mula-mula serat selulosa berubah menjadi alkali selulosa, dan pada
pencucian berulang serat berubah menjadi hisroselulosa, dimana serat lebih
banyak mengandung gugus OH yang dapat menyerap air lebih banyak dan
serat akan lebih mudah untuk menyerap zat warna. Factor yang berpengaruh
dalam proses ini adalah konsentrasi NaOH, suhu larutan, waktu perendaman,
peregangan arah lusi dan pakan, zat pembasah/penetrasi, kondisi kain sebelum
merser apakah kain grey atau kain yang telah dihilangkan kotorannya melalui
penghilangan kanji atau pemasakan.
C. Resep
Merserisasi
NaOH : 1-2 ml/L
Zat pembasah : 26-300Be
Suhu : 15 - 200C
Waktu : 30 60 detik
Penetralan
CH3COOH 98% : 3-5 ml/L
Waktu : 15-20 menit
Suhu : 60 - 700C
D. Fungsi Zat
NaoH : Menggemlembungkan serat selulosa
Zat Pembasah : Memudahkan kain terbasahi dan larutan kostik masuk
berpenetrasi ke dalam celah antar serat
CH3COOH 98% : untuk menetralkan kain dari perlakuan alkali.
Persiapan
Bahan
Peregangan
Padding/Pemeras
anPeregangan
Pencucian air
panas
Pencucian air
panas
Penetralan
Pengeringan Evaluasi
F. Evaluasi
1. Menghitung besarnya mengkeret kain arah lusi dan pakan dengan cara
mengukur ukuran lukisan bujur sangkar yang ada pada bahan, atau mengukur
panjang dan lebar kain kemudian dibandingkan dengan ukuran sebelum
proses.
Perhitungan : Mengkeret lusi/pakan= P2 P1 x 100%
P1
Proses pemantapan
panas
Evaluasi
E. Kondisi Proses
F. Evaluasi
1. Uji stabilitas dimensi
- Kain diukur dengan ukuran tertentu
- Kemudian kain dicuci di mesin cuci
- Kain dikeringkan kemudian ukuran yang telah diberi tanda diukur
kembali
- Menghitung besar mengkeret kain
2. Pencelupan
Melakukan pencelupan dengan zat warna dan kondisi yang sama untuk
beberapa variasi percobaan. Diamati apakah ada perbedaan ketuaan
warna terhadap variable proses pemantapan panas yang dilakukan.
3. Lebar kain
Dilakukan pengukuran lebar kain dengan mistar.
4. Gramasi kain
Lakukan penimbangan kain, ukur luas bahan dan dihitung gramasi kain
dalam gram/m2.
Pengurangan Berat Poliester (Weight Reduce)
Proses Pengurangan
Berat panas
Pencucia
n
Penetrala
n
Pengering
an
Evaluasi
E. Resep
ZAP kationik : 1 cc/L
NaOH flake : 10 15 g/L
0
Suhu : 130 C
Waktu : 30 60 menit
Vlot : 1 : 30
F. Fungsi Zat
NaOH : Zat yang akan menghidrolisa serat polyester
ZAP kationik : Zat pembasah, mengkatalis proses pengikisan, dan
mencegah pengendapan oligomer pada permukaan kain
dan mesin
G. Skema Proses
1 10 20 30 60 70 menit
H. Evaluasi
1. Persentase pengurangan berat
% Pengurangan berat = berat awal berat akhir x 100 %
Berat awal
2. Pegangan kain
3. Kekuatan tarik kain
Pencelupan Selulosa dengan Zat Warna Reaktif
A. Tujuan
Siswa dapat mencelup serat selulosa dengan zat warna reaktif
B. Teori Pendekatan
1. Serat Selulosa
Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya beupa
poliemr selulosa dengan derajat polimerisasi (DP) yang bervariasi.
Makin rendah DP daya serap airnya makin besar contoh , Moisture
Regain rayon 11-13% sedang kapas 7-8%. Gugus OH primer pada
selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan
ikatan dengan zat warna reaktif berupa ikatan kovalen. Serat selulosa
umumnya lebih tahan alkali tapi kurang taha suasana asam, sehingga
pengerjaan proses pencelupannya dilakukan dalam suasana alkali.
2. Zat Warna Reaktif
Zat warna reaktif merupakan zat warna yang larut dalam air dan
berikatan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur warna
hasil celupannya baik. Dengan laju reaksi= k [zat warna] [sel O], jadi
dalama pencelupannya memerlukan penambahan alkali untuk
merubah selulosa menjadi anion selulosa (sebagai nukleofil).
OH-
Sel O H Sel O - + H2O
Makin banyak alkali yang ditambahkan, pembentukan anion selulosa
akan makin banyak maka reaksi fiksasi akan makin cepat. Contoh
reaksi fiksasi dapat ditulis :
Fungsi Zat
-Zat warna reaktif panas, zat warna yang akan mewarnai serat selulosa
-Na2CO3, alkali untuk membantu fiksasi zat warna dan memperbaiki daya cuci
pada proses pencucian
-Pembasah, berfungsi untuk meratakan dan mempercepat pembasahan kain
-NaCl, berfungsi untuk mendorong penyerapan zat warna
-Sabun, berfungsi untuk menghilangkan zat warna reaktif yang terhidrolisis yang
menempel pada permukaan kain.
Skema Proses
a. Metode Standar
Na 2CO3
300C
10 40 60 80 menit
Na 2CO3
NaCl 70-90 0C
Zat warna
Pembasah
300C
10 40 60 80 menit
c. Metode Salt at Start
Metode ini dimaksudkan untuk lebih mengurangi kerusakan zat warna yang
terhidrolisis tetapi hanya diperuntukkan untuk zat warna reaktif yang mudah
rata, karena dengan NaCl di depan maka penyerapan zat warna akan lebih
cepat sehingga resiko belang semakin besar.
Na 2CO3
300C
10 40 60 80 menit
d. Metode all in
Metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas.
Zat warna
Pembasah 70-90 0C
Na2CO3
NaCl
300C
10 40 60 80 menit
Skema Proses :
Zat warna
Pembasah Na 2CO3
NaCl
300C
10 60 80
menit
b. Metode Rendam Peras-Pengringan- Pemanggangan 1 Tahap
(Pad-Dry-Bake)
Diagram alir :
Pad larutan Pengering Pemanggan Pencucia
zat warna an gan n
+alkali (Curing/Baki
Pencucian
Resep pencucian
Sabun : 0,5 1 g/L
Na2CO3 : 1 2 g/L
Vlot : 1 : 20
Suhu :800C
Waktu : 15 menit
Fungsi Zat
Zat warna reaktif dingin, untuk mewarnai serat selulosa
Na2CO3, untuk membantu proses fiksasi zat warna dan meningkatkan
daya cuci pada pencucian
Pembasah, untuk meratakan dan mempercepat proses pembasahan
Urea, sebagai zat higroskopis berfungsi untuk menjaga kelembaban
kain
Zat anti migrasi, sebagai pengikat sementara zat warna di permukaan
bahan untuk menghindarkan terjadinya migrasi ketika proses
pengeringan
NaCl, pada metode perendaman berfungsi untuk mendorong
penyerapan zat warna, sedangkan pada pencelupan kontinyu (pada
larutan alkali) berfungsi sebagai penjenuh larutan alkali guna
mencegah terjadinya pelunturan zat warna reaktif pada larutan alkali.
Sabun, untuk proses pencucian menghilangkan zat warna reaktif yang
terhidrolisis pada permukaan bahan.
Pencelupan Poliester Selulosa dengan Zat Warna Dispersi Reaktif
A. Maksud
Dapat mencelup selulosa polyester dengan menggunakan zat warna disperse
reaktif sehingga diperoleh hasil pencelupan yang diinginkan.
B. Pendekatan Teori
1. Poliester
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan
memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu
saling berdekatan, sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja
membentuk struktur yang teratur. Poliester merupakan serat sintetik yang
bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara gugus OH dan gugus
COOH dalam molekul tersebut, oleh karena itu serat poliester sulit didekati
air atau zat warna. Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena
glikol.Untuk dapat mendekatkan air terhadap serat yang hidrofob , maka
kekuatan ikatan hidrogen dalam serat perlu dikurangi. Kenaikan suhu dapat
memperbesar fibrasi molekul, akibatnya ikatan hidrogen dalam serat akan
lemah dan air dapat mendekati serat. Disamping sifat hidrofob,faktor lain
yang menyulitkan pencelupan ialah kerapatan serat poliester yang tinggi
sekali sehingga sulit untuk dimasuki oleh molekul zat warna. Derajat
kerapatan ini akan berkurang dengan adanya kenaikan suhu karena
fibrasinya bertambah dan akibatnya ruang antar molekul makin besar pula.
Molekul zat warna akan masuk dalam ruang antar molekul.
2. Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi tidak larut dalam air, warnanya beraneka ragam dan cerah
ketahananya baik, digunakan untuk pencelupan serat-serat tekstil yang
hidrofob, seperti serat sintetik dan asetat.
Menurut struktur kimianya zat warna dispersi merupakan zat warna azo atau
antrakuwinon dengan berat molekul yang kecil dan tidak mengandung gugus
pelarut. Dalam perdagangan zat warna dispersi merupakan senyawa-senyawa
aromatik yang mengandung gugus-gugus hidroksi atau amina yang berfungsi
sebaai donor atom hidrogen untuk mengadakan ikatan dengan gugus-gugus
karbonil dalam serat. Zat warna dispersi di klasifikasikan menjadi 4 golongan
berdasarkan ukuran molekul dan tahanan sublimasi:
1. Tipe A ,ukuran molekulnya kecil ,menyublim sekitar suhu 130 oC pada
umumnya di celup dengan cara carrier dan HT/HP (high temperature /high
pressure).
2. Tipe B ,ukuran molekulnya sedang , menyublim pada suhu sekitar 150 oC
pada umumnya di celup dengan cara HT/HP dan carrier.
3. Tipe C, ukuran molekul besar , menyublim pada suhu sekitar 190 oC
pada umumnya dicelup dengan cara HT/HP dan transfer printing.
4. Tipe D, ukuran molekul besar sekali menyublim pada suhu 230 oC di
celup dengan cara termosol.
Persiapan Pencelupan
Pencelupan
Pencucian
Pencelupan zat
0
60 C warna reaktif
0 30 15 menit
Resep R/C
NaOH :2-4 g/L
Na2S2O4 :1-2 g/L
Sabun : 1 cc/L
Vlot : 1 : 30
Suhu : 900C
Waktu : 15 menit
Fungsi Zat
Zat warna disperse, zat warna yang meawranai serat polyester
Zat pendispersi, berfungsi untuk membantu mendispersikan zat warna
disperse dalam larutan celup
Asam asetat, berfungsi untuk pembentuk suasana asam yang dibutuhkan
dalam kondisi proses pencelupan zat warna disperse
Zat anti migrasi, berfungsi untuk melekatkan sementara zat warna pada
permukaan kain selama proses pengeringan
Na2S2O4 ,berfungsi untuk menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi
(tidak berikatan dengan serat) pada proses pencucian reduksi.
NaOH, erfungsi untuk mengaktifkan kerja dari hidrosulfit pada proses
pencucian reduksi
Sabun, berfungsi untuk meningkatkan kelarutan zat warna yang tidak
terfiksasi dalam bahan dalam larutan R/C.
Resep Cuci
Konsentrasi
Nama Zat Satuan
Resep I Resep II
1. Sabun Netral cc/l 1 1
2. Na2CO3 g/l 1 1
Suhu 900C
Waktu 10 Menit
Vlot 1:30
1. Fungsi zat yang digunakan
1. Zat warna dispersi Memberikan warna pada serat poliester secara merata
dan permanen
2. Zat warna reaktif Memberikan warna pada serat selulosa secara merata
dan permanen
3. Zat pendispersi Mendispersikan zat warna dispersi menjadi molekul-
molekul kecil sehingga dapat tersebar secara merata
dalam larutan celup.
4. Asam asetat Mengatur pH larutan
5. NaCl Mendorong penyerapan zat warna reaktif oleh serat
6. Na2CO3 Pada pencelupan akan membantu proses fiksasi zat
warna reaktif dengan selullose, sedangkan pada
pencucian akan membantu kelarutan sabun dan
mengurangi tingkat kesadah larutan.
7. Carrier Menggelembungkan serat poliester dan membawa
molekul-molekul zat warna dispersi untuk masuk
kedalam serat.
8. Sabun netral Berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna
yang menempel dipermukaan dan tidak berfiksasi
dengan serat, agar tahan luntur zat warna menjadi
baik.