Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN I

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN TEKSTIL


”Pengaruh Variasi Suhu Pada Proses Merserisasi Kain Kapas dengan
Ammonia Metode Exhaust”

NAMA/NRP : 1. Adzkia N.A.H. (17020007)


2. Amalia Putri (17020011)
3. Dhanny E (17020022)
4. Dhea Nur K (17020023)
GROUP : 2K1
KELOMPOK : 4 (empat)
DOSEN : Wulan S.,S.ST,M.T.
ASISTEN : 1. DESTI M., S.ST.
2. DESIRIANA

POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2019
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud
Melakukan proses penyempurnaan merserisasi pada kain kapas dengan variasi
suhu metoda exhaust menggunakan ammonia

1.2 Tujuan
Menganalisa pengaruh suhu pada proses penyempurnaan merserisasi
pada kain kapas dengan ammonia untuk mendapatkan nilai optimum
dalam variasi suhu sesuai evaluasi: daya serap, kekuatan tarik, dan
mengkeret.

II. Dasar Teori


2.1 Serat kapas
Serat kapas merupakan salah satu serat alam dari kelompok selulosa.
Serat ini dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis
Gossypium. Spesies yang kemudian berhasil dikembangkan menjadi
tanaman industri adalah Gossypium Hirsutum. Kapas jenis ini dikenal
sebagai kapas upland atau kapas Amerika, dan ini saat merupakan 87%
dari produksi kapas dunia.

Gambar 1. Struktur Serat Kapas


Di dalam larutan alkali kuat serat kapas akan menggembung
sedangkan dalam larutan asamsulfat 70% serat kapas akan larut. Proses
penggembungan serat kapas dalaml arutan NaOH 18% disebut proses
merserisasi. Kapas yang telah mengalami proses merserisasi mempunyai
sifat kilau lebih tinggi, kekuatan lebih tinggi dan daya serap terhadap zat
warna yang tinggi. Oksidator selama terkontrol kondisi pengerjaanya tidak
mempengaruhi sifat serat, tetapi oksidasi yang berlebihan akan
menurunkan kekuatan tarik serat kapas. Oleh karena itu pada proses
pengelantangan yang menggunakan oksidator harus digunakan
konsentrasi oksidator dan suhu pengerjaan yang tepat agar tidak
merusak serat.
Morfologi serat kapas jika dilihat dibawah mikroskop
mempunyaipenampang memanjang seperti pita yang terpilin dan
penampang melintang sepertiginjal dengan lubang ditengah yang disebut
lumen.

Gambar 2. Morfologi Serat Kapas

2.2 Proses Merserisasi dengan Ammonia


Dalam proses ini kapas diperlakukan dengan amonia (NH3)
untuk mendapatkan efek yang sama seperti yang diperoleh dengan
menggunakan konsentrasi natrium hidroksida yang lebih tinggi.
Penggunaan amonia dalam mercerisasi telah dikenal sejak tahun 1930-
an dan dikembangkan secara komersial untuk pemrosesan kain sekitar
tahun 1970 dalam apa yang awalnya dikenal sebagai proses Tedesco ,
yang kemudian diakuisisi oleh perusahaan Sanforized dan dikenal
sebagai Sanfor-Set proses. Mirip dengan proses mercerisasi
(menggunakan caustic soda), itu juga bertindak sebagai agen
pembengkakan untuk kapas dan juga membawa perubahan dalam
struktur kristal kapas. Amonia cair menembus kapas (Selulosa) dengan
sangat cepat dan membentuk kompleks dengan gugus hidroksil setelah
memutus ikatan hidrogen di daerah kristal dan semi kristal. Karena
molekul amonia sangat kecil, maka memungkinkan untuk menembus
sepenuhnya ke setiap serat kain / benang , tidak seperti kaustik yang
menyebabkan pembengkakan serat yang sedemikian cepat sehingga
kaustik terhalang di permukaan benang, mencegah penetrasi lebih
lanjut. Ketegangan permukaan amonia yang digunakan dalam proses
mercerisasi jauh lebih rendah daripada cocentration soda kaustik
(menggunakan mercerisasi). Ketegangan permukaan yang lebih rendah
mengatasi resistensi udara yang sangat besar yang terperangkap dalam
kain yang merupakan karakteristik kain katun tebal. Selain itu, pada
konsentrasi normal kaustik (23%), natrium hidroksida membentuk
hepta-hidrat dengan air (NaOH · 7H₂O), yang menghasilkan kelompok
besar yang bergerak lambat.
Dalam proses mercerisasi amonia, Selulosa I (selulosa asli)
diubah menjadi kompleks selulosa amonia, kemudian menjadi Selulosa
III pada pemanasan dan penghilangan amonia. Perbedaan utama
antara Selulosa II (Memperoleh dalam pelisinasi kaustik) dan Selulosa
III adalah bahwa selulosa III dipulihkan menjadi Selulosa I, sedangkan
Selulosa II tidak dapat diubah kembali selain perubahan kecil dalam
jarak dan sudut antara kisi kristal. Transisi dari Selulosa II ke Selulosa I
dimungkinkan melalui aplikasi air dan panas, uap atau dengan
merendam dalam air dalam kondisi sekitar.
Sanfor-Set pada dasarnya merupakan kombinasi antara proses
amonia cair dan pemengkeratan tekendali (sanforisasi), dan dirancang
terutama untuk mendapatkan efek tanpa seterika pada kain-kain yang
terbuat dari benang kasar seperti denim atau chambray. Untuk
mendapatkan efek yang sama pada kain-kain ringan diperlukan
penambahan resin. Kain mula-mula dilewatkan pada rol-rol yang
berfungsi menghilangkan lipatan kain dan diikuti pengeringan untuk
menghilangkan kandungan air pada bahan atau sekurang-kuranngya
tidak melebihi 10% agar tidak mengganggu penyerapan amonia.
Setelah melalui kipas pendingin kain masuk ke dalam ruang reaksi dan
dilewatkan pada bak berisi amonia cair pada suhu -33°C.
Penghilangan amonia dilakukan dengan kontak antara kain dan
dua buah silinder Palmer yang segera diikuti dengan penguapan di
sebuah ruang terisolasi untuk menghilangkan sisa amonia yang masih
berikatan dengan selulosa (ikatan selulosa amonia mudah putus oleh
uap air). Waktu proses berkisar antara 0,6 - 9 detik. Gambar di bawah
ini memperlihatkan skema sederhana mesin Sanfor-Set.

2.3 Evaluasi
2.3.1. Uji Daya Serap (Drop Test)
Kain dimasukan kedalam samai sulam kemudian ditetesi air,
kemudian mengamati waktu air yang meresap kedalam kain dengan
stopwatch, mencatat waktu serap, semakin sedikit waktu serap
menunjukan semakin banyak kotoran-kotoran seperti lemak, minyak
dan lilin yang hilang.
2.5.2. Uji Mengkeret
Kain sebelum proses ditandai pada ukuran tertentu, misalnya
15x15cm kemudian diamati and dihitung nilai %mengkeretnya setelah
akhir proses dengan cara :
%Mengkeret = Panjang awal - Panjang akhir x 100%
Panjang awal

III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

 Timbangan Digital
 Frame bercucuk
 Nampan Plastik
 Stopwatch
 Gelas Piala
 Bejana/Panci
 Dryer
 Bak perendaman
 Sarung Tangan
3.1.2 Bahan

 Kain kapas putih


 Asam asetat 1:1
 Pembasah
 Ammonia 10%
 Es Batu
 Air

3.2 Resep
3.2.1 Merserisasi
Ammonia 10%
Suhu : 18oC, 25oC
Waktu : 45 detik

3.2.2 Penetralan
Asam Asetat : 2ml/L
Suhu : kamar

3.2. Skema Proses

2 3 4 5 6
1. Peregangan
2. Perendaman dalam larutan ammonia
3. Cuci Panas
4. Penetralan
5. Cuci Dingin
6. Pengeringan

3.3. Diagram Alir

Kain kapas dipasang pada frame merser dan diregangkan

Perendaman merser menggunaka amonia

Cuci Panas

Penetralan dengan CH3COOH

Cuci Dingin

Keringkan

Evaluasi :- Kekuatan tarik


- Daya serap
- Mengkeret
- Mikroskop
3.4. Fungsi Zat
 Ammonia : Untuk menggelembungkan kain kapas.
 Asam Asetat : Sebagai penetral

3.5. Cara Kerja


1. Bahan kain dipotong dengan ukuran 30 x 30 cm kemudian ditimbang, arah
lusi dan pakan kain diberi tanda.
2. Pada bahan dilukis bujur sangkar ukuran 10 x 10 cm dengan tinta permanen.
3. Pasang bahan pada frame dan berikan peregangan arah lusi dan pakan
4. Rendam bahan kedalam larutan ammonia selama waktu dan suhu yang
ditentukan
5. kemudian cuci air panas lalu dinetralkan dengan ammonia, dan bilas air dingin
hingga bersih, yaitu bahan terasa tidak licin
6. Setelah selesai bahan dikeringkan dan dilakukan evaluasi terhadap hasil
proses.

IV. Data Pengamatan

Tabel 1. Evaluasi
Suhu Stabilitas dimensi daya serap kekuatan tarik
Awal Akhir mengkeret awal akhir awal akhir
lusi 10 cm lusi 9,775 cm lusi 2,25% 8,45" 2" 13 kg 10 kg
pakan
25ᵒC pakan 10 cm pakan 9,775 cm 2,25% 12 kg 12 kg
12 kg
∑ rata-rata = ∑ rata-rata =
12,5 kg 12 kg
lusi 10 cm lusi 9,65 cm lusi 3,5% 8,45" 1,3" 13 kg 4 kg
pakan 10 cm pakan 9,55 cm pakan 4,5% 12 kg 2,5 kg
18ᵒC 6 kg
∑ rata-rata = ∑ rata-rata =
12,5 kg 4,16 kg
Tabel 2. Evaluasi Mikroskop
suhu penampang melintang
panjang awal lebar awal panjang akhir lebar akhir
72,11 px 30,90 px 81,61 px 87 px
80,06 px 29,43 px 94,15 px 49,2 px
25ᵒC 72,86 px 20,44 px 90,2 px 45 px
98,49 px 30,55 px 102,1 px 63,29 px
68,51 px 25,73 px 78,52 px 61,85 px
∑ rata-rata = 78,406 ∑ rata-rata = 27,41 ∑ rata-rata = 61,26
px px ∑ rata-rata = 89,51 px px
72,11 px 30,90 px 112,45 px 52,06 px
80,06 px 29,43 px 72,25 px 41,79 px
72,86 px 20,44 px 102,7 px 84,05 px
18ᵒC 98,49 px 30,55 px 134,06 px 86,07 px
68,51 px 25,73 px 82,54 px 36,12 px
∑ rata-rata = 78,406 ∑ rata-rata =27 41 ∑ rata-rata = 100,08 ∑ rata-rata = 56,42
px px, px px

V. Diskusi

 Daya Serap

Grafik Hubungan Daya Serap terhadap Variasi Suhu Merserisasi

9 8.45 8.45
8
7
6
Waktu (detik)

5
4 awal
3 akhir
2
2 1.3
1
0
25 18
Suhu (ᵒC)

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa semakin rendah suhu yang digunakan
dalam proses merserisasi kain kapas dengan ammonia semakin cepat daya serapnya.
Hal ini dikarenakan ammonia mampu menghilangkan kanji sisa-sisa hasil pertenunan.
Namun kurang optimal dikarenakan ammonia termasuk alkali rendah dan konsentrasi
ammonia yang digunakan saat praktikum tergolong rendah yaitu 10%. Berdasarkan
hasil praktikum didapatkan suhu optimum merserisasi kain kapas dengan ammonia
pada suhu 18ᵒC dengan waktu penyerapan 1,3 detik.
 Mengkeret
Grafik Hubungan Mengkeret Kain terhadap Variasi Suhu
Merserisasi
5
4.5
4
3.5
mengkeret (%)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
25 18
Suhu (ᵒC)

lusi pakan

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa semakin rendah suhu yang digunakan
dalam proses merserisasi kain kapas dengan ammonia semakin besar %mengkeretnya.
Hal ini dikarenakan saat praktikum dilakukan dengan peregangan pada kain kapas dan
saat direndam dalam ammonia mengakibatkan terjadinya penggembungan pada kain
kapas sehingga pada proses pencucian ukuran diameter serat kapas yang
menggelembung tersebut kemudian terstabilkan.

 Kekuatan Tarik
Grafik Hubungan Kekuatan Tarik terhadap Variasi Suhu
Merserisasi
14

12

10
Kekuatan (kg)

0
25 18
Suhu (ᵒC)

awal akhir

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa semakin rendah suhu yang digunakan
pada proses merserisasi kain kapas dengan ammonia semakin rendah kekuatan tarik
yang dihasilkan. Pada proses merserisasi ammonia adanya interaksi antara ammonia
dengan selulosa menghasilkan senyawa kompleks berikatan hydrogen sehingga terjadi
penurunan kekuatan karena ikatan hydrogen mudah putus.

 Mikroskop
suhu penampang melintang
panjang awal lebar awal panjang akhir lebar akhir
72,11 px 30,90 px 81,61 px 87 px
80,06 px 29,43 px 94,15 px 49,2 px
25ᵒC 72,86 px 20,44 px 90,2 px 45 px
98,49 px 30,55 px 102,1 px 63,29 px
68,51 px 25,73 px 78,52 px 61,85 px
∑ rata-rata = 78,406 ∑ rata-rata = 27,41 ∑ rata-rata = 61,26
px px ∑ rata-rata = 89,51 px px
72,11 px 30,90 px 112,45 px 52,06 px
80,06 px 29,43 px 72,25 px 41,79 px
72,86 px 20,44 px 102,7 px 84,05 px
18ᵒC 98,49 px 30,55 px 134,06 px 86,07 px
68,51 px 25,73 px 82,54 px 36,12 px
∑ rata-rata = 78,406 ∑ rata-rata =27 41 ∑ rata-rata = 100,08 ∑ rata-rata = 56,42
px px, px px
Berdasarkan hasil evaluasi mikroskop didapatkan bahwa semakin rendah suhu
merserisasi kain kapas didapatkan hasil ukuran penampang melintang serat kapas yang
lebih besar. Hal ini dikarenakan semakin rendah suhu merserisasi dengan ammonia
semakin mampu menggembungkan serat kapas menjadi lebih besar. Hasil dari
merserisasi ini tidak didapatkan penggelembungan yang sempurna karena konsentrasi
ammonia yang digunakan tergolong rendah hanya 10%

VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan nilai optimum pada
suhu 18ᵒC dengan waktu daya serap sebesar 1,3 detik, , mengkeret lusi 3,5% dan mengkeret
pakan 4,5%, ukuran panjang rata-rata penampang melintangnya 100,08 px dan ukuran rata-
rata lebar penampang melintangnya sebesar 56,42 px dan kekuatan tarik yang dihasilkan 4,16
kg

DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Praktikum Pencapan dan Penyempurnaan. Bandung: Institut Teknologi
Tekstil
Teknologi Penyempurnaan Tekstil. 1997. Bandung: ITTT
Parmar.Ms.2014.TextileChemistry.http://drmsparmar.blogspot.com/2014/11/merceriz
ation-using-ammonia-in-this.html?m=1
borosh.blogspot.com/2014/02/proses-merserisasi-menggunakan-amonia.html?m=1
LAMPIRAN
Suhu 25ᵒC

Suhu 18ᵒC

Anda mungkin juga menyukai