Anda di halaman 1dari 28

PENGUJIAN STABILITAS DIMENSI KAIN TENUN

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum pengujian stabiltas kain tenun dilakukan supaya mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami cara uji stabilitas kain tenun dan menilai
seberapa besar perubahan yang terjadi pada kain tenun baik itu kearah lusi
maupun pakan setelah mengalami pencucian baik itu berupa mengkeret
ataupun mulur.

2. TEORI DASAR
Kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setelah pemakaiansehari-
hari, termasuk kain yang mutu pakainya baik. Penyebab utama dari
perubahan dimensi kain adalah mengkeret ataupun mulurnya kain setelah
pencucian.
Ada dua jenis mengkeret, yaitu mengkeret karena tegangan mekanis
pada waktu proses pertenunan dan penyempurnaan, menyebabkan kain
tertarik untuk sementara dan waktu pencucian akan bersantai (relaxation)
kembali ke bentuk semula. Dan jenis mengkeret yang lain, karena adanya
kemampuan serat untuk menggumpal (felting) dalam pencucian. Misalnya
serat wool yang cenderung untuk mengkeret dan menggumpal dalam
keadaan basah.
Pengujian mengkeret kain dilakukan dengan mencuci kain yang sudah
dikondisikan dalam atmosfir standar dan ditandai dalam ukuran tertentu,
dalam mesin cuci otomatis dengan kondisi pencucian disesuaikan dengan
jenis kain dankomposisi seratnya. Setelah selesai dicuci, kain diperas dan
dikeringkan dengan jalan menyeterika kain tanpa tarikan. Bahan yang telah
kering dikondisikan kembali dalam atmosfer standar dalam waktu yang sama
dengan pengkondisian semula, kemudian kain yang sudah ditandai diukur
kembali.
3. ALAT DAN BAHAN
a) Mesin cuci
b) Deterjen sabun Netral 3 gr
c) Spidol
d) Cetakan ukuran kain

4. CARA KERJA
a) Mempersiapkan contoh uji
 Meletakkan kain contoh pada permukaan datar bebas dari
tegangan dan bebas dari kerutan atau kekusutan
 Mengukur contoh uji sesuai dengan ukuran cetakan ukuran kain,
menandai bagian yang akan diuji (arah pakan dan lusi) masing –
masing tiga tempat yang berbeda
 Menggunting kain, kecuali bagian yang terdapat pinggiran kain
 Mengobras kain
b) Proses mencuci
 masukkan contoh uji ke dalam mesin cuci menambahkan larutan
sabun. Air bersuhu 40 C
 memasang pengatur waktu pada mesin cuci pada angkan 15 menit
 mengaktifkan mesin cuci
 mengangkat kain lalu memerasnya 5 menit, lalu membilasnya
selama 5 menit. Lalu memeras selama 5 menit
 membilas kain uji selama 10 menit, lalu memerasnya selama 5
menit dan mengeringkannya
5. DATA PENGAMATAN
Kain tenun
Data Lusi Pakan
Sebelum (cm) Sesudah (cm) Sebelum (cm) Sesudah (cm)
1 24,7 24,5 24,6 24,7
2 24,7 24,5 24,8 25
3 24,7 24,5 24,7 24,7
X 24,7 24,5 24,7 24,8

24,7−24,5
Perubahan dimensi arah lusi = 𝑥100% = 0,8%
24,7
24,8−24,7
Perubahan dimensi arah pakan = 𝑥100% = 0,4%
24,7

6. DISKUSI
Dari hasil praktikum pengujian stabilitas dimensi kain tenun dengan
pencucian mengalami perubahan dimensi. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh gerakan penarikan dan perendaman pada proses pencucian. Perubahan
dimensi pada kain arah lusi lebih besar dibandingkan pakan, hal ini dapat
terjadi karena adanya tegangan mekanis pada saat proses pertenunan.

7. KESIMPULAN
Perubahan dimensi arah lusi = 0,8%
Perubahan dimensi arah pakan = 0,4%

PENGUJIAN DAYA SERAP KAIN CARA TETES


1. MAKSUD DAN TUJUAN
Praktikum dilakukan supaya mahasiswa memahami cara uji daya serap
kain cara tetes dan mengetahui waktu penyerapan air pada kain rajut.

2. TEORI DASAR
Terdapat dua cara untuk mengetahui kecepatan basah:
a) Uji tetes
b) Uji keranjang
Pada prinsipnya kedua pengujian ini adalah sama yaitu untuk mengetahui
kecepatan basah dari contoh uji tetapi perbedaannya terletak pada kasar
atau tidaknya permukan contoh uji. Prinsip uji tetes adalah menghitung
waktu dari air yang diteteskan pada permukaan kain yang dipasang tegang
sampai air tersebut hilang terserap. Yang dimaksud dengan waktu basah
adalah waktu dari saat air diteteskan sampai air hilang terserap.
Daya serap adalah salah satu faktor yang menentukan kegunaan dan
bentuk tujuan tertentu, misalnya kain pembalut, kain handuk dan lai-lain.
beberapa kain harus mempunyai kemampuan untuk menyerap air atau
cairan secara cepat atau mudah terbasahi.

3. ALAT DAN BAHAN


a) Buret yang berisi air
b) Kain rajut
c) Stopwatch
d) Lingkaran penyulam

4. CARA KERJA
a) Memasang kain pada lingkaran penyulam sampai tegang
b) Meletakan penyulam tersebut pada jarak 1 – 1,5 cm
c) Meneteskan air pada kain
d) Waktu penyerapan air dimulai saat air mulai menyentuh permukaan kain
e) Waktu penyerapan air berakhir pada saat air habis terserap permukaan
kain
f) Melakukan percobaan sebanyak tiga kali pada tempat yang berbeda

5. DATA PENGAMATAN
Data Waktu serap
1 3 detik
2 3 detik
3 3 detik

6. DISKUSI
Pada praktikum uji daya serap cara tetes didaptkan hasil berupa waktu
serap kain tersebut terhadap air yang diteteskan dari buret. Terdapat
beberapa faktor yang pengaruhi pembasahan kain:
a) Bila setetes air dijatuhkan pada permukaan dari tiga jenis benda padat
yang rata, maka tetesan air tersebut mungkin berbentuk bulat, pipih atau
antara bulat dan pipih. Karena sifat air, maka perbedaan kondisi tekanan
air pada ketiga permukaan benda padat disebabkan oleh perbedaan sifat
dari gabungan antara air dan permukaan benda padat.
b) Permukaan benda padat dimana tetesan air akan membetuk bola
menunjukan sudut kontak, dan akan cenderung untuk menggelinding
meninggalkan permukaan benda padat dalam keadaan kering. Semakin
kecil sudut kontak, semakin mudah tetesan air menyebar keseluruhan
perm ukaan benda padat dan membasahi benda padat tersebut.
Perbedaaan permukaan disebabkan oleh perbedaan energi permukaan
dan teganngan permukaan pada ntar muka dari dua fase, yaitu padat-
cair, cair-udara, dan padat-udara.

7. KESIMPULAN
Waktu yang dibutuhkan permukaan kain untuk menyerap air yakni selama 3
detik.

PENGUJIAN DAYA SERAP KAIN TENUN (HANDUK)


CARA KERANJANG

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum pengujian daya serap kain handuk menggunakan cara
keranjang ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui
dan bisa mempraktekan cara mengukur kemampuan kain dalam menyerap
air (kapasitas serap) dan waktu serapnya sehingga terjadi pembasahan
sempurna pada contoh uji.

2. TEORI DASAR
Dalam uji daya serap dinyatakan dalam dua cara yaitu waktu serap dan
kapasitas serap. Daya serap adalah kemampuan kain untuk menyerap air,
sedangkan waktu serap yaitu waktu yang diperlukan untuk pembasahan
sempurna seluruh contoh uji yang dinyatakan dalam detik. Basah sempurna
yang dimaksud adalah pada saat contoh uji tepat mulai tenggelam.
Pengujian daya serap sangat penting untuk dilakukan yaitu untuk
mengendalikan mutu kain yang khusus dibuat dengan daya serap besar. Kain
yang membutuhkan daya serap besar adalah kain handuk, mutu kain handuk
ini ditentukan oleh kemampuannya untuk daya serap air yang mungkin
tergantung dari sifat serat atau konstruksi handuk tersebut.
Untuk pengujian waktu serap masing-masing contoh uji digulung kearah
dalam keranjang sehingga memenuhi keranjang tersebut dan dijatuhkan
pada ketinggian dua cm dari permukaan air dan dihitung waktu serapnya.
Untuk pengujian kapasitas serap dilakukan dengan membiarkan contoh uji
terendam dalam air selama 10 detik. Keranjang kawat diambil dengan
memegangnya pada bagian yang terbuka dan dibiarkan selama 10 detik
supaya airnya menetes. Keranjang kawat beserta contoh uji dimasukan
kedalam piala plastik yang sudah ditimbang. Kemudian piala plastik yang
berisi keranjang tersebut ditimbang.

3. ALAT DAN BAHAN


a) Piala gelas
b) Keranjang tembaga
c) Stopwatch
d) Penjepit
e) Timbangan
f) Kain handuk

4. CARA KERJA
a) Mempersiapkan contoh uji
 Memotong contoh uji selebar 7 cm dengan berat 5 gram
b) Menggulung contoh uji dan memasukkannya kedalam keranjang
c) Menjatuhkan keranjang berisi cobtoh uji dengan ketinggian 2 cm dari
permukaan air
d) Menghitung waktu penyerapan saat jatuh kedalam air sampai tenggelam
e) Membiarkan contoh uji terendam selama 10 detik
f) Mengambil contoh uji dan membiarkannya selama 10 detik
g) Keranjang tembaga berisi contoh uji dimasukkan pada piala gelas dan
menimbangnya
h) Melakukan percobaan sebanyak dua kali

5. DATA PENGAMATAN
Data Waktu tenggelam Berat gelas Berat keranjang Berat kain Berat akhir
(A) (B) lebar 7cm (C) (D)
1 3 detik 35,53 gram 3 gram 5,02 gram 72,98 gram
2 3 detik 35,53 gram 3 gram 4,99 gram 75,52 gram

𝐷−(𝐵+𝐶+𝐴)
Kapasitas penyerapan = 𝑥100%
𝐶
72,98−(3+5,02+35,53)
Contoh uji ke- 1 = 𝑥100% = 586,25%
5,02
75,52−(3+4,99+35,53)
Contoh uji ke- 2 = 𝑥100% = 641%
4,99

Kapasitas serap rata – rata = (586,25% + 641%) ÷ 2 = 613%


6. DISKUSI
Pengujian daya serap cara keranjang dilakukan terutama untuk menguji
terhadap kain yang bertujuan untuk menyerap kain. Kapasitas penyerapan air
merupakan sebagai indikator nilai bagus tidaknya kain terhadap penyerapan
air. Semakin tinggi nilai kapasitas serap maka semakin bagus pula kain
tersebut. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
melakukan pengujian:
a) Pada saat air dalam bejana telah berkurang, maka air harus ditambah
kembali sesuai ketinggian standar
b) Gelas ukur yang akan dipergunakan kembali pada pengujian berikutnya
dikeringkan terlebih dahulu supaya tidak memengaruhi pengujian
berikutnya
c) Apabila contoh uji tidak tenggelam selama 3 menit, maka contoh uji
harus ditenggelamkan secara manual

7. KESIMPULAN
Kapasitas penyerapan air = 613%. Nilai menunjukkan bahwa handuk memiliki
daya serap yang baik, sebagaimana standar penyerapan kain handuk yakni
500%.
PENGUJIAN TAHAN AIR CARA SIRAM

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum ini dilaksanakan supaya mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui cara pengujian tolak air cara siram.

2. TEORI DASAR
Cara Cara uji ini dapat digunakan pada semua jenis kain, baik yang
tidak/belum ataupun yang sudah dilakukan penyempurnaan tahan air atau
tolak air. Cara ini terutama sesuai untuk menilai kebaikan penyempurnaan
tolak air yang telah diberikan pada kain khususnya kain dengan anyaman
polos. Cara ini tidak dimaksudkan untuk meramalkan tahan hujan kain, oleh
karena itu perembesan air melalui kain tidak diukur.
Dalam uji siram dipakai siraman air yang berasal dari corong dengan
lubang penyiraman. Air disiramkan diatas contoh uji yang dipasang pada
lingkaran penyulam dan dipasang pada kedudukan miring 45° dengan bidang
horisontal.
Pengujian dilakukan dengan menyiramkan secara teratur 200 cm2 air
dengansuhu 22°C kedalam corong penyiram. Setelah penyiraman selesai,
pemegang contoh diambil dan sisa air dibuang dengan memukul-mukulkan
tepi lingkaran penyulam sebanyak enam kali pada benda keras, dengan
permukaan kain mengarah pada benda keras tersebut. Pemukkulan tersebut
dilakukan dalm dua posisi yaitu 3 kali pada posisi di suatu tempat pda
pemegang contoh dan tiga kali pada posisi setengah lingkaran 180° terhadap
posisi pertama.
Penilaian terhadap uji daya tolak air dilakukan dengan menggunakan
standar penilaian uji siram. Setelah kelebihan air selesai dibuang, permukaan
kain diamati secara visual dengan membandingkan peta air yang tinggal pada
permukaan kain dengan peta pada standar penilaian uji siram.
Standar penilaian uji siram bervariasi antara lain sebagai berikut :
Nilai 100 = Tidak ada air yang menempel atau membasahi permukaan kain
Nilai 90 = Terjadi sedikit pembasahan pada permukaan kain bagian atas
Nilai 80 = Terjadi pembasahan pada permukaan kain bagian atas
Nilai 70 = Terjadi pembasahan pada sebagian daerah permukaan kain
bagian atas
Nilai 50 = Terjadi pembasahan pada seluruh permukaan kain bagian atas
Nilai 0 = Terjadi pembasahan pada seluruh permukaa kain bagan atas
dan bawah

3. ALAT DAN BAHAN


a) Lingkaran penyulam
b) Kain coating
c) Spray test
d) Labu ukur 250 mL
e) Gambar standar mutu pembasahan

4. CARA KERJA
a) Memasangkan contoh uji pada lingkaran penyulam
b) Bagian yang dibasahi merupakan bagian kain yang tidak terdapat coating
c) Melakukan penyiraman dengan air yang berada pada labu ukur tadi
d) Menghilangkan air dengan cara memukul – mukul bingkai lingkaran
penyulam sebanyak tiga kali
e) Membandingkan contoh uji dengan standar mutu pembasahan

5. DATA PENGAMATAN
Kain 1 = 80
Kain 2 = 80

6. DISKUSI
Kain uji bernilai 80 setelah dibandingkan dengan gambar standar
pembasahan. Artinya kain terdapat pembasahan pada bagian atas, tidak
terlalu basah. Penempatan kain atas pada lingkaran penyulam haruslah tepat
supaya mendapat nilai yang maksimal.

7. KESIMPULAN
Nilai kain = 80
PENGUJIAN KETAHANAN NYALA API

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum dilakukan supaya mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui cara pengujian ketahanan konstruksi kain terhadap nyala api.

2. TEORI DASAR
Di dalam berbagai proses industri, dimana kemungkinan terjadinya
bahaya kebakaran besar sekali, sangat mutlak diperlukan adanya kain yang
tahan terhadap nyala api . begitu pula dalm kehidupan sehari-hari banyak
kecelakaan terjadi karena kebakaran didalam rumah yang berasal dari
hubungan pendek listrik, kompor, rokok dan lainnya. Untuk mencegah
kebakaran perlu digunakan kain yang tahan terhadap nyala api untuk pakaian
tidur, kain kasur, permadani, pakaian pemadam kebakaran, tekstil yang
berkaitan dengan penerbangan, atau bahkan pakaian bayi.
Pengaruh konstruksi kain terhadap nyala api :
a) Komposisi serat pada kain
Sifat anti nyala api sangat dipengaruhhi oleh jenis serat pada kain. Serat-
serat selulosa seperti kapas, flaks, dan rayon mempunyai sifat tahan nyala
api yang rendah, sedangkan wol biasanya sulit terbakar. Bahan nilon dan
poliester adalah serat termoplastik yang akan mengkeret terhadap nyala
api dan cenderung untuk tidak terbakar, meskipun karena proses
penganjian atau pencelupan dengan zat warna tertentu dapat
menyebabkan kain nilon dan poliester mudah terbakar
b) Jenis benang
Kontruksi benang tidak berpengaruh terhadap sifat anti nyala

c) Struktur kain
Sifat anti nyala api pada kain tidak tergantung pada konstruksi, misal kain
tenun, kain rajut, kain renda, kain felt dan sebagainya
d) Berat kain
Berat kain berpengaruh langsung terhadap sifat anti nyala api. Untuk
jenis serta apapun, makin berat maka sifat tahan nyala api juga makin
baik

3. ALAT DAN BAHAN


a) Kain contoh uji (7 x 32 cm) arah lusi dan pakan
b) Stopwatch
c) Alat uji pembakaran vertikal
d) Pemegang dan penjepit contoh uji
e) Korek api

4. CARA KERJA
a) Menyiapkan contoh uji dengan menjepitkannya ke penjepit contoh uji
b) Menempatkan penjepit yang berisi contoh uji ke dalam pemegang contoh
uji
c) Membakar contoh uji selama 12 detik
d) Menghitung waktu pembakaran sampai nyala api padam lalu menghitung
waktu padam untuk bara api

5. DATA PENGAMATAN
 Lusi
Waktu pembakaran = 12 detik
Waktu nyala api = 54 – 12 = 42 detik
Waktu bara api = 14 detik
 Pakan
Waktu pembakaran = 12 detik
Waktu nyala api = 52 – 12 = 40 detik
Waktu nyala bara = 10 detik

Kedua contoh uji terbakar habis sehingga tidak meninggalkan arang

6. DISKUSI
Pada praktikum pengujian ketahanan nyala api menunjukkan bahwa kain
tidak tahan terhadap nyala api, ditunjukkan dengan terbakar habis kain yang
membutuhkan waktu sekitar 40 detik. Terdapat beberapa hal yang mesti
diperhatikan :
a) Waktu nyala api mulai dihitung pada saat contoh uji dibakar selama 12
detik
b) panjang nyala api tidak sesuai standar, hal ini dapat menyebabkan nilai
pengujian tidak valid

7. KESIMPULAN
Hasil praktikum menunjukkan
Waktu nyala api lusi = 42 detik
Waktu nyala api pakan = 40 detik
Tidak terdapat arang pada kedua contoh uji
Kain meneruskan pembakaran

PENGUJIAN DAYA TOLAK AIR CARA BUNDESSMAN

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum pengujian daya tolak air kain cara bundesman ini dilaksanakan
dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa mempraktekan
cara menguji daya tolak air hujan pada kain menggunakan cara bundesman.

2. TEORI DASAR
Kedua cara uji tahan air dengan uji siram dan uji penetrasi bermaksud
untuk menyerupai curah hujan yang jatuh pada kain. Uji tahan air hujan yang
lebih mendekati adalah uji tahan air cara Bundesmann dengan
menggunakan alat uji jenis Bundesman. Kain dipasang tepat dibawah
curahan air hujan buatan. Air yang menetes kain ditampung dalam tabung
dan jumlah air yang tertampung tersebut itu diukur, begitu pula yang
tertinggal diatas kain diukur jumlahnya.
Penyiraman air hujan dipasang sejauh 150 cm dari tempat tabung yang
dipasang pada alas yang berputar dengan kecepatan 5 putaran per menit.
Padasaat kain yang dipasang pada tabung berputar dibawah curahan air
hujan buatan, alat penghapus yang berada didalam tabung akan menggosok
kain bagian dalam untuk meniru gosokan mekanis yang ditimbulkan oleh
pemakai jas hujan didalam pemakaian sebenarnya. Gerakan menggosok kain
ini akan membantu penetrasi air kedalam kain.

3. ALAT DAN BAHAN


a) Bundessman tester
b) Kain contoh uji ø14 cm
c) Mesin cuci dan pengering
d) Gunting

4. CARA KERJA
a) Menyiapkan contoh uji dan menimbangnya
b) Memasang contoh uji pada tabung dan menjepitnya dengan cincin
penjepit
c) Melepaskan penggosok dan memasang pada tabung
d) Menjalankan motor dan menggeser penahan air
e) Menghitung waktu pengujian selama 10 menit
f) Mengeringkan di mesin pengering
g) Menimbang kain dan menghitung hasil perembesan

5. DATA PENGAMATAN
Berat kering = 11,70 gram
Berat basah = 12,70 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Kapasitas perembesan = 𝑥100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
12,70−11,70
= 𝑥100% = 8,54%
11,70
6. DISKUSI
Praktikum uji tolak air cara bundesman yakni mengukur rembesan air
pada kain dengan mensimulasikan air hujan. Pengujian daya tolak air kain
cara bundesman, uji ketahanan terhadap hujan pada umumnya
diperuntukkan untuk kain-kain yang dalam pemakaiannya berhubungan
dengan kemampuan untuk menahan / menerima air hujan. Kain-kain yang
termasuk diantaranya adalah kain terpal. Pengujian terdapat beberapa hal :
a) Metode yang dipergunakan harus disesuaikan dengan contoh uji, alat uji
dan standar pengujian
b) pH air 6 – 8
c) Menimbang air hasil rembesan pada tabung (bila ada)

7. KESIMPULAN
Kapasitas penyerapan zat cair sebesar 8,54% dan tidak ditemukan air
perembesan
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA
TERHADAP PENCUCIAN

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum dilakukan supaya mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui cara uji tahan luntur warna terhadap pencucian.

2. TEORI DASAR
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna
terhadap pencucian. Berkurangya warna dan pengaruh gosokan yang
dihasilkan oleh larutan dan gosokan lima kali pencucian tangan atau
pencucian dengan mesin, hampir sama dengan satu kali pencucian dengan
mesin selama 45 menit. Contoh uji dicuci dengan suatu alat launder-o-
meter atau alat yang sejenis dengan pengatur suhu secara termostatik dan
kecepatan putaran 42 putaran per menit.
Alat ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja tahan
karat. Proses pencucian dilakukan sedemikian rupa sehingga kondisinya
sama dengan keadaan pencucian yang diinginkan. Kondisi pencucian
berbeda-beda bergantung pada suhu yang dikehendaki.
Penilaian tahan luntur dilaksanakan terhadap perubahan warna pada kain
contoh uji, dibandingkan dengan standar perubahan warna pada Gray Scale,
dan terhadap penodaan kain multi uji serat atau kain kapas putih yang ikut
dicuci bersama contoh uji, dengan membandingkan terhadap standar
penodaan warna pada Staining Scale.
Gray Scale
Pada Gray Scale, penilaian tahan luntur warna dan perubahan yang sesuai
dilakukan dengan membandingkan perbedaan contoh yang telah diuji
dengan contoh asli terhadap perbedaan yang sesuai dari deretan standar
perubahan yang digambarkan oleh Gray Scale.
Dalam penggunaan Gray Scale sifat perubahan warna baik dalam corak,
kecerahan, ketuaan atau kombinasinya tidak dinilai. Dasar evaluasinya
adalah keseluruhan perbedaan atau kekontrasan antara contoh uji asli
dengan contoh yang telah diuji.
Staining Scale
Pada Staining Scale penilaian penodaan pada kain putih di dalam
pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan
perbedaan warna dari kain putih yang ternodai dan yang tidak ternodai
terhadap perbedaan yang digambarkan oleh Staining Scale

3. ALAT DAN BAHAN


a) Linitest, gray scale, staining scale,
b) Mesin cuci
c) Kain contoh uji 4 x 10 (2 buah)
d) Kain pelapis kapas dan poliester putih (masing – masing 2 buah)
e) Larutan sabun 3g/L
f) Penetral adalah larutan asam asetat 0,05%

4. CARA KERJA
a) Kain contoh uji dijahit bersamaan dengan kain pelapis yang terdiri dari
kapas dan poliester, masing – masing muka depan kapas dan poliester
b) Menjahit salah satu ujung kain tersebut
c) Memasukan 200 ml larutan yang mengandung 0,5 % volume sabun yang
sesuai dan 10 kelereng baja bahan karat ke dalam bejana, kemudian
menutup rapat bejana dan memanaskan bejana sampai 400C.
d) Meletakan bejana tersebut pada tempatnya dimana pemanasan bejana
diatur sedemikian rupa sehingga setiap sisi terdiri dari sejumlah bejana
yang sama.
e) Menjalankan mesin untuk pemanasan pendahuluan.
f) Memberhentikan mesin kemudian membuka tutup bejana
g) Memasukan contoh uji ke dalam bejana lalu menutupnya kembali
h) Menjalankan mesin Linitest selama 40 menit.
i) Menghentikan mesin dan mengeluarkan contoh uji kemudian membilas
contoh uji dan mengasamkannya dengan larutan asam asetat 0,014 %.
j) Memeras dan mengeringkan contoh uji

5. DATA PENGAMATAN
Data staining scale
No Kain pelapis muka Nilai
1 Kapas 4
2 Poliester 3/4

Data gray scale


No Kain pelapis muka Nilai
1 Kapas 3
2 Poliester 4
6. DISKUSI
Nilai pengujian tahan luntur terhadap pencucian menunjukkan kain
cukup baik dalam perbandingan kepada staining scale dan graye scale.
Perubahan warna tidak terlalu mencolok dibandingkan dengan kondisi awal.
Praktikum pengujian daya tahan luntur warna harus memiliki ketelitian
yang tinggi, penilaian seseorang dapat berbeda dengan orang lain. Maka dari
itu, penilaian secara visual diharuskan melalui orang yang sudah terlatih.

7. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap
pencucian, didapat hasil pengujian untuk perubahan warna maupun
penodaan warna sekitar 3 sampai 4. Artinya bahwa perubahan warna pada
kain contoh sesuai dengan tingkat antara 3 dan 4 dalam standar gray scale
sama pula halnya dengan penodaan warna pada kain dalam standar staining
scale. Nilai tersebut dapat dikatakan cukup, dalam arti kain yang diuji
memiliki ketahanan luntur yang cukup.

PENGUJIAN DAYA TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP


GOSOKAN

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum pengujian daya tahan luntur warna dilakukan supaya
mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara kerja pengujian.

2. TEORI DASAR
Pengujian ini meliputi cara uji penodaan dari bahan berwarna pada kain
lain yang disebabkan karena gosokan. Cara ini dapat dipakai untuk bahan
tekstil berwarna dari segala macam serat baik alam bentuk benang maupun
kain. Pengujian dilakukan dua kali yaitu gosokan dengan kain kering dan
gosokan dengan kain basah.
Prinsip pengujian tersebut adalah sebagai berikut yaitu contoh uji
dipasang pada Crockmeter, kemudian padanya digosokan kain putih kering
dengan kondisi tertentu. Penggosokan ini diulangi dengan kain putih basah.
Penodaan pada kain putih dinilai dengan mempergunakan staining scale.

3. ALAT DAN BAHAN


a) Kain contoh uji dengan ukuran 5 x 20 cm (4 buah) arah diagonal kain
b) Kain kapas (sekitar 5 cm) 4 buah
c) Kertas saring
d) Crockmeter, berjari-jari 1,5 cm yang bergerak satu kali maju mundur
sejauh 10 cm setiap kali putaran dengan gaya tekanan pada kain seberat
500 g
e) Air
f) Staining scale

4. CARA KERJA
a) Meletakkan contoh uji pada crockmeter, dengan arah panjang searah
gosokan
b) Membungkus jari crockmeter dengan kain kapas
c) Menekan tombol ON untuk menjalankan mesin, mesin akan bergerak 10
kali maju mundur, selama 10 detik
d) Mengambil kain putih dan mengevaluasi dengan staining scale
e) Mengulang langkah kerja diatas dengan menggunakan kain kapas yang
telah dibasahi dan dikeringkan dengan kertas saring

5. DATA PENGAMATAN
Jenis pengujian Contoh uji Nilai staining scale
Kering 1 3
2 3/4
Basah 1 2
2 1/2

6. DISKUSI
Pengujian daya tahan luntur karena gosokkan dilakukan supaya dapat
mengetahui sampai mana kain akan luntur warnanya karena adanya gosokan
dengan bahan tekstil ataupun dengan bahan lainnya. Hasil pengujian
menunjukan nilai yang lebih baik pada keadaan kering, hal ini menunjukan
bahwa kain uji lebih stabil dalam keadaan kering. Evaluasi penodaan
dilakukan kain putih terhadap staining scale. Praktikum pengujian daya tahan
luntur warna harus memiliki ketelitian yang tinggi, penilaian seseorang dapat
berbeda dengan orang lain. Maka dari itu, penilaian secara visual diharuskan
melalui orang yang sudah terlatih.

7. KESIMPULAN
Evaluasi staining scale :
Kering = 3
3/4
Basah = 2
1/2
Kain dengan permukaan basah memiliki friksi yang besar, ditunjukkan dengan
hasil penodaan yang rendah pada keadaan basah.

PENGUJIAN DAYA TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP


KERINGAT

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat ini
dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan bisa
mempraktekan cara memberikan penilaian pada contoh uji dengan
menggunakan Gray scale dan Staining Scale mengenai ketahanan luntur
warna terhadap larutan keringat buatan baik yang bersifat asam atau bersifat
basa, sehingga mahasiswa dapat mengetahui mutu kain sample untuk dapat
dijadikan acuan pada proses pengendalian mutu produksi dan perdagangan.

2. TEORI DASAR
Pengujian ini meliputi pengujian ketahanan luntur warna dari segala
macam dan bentuk bahan tekstil berwarna terhadap keringat. Prinsip
pengujian dari uji tahan luntur warna terhadap keringat adalah contoh uji
dipotong dengan ukuran 4 x 10 cm dan dijahit diantara sepasang kain putih
dengan ukuran yang sama. Contoh-contoh uji yang terpisah dari bahan tekstil
berwarna dalam larutan keringat buatan bersifat asam dan basa, kemudian
diberikan tekanan mekanik tertentu dan dikeringkan perlahan-lahan pada
suhu yang naik sedikit demi sedikit.
Pada saat pengujian, contoh uji dipasangkan dengan dua helai kain putih
dimana yang sehelai dari serta yang sejenis dengan bahan yqng diuji,
sedangkan yang sehelai lagi dari serat menurut pasangan seperti dibawah ini:

Kain pertama Kain kedua

 Kapas  wool
 Wool  kapas
 Sutera  kapas
 Linen  wool
 Rayon viskosa  wool
 Poliamida  wool/rayon viskosa
 Poliester  wool
 Poliakrilat  wool
 Asetat  rayon viskosa
Catatan : yang dimaksud dengan kain putih untuk kapas, wol, sutera, dan
linen adalah kain grey yang diputihkan.
3. ALAT DAN BAHAN
a) Kain contoh uji dengan ukuran 4 x 10 cm (4 buah)
b) Kain pelapis kapas dan poliester
c) Perspiration tester
d) Gelas piala 500 mL dan alat pengaduk kaca
e) Alat pengering
f) Alat pemeras jenis mangel yang dilengkapi dengan tekanan
g) Staining scale dan gray scale
h) Larutan keringat buatan asam dan basa

4. CARA KERJA
a) Contoh uji dijahit pada salah satu ujungnya, diberi kain pelapis masing
masing kapas dua buah dan poliester dua buah
b) Merendam kain contoh uji dalam keringat buatan bersifat asam dan basa,
masing – masing dua buah contoh selama 15 – 30 menit
c) Memeras sehingga beratnya 2,5 sampai 3 kali berat semula
d) Contoh uji diletakkan diantara 2 lempeng kaca, lalu memasang pada
perspiration tester dengan diberi tekanan 10 pound
e) Memasukkan contoh uji kedalam oven pada suhu 38 C selama 6 jam
f) Evaluasi contoh uji menggunakan gray scale dan staining scale

5. DATA PENGAMATAN
Asam staining scale
No Kain pelapis muka Nilai
1 Kapas 2/3
2 Poliester 3/4

Asam gray scale


No Kain pelapis muka Nilai
1 Kapas 2
2 Poliester 3/4

Basa staining scale


No Kain pelapis muka Nilai
1 Kapas 3/4
2 Poliester 2/3

Basa gray scale


No Kain pelapis muka Nilai
1 Kapas 3
2 Poliester 2/3

6. DISKUSI
Pada praktikum pengujian daya tahan luntur kain terhadap keringat
memerlukan ketelitian yang cukup tinggi dikarenakan sebagai orang awam,
penilaian terhadap penodaan bisa berbeda – beda, penilain harus dilakukan
oleh orang yang sudah berpengalaman. Banyaknya sinar yang masuk saat
melakukan penilaian membuat nilai yang didapat tidak valid, pengujian yang
tidak sesuai standar.

7. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat
asam dan basa ini menunjukkan bahwa warna pada kain tersebut cukup
banyak menodai kain putih dan perubahan warna kain. Sehingga kain uji ini
dinilai kurang tahan terhadap keringat asam dan basa
DAFTAR PUSTAKA
N.M Susyami, Widayat, Totong., dkk. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil III.
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2005. Bandung
Refidian, Rifki. Jurnal Praktikum Evaluasi Tekstil 3. Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil. 2013. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai