Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN

PRAKTIKUM PENGUJIAN EVALUASI TEKSTIL & GARMEN


2

Disusun oleh:

NAMA : FARIDA HARYANTI

NPM : 16030018

GRUP : 3G1

DOSEN : KARLINA S., S.ST., MM

RYAN R., S.ST

PRATIWI W., S.ST

PRODUKSI GARMEN

POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG

2018
PENGUJIAN KEKUATAN ZIPPER

I. Maksud dan Tujuan.


Untuk mengetahui dan menghitung kekuatan penahan atas zipper (top stop
holding), kekuatan penahan bawah (bottom stop holding) dan daya kunci kepala
zipper (slider lock).

II. Teori Dasar.


Zipper merupakan salah satu aksesoris garmen yang terdiri dari dua potong
kain, yang masing-masing ditempatkan pada salah satu sisinya untuk dipertautkan,
dengan puluhan atau ratusan gigi dari metal atau plastik. Penarikannya
dioperasikan dengan tangan, bergerak sepanjang deretan gigi-giginya. Di dalam
penarikannya terdapat sebuah saluran berbentuk Y yang memepertautkan atau
memisahkan barisan gigi yang berhadap-hadapan gerakannya, tergantung arah
gerakannya.
Adapun bagian-bagian zipper yang diuji kekuatannya antara lain :

Gambar 4.1. Struktur Zipper


1. kekuatan arah melintang ( crosswise strength ) yaitu kenampakan rantai atau
gigi zipper untuk menahan tarikan pada arah melintang. Pengukuran dengan
menarik sampai rusak rantai zipper yang brtaut sepanjang I inchi dengan
tensile testing machine.
2. Scoop pull-off yaitu kekuatan cengkram scoop pada gigi zipper ditentukan
dengan menarik scoop pada zipper dengan sudut tertentu menggunakan tensile
testing machiNe1 dengan desain khusus.
3. Scoop slippage yaitu kemampuan scoop untuk menahan gerakan longitudinal
pada gigi zipper ditentukan dengan tensile testing machine dengan desain
khusus.
4. Holding strength of stops yaitu kemampuan stops menunjukkan
kemampuannya.
5. Resistance to cushione compression of slider yaitu plat bagian bawah
compression tester diberi bantalan ( blanket karet ).Spesimen diletakkan pada
bantalan tersebut dengan suatu pembebanan, kemampuan operasi zipper di uji
pada kondisi tersebut. Kemudian di bandingkan dengan kemampuan operasi
tanpa kondisi di atas.
6. Slider deflection and recovery
7. Resistance to twist of pull dan slider, metode ketahanan puntiran pasangan
pull dan slider terhadap gaya torsi dikenakan kepada pulldi evaluasi
8. Resistance to pull-of slider pull, pengujian ini dikenakan pada slider pull dan
ditentukan besar kekuatan yang diperlukan untuk melepas pull dari slider.

III. Alat dan Bahan.


 Universal safety tester.
 Zipper.

IV. Langkah Kerja.


Langkah kerja pengujian top stop holding adalah sebagai berikut :
1) Tutup zipper hingga slider berimpit dengan top stop.
2) Jepit bagian tape dan elements pada clamp bawah.
3) Jepit bagian penarik slider pada clam atas.
4) Pasang switch on/off ke arah on.
5) Tarik tuas sampai slider terlepas dari zipper.
6) Amati jarum skala kekuatan top stop holding.

Langkah kerja pengujian bottom stop holding adalah sebagai berikut :


1) Buka zipper hingga slider berimpit dengan bottom stop.
2) Jepit bagian tape dan elements yang terbuka pada clamp bawah.
3) Jepit bagian penarik slider pada clam atas.
4) Pasang switch on/off ke arah on.
5) Tarik tuas sampai slider terlepas dari bottom stop zipper.
6) Amati jarum skala kekuatan bottom stop holding.
Langkah kerja pengujian slider lock adalah sebagai berikut :
1) Tutup zipper setengah bagiang sehingga slider berada pada tengah-tengah
elements.
2) Jepit sebelah tape pada clamp bawah.
3) Jepit bagian tape sebelah yang satu lagi pada clam atas.
4) Pasang switch on/off ke arah on.
5) Tarik tuas sampai slider bergerak yang artinya kekuatan daya kunci sudah
terlampaui.
6) Amati jarum skala kekuatan slider lock.

V. Data Percobaan.

VI. Perhitungan
o Top Zipper

No Slider ( x1 - Top Stop ( x1 - Bottom ( x1 -


Lock x́ )2 x́ )2 Stop x́ )2
1 4,125 0,207 7 0,028 9,625 0,015
2 5,125 0,297 7 0,028 9,625 0,015
3 4,5 0,006 6,5 0,108 10 0,062
∑ No
13,75 Slider
0,51Lock 20,5 Top Stop
0,164 Bottom
29,25 Stop 0,362
1 4,125 7 9,625
x́ 4,58 6,83 9,75
2 5,125 7 9,625
3 4,5 6,5 10

Standar Deviasi (SD) =


√ ∑ ( x 1− x́ )2
n−1

=
√ 0,164
3−1

= 0,286 kg.

SD
Koefisien Variasi (CV) = x 100%

0,286
= x 100%
6,83
= 4,187 %.

SD
Standar Error (SE) =
√n
0,286
=
√3
= 0,16

o Bottom Ziper

Standar Deviasi (SD) =


√ ∑ ( x 1− x́ )2
n−1

=
√ 0,362
2

= 0,425 kg.

SD
Koefisien Variasi (CV) = x 100%

0,425
= x 100%
9,75
= 4,358 %.

SD
Standar Error (SE) =
√n
o , 425
=
√3
= 0,245

o Slider Lock

Standar Deviasi (SD) =


√ ∑ ( x 1− x́ )2
n−1

=
√ 0,51
2

= 0,504 kg.

SD
Koefisien Variasi (CV) = x 100%

0,504
= x 100%
4,58
= 11,004 %.

SD
Standar Error (SE) =
√n
0,504
=
√3
= 0,29

VII. Diskusi.
Setelah dilakukan pengujian kekuatan zipper, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu dalam pengujian kekuatan zipper ini ketersediaan contoh uji
terbatas sehingga masing-masing pengujian harus dilakukan dan diamati dengan
teliti dan tepat. Tombol switch on/off pada mesin universal safety tester juga harus
diperhatikan dan dipastkan dalam posisi yang benar dan sesuai. Pada saat memulai
pengujian, jarum penunjuk harus berada pada posisi 0 agar hasilnya akurat.
Kemungkinan slip pada pengujian ini bisa saja terjadi apabila pemasangan contoh
uji pada clamp tidak tepat, maka dari itu contoh uji harus dijepit dengan benar.

VIII. Kesimpulan.
Dari pengujian yang telah dilakukan didapat kesimpulan :
 Rata-rata kekuatan slider lock : 4,58 kg.
Standar Deviasi (SD) : 0,504
Koefisien Variasi (CV) : 11,004 %
Standar Error (SE) : 0,29
 Rata-rata kekuatan top stop : 6,83 kg.
Standar Deviasi (SD) : 0,286
Koefisien Variasi (CV) : 4,187 %
Standar Error (SE) : 0,16
 Rata-rata kekuatan Bottom : 9,25 Kg.
Standar Deviasi (SD) : 0,425
Koefisien Variasi (CV) : 4,358 %
Standar Error (SE) : 0,245
IX. Lampiran Contoh Uji
PENGUJIAN MIGRASI WARNA ZIPPER

I. Maksud dan Tujuan.

Untuk mengetahui migrasi warna pada zipper terhadap kain pelapis setelah
dilakukan pencucian.

II. Teori Dasar.


Zipper merupakan salah satu aksesoris garmen yang terdiri dari dua
potong kain, yang masing-masing ditempatkan pada salah satu sisinya untuk
dipertautkan, dengan puluhan atau ratusan gigi dari metal atau plastik.
Penarikannya dioperasikan dengan tangan, bergerak sepanjang deretan gigi-
giginya. Di dalam penarikannya terdapat sebuah saluran berbentuk Y yang
memepertautkan atau memisahkan barisan gigi yang berhadap-hadapan
gerakannya, tergantung arah gerakannya. Cara pengujian migrasi warna pada
zipper ini dimaksudkan untuk menentukan migrasi warna zipper pada kain
terhadap pencucian yang berulang – ulang. Berkurangnya warna dan pengaruh
gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan atau gosokan dari 5 kali pencucian
tangan atau pencucian dengan mesin yang mengandung chlor dalam rumah
tangga, hampir sama dengan satu kali pegujian selama 15 menit.
Penilaian migrasi warna dilakukan dengan melihat adanya
pelunturan/penodaan warna dari zipper pada kain, untuk melihat nilai
penodaannya digunakan staining scale dan perubahan warna pada zipper
menggunakan gray scale.

III. Alat dan Bahan.

1) Zipper.
2) Kain pelapis kapas.
3) Kain pelapis poliester.
4) Mesin jahit.
5) Benang jahit.
6) Launder O meter.
7) Kelereng baja tahan karat 6 mm.
8) Tabung baja.
9) Staining scale.

Gambar 5.1. Launder O Meter


IV. Langkah Kerja.

1) Menjahit zipper, kain poliester dan kain kapas dengan posisi zipper berada di
tengah-tengah kain poliester dan kapas.
2) Menambahkan 200 ml larutan sabun 5 gram / liter, ditambah 10 buah
kelereng baja sebagai pengaduk.
3) Melarutan sabun dalam keadaan panas 400C.
4) Tabung ditutup, dimasukkan ke dalam penjepit penguji yang ada dalam alat
uji linitest.
5) Diuji selama 45 menit dengan suhu 400C.
6) Contoh uji diangkat, dibilas dan dinetralkan dengan larutan asam asetat
glacial
7) Evaluasi contoh uji dibanding dengan mempergunakan staining scale untuk
penodaan pada kain pelapis.

V. Data Percobaan.
 Nilai penodaan pada kain pelapis.

No Kain pelapis kapas Kain pelapis poliester


. Nilai Keterangan Nilai Keterangan
1. ¾ Ada sedikit penodaan 4 Ada sedikit penodaan
namun tidak tampak.
2. ¾ Ada sedikit penodaan 4 Ada sedikit penodaan
namun tidak tampak
 Nilai penodaan pada zipper = 4 (Ada sedikit migrasi warna tapi tidak
begitu tampak)
VI. Diskusi.
Dalam percobaan migrasi warna pada zipper ini evaluasi dilakukan secara
visual, maka penilaian seharusnya dilakukan oleh lebih dari 1 orang karena
pandangan seseorang dengan yang lain berbeda. Tempat untuk melakukan
pengujian ini sebaiknya tempat yang gelap dan pencahayaannya hanya berasal
dari satu sumber yaitu lampu mode daylight. Penodaan pada kain diukur
menggunakan staining scale sedangkan penodaan warna pada zipper
menggunakan alat grey scale.

VII. Kesimpulan.
Dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan sebagi berikut :
 Nilai penodaan pada kain pelapis kapas yang pertama adalah 3/4 dan yang
kedua adalah 3/4, artinya penodaan hanya sedikit pada kain poliester
 Nilai penodaan pada kain pelapis poliester yang pertama adalah 4 dan yang
kedua adalah 4, artinya penodaan hanya sedikit namun tidak begitu tampak.
 Nilai penodaan pada zipper adalah 4, artinya ada migrasi warna namun hanya
sedikit dan tidak begitu tampak.

Lampiran Contoh Uji.

Gambar 5.2 contoh uji 1 poliester setelah dilakukan pengujian


Gambar 5.3 Contoh uji 2 poliester setelah dilakukan pengujian

Gambar 5.4 Contoh uji 1 katun setelah dilakukan pengujian

Gambar 5.5 Contoh uji 2 katun setelah dilakukan pengujian


VIII. Lampiran
PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KANCING

I. Maksud dan Tujuan.


Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan tarik yang dimiliki oleh sebuah
kancing dengan beban tertentu.

II. Teori Dasar.

a. Deskripsi Kancing
Kancing adalah alat kecil yang berbentuk pipih dan bundar yang
dipasangkandengan lubang kancing untuk menyatukan dua helai kain yang
bertumpukan, atau sebagai ornamen. Selain berbentuk bundar, juga ada yang
berbentuk bulat, persegi, maupun segitiga.
Bahan yang paling umum digunakan pada kancing adalah dari plastik keras,
bahan lain (sintetik) seluloid, gelas, logam dan bakelit, tanduk, tulang, gading,
kerang dan lain-lain. Lubang pada kancing dibuat dengan melubangi kain dan
menjahit pinggirannya dengan jarum tangan atau mesin pelubang kancing, yang
bisa dibuat secara vertikal maupun horizontal.

Gambar 3.1. Ilustrasi kancing

b. Jenis kancing
1. Kancing lubang dua atu empat
Permukaan kancing terdapat lubang-lubang tempat lewat jalur
benang jahitan, kancing seperti ini dapat dipasang dengan jahitan tangan
atau mesin.

2. Kancing jepret (kancing tekan atau kancing hak)


Terdiri dari dua bagian cembung dan cekung.Kedua bagian ini
mengunci bila ditekan atau terlepas bila ditarik

3. Kancing Bungkus
Pada kancing bungkus ini kainlah yang digunakan untuk
membungkus kancing. Sedangkan lubang untuk jalur benang berada di
bawah.
4. Kancing Sengkelit
Kain yang dipasangkan dengan rumah kancing berupa sengkelit dari
lipatan kain.
5. Kancing Cina
Kancing dan rumah kancing dibuat dari simpul-simpul tali kor.
Karena kancing merupakan salah satu aksesoris yang sering digunakan
dalam pembuatan garmen, maka dari itu mutu kualitas serta kekuatannya harus
sangat diperhatikan, karena dapat mempengaruhi kualitas garmen yang dibuat
dengan aksesoris kancing tersebut.

III. Alat dan Bahan.


 Universal safety tester.
 Kancing .
 Kain Tenun.
 Mesin pasang kancing otomatis.

Jarak 5 cm

5 cm

Gambar 3.2 Universal safety tester Gambar 3.3 Contoh uji

IV. Langkah Kerja.


1) Melipat kain menjadi dua lapisan.
2) Memasangkan kancing dengan arah diagonal dengan menggunakan mesin
pasang kancing otomatis dengan jarak antar kancing 5 cm.
3) Memasangkan contoh uji pada clamp bawah Universal Safety Tester, jepitkan
clamp atas ke kancing.
4) Menekan tombol ON mesin Universal Safety Tester.
5) Mengangkat tuas pada mesin sampai kancing terlepas.
6) Membaca skala yang tertera.
7) Mengevaluasi kondisi kancing pada pengujian.

V. Data Percobaan.
No. Kekuatan (Kg) Keterangan

1. 4,0 Kancing Pecah

2 2,0 Kancing Pecah

3 4,25 Kancing Pecah

4 6,25 Kancing pecah

5 5,25 Kancing pecah

Perhitungan.
No. Kekuatan (Kg) ( x1 - x́ )2
1. 4,0 0,1225
2 2,0 5,5225
3 4,25 0,01
4 6,25 3,61
5 5,25 0,81
∑ 21,75 10,075
x́ 4,35

 Standar Deviasi (SD) =


√ ∑ ( x 1− x́ )2
n−1
=
√ 10,075
4

= 1,5870 kg.

SD
 Koefisien Variasi (CV) = x 100%

1,5870
= x 100%
4,35
= 36,4827 %.

SD
 Standar Error (SE) =
√n
1,587
=
√5
= 0,71

VI. Diskusi.
Setelah melakukan percobaan dan perhitungan secara analisis maka didapat
hasilnya. Pada tahap persiapan contoh uji, pemasangan kancing diatas kain harus
membentuk arah diagonal dan berjarak 5 cm masing-masing kancing agar
didapatkan variasi hasil dalam praktikum. Pada praktikum kekuatan tarik kancing
ini pemasangan kancing pada penjepit harus pas dan kain contoh uji juga harus
terpasang pada penjepit dengan kuat karena kalau salah posisi hasil yang
didapatkan bisa jadi tidak akurat, posisi jarum sebelum dilakukan pengujian harus
dicek pada posisi nol, dan tombol on/off selalu dicek. Penarikan tuas pada alat
dilakukan secara kuat agar tidak terjadi slip. Skala terkecil pada alat yang
digunakan adalah 0,25 kg.
VII. Kesimpulan.
Dari hasil pengujian kekuatan kancing ini diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
 Rata-rata kekuatan kancing : 4,35 kg.
 Standar deviasi kekuatan kancing : 1,5870
 Koefisien variasi kekuatan kancing : 36,482 %.
 Standar Error : 0,71
VIII. Lampiran Contoh Uji
PENGUJIAN SLIP JAHITAN

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil data dari slip jahitan dengan bukaan
3mm dan 6mm.
II. TEORI DASAR
Selip jahitan adalah pergeseran satu atau lebih benang pada kain dari posisi awal yang
akan menyebabkan perbedaan susunan barisan atau jarak atau keduanya.
Pengujian slip jahitan dilakukan dengan cara contoh uji dilipat kemudian dijahit
didekat dan sejajar dengan lipatan, kemudian dipotong. Contoh uji ditarik kearah tegak
lurus jahitan, sehingga dapat ditentukan besarnya gaya yang menyebabkan terjadinya
pergeseran benang selebar yang ditentukan (3 mm atau 6 mm). Slip jahitan juga dapat
diukur dengan berapa cm slip benang pada jahitan setelah diberi beban tertentu ( 8 kg
atau 12 kg). Kedua cara diatas bisa digunakan untuk mencari besarnya slip jahitan. Saat
ini cara yang dipilih adalah untuk menentukan gaya yang diperlukan untuk pembukaan
selebar 6 mm atau 3 mm.

III.PERCOBAAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan yaitu :
1. Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju mulur tetap (instron)
a. Jarak jepit yaitu 7,5 cm
b. Perbandingan antara kecepatan grafik dengan kecepatan penarikan = 5 : 1
c. Kecepatan penarikan : 100 ± 10 mm/menit
d. Beban : 50 Kg
2. Mesin jahit listrik jeratan kunci 1 jarum, dengan kecepatan tidak lebih dari 3000
stitch per menit.
3. Jarum jahit dan benang jahit.
4. Penggaris dengan skala mm.
5. Gunting
Bahan yang digunakan : kain tenun dengan ukuran 10 x 35 cm
Gambar 1.1 Alat Uji Kekuatan Tarik (Instron)

40 cm 29 cm
2 cm
dijahit 1,2cm

10 cm 10 cm

1.2 cm

11 cm

Gambar 1.2 Pemotongan Contoh Uji

3.2. LANGKAH KERJA


1. Lipat contoh uji dan jahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas.
2. Pasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada
jahitan pada klem atas dan bawah.
3. Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur
kain.
4. Kemudian ujung pena kembalikan pada titik dimana awal terjadi
grafik pada pengujian pertama.
5. Pasang contoh uji yang ada jahitan pada klem atas dan bawah.
6. Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur
jahitan.
7. Ukur grafik dengan cara :
- Ukur jarak (1) antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5 N)
yang merupakan tegangan awal dari contoh uji yang dijahit.
- Tambahkan 15 mm pada jarak (1) untuk slip 3 mm dan
tambahkan 30 mm untuk slip 6 mm.
- Tentukan jarak antara dua titik pasangan kurva yang
dipisahkan oleh jarak (1) + 15 mm atau jarak (1) + 30 mm tepat sejajar sumbu
pertambahan panjang (tarikan).
- Baca besarnya gaya pada titik tersebut dalam kg (N) pada
sumbu kurva kekuatan sampai 2 N terdekat.
- Besarnya tahan selip adalah gaya tersebut dikurangi 5 N.
- Apabila pemisahan antara dua kurva lebih dari 20,4 kg (200
N), laporkan hasil pengujian sebagai lebih besar 20,4 kg (200 N) dan apabila
kainnya sobek dan pemisahan kurva tidak ada, laporkan kekuatan pada saat
sobek.

3.3. DATA DAN PERHITUNGAN


- Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser/selip benang pada bukaan 3
mm dan 6 mm arah lusi dan arah pakan
*Apabila pemisahan jarak antara kurva sobek kain dengan kurva sobek jahitan
pada di bukaan 3 mm atau 6 mm pada grafik tidak ada, maka kekuatan beban
dinyatakan > 20,4 Kg (200 N).

 Lusi
 Bukaan 3 mm :
= (3 × 5) + 3 = 18 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = 8,5 Kg atau 83,3 N
 Bukaan 6 mm :
= (6 × 5) + 3 = 33 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N
 Pakan
 Bukaan 3 mm :
= (3 × 5) + 9 = 24 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N

 Bukaan 6 mm :
= (6 × 5) + 2 = 39 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N

IV. DISKUSI

Pada pengujian slip jahitan menggunakan alat uji Instron ini, sebagaimana telah
diketahui bahwa sistem pengujian pada alat ini menggunakan tarikan otomatis yang
kemudian hasilnya direkam dalam kertas grafik. Dari kertas grafik tersebut
diterjemahkan dalam bentuk hitungan.
Penggunaan alat uji Instron memang sangat memerlukan ketelitan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan saat menggunakan alat ini adalah pemasangan contoh uji
harus tepat dengan jepitan yang pas. Kemudian, karena pena yang digunakan
tekanannya kecil, saat praktikum harus ditekan pena tersebut. Lalu, hal yang harus
diperhatikan lainnya adalah penggunaan beban yang digunakan.

V. KESIMPULAN
Pada praktikum pengujian slip jahitan, diperoleh :
Hasil pengujian sebagai berikut :
 Lusi
 Bukaan 3 mm :
= (3 × 5) + 3 = 18 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = 8,5 Kg atau 83,3 N
 Bukaan 6 mm :
= (6 × 5) + 3 = 33 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N

 Pakan
 Bukaan 3 mm :
= (3 × 5) + 9 = 24 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N
 Bukaan 6 mm :
= (6 × 5) + 2 = 39 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N
hasil bahwa kekuatan jahitan dan robek kain pada beban > 20,4 kg.
VI. LAMPIRAN
Kain Hasil Pengujian
PENGUJIAN KEKUATAN JAHITAN

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan jahitan pada kain yang akan
diuji dengan menggunakan alat uji dinamometer.
II. TEORI DASAR
Kekuatan tarik jahitan adalah kekuatan yang menunjukan berapa beban maksimal
sampai jahitan itu putus. Kekuatan tarik jahitan besar kekuatannya tergantung kepada
banyaknya stich per inchi dan kekuatan kainnya sendiri. Dengan demikian banyaknya
stich per inchi disesuaikan dengan kekuatan kainnya. Kalalu tidak demikian bisa jadi saat
diuji ketika mendapat tarikan kainnya sendiri yang putus bukan jahitannya.
Pada pengujian ini, yang harus diperhatikan, yaitu pada saat penarikan terjadi dua
macam putus, yaitu :
 Bila ditarik, yang putusnya adalah kain tenun yang dikenakan jahitan. Maka hal
tersebut dapat dikaktagorikan sebagai kekuatan tarik kain. Dan hal tersebut
menunjukan bahwa, kekuatan minimum dari benang jahitan yang ada pada kain
tersebut lebih besar dari kekuatan minimum kain tersebut.
 Pada saat penarikan, benang jahitan yang ada pada kain tenun tersebut putus. Hal ini
adalah yang diharapkan pada pegujian kali ini. Bila hal ini terjadi, maka yang
diujinya merupakan kekuatan jahitan dari benang jahit pada kain tenun.

III.PERCOBAAN

3.1. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalampraktikum pengujian kekuatan jahitan adalah sebagai


berikut:
1. Alat uji kekuatan tarik dengan sistim laju penarikan tetap ( dinamometer )
2. Gunting.
3. Mesin jahit.
4. Jarum jahit dan benang jahit.
Bahan yang digunakan dalampraktikum pengujian kekuatan jahitan adalah kain
contoh uji dengan ukuran 5 x 20 cm

Gambar 2.1 Alat Uji Kekuatan tarik (Dinamometer)

Dilipat, dan dijahit dan


dipotong menjadi sbb : Dijahit
1 cm

10 cm

5 cm

40 cm
0,5 cm
Gambar 2.2 Contoh Uji Pengujian Kekuatan Jahitan

3.2. LANGKAH KERJA

Langka kerja yang digunakan dalam praktikum pengujian kekuatan jahitan adalah sebagai
berikut:
1. Mengatur jarak jepit menjadi 7,5 cm.
2. Menyiapkan contoh uji dengan menggunting kain yang disediakan menjadi bentuk T.
3. Menjepit contoh uji dan mengatur sehingga jaitan tepat ditengah.
4. Letakkan posisi jarum penunjuk skala pada posisi nol
5. Menjalankan mesin dengan menarik handle sampai conto uji putus.
6. Apabila kain sudah putus maka jarum penunjuk skala akan berhenti tetapi mesin akan
terus berjalan sehinga kita harus mematikannya.
7. Membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penujuk skala untuk kekuatan tarik dan
mulurnya
8. Mengulangi langkah-langkah diatas untuk arah lusi dan pakan sebanyak masing-masing 3
kali.
9. Mengamati dan mencatat penyebab putus, yaitu:
 Kain putus.
 Benang jahit putus.
 Benang-benang kain tergelincir.
 Gabungan dua atau tiga penyebab diatas.

3.3. DATA DAN PERHITUNGAN

Tabel 16.1 Hasil Pengujian Kekuatan Jahitan Arah Lusi


Kekuatan Jahitan
No (x - x́ )2 Keterangan
(x) (kg)
1 14 kg 11,09 Putus Jahitan
2 7,5 kg 10,05 Putus Jahitan
3 10,5 kg 0,03 Putus Jahitan
x́ = 10,67 kg ∑ = 21,17


2
Standar Deviasi (SD) = ∑(x - x )
n-1

=
√ 21,17
3 -1
= 3,25

SD
Koefisien variasi (CV) = x 100%

3,25
= x 100%
10,67
= 30,49 %
SD
Standar Error (SE) =
√n
3,25
=
√3
= 1,87
Kesimpulan keterangan lusi : Sebagian besar contoh uji rusak pada jahitan

Tabel 16.2 Hasil Pengujian Kekuatan Jahitan Arah Pakan


Kekuatan Jahitan
No (x - x́ )2 Keterangan
(x) (kg)
1 7,5 1 Putus Kain
2 12 12,25 Putus Jahitan
3 6 6,25 Putus Kain
x́ = 8,5 ∑ = 19,5


2
Standar Deviasi (SD) = ∑(x - x )
n-1

=
√ 19,5
3 -1
= 3,12
SD
Koefisien variasi (CV) = x 100%

3,12
= x 100%
8,54
= 36,74 %
SD
Standar Error (SE) =
√n
3,12
=
√3
= 1,80

Kesimpulan keterangan pakan : Sebagian besar contoh uji rusak pada kain

IV. DISKUSI
Pegujian kekuatan jahitan ini menggunakan alat dinamometer dengan hasil
pengujian berupa data kekuatan tarik kain (untuk pengujian kekuatan jahitan). Untuk
kekuatan tarik kain, satuan yang digunakan adalah kg. Penggunaan beban pada
dynamometer menyesuaikan dengan syarat yang telah ditentukan dan beban minimal
yang digunakan adalah 50 kg.
Data hasil praktikum :
- Rata-rata Kekuatan jahitan arah lusi = 10,67
- Standar deviasi lusi = 3,25
- Koevisien variasi lusi = 30,49%
- Standar Error lusi = 1,87
- Rata-rata kekuatan jahitan arah pakan = 8,5
- Standar deviasi pakan = 3,12
- Koevisien variasi = 36,74%
- Standar Eror pakan = 1,80
Pemasangan kain contoh uji pada alat harus dilakukan secara benar yaitu dengan
tegangan normal. Namun, sebelum itu penjepitan kain harus dengan tegangan yang
pas agar tidak terjadi slip saat pengujian berlangsung. Slip pada pengujian terjadi
karena salah satu ujung kain baik bagian atas ataupun bawah kurang terjepit.
Sehingga, saat dilakukan penarikan, terjadi slip.
Secara umum, hasil pengujian kekuatan jahitan tidak terjadi slip. Namun, untuk
pengujian kekuatan jahitan arah lusi, kerusakan rata – rata adalah pada jahitan yang
terlepas. Sedangkan pengujian arah pakan, kerusakan yang terjadi yaitu pada kain dan
jahitan. Kerusakan pada kain dan jahitan adalah saat dilakukan penarikan, kain
tertarik dan sedikit robek yang diikuti jahitan yang terlepas.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
- Pengujian menggunakan dinamometer dengan spesifikasi yang telah disebutkan
- Pemasangan contoh uji harus dilakuakan dengan benar
- Secara umum, kain hasil pengujian tidak terjadi slip. Kain arah lusi rata – rata rusak
pada jahitan dan kain arah pakan rudak pada kain dan jahitan.
VI. LAMPIRAN
Kain Hasil Pengujian

Kain Contoh Uji Arah Lusi

Kain Contoh Uji Arah Pakan


PERUBAHAN KENAMPAKAN DIMENSI KEMEJA

I. Maksud dan Tujuan.


Untuk mengetahui kenampakan garmen atau perubahan ukuran setelah
dilakukan pencucian berulang.

II. Teori Dasar.

Perubahan ukuran pakaian, disebabkan oleh :


a. Pencucian
b. Pencucian kering
c. Penyetrikaan
Jumlah perubahan ukuran pada ketiga tingkatan tersebut merupakan
perubahan ukuran bergantung pada struktur kain dan benang, serta jenis
serat.Contoh : kain kapas yang dapat mengkeret sampai 10%, maka komponen
benang dan seratnya mungkin hanya mengkeret sebesar 2%. Kain rayon
mengkeret lebih besar terjadi pada komponen benang dan seratnya. Proses
penyempurnaan untuk memperbaiki mengkeret kain lebih efektif untuk kain kapas
daripada rayon.
Mengkeret kain dapat terjadi karena :

a. Relaxation shrinkage
Terjadi karena ketika proses pertenunan, benang-benang yang ditenun
terutama benang lusi mengalami tegangan, proses tentering dan calendering
mengalami penarikan, sehingga saat pencucian kain relaks, tegangan
mengendor, sehingga ukuran kain cenderung kembali ke posisi semula.
b. Swelling shrinkage
Disebabkan karena adsorpsi dan desorpsi terhadap air. Kain-kain dengan
konstruksi ringan cenderung memiliki efek swelling lebih besar daripada kain-
kain dengan tetal kain lebih padat.
c. Felting shrinkage
Terjadi pada serat yang memiliki sisik di permukaannya, seperti wool,
sehingga pada kondisi pencucian yang tidak sesuai dapat mengakibatkan
terjadinya friksi antara serat di dalam struktur benang dan kain yang dapat
menyebabkan mengkeret.
d. Contracting shrinkage

Terjadi pada benang atau kain sintetik ketika terpapar suhu yang lebih
tinggi dari 1750C. mengkeret jenis ini dapat dikurangi dengan cara
dilakukannya proses pemantapan panas (heat Setting) terhadap benang atau
kain. Benang –benang yang tidak diberi perlakuan sebelum atau sesudah
menjadi kain, akan cenderung mengkeret karena proses steaming atau pressing
dalam ptoses manufaktur pakaian jadi.

III. Alat dan Bahan.


 Mesin cuci otomatis bukaan depan.
 Meteran.
 Kemeja.
 Sabun rendah alkali 5 gr/l.
 Air.

IV. Langkah Kerja.


1) Mengukur terlebih dahulu kemeja yang akan diuji.
2) Memasukan contoh uji ke mesin cuci yang telah berisi larutan sabun 3
gram / liter, sebanyak 20 liter, dengan suhu 40 0C.
3) Memasang pengatur waktu pada mesin cuci pada angka 30 menit.
4) Mengaktifkan mesin cuci.
5) Ketika mesin cuci berhenti, contoh uji dipindahkan ke bagian peras.
Contoh uji diperas selama 5 menit.
6) Memindahkan contoh uji ke bagian pencuci. Bilas contoh uji dengan air 40
0
C, selama 10 menit.
7) Contoh uji diperas kemballi selama 5 menit.
8) Membilas contoh uji dengan air 40 0C selama 5 menit.
9) Mengangkat contoh uji dari mesin cuci, keringkan contoh uji dengan
menggunakan metoda seperti di atas sampai 3 kali pencucian.
V. Data Percobaan.
o Stabilitas Dimensi
No Appearance Sebelum Setelah Keterangan
Pencucian (cm) Pencucian (cm)
1. Lingkar leher 44 44 Tetap
2. Lebar bahu 16 16 Tetap
3. Panjang lengan 23 23,5 Mulur
4. Lingkar lengan 46 46 Tetap
5. Panjang badan 73 74 Mulur
6. Lingkar badan atas 53 54 Mulur
7. Lingkar badan bawah 102 101 Mengkeret

dimensi akhir – dimensi awal


presentasedimensi= ×100
dimensiawal

1. Lingkar Leher
44−44
presentasedimensi= ×100
44
presentasedimensi=0
2. Lebar Bahu
16−16
presentasedimensi= ×100
16
presentasedimensi=0
3. Panjang Lengan
23,5−23
presentasedimensi= × 100
23
presentasedimensi =2,17
4. Lingkar Lengan
46−46
presentasedimensi= ×100
46
presentasedimensi=0
5. Panjang Badan
74−73
presentasedimensi= ×100
73
presentasedimensi =1,36
6. Lingkar Badan Atas
54−53
presentasedimensi= ×100
54
presentasedimensi =1,85
7. Lingkar Badan Bawah
101−102
presentasedimensi= ×100
101
presentasedimensi =0,99

o Kekusutan Pakaian

Gambar 6.1 Contoh Uji Kekusutan Pakaian (Depan)

Gambar 6.2 Contoh Uji Kekusutan Pakaian (Belakang)


Pada pengamatan kekusutan kain, untuk mengambil hasilnya dibutuhkan beberapa
orang agar hasilnya lebih teliti. Berikut ini hasil pengamatannya :
No Nama Pengamat Nilai
1 Dewi Salshabila 2
2 Mega Puspitasari 2
3 Susanti 2
Tabel 6.1 Kenampakan kekusutan kain (depan)

No Nama Pengamat Nilai


1 Dewi Salshabila 2
2 Mega Puspitasari 2
3 Susanti 2
Tabel 6.2 Kenampakan kekusutan kain (belakang)

o Kenampakan Pakaian
1. Seam Smoothness
Nilai kenampakan jahitan : 4

Gambar 6.3 Contoh Uji Seam Smoothness


2. Collar
Nilai kenampakan kerah: 3

Gambar 6.4 Contoh Uji Collar


3. Pocket
Nilai kenampakan saku: 4
Gambar 6.5 Contoh Uji Pocket
4. Plaket
Nilai kenampakan plaket: 4

VI. Diskusi.
Dalam teori yang ada bahwa serat kapas ketika mengalami pencucian akan
mengkeret, tetapi dari hasil pengujian yang didapatkan ternyata kebanyakan terjadi
pertambahan panjang yang artinya mulur. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa factor.
Pertama, kemungkinan dalam pembuatan kemeja ini, digunakan serat campuran sehingga
ukuran setelah dilakukan pencucian justru mulur atau bertambah panjang. Kedua, pada
saat kemeja selesai dicuci seharusnya pengeringan dilakukan di media yang datar namun
pada pengujian ini contoh uji digantung menggunakan hanger. Hal tersebut dapat
menyebabkan penambahan ukuran. Ketiga, ketelitian dalam mengukur bisa jadi tidak
akurat karena menggunakan penggaris bukan meteran karena keterbatasan alat.
Keempatm penilaian pada pengujian ini dilakukan secara visual. Meskipun dalam
pengujian ini diamati oleh beberapa orang tetap saja asumsi dan penglihatan setiap orang
bisa saja berbeda.

VII. Kesimpulan
Dari pengujian kenampakan kain yang sudah dilakukan, dapat diambil kesimpulan :
1. Persentasi Dimensi
 Lingkar leher = 0%
 Lebar bahu = 0%
 Panjang lengan = 2,17 %
 Lingkar lengan = 0%
 Panjang badan = 1,36 %
 Lingkar badan atas = 1,85%
 Lingar badan bawah = 0,99 %
2. Nilai kekusutan pakaian
 Depan =2
 Belakang =2
3. Nilai kenampakan jahitan =2
4. Nilai Collar =3
5. Nilai Pocket =4
6. Nilai Plaket =4

PENGUJIAN CACAT JAHITAN

I. Maksud dan Tujuan.


Untuk mengetahui dan menganalisa cacat jahitan yang terdapat di dalam
garmen.

II. Teori Dasar.


2.1 Definisi
Cacat jahitan adalah kelainan yang tampak pada jahitan yang terjadi
dengan tidak disengaja yang dapat menurunkan mutu jahitan. Cacat jahitan dapat
terdiri dari cacat jahitan kritis, mayor dan minor. Cacat jahitan kritis yaitu cacat
jahitan yang langsung terlihat jelas dan menyebabkan pakaian tidak dapat dipakai.
Cacat jahitan mayor adalah cacat jahitan yaang mudah terlihat pada jahitan
tampak maupun jahitan tidak tampak. Cacat jahitan minor yaitu cacat jahitan yang
kecil tidak begitu tampak dan masih bisa diterima pemakai dalam jumlah tertentu.

2.2 Istilah
Jahitan tampak yaitu jahitan yang terlihat dari luar pada waktu pakaian
dipakai. Jahitan tidak tampak yaitu jahitan yang tidak terlihat dari luar pada waktu
pakaian dipakai atau semua jahitan selain jahitan tampak. Jahitan sambung yaitu
jahitan yang berfungsi menyambung dua atau lebih komponen atau bagian
menjadi satu. Jahitan gabung yaitu jahitan yang berfungsi menggabung dengan
menambahkan satu komponen pada komponen atau bagian yang lain. Setik kunci
adalah setik yang teerbentuk dari dua helai benang yang menjepit kain, satu
benang di bagian atas, satu benang dibagian bawah dan melilit di bagian tengah
kain.

III. Alat dan Bahan.


 Mesin Jahit.
 Kain tenun.
 Benang jahit.

Contoh Uji

2 meter
IV. Langkah Kerja.
1) Menjahit kain sepanjang 2 meter dengan jahitan 4 meter tanpa terputus.
2) Dijahit sabanyak 2 kali dengan jarak 1 sepatu.
3) Mengamati beberapa cacat jahitan yang terjadi.
4) Mengevaluasi data yang dihasilkan.

V. Data Percobaan.
Nilai cacat pada jahitan tampak

No Bentuk cacat pada satu tempat Nilai cacat


Minor Mayor Kritis
N1 N2 N3 N1 N2 N3 N1 N2 N3
1. Jahitan loncat
 1 setik 5 2 3 - - - - - -
 2 – 4 setik - - - 1 - 1 - - -
 Lebih 4 setik - - - - - - - - -
2. Jahitan kendor
 Kurang 1 cm 1 - - - - - - - -
 1 – 2,5 cm - - - - - - - - -
 Lebih 2,5 cm - - - - - - - - -
3. Jahitan menyimpang
 Penyimpangan kurang 1 21 10 7 - - - - - -
mm
 Penyimpangan 1 – 5 mm - - - 8 8 9 - - -
 Penyimpangan lebih 5 - - - - - - - 2 4
mm
4. Jahitan gabung
 Bergeser 1 – 2 mm - - - - - - - - -
 Bergeser 2 – 5 mm - - - - - - - - -
 Bergeser lebih 5 mm - - - - - - - - -
5. Jahitan sambungan
 Bergeser 1 – 2 mm - - - - - - - - -
 Bergeser 2 – 5 mm - - - 1 - - - - -
 Bergeser lebih 5 mm - - - - - - - - -
6. Jahitan melintir - - - - - - - - -
7. Sambungan jahitan
 Bergeser kurang 1 mm - - - - - - - - -
 Bergeser 1 – 5 mm - - - - - - - - -
 Bergeser lebih 5 mm - - - - - - - - -
8. Komponen tidak simetris
 Perbedaan 1 – 2 mm 1 - - - - - - - -
 Perbedaan 2 – 5 mm - - 1 - - - - - -
 Perbedaan lebih 5 mm - - - - - - 1 - -
9. Lubang kancing
 Tidak rata - - - - - - - - -
 Tidak lurus
- Penyimpangan 1 – 2 mm - - - - - - - - -
- Penyimpangan 2 – 5 mm - - - - - - - - -
- Penyimpangan lebih 5 - - - - - - - - -
mm
10. Kancing
 Kendor - - - - - - - - -
 Tidak lurus
- Penyimpangan 1 – 2 mm - - - - - - - - -
- Penyimpangan 2 – 5 mm - - - - - - - - -
- Penyimpangan lebih 5 - - - - - - - - -
mm
11. Jahitan terlipat
- Penyimpangan 1 – 2 mm - - - - - - - - -
- Penyimpangan 2 – 5 mm - - - - - - - - -
- Penyimpangan lebih 5 - - - - - - - - -
mm
12. Ujung benang tidak dipotong keluar lebih 2 mm
 5 tempat yang berbeda - - - - - - - - -
 Lebih 5 tempat yang - - - - - - - - -
berbeda

Nilai cacat pada jahitan tidak tampak

No Bentuk cacat pada satu tempat Nilai cacat


Minor Mayor Kritis
N1 N2 N3 N1 N2 N3 N1 N2 N3
1. Jahitan loncat
Untu setik kunci
 1 setik 2 2 1 - - - - - -
 2 – 4 setik - - - - 3 1 - - -
 Lebih 4 setik - - - - - - - - -
2. Jahitan kendor
Untuk setik kunci
 Kurang 1 cm 4 - - - - 1 - - -
 1 – 2,5 cm - - - - - - - - -
 Lebih 2,5 cm - - - - - - - - -
3. Jahitan menyimpang
 Penyimpangan kurang 1 1 10 - - - - - - -
mm
 Penyimpangan 1 – 5 mm - - - 1 8 1 - - -
 Penyimpangan lebih 5 - - - - - - - - -
mm
4. Jahitan gabung
 Bergeser 1 – 2 mm - - - - - - - - -
 Bergeser 2 – 5 mm - - - - - - - - -
 Bergeser lebih 5 mm - - - - - - - - -
5. Jahitan sambungan
 Bergeser 1 – 2 mm - - - - - - - - -
 Bergeser 2 – 5 mm - - - 1 - 1 - - -
 Bergeser lebih 5 mm - - - - - - - - -
6. Jahitan melintir - - - - - - - - -
7. Sambungan jahitan
 Bergeser kurang 1 mm - - - - - - - - -
 Bergeser 1 – 5 mm - - - - - - - - -
 Bergeser lebih 5 mm - - - - - - - - -
8. Jahitan penutup
 Tidak rata 1 1 - - - - - - -
 Tidak lurus - - - - - - - - -
 Kendor - - - - - - - - -
 Putus sambungan
9. Jihitan terlipat
 1-2 mm - - - - - - - - -
 2-5 mm - - - - - - - - -
 Lebih 5 mm - - - - - - - - -
10. Ujung benang tidak di potong keluar lebih 2 mm
 Pada saat tempat - - - - - - - - -
berbeda
 Lebih 5 tempat berbeda - - - - - - - - -

VI. Diskusi.
Dalam percobaan ini evaluasi cacat jahitan perlu ketelitian dalam menilai
cacat jahitan. Hal-hal yang harus di perhatikan yaitu mulai dari benang yang
digunakan harus sesuai dengan kain yang akan dijahit, mesin jahit sebelum
digunakan harus diperiksa terlebih dahulu
1. Benang yang di gunakan harus sesuai dengan kain yang akan di jahit.
2. Tegangan benang atas harus seimbang dengan tegangan benang bawah.
3. SPI harus sesuai dengan standar pengujian yaitu 12 stich per inci
4. Pada saat proses penjahitan, kain tidak boleh mengalami penarikan atau
peregangan.
5. Penilain di lakukan secara visual, sehingga penilai harus lebih dari 1
orang.

VII. Kesimpulan.
Dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan sebagi berikut :
1. Nilai cacat pada jahitan tampak, yaitu :
 Minor : 49
 Mayor : 28
 Kritis : 7
2. Nilai cacat pada jahitan tidak tampak, yaitu :
 Minor : 22
 Mayor : 17
 Kritis : 0

PENGUJIAN KEKUATAN REKAT INTERLINING

I. Maksud dan Tujuan


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besar kekuatan rekat interlining dengan alat
uji Instron.
II. Teori Dasar
Interlining merupakan pelapis antara, yang membantu membentuk siluet pakaian.
Interlining sering digunakan pada bagian-bagian pakaian seperti lingkar leher, kerah,
belahan tengah muka, ujung bawah pakaian, bagian pundak pada jas, pinggang dan lain-
lain. Interlining banyak jenisnya, diantaranya ada yang mempunyai lem atau perekat dan
ada yang tidak berperekat. Interlining yang mempunyai lem atau perekat biasanya
ditempelkan dengan jalan disetrika pada bahan yang akan dilapisi. Begitu juga dengan
ketebalannya. Interlining ini ada yang tebal seperti untuk pengeras kerah dan pengeras
pinggang.
Interlining yang relatif tipis dapat digunakan untuk melapisi belahan tengah muka,
saku, deppun leher, kerah dan lain-lain.
Jenis-jenis interlining antara lain :
 Trubenais yaitu kain pelapis yang tebal dan kaku, baik digunakan untuk
melapisi kerah kemeja dan kerah board atau krah yang letaknya tegak atau
kaku dan ban pinggang. Trubenais ini ada yang dlapisi plastik dan ada juga
yang tidak dilapisi. Trubenais yang dilapisi lebih praktis dalam
pemakaiannya karena hanya perlu disetrikakan pada bahan yang hendak
dilapisi. Sedangkan trubenais yang tidak dilapisi plastik terlebih dahulu
perlu dijahitkan pada bahan yang akan dilapisi. Trubenais jenis ini biasanya
dipakai untuk melapisi ban pinggang rok atau celana.
 Fisilin yaitu pelapis yang relatif tipis dan mempunyai perekat/lem yang
mencair jika disetrika. Jenis ini ada yang sangat tipis, sedang dan agak
tebal. Yang baik kualitasnya biasanya yang sangat tipis. Jenis ini berbentuk
serabut yang berupa lembaran dan mudah robek. Fisilint sering digunakan
untuk melapisi kerah pakaian wanita, lapisan belahan, lapisan rumah
kancing vasfoal, dan lain-lain.
 Bulu kuda, yaitu pelapis yang biasanya digunakan untuk melapisi bagian
dada jas atau mantel. Berupa lembaran kain tipis yang berwarna agak
kecoklatan dan mempunyai lem. Lem ini juga mencair jika disetrika pada
bahaan yang akan dilapisi.
 Pelapis gula merupakan pelapis yang sangat cocok digunakan untuk
melapisi bagian dada dan punggung pakaian resmi pria seperti semi jas.
Pelapis ini berupa lembaran kain tipis berwarna putih yang dilapisi dengan
lem berbentuk gula. Untuk melapisi bagian busana dapat ditempelkan
dengan cara disetrika pada bahan.

Agar pakaian yang dihasilkan lebih bagus siluetnya hendaklah digunakan lining
dan interlining yang tepat sehingga dapat mempertinggi mutu busana yang dihasilkan.

III. Alat dan Bahan


- Interlining
- Kain Tenun
- Instron
- Gunting

IV. Langkah Kerja


Contoh Uji
1. Memotong kain dengan ukuran 20 cm x 2,5 cm (6 ke arah lusi dan 6 ke arah
pakan)
2. Memotong interlaining dengan ukuran 20 cm x 2,5 cm ke arah diagonal (6
interlining woven dan 6 interlining non woven.
3. Setelah semua contoh uji disiapkan, interlining digabungkan dengan kain,
kemudian dilekatkan keduanya dengan menyetrika setengah bagiannya.

V. Cara Kerja
1. Mengatur posisi tombol pada skala 1 kg untuk interlining woven dan 500 gram
untuk interlining nonwoven.
2. Memasang kain contoh uji, menjepitkan interlining pada penjepit atas dan kain
pada penjepit bawah.
3. Memindahkan switch kekuatan tarik tetap pada posisi ON.
4. Mengatur kertas grafik sehingga kedudukan pena pada grafik berada pada
salah satu titik potong dan ordinat grafik.
5. Menekan tombol UP sehingga mesin bergerak menarik ujung kain dan
interlining lepas.
6. Setelah itu mesin dihentikan dengan menekan tombol OFF.
7. OFF kan switch kekuatan tarik, kemudian turunkan penpit atas dengan
menekan tombol down sampai bunyi klik.
8. Melakukan pengujian sebanyak 2x.
9. Mengevaluasi hasil pengujian

VI. Data Percobaan dan Perhitungan


a. Woven (1000 gram)

No Puncak Tertinggi Puncak Terendah


I II III I II III
1 409 385 341 101 95 55
2 402 368 305 109 102 56
3 379 324 282 110 103 63
4 363 316 279 120 105 70
5 338 314 270 121 110 71
(∑
1.891 1.707 1.477 561 515 315
)
(ẋ) 378,2 341,4 295,4 112,2 103 63

x 1tertinggi+ x 1 terendah 378,2+112,2


= = 244,7 gram
2 2
x 1tertinggi+ x 1 terendah 341,4 +103
= = 222,2 gram
2 2
x 1tertinggi+ x 1 terendah 295,4 +63
= = 179,2 gram
2 2

x (x- ẋ)2
I 244,7 860,83
II 222,2 46,78
III 179,2 1.307,54
(∑) 646,1 2.215,15
(ẋ) 215,36

Standar deviasi dan koefisien variasi

SD=
√ ∑ (x−x́)2
n−1
CV =
SD

× 100

SD=
√ 2.215,15
3−1
CV =
33,28
215,36
×100

SD=
√ 2.215,15
2
CV =15,45

SD=33,28

SD
SE=
√n
33,28
=
√3

= 19,23
b. Non-Woven (500 gram)

No Puncak Tertinggi Puncak Terendah


I II III I II III
1 86 56 41 6 11 2
2 77 53 40 7 13 5
3 76 41 27 8 15 6
4 65 40 25 8,5 17 9
5 60 27 17 9 19 10
(∑
364 25 150 38,5 75 32
)
(ẋ) 72,8 17 50 7,7 15 6,4

x 1tertinggi+ x 1 terendah 72,8+7,77


= = 40,25 gram
2 2
x 1tertinggi+ x 1 terendah 38+ 15
= = 26,5 gram
2 2
x 1tertinggi+ x 1 terendah 50+ 6,4
= = 28,2 gram
2 2

x (x- ẋ)2
I 40,25 73,96
II 26,5 26,52
III 28,2 11,91
(∑) 94,95 112,39
(ẋ) 31,65

Standar deviasi dan koefisien variasi

SD=
√ ∑ (x−x́)2
n−1
CV =
SD

× 100

SD=
√ 112,39
3−1
CV =
7,49
215,36
×100

SD=
√ 112,39
2
CV =23,6

SD=7,49
SD
SE=
√n
7,49
=
√3

= 4,32

VII. Diskusi
Pada pengujian kekuatan rekat interlining hal-hal yang harus diperhatikan adalah
pada proses penempelan interlining pada kain. Cara penempelan menggunakan setrika
sebenarnya kurak efektif karena tekanan setiap pratikan dan setiap contoh uji berbeda-
beda sehingga hasil yang didapatkan juga kurang akurat. Suhu dalam merekatkan
interlining juga harus pas agar tidak terjadi cacat pada interlining dan resinnya. Hal
lainnya yang perlu diperhatikan adalah saat memasangkan interlining di mesin instron
dimana penjepitnya harus terlebih dahulu diatur jarak jepitnya.
Beban yang digunakan dalam pengujian ini berbeda antara interlining non woven
dan interlining woven. Interlining non woven menggunakan beban 1000 gram
sedangkan interlining non woven menggunakan beban 500 gram, sehingga dalam
pembacan grafik untuk non woven, setiap satu kotak kecil bernilai 10 gram yang

1000
didapat dari . Untuk pembacaan grafik interlining woven, 1 kotak kecilnya
10 x 10

500
bernilai 5 gram yang didapat dari . Angka 10 pertama berasal dari jumlah
10 x 10
skala dan angka 10 kedua pada formula tersebut berasan dari setiap satu skala berisi 10
kotak kecil.
Setelah dilakukan pengujian kekuatan tekat interlining untuk non woven dan
woven, hasilnya interlining woven memiliki kekuatan rekat lebih kuat dibandingkan
interlining non woven karena bahan dasar dari interlining non woven ditenun sedangkan
interlining non woven hanya dipres.

VIII. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa rata – rata kekuatan rekat interlining
berbahan dasar woven dengan beban 1000 gram adalah 215,36 gram. Dan untuk
interlining non woven dengan beban 500 gram memiliki kekuatan rekat rata – rata yaitu
31,65 gram.
Standar deviasi interlining woven yaitu 33,28 dan koefisien variasi 15,45%.
Standar deviasi interlining nonwoven yaitu 7,49 dan koefisien variasi 23,6%. Standar
Eror dari interlining woven adalah 19,23 dan untuk non woven adalah 4,32.

IX. Contoh Uji Interlining


DAFTAR PUSTAKA
 N. M. Susyami, Hitariat. 2005. Bahan Ajar Praktek Evaluasi Tekstil III (Evaluasi
Kain).Bandung. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
 Wibowo Moerdoko, Isminingsih, Wagimun dan Suripto, Evaluasi Tekstil Bagian
Fisika, Institut Teknologi Tekstil, 1973.
 Pedoman Bahan Ajar Praktek Evaluasi Kain, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung
 Tina Martina, Teori Evaluasi Kain, Teknologi Bisnis Garmen, Semester 4, 2012

Anda mungkin juga menyukai