Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

PRAKTIKUM DESAIN TEKSTIL I

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN DASAR POLOS

Nama : Yuyun Marliana


NPM : 16010029
Grup : 2T2
Dosen :
Asisten : Samuel

POLITEKNIK STT TEKSTIL


BANDUNG
2017
I. Judul Praktikum
Dekomposisi Kain Anyaman Polos

II. Maksud dan Tujuan

Setelah mempelajari melakukan praktik, mahasiswa diharapkan memiliki


penetahuan dekomposisi kain, yang meliputi :

 Memiliki pengetahuan menentukan arah lusi dan pakan.


 Memiliki penetahuan menghitung tetal lusi dan pakan pada kain.
 Memiliki penetahuan menghitung berat kaim per m 2 dan per meter linier.
 Memiliki penetahuan menghitung mengkeret benang.
 Memiliki penetahuan menghitung nomor benang.
 Memiliki penetahuan menentukan nomor sisir.
 Memiliki penetahuan menghitung kebutuhan benang lusi dan benang pakan.
 Memiliki pengetahuan menggambar anyaman kain contoh.

III. Alat dan Bahan


Alat alat yang diperlukan untuk melakukan dekomposisi kain adalah :
1. Loupe
Kegunaan lope adalah :
 Menghitung tetal lusi atau pakan.
 Menentukan anyaman kain.
 Menentukan benang lusi / pakan apakah tunggal atau gintir.

2. Jarum
Kegunaan jarum adalah:
 Menghitung tetal lusi / pakan pada lubang lope tidak dilengkapi dengan jarum.
 Mengeluarkan benang lusi / pakan pada pinggir kain dalam menentukan ukuran
kain.
 Digunakan untuk membantu menentukan anyaman kain dengan jalan
menjerangkan tetalnya dengan jarum sehingga jalannya benang lusi / pakan
terlihat menjadi lebih jelas.
3. Mistar,

Kegunaanya adalah untuk mengantar menarik garis diatas kain.

4. Gunting,
untuk memotong kain agar ukurannya sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
5. Timbangan,untuk mengetahui / menghitung nomor benang, berat kain dan lain lain.
Ada dua macam timbangan yang diperlukan yaitu :
 Timbangan biasa dengan satuan gram (g) untuk menimbang kain.
 Timbangan microbalance dengan satuan milligram (mg) untuk menimbang
benang.

IV. CARA KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Tentukan jenis anyamannya
3. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 tempat yang berbeda lalu cari harga rata-
ratanya
4. Potong kain contoh dengan ukuran 10 x10 cm, kemudian ditimbang
5. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 5 helai
( lusi = 10 hl dan pakan = 10 hl ), lalu ditimbang masing-masing

6. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )


7. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
9. Hitung berat kain / m2, baik dengan penimbangan maupun dengan perhitungan dan
kemudian cari selisih beratnya
10. Gambarkan jenis anyaman pada kain.
V.DATA PENGAMATAN

tetal berai 10
tetal lusi p berat 10 berat kain
no pakan p pakan helai
(helai/”) lusi helai lusi 10x10 cm
(helai/”) pakan
1 84 71 9 9,1 2.0 MG 2.25 mg 1g
2 80 70 9.1 9.0
3 83 70 9.18 9.5
4 9.1 9.0
5 9.18 9.1
6 9.1 9.0
7 9.18 9.2
8 9.2 9.0
9 9.3 9.2
10 9.2 9.0
∑ 247 211 91,54 91,1
x 82,33 70,33 9,154 9,11

5.1 Perhitungan dan Pengolahan Data


a. Mengkeret
Lusi Pakan
ẋpL−pk ẋpP−pk
CL = x 100% CP = x 100%
pL pP
9,15−9 9,11−9
= x 100% = x 100%
9,15 9,11
= 1,64% = 1,21%
= 2% = 1%

b. Nomor Benang
Ne1 (0,59 1000 9000
Nm (m/g) Tex ( ) Td ( )
Nm) Nm Nm
09,15 m 1000 9000
45,75 x 0,59
Lusi 0,02 g 45,75 45,75
= 26,99
= 45,75 = 21,86 = 196,72
0,911 m 1000 9000
40,49 x 0,59
Pakan 0,0225 g 40,49 40,49
= 23,89
= 40,49 = 24,70 = 222,28

C. Berat Kain/m2
Berdasarkan Penimbangan
100×100
Berat/m2 = x 1 gram/m2
9×9
= 123,46 gram/m2
D. Berdasarkan Perhitungan

helai 100
tetal lusi ( ) ×lk 100 cm ×pk 100cm ×
cm 100−CL
Lusi = gram/m2
Nm ×100
helai 100
82 ×100 cm ×100 cm ×
cm 100−1,64
= m cm cm gram/m2
45,75 ×100 ×2,54
g m inchi

= 71,74 gram/m2

helai 100
tetal pakan ( ) × lk 100 cm × pk 100cm ×
cm 100−CP
Pakan = gram/m2
Nm ×100
helai 100
70 ×100 cm ×100 cm ×
cm 100−1,21
= m cm cm gram/m2
40,49 ×100 ×2,54
g m inchi

= 68,90 gram/m2

Berat kain = 71,74 + 68,90


= 140,64 gram/m2

Selisih Berat Kain


140,64 −123,46
Selisih = x 100%
140,64

= 12,21%

E. Pola Anyaman

7
6
5
4
3
2
1
1 2 3 4 5 6 7
DISKUSI

Pada percobaan dengan menggunakan kain contoh uji kain turunan polos,
persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan adalah 12.21%
sehingga tidak dapat dikatakan efisien karna max persentase adalah 5 % dan
semakin besar selisih antara perhitungan dan penimbangan maka semakin besar
pula jika persediaan. Dalam praktikum dekomposisi kain ini ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi hasil dari praktikum ini,
yaitu :

1. Penimbangan
Ketika kita menimbang, baik itu kain maupun benang, dibutuhkan ketelitian
ekstra agar penimbangan yang kita lakukan benar-benar akurat. Karena hasil
penimbangan itu sangat berpengaruh terhadap persentase selisih berat kain /
m2 antara hasil penimbangan dengan hasil perhitungan dan juga terhadap
nomer dari benang lusi dan benang pakan.
2. Perhitungan tetal lusi dan tetal pakan
Begitu juga ketika kita menghitung tetal lusi dan tetal pakan, diperlukan
ketelitian, kesabaran dan konsentrasi ekstra agar mendapatkan hasil yang
tepat. Apalagi untuk anyaman satin yang menggunakan benang berukuran
kecil, sangat dibutuhkan kejelian penglihatan karena pada umumnya
anyaman satin terdiri dari benang-benang filamen yang berukuran kecil
sehingga cukup menyulitkan. Untuk mempermudah proses perhitungan tetal,
kita dapat menguraikan benang lusi / pakan satu per satu ( tentunya setelah
diberi batasan 1 inch ). Kesalahan terhadap perhitungan tetal, baik itu lusi
ataupun pakan, akan berpengaruh pada selisih berat kain / m 2 ( antara hasil
penimbangan dengan hasil perhitungan )
3. Pemotongan kain contoh
Sebelum kain contoh dipotong 10 x 10 cm sebisa mungkin kita menguraikan
lusi dan pakannya sehingga mendekati ukuran 10 x 10 cm setelah itu diberi
batasan dengan ukuran 10 x 10 cm dan kemudian pakan dan lusinya diurai
sampai mendapatkan kain dengan ukuran 10 x 10 cm. Setelah itu sisa-sisa
benang lusi dan pakan dipotong sesuai dengan ukuran kain. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindari kesalahan pemotongan kain contoh ( kain
contoh terlalu kecil, misalnya ).

Apabila selisih kain lebih ari 5 % maka kemungkinan kurang teliti alam
percobaan tersebut,dibutuhkan ketelitian ekstra agar tidak mendapatkan data
yang akurat.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pengamatan,
dalam praktikum dekomposisi kain yaitu :
1. keterbatasan daya pengelihatan mata ataau kurang teliti dan hati hati pada
saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).
2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan, menggunting kain, dan
melakukan pengukuran jumlah mulur untuk setiap benang lusi dan pakan.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

1. Anyaman dasar dapat dibagi menjadi 3, yaitu :


 Anyaman polos
 Anyaman keper
 Anyaman satin
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
 Tetal lusi ( rata-rata ) = 82 helai / inch
 Tetal pakan ( rata-rata ) = 70 helai / inch
 Mengkeret lusi = 1,64 %
 Mengkeret pakan = 1,21 %
 Nomer benang lusi :
Nm = 45,75

Ne1 = 26,99
Tex = 21,86

Td =196,72

 Nomer benang pakan :


Nm = 40,49

Ne1 = 23,89

Tex = 24,70

Td = 222,28

 Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 100 g

Hasil perhitungan = 140,64 g/ m2

 Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 12,21 %

Anda mungkin juga menyukai