Disusun oleh ;
Nama : Mira Nur Latifah
NPM : 20440028
Group : 2G6
Dosen : Wine R., S.ST., M.Ds.
Asisten :
BAB II
PENGUJIAN KEKUATAN TARIK DAN MULUR
Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatantarik dan mulur kain tenun dengan
cara pita potong, pita tiras dan cekau. Sedangkan tujuannya adalah mendapatkan hasil
pengukuran beban maksimum yang dapat ditahan oleh suatu contoh uji kain dengan
pengukuran terhadap mulur sebelum putusnya serta dapat menilai mutu atau klasifikasi
kain yang diuji berdasarkan hasil pengujian kekuatan tariknya.
Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu contoh uji
kain hingga kain tersebut putus. Mulur kain adalah pertambahan panjang kain pada saat
kain putus dibandingkan dengan panjang kain semula, dinyatakan dalam persen.
Suatu gaya atau beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh uji yang dijepit oleh dua
buah penjepit (clamp) pada alat uji tarik dengan jarak jepit tertentu dan kecepatan yang
konstan hingga contoh uji tersebut putus. Besarnya gaya dan mulur akan terbaca pada
display, kertas grafik atau skala yang tertera pada alat.
Untuk mengetahui kekuatan tarik kain, dipakai dengan tiga cara pengujian yaitu:
Pengujian dengan cara ini pada umumnya dipakai untuk kain yang dilapisi atau kain
yang dikanji dengan tebal, yang sulit dan tidak mungkin untuk diurai. Dalam
pengujian ini contoh uji harus betul-betul sejajar dengan arah benang yang
memanjang.
Pengujian ini digunakan untuk kain yang tidak memiliki pelapis dan kain bersifat
mudah diurai/ditiras.Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu menghasilkan
kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun lebih tinggi dari pita potong.
C. Cara cekau
Pengujian kekuatan tarik cara cekau lebih menyerupai pemakaian kain yang
sebenarnya.Dalam perhitungan hasil pengujian yang dihitung adalah kekuatan serta
mulur dari kain yang diuji.
Alat uji kekuatan tarik (dinamakan “Tensile Strength Tester”) yang dibagi menjadi
tiga :
B. Langkah Kerja
Potong contoh uji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan (2,5 x
20)cm.
Pasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
Pasang contoh uji pada penjepit, dan pastikan contoh uji terjepit dengan
kuat.
Hidupkan mesin. Kemudian atur posisi jarum pada posisi nol.
Injak pedal untk menjalankan mesin, kemudian tunggu hingga contoh uji
mengalami tarikan dan putus.
Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan
tarikdalam bentuk satuan kilogram (Kg) dan mulur (cm).
Lakukan cara pengujian tersebut untuk masing-masing contoh uji (arah
Lusi dan arah Pakan).
RUMUS
Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan mulur arah lusi dan
pakan
Perhitungan
3,2
Lusi 2 = x100%
75
= 4,2 %
7,1
Lusi 3 = x100%
75
= 9,4 %
Rata – rata kekuatan mulur pakan
mulur (cm )
Mulur (%) = x100%
jarak jepit ( cm)
2,9
pakan 1 = x100%
75
= 3,8 %
2,5
pakan 2 = x100%
75
= 3,3 %
8
pakan 3 = x100%
75
= 10%
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x ¿
1 18,5 29,16
2 15 3,61
3 10,5 6,7
∑ 39,5 39,47
x̄ 13,1 13,1
lusi s= √∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 39,47
2
=4,4
cv= x 100 %
x̄
Lusi = 4,4/13,1 x 100%= 33,5%
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan tarik pakan
No x ¿
1 10,5 0,01
2 12 1,9
3 9,5 1,2
∑ 32 3,11
x̄ 10,6 1,03
pakan s= √∑ ¿ ¿ ¿ =
√ 3,11
2
=1,2
s
cv= x 100 %
x̄
Pakan = 1,2/10,6x 100%= 11,3%
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur Lusi :
No x ¿
1 3,2 1,6
2 3,2 1,6
3 7,1 6,7
∑ 13,5 9,9
x̄ 4,5 3,3
pakan s= √∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 9,9
2
=2,2
cv= x 100 %
x̄
Pakan = 2,2/4,5x 100%= 48,8%
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur pakan
No x ¿
1 2,9 2,2
2 2,5 3,6
3 8 3,6
∑ 13,4 9,4
x̄ 4,4 3,1
pakan s= √∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 9,4
2
=2,1
cv= x 100 %
x̄
Pakan = 2,1/4,4x 100%= 47 %
Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting
B. Langkah Kerja
- Potong contoh uji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan (2,5 x 20)cm.
- Pasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
- Pasang contoh uji pada penjepit, dan pastikan contoh uji terjepit dengan kuat.
- Hidupkan mesin. Kemudian atur posisi jarum pada posisi nol.
- Injak pedal untk menjalankan mesin, kemudian tunggu hingga contoh uji
mengalami tarikan dan putus.
- Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan tarik
dalam bentuk satuan kilogram (Kg) dan mulur (cm).
- Lakukan cara pengujian tersebut untuk masing-masing contoh uji (arah Lusi
dan arah Pakan).
RUMUS
Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan mulur arah lusi dan
pakan
Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan Tarik arah lusi dan
pakan
Perhitungan
3,3
Lusi 2 = x100%
75
= 4,4 %
3,3
Lusi 3 = x100%
75
= 4,4 %
Rata – rata kekuatan mulur pakan
mulur (cm)
Mulur (%) = x100%
jarak jepit ( cm)
3
pakan 1 = x100%
75
=4%
6,5
pakan 2 = x100%
75
= 8,6 %
3,2
pakan 3 = x100%
75
= 4,2 %
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur lusi
No x ¿
1 3,3 1
2 3,3 1
3 3,3 1
∑ 9,9 3
x̄ 3,3 1
SD lusi¿ √ ∑¿ ¿ ¿ =
s
√ 3
2
=1,2
cv= x 100 %
x̄
Lusi = 1,2/3,3x 100%= 36,36%
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur pakan
No x ¿
1 3 1,44
2 6,5 5,29
3 3,2 1
∑ 12,7 7,73
x̄ 4,2 2,,57
SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 7,73
2
=1,9
cv= x 100 %
x̄
Pakan = 1,9/4,2x 100%=45,2%
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x ¿
1 29,5 2,56
2 25,25 7,02
3 29 1,21
∑ 83,75 10,79
x̄ 27,9 3,59
SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 10,79
2
=2,3
cv= x 100 %
x̄
Pakan = 2,3/27,9x 100%= 8,2%
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik pakan
No x ¿
1 3 1,44
2 6,5 5,29
3 3,2 1
∑ 12,7 7,73
x̄ 4,2 2,,57
SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 7,73
2
=1,9
cv= x 100 %
x̄
Pakan = 1,9/4,2x 100%=45,2%
Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting
B. Langkah Kerja
Perhitungan
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x ¿
1 32,7 1
2 34 0,09
3 34,5 0,64
∑ 101,2 1,73
x̄ 33,7 0,57
SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 1,73
2
=0,92
cv= x 100 %
x̄
Pakan = 0,92/33,7x 100%= 2,7%
Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik pakan
No X ¿
1 16 20,25
2 19 2,25
3 26,5 6
∑ 61,5 28,5
x̄ 20,5 9,5
SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
√ 28,5
2
=3,7
s
cv= x 100 %
x̄
Pakan = 3,7/20,5x 100%= 18 %
2.6 Diskusi
Pada pengujian kekuatan tarik dilakukan penarikan yang searah dengan sumbu
benang sehingga semua benang mengalami gaya tarik dan putus. Pengujian
kekuatan tarik cara pita tiras dilakukan dengan dinamometer. Selain
mendapatkan data kekuatan tarik maka dengan alat ini didapat mulur kain
sebelum putus. Pada saat pengujian, semua contoh uji dijepit pada klem atas
sedangkan pada klem bagian bawah dijepit satu persatu sesuai dengan urutan
yang akan diuji. Hal ini menghindari terjadinya slip pada saat penarikan yang
membuat hasil tidak akurat. Pada saat memasang contoh uji pastikan gigi-gigi
penjepit menjepit contoh uji dengan kuat, sehingga kain contoh uji akan putus
dengan baik, dan tidak terjadi selip. Pada hasil pengujian cara pita tiras dengan
pita potong kekuatan yang didapat pada cara pita tiras lebih besar karena semua
benang mengalami gaya tarikan yang sama sehingga gaya tarik tersebar merata
terhadap benang-benangnya.
Kekuatan tarik suatu kain adalah kemampuan minimum kain dalam menahan
tarikan dari suatu beban yang maksimum. pada cara pengujian pita potong ini
umumnya di pakai untuk kain yang berbahan tebal dan sukar untuk di tiras
Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita tiras biasa digunakan untuk kain yang
memiliki bahan yang tipis serta mudah di tiras
Pengujian cara cekau umum dipakai untuk kain baik yang dapat diurai (tidak dilapisi)
maupun kain yang dilapisi
2.7 Kesimpulan
BAB III
Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatan sobek kain tenun dengan cara
Trapesium, cara Lidah dan cara Elmendorf sesuai standar pengujian. Pengujian ini
memiliki tujuan yaitu mendapatkan hasil pengukuran kekuatan sobek kain dan dapat
menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
Uji sobekan ini tidak cocok untuk kain rajut, kain tenun elastic, kain yang
sangata an isotrop atau kain yang anyamannya memiliki jarak yang jika disobek arah
sobekan akan berpindah kearah yang lain.
Kekuatan sobek kain merupakan pengukuran terhadap daya tahan kain
terhadap sobekan baik kearah lusi maupun kearah pakan. Panjang sobek adalah
penjang bagian contoh uji yang akan disobek.
Kekuatan sobek adalah gaya impak rata-rata yang diperlukan untuk
menyobek contohuji yang telah diberi sobekan awal. Gaya ini sama dengan kerja
yang dilakukanuntuk menyobek contoh uji dibagi dua kali panjang sobek.
Energi sobek adalah kerja yang dilakukan untuk menyobek contoh uji. Uji
pakan adalah uji ketahanan sobek terhadap benang-benang pakan. Uji lusi adalah
pengujian ketahanan sobek terhadap benang kusi pada kain.
Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji dayan tahan kain terhadap
sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat diperlukan untuk kain-kain militer
seperti kain untuk kapal terbang, payung udara dan tidak kalah pentingnya juga untuk
kain sandang..
A. Cara Trapesium
Pengujian cara trapesium ini didasarkan dari keadaan apabila sepotong kain
ditarik dengan gunting pada bagian pinggir kain dan contoh dipegang dengan
kedua tangan, lalu disobek mulai dari tarikan yang telah dibuat.Data yang didapat
dari percobaan dengan menggunakan mesin instron akan berupa grafik. Skala dari
grafik tersebut memiliki satuan dalam kilogram dan cm. Untuk mendapatkan data
maka diperlukan membaca grafik dengan cara membaca setiap 1 cm dan
menggunakan rumus :
C. Cara Elmendorf
Cara elmendorf pengujiannya menggunakan sistem balistik yang
menyobek kain sekaligus, cara ini digunakan untuk kain yang relatif kuat. Kekuatan
sobek cara Elemendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi sobekan awal
dengan jarak yang telah ditentukan. Pengujian kekuatan sobek cara Elmendorf
menggunakan alat khusus yaitu Elmendorf, dengan sistem ayunan pendulum,
berbeda dengan cara trapesium dan lidah yang menggunakan alat uji kekuatan tarik
kain untuk mengujinya. Prinsip pengujiannya berapa besar gaya dorong untuk bisa
atau sampai menyobek contoh uji yang telah diberikan sobekan awal.
Alat Bahan
Pendulum (elemendrof) penguji sobek Kain contoh uji
dengan kapasitas 3200 g
Gunting
Penggaris
B. Langkah Kerja
- Pilih pendulum dengan kapasitas alat yang sesuai dengan contoh uji,
sehingga kekuatan sobek dapat terbaca antara 20 – 65 % dari skala
maksimum.
- Pendulum diposisikan sampai kedudukan siap ayun, kemudian jarum
penunjuk berimpit dengan garis indeks yang terdapat pada pendulum.
- Contoh uji dipasang pada sepasang penjepit hingga terletak ditengah- tengah
dan tepi bawah contoh uji segaris dengan dasar penjepit, kedua penjepit
dirapatkan dengan memutar sekrup pengencang sehingga tekanan jepitan
kedua penjepit sama besar.
- Lakukan penyobekan awal pada contoh uji dengan menekan batang pisau.
- Setelah dibuat sobekan awal penahan pendulum ditekan sampai beberapa
kali ayunan, kemudian pendulum ditangkap dengan tangan tanpa mengubah
kedudukan jarum.
- Kekuatan sobek dapat dibaca pada skala dalam satuan persen.
- Catat kedudukan jarum pada skala untuk masing-masing contoh uji (Lusi dan
Pakan).
Perhitungan
rata- rata sobek lusi dan pakan (°)
lusi
672+ 736 + 768 = 2176 = 725
3 3
Pakan
1216 + 1216 + 1216 = 3648 = 1.216
3 3
Kekuatan Sobek pakan (gram)
Kain Contoh Uji 1
100
100
100
100
100
100
Lusi
No X ¿
1 672 2.841
2 763 114,4
3 768 1.823
∑ 2.176 4.778,4
x̄ 725,3 1.593
SD = √∑ ( xi−x) 2
= √ 4778 = 49 %
(n-1) 2
No X ¿
1 1.216 0
2 1.216 0
3 1.216 0
∑ 3.648 0
x̄ 1.216 0
SD = √∑ ( xi−x) 2
= √0 = 0 %
(n-1) 2
CV = SD X 100 % = 0 X100 %= 0 %
X 1.216
D. DISKUSI
Prinsip pengujian tahan sobek kain tenun dengan Elmendorf yaitu gaya impact rata-rata
yang diperlukan untuk menyobek contoh uji yang telah diberi sobekan awal, diperoleh
dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam penyobekan pada jarak yang sudah
ditentukan. Alat uji ini terdiri dari pendulum berbentuk sektor yang dilengkapi dengan
penjepit pada pendulum harus satu garis dengan penjepit yang kedudukannya tetap.
Kedudukan ini mempunyai energi potensial maksimum. Contoh uji dipasang pada kedua
penjepit, kemudian diberi sobekan awal di antara kedua penjepit tersebut. Pendulum
dibebaskan mengayun sehingga penjepit pada pendulum bergerak menyobek contoh uji
Pengujian kekekuatan sobek cara elemendorf ini di gunakan beban 3200 gramm karena
kain yang di uji merupakan kain sedikit tebal sehingga data yang di hasilkan cukup
besar
E. KESIMPULAN
Alat Bahan
Alat uji instron (10 kg) Kain contoh uji
Kertas grafis
Pulpen
B. Langkah Kerja
Pasang contoh uji pada klem atas dan bawah kemudian kencangkan baut klem
atas dan bawah.
Pindahkan swicth pengaturan penarikan dan mulur pada grafik ke posisi bawah.
Tekan tombol on maka klem atas akan bergerak naik keatas , perhatikan
data/gambar grafik sampai 5 titik.
Tekan tombol stop (warna merah).
Swicth pengatur penarikan dan mulur pada grafik dikembalikan pada posisi
semula (atas).
Tekan tombol turun agar klem kembali pada posisi awal.
Catat 5 puncak tertinggi pada grafik
Lusi
No X ¿
1 2,5 0,0004
2 2,52 0
3 2,56 0,0016
∑ 7,58 0,002
x̄ 2,52 0,0006
SD = √∑ ( xi−x) 2
= √ 0,002 = 0,03 %
(n-1) 2
No X ¿
1 1,84 0,0016
2 1,7 0,01
3 1,88 0,0064
∑ 5,42 0,018
x̄ 1,8 0,006
SD = √∑ ( xi−x) 2
= √ 0,018 = 0,09%
(n-1) 2
Pengujian dilakukan dengan standar pengujian cara uji kekuatan sobek cara lidah.
Pengujian ini dilakukan pada kain yang tidak seimbang baik itu arah lusi dan pakan yang
berbeda jenis seratnya atau misalnya kain yang coating yang tidak dapat Penjepitan
contoh uji pada penjepit atas maupun bawah, harus benar – benar kuat. Sebab bila
terjadi penarikan, bila penjepitan kurang kuat, akan menyebabkan kekuatan sobek
contoh uji akan lebih besar dari yang semestinya.Kedudukan alat pencatat, harus tepat
pada grafik skalanya. Hal ini untuk menghindari terbentuknya kesalahan grafik yang
disebabkan oleh labilnya pencatat skalat dilakukan dengan cara elmendorf.
E. KESIMPULAN
- Rata-rata kekuatan sobek Lusi = 2,52 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Lusi = 0,03%
- Coevisien Variasi (CV) sobek Lusi = 1,1 %
- Rata-rata kekuatan sobek Pakan = 1,8 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Pakan = 0,09 %
- Coevisien Variasi (CV) sobek Pakan = 5 %
Alat Bahan
Alat uji instron (10 kg) Kain contoh uji
Kertas grafis
Pulpen
B. Langkah Kerja
- Gunting contoh uji sepanjang 1 cm, usahakan agar menggunting tepat pada
bagian tengah contoh uji.
- Tentukan jarak jepit sesuai dengan jenis pengujian.
- Pasang contoh uji pada klem atas dan bawah kemudian kencangkan baut
klem atas dan bawah.
- Pindahkan swicth pengaturan penarikan dan mulur pada grafik ke posisi
bawah.
- Tekan tombol “ON” maka klem atas akan bergerak naik keatas , perhatikan
data/gambar grafik sampai 5 titik.
- Tekan tombol stop (warna merah).
- Swicth pengatur penarikan dan mulur pada grafik dikembalikan pada posisi
semula (atas).
- Tekan tombol turun agar klem kembali pada posisi awal.
- Jika penarikan grafik tidak berada pada posisi “O” ( dari grafik) maka swicth
pengatur pena tarik ke bawah lalu dikembalikan lagi.
- Catat 1 puncak tertinggi dan1 puncak terendah pada grafik
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak tertinggi (high) pada lusi
= (1,7 + 1,9 + 1,9) : 3 = 1,83
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak terendah (low) pada lusi
= (1 + 1,2 + 1) : 3 = 1,06
𝑥̅𝐻+ 𝑥̅𝐿 1,83+1,06
= 2 = 2 = 1,44 𝑘𝑔
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak tertinggi (high) pada pakan
= (1,2 + 1,1 + 1,2) : 3 = 1,16
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak terendah (low) pada pakan
= (0,7 + 0,7 + 0,8) : 3 = 0,73
𝑥̅𝐻+ 𝑥̅𝐿 1,16+0,73
= 2 = 2 = 0,94 𝑘𝑔
- Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) lusi
Cara perhitungannya sama seperti cara pengujian uji sobek cara lidah
Perhitungan
pakan :
Lusi :
Pakan
X1 X1 – X
3,5 1 Sd √∑ ( x 1−x ) ² = √(0.71)² = 0.12
3,5 1 (n-1) (5-1)
3,3 0,75 cv = Sd x 100% = 0.12 x 100%
X 2,5
3 0,83 = 0,048%
2,5 0 = 48%
∑ X=2,5 ∑ X=0,71
X1 (X1 – X)
1,8 0,18
Sd √∑ ( x 1−x ) ² = √(0,38)² = 0,036%
(n-1) (5-1)
1,8 0,18
1,9 0,28 cv = Sd x 100% = 0,036 x 100% = 2,2%
2,1 0,48 X 1,62
2,4 0,78
∑ ¿1,62 0,38
Lusi
10 0,76
∑ ¿ 9,24 ∑ ¿ 0,51
Terendah
3,4 1,97
4,4 1,47
4,5 1,37
Sd √∑ ( x 1−x ) ² = √(1,17)² = 0,342%
(n-1) (5-1)
4,9 0,97
cv = Sd x 100% = 0,342 x 100% = 5.41%
5,8 0,07
X 5.87
∑ ¿5,87 1,17
2.14 DISKUSI
Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan beban maksimum
yang mengenai kain tersebut.
Factor yang mempengaruhi alat pada saat pengujian adalah terjadi slip pada saat proses
penarikan di sebabkan penjepit yang tidak kencang pada proses pemasangankain pada
penjepit mesin .
Kesalahan Pemasangan pencatatan skala pada kertas grafik akan berpengaruh pada hasil
yang di dapat pada proses pengujian . pada proses pengujian kain slip di karenakan penjepit
yang sudah longar sehingga kain tidak tertatik secara maksimal
2.15 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kekuatan sobek cara lidah di dapat hasil sebagai berikut
Standar deviasi dan kofisiensi puncak tertinggi dan terendah lusi sebesar 0,065% dan 0,70 %
untuk tertinggi, dan terendah sebesar 0,342 % dan 5,41%
Standar deviasi dan kofisiensi puncak tertinggi dan terendah pakan sebesar 0,12% dan 4,8 %
untuk tertinggi, dan terendah sebesar 0,036 dan 2,2%
BAB 3
Tujuan :
Mengetahui besarnya penambahan tebal dan pengurangan berat yang terjadi pada contoh uji
akibat adanya gosokan terhadap contoh uji tersebut.
Keawetan kain (serviceability) adalah lamanya suatu kain bisa dipakai sampai tidak bisa dipakai
lagi karena suatu sifat penting telah rusak. Keawetan tergantung dari lamanya dipakai atau
jumlah kali pakai. Sedangkan keusangan (wear) adalah jumlah kerusakan kain karena serat-
seratnya putus atau lepas. Dalam hal tertentu, keawetan dan keusangan sama, tapi dalam hal
lain berbeda. Keusangan juga merupakan suatu mutu kain yang tidak diuji sebab kondisi-
kondisi sangat bervariasi disamping tidak dapat diketahui secara kuantitatif pengaruh macam-
macam faktor terhadap keusangan.
Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan kain karena adnaya “pills”,
yaitu gundukan serat-serat yang mengelompok di permukaan kain yang menyebabkan tidak
baik dilihat. Pills akan terbentuk ketika dipakai atau dicuci, karena kekusutan serat-serat lepas
yang menonjol di permukaan kain akibat gosokan. Pilling akan lebih parah pada serat buatan.
sederhana terhadap mutu kain. Mengenai ketahanan kain kain terhadap kombinasi antara
tekanan dan pemotongan serat, hasilnya masih harus dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan pengujian lain. Jadi pengujian gosok tidak hanya satu-satunya faktor yang
mempengaruhi keusangan dan keawetan
Gosokan yang terjadi antara serat dan kotoran pada kain yang menyebabkan putusnya serat.
Akibat adanya gosokan tersebut maka akan menimbulkan keausan pada kain, terutama akibat
dari gosokan antara kain dengan benda lain.
Gosokan dapat terjadi oleh karena friksi antara kain dan kain misalnya gosokan antara lengan
dan jas, friksi antara kain dengan benda lain misalnya pada bagian lutut celana, dan friksi
antara serat dan kotoran kain, menyebabkan putusnya serat. Pengujian gosok hanyalah
merupakan pengujian yang
Pengujian ketahanan gosok dengan Martindale Abration Tester banyak dilakukan terutama
untuk kain-kain jok. Kain contoh uji yang akan diuji dilapisi oleh busa poliuretan kemudian
digosok sampai diperkirakan 2 benang putus. Abradant (penggosok) yang digunakan yaitu kain
standar dari wol. Kemudian dihitung pengurangan beratnya, dan persentasenya terhadap berat
awal.
Gerakan gosokan pada waktu pengujian ini berputar berbagai arah dan contoh uji bebas
bergerak.
Gosokan datar (Plan or Flat abrasion), yaitu penggosokan pada permukaan datar dari contoh.
Gosokan pinggir (Edge Abrasion), misalnya gosokan yang terjadi pada leher dan lipatan kain.
Gosokan Tekuk (Flex Abrasion), dimana gosokan disertai dengan tekukan dan lengkungan.
Pembagian tersebut adalah pembagian secara kasar saja, sebab sesungguhnya dijumpai pula
macam gosokan campuran yang rumit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengujian yaitu pemilihan cara yang
mungkin juga ditentukan oleh alat yang tersedia, ketelitian dan sebagainya. Dimana faktor-
faktor yang penting adalah sebagai berikut:
Keadaan Contoh, jika tidak ditentukan lain contah kain harus dikondisikan dalam ruang standar
atmosfir.
Pemilihan alat, tergantung pada karakter pengujian yang diperlukan, apakah menggunakan
gosokan datar, tekanan dan lain-lain.
Karakter gerakan, apakah arah gerakan bolak-balik, maju saja, memuatar atau macam-macam
gerakan.
Arah gosokan, dalam banyak hal gosokan dibedakan gosokan kearah lusi dan kearah pakan.
Tetapi bisa saja gosokan membentuk sudut terhadap arah lusi dan pakan.
Pelapis contoh
Jumlah gosokan sampai kain berlobang, benang putus atau contoh putus.
SNI ISO 12947-1:2010. Tekstil-Cara uji tahan gosok kain dengan metoda martindale-Bagian
1 :Alat uji gosok Martindale.
Alat
Beban penekan 9 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 150 g/m2) dan 12 ± 0,2 kPa (untuk kain
dengan berat 151-300 g/m2).
Neraca analitik, jenis pengujian ini akan menyebabkan terjadinya perubahan berat. Oleh karena
itu, jenis timbangan/neraca yang digunakan harus mempunyai ketelitian yang relatif tinggi.
Thickness gauge, alat pengukur ketebalan kain ini dilengkapi dengan peralatan:
Beban.
Gunting
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu kain dengan diameter 4 cm sebanyak 2 contoh uji
Contoh uji yang telah berbentuk bulatan dengan diameter 4 cm, dikondisikan dalam
ruangan standar. Untuk mencapai kelembaban standar suatu kain minimal
membutuhkan waktu ± 4 jam. Namun karena keterbatasan waktu, contoh uji
dikondisikan beberapa menit saja, tetapi pada waktu penyimpanan contoh uji diluar
ruangan standar, contoh uji tidak gampang terkena debu atau kotoran lainnya serta tidak
dalam posisi terlipat.
Menimbang berat contoh uji tersebut dengan menggunakan neraca analitik. Dan untuk
mengukur ketebalannya, digunakan thickness gauge.
Memasang contoh uji pada martindel abrasion tester. Pada peralatan tersebut distel
agar setelah 500 kali putaran alat tersebut berhenti berputar. Alat ini merupakan jenis
alat dengan gosokan datar, yang karakter gerakannnya berputar.
Setelah 500 kali putaran, alat akan berhenti. Maka contoh uji dilepaskan darinya,
kemudian contoh uji ditimbang dan diukur kembali tebalnya.
Melakukan pengujian untuk 2 contoh uji.
3.5 HASIL
Perhitungan
Presentase pengurangan berat = x berat awal – berat akhir x 100 %
X berat awal
Factor factor yang mempegaruhi pada hasil pengujian adalah kundisi suhu ruangan
yang tidak standar atau tidak stabil akan mempegaruhi hasil akhir pengujian yang tidak
berstandar
3.5 KESIMPULAN
Maksud : Menguji Ketahanan jebol kain rajut dengan alat Bursting Strength Tester
sesuai dengan standar pengujian.
Tujuan : Menghitung harga ketahanan jebol kain rajut dan dapat menilai mutu atau
klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
Pengujian tahan jebol atau tahan pecah dilakukan terhadap beberapa jenis kain yang
memperhatikan ketahanan pecah. Selain itu diperlukan pula untuk pengujian tahan
pecah kertas.
Kain rajut adalah kain yang dibentuk dengan cara membentuk jeratan dengan alat yang
terdiri dari jarum-jarum rajut. Pada dasarnya kain rajut terdiri dari :
Peralatan ini terpasang pada alat pendulum sedemikiam rupa sehingga pada saat jalan
bola akan mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk
memecahkan/menjebol kain oleh bola menunjukan kekuatan peca/jebol suatu contoh
uji. Pada praktikum yang dilakukan pada mesin bursting tester, pengujian dilakukan
pada 4 tempat yang berbeda dengan cara menjepitkan contoh uji pada alat tersebut,
sampai contoh uji tersebut mengalami jebol atau pecah.
Ä Pengujian dengan diagfragma
Alat uji kekuatan jebol yang dilengkapi dengan diagframa dari karet dan penunjuk
tekanan dalam satuan Kg/cm.Alat ini memberikan tekanan pada kain rajut sampai kain
rajut tersebut jebol atau berlubang.Pada alat ini kain contoh dijepit penjepit. Sedang
sebagai pengganti bola baja dipergunakan diagfragma yang terbuat dari karet, yang
ditekan oleh cairan yang digerakkan oleh pompa, sehingga karet akan mendorong kain
sampai pecah. Besarnya tekanan yang terjadi diukur dengan pengukur tekanan tabung
bourdon. Kapasitas alat ini relative kecil.
2. 3 Cara Uji
4.6 HASIL
KAIN Kg/cm2
1 9
2 8.5
3 9
4 7
Xi (xi - x )
9 0,63
8,5 0,13
9 0,63
7 1,37
8,37 2,76
4.4 DISKUSI
Uji jebol di lakukan untuk menguji kekekuatan kain rajut Kekuatan jebol merupakan
tekanan yang diperoleh dengan mengurangi tekanan diafragma dari tekanan jebol rata-
rata,tekanan diafragma merupakan tekanan yang diberikan,tanpa contoh uji,untuk
menggebungkanya pada penggembungan rata-rata dari contoh uji.
maka tahan jebol kain menjadi lebih besar dari yang semestinya, begitu sebaliknya.
Jadi penarikan kain ketika dipasang pada cincin penjepit akan menentukan hasil
pengujian dan koefisien variasi-nya
4.5 KESIMPULAN
PENGUJIAN KEKAKUAN
Maksud : Menguji kekakuan kain pada kain contoh uji dengan mengunakan “Shirley” Stiffness
Tester.
Tujuan :Menghitung harga kekakuan kain pada sebuah kain contoh uji yang terdiri dari
kekakuan lusi, kekakuan pakan dan kekakuan total dan dapat menilai mutu atau klasifikasi kain
yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
Sifat- sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti kekuatan tarik kain,
mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain yang
tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka seperti kenampakan, kehalusan atau kekasaran,
kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas
diperlukan dalam pemilihan kain.
Dalam pemilihan kain ada beberapa hal dilakukan seperti memegang, mencoba, kemudian
menentukan mana yang sesuai dengan penggunaanya. Dengan memegang dan merasakan
kain sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif. Menurut Pierce apabila
pegangan kain ditentukan, maka mencakup rasa kaku atau lembek, keras atau lunak, dan kasar
atau halus.
Untuk menetukan besarnya kekakuan dan drape ternayata terdapat beberapa kesulitan.
Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang bisa mengatasi kesulitan dalam
penentuan pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan :
Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape, dan desain instrumen
yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara individu.
Menentukan teknik staistik untuk menetukan kesimpulan hubungan antara hasil-hasil pengujian
yang dinilai secara individu dan secara grup oleh tim penilai.
Pengalaman menunjukan bahwa kesimpulan dari Pierce adalah dalam sasaran bahwa
kekakuan merupakan kunci dalam mempelajari pegangan dan drape.
Kekakuan pada kain merupakan salah satu sifat dari kain yang susah ditentukan dalam angka
pada suatu pengujian. Dan definisi tentang kekakuan ada beberapa macam, yaitu :
a. Kekakuan lentur (flexual rigidity) ialah besarnya momen pada ujung kain dengan lebar kain
tertentu membentuk lengkungan tertentu. Dasar kekakuan lentur dinyatakan dalam mg cm.
Kekakuan lentur berhubungan dengan rasa pegangan. Kain dengan kekakuan lentur tinggi
cenderung mempunyai rasa pegangan kaku.
b. Panjang lengkung (bending length) ialah panjang kain damal cm membentuk lengkungan
sampai mencapai sudut 7,1o. Untuk mendapatkan ketelitian yang baik maka dalam
pelaksanaan pengujian panjang lengkungan dihitung setelah panjang kain membentuk
lengkungan pada 41,5o.
c. Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi ialah lenturan atau lengkungan yang hanya
disebabkan benang lusi.
d. Kekakuan lentur pakan atau panjang lengkung pakan ialah lenturan atau lengkungan yang
hanya disebabkan benang pakan.
5.4 HASIL
Kekakuan kain
Lusi
Pakan
2 cm 2,85 cm 2,9 cm
2 cm 2,95 cm 2,1 cm
2 cm 2,95 cm 2 cm
W = berat gramasi
5.6 KESIMPULAN
Rata – rata lusi 2,6116 cms
Rata rata pakan 2,47 cms
Kekakuan lentur lusi 309,36 mg/cm
Kekakuan lentur pakan 262,20 mg /cm2
Kekakuan total 284,80 mg/ cm
Bending modulus 1,654 Kg / cm2
g = tebal kain dalam cm 0,00206 cm
BAB 6
PENGUJIAN KAIN KEMBALI DARI LIPATAN (TAHAN KUSUT)
6.1 Maksud dan Tujuan
Menguji kemampuan kain untuk kembali kebentuk semula setelah mengalami tekukan
yang diuji dengan Shirley Crease Recovery Tester.
Dapat melakukan pengujian untuk mengetahui kemampuan kain untuk kembali dari
sudut kusut.
Dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan sifat kemampuan
kembali dari sudut kusutnya.
Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk
memperbaiki kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses penyempurnaan. Wol
merupakan serat yang elastisitasnya sangat baik, sehingga mudah pulih dari
kekusutan. Sifat ini menjadi dasar untuk mengukur sudut kembali dari kekusutan. Oleh
karena itu, tahan kusut kain dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat penyusun kain
dan stabilitas dimensi kain.Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya baik maka
sifatnya akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang stabilitasnya jelek.
Kemampuan kembali kain dari kekusutan adalah sifat dari kain yang memungkinkannya
untuk kembali dari lipatan.
Ada dua istilah yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu ketahanan terhadap
kekusutan dan kembali dari kekusutan. Kalau suatu barang tekstil jelek crease
resistencenya, maka jelek pula crease recovery-nya,atau dengan kata lain kain tersebut
mudah kusut. Masalah ini penting karena menyangkut juga kenampakan / keindahan
suatu kain.
Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk bahan pakaian selain uji kekakuan,
kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan mutu drapernya juga. Sifat-sifat yang
disebutkan tadi merupakan sifat yang cukup penting untuk suatu pakaian ditinjau dari
segi kenyamanan tujuan akhir pemakai.
Pemilihan bahan tekstil (kain) pada perdagangan secara umum dilakukan dengan
memegang dan mencoba memakai kainnya, dan dengan memegang kain tersebut
sebenarnya sedang menilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif berdasarkan
kepekaan tangan si pemegang. Karena kerelatifannya tersebut maka diciptakan sutau
standar pengukuran termasuk dalam hal kekakuan kain dan tahan kusut kain.
Pengujian total
Beban penekan 500 gram (AATCC) dan 800 gram (Shirley), yang digunakan AATCC.
Busur derajat pengukur sudut kembali dari lipatan.
Lempeng pemegang contoh uji
Jarum penunjuk skala.
Gunting, pinset dan mistar.
Bahan
Kain contoh uji ukuran (1,5 x 4) cm kearah pakan dan arah lusi maisng-masing 4 buah.
Setelah 5 menit contoh uji yang tergantung diatur kembali agar segaris dengan
garis penunjuk vertical, dan baca sudut kembali sampai derajat terdekat dari
busur derajat.
Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain contoh uji yang
berbeda.
6.5 HASIL
LUSI
MUKA BELAKANG
130° 130°
140° 138°
PAKAN
MUKA PAKAN
140° 145°
140° 137°
Perhitungan :
Harga rata-rata sudut kembali sari lipatan arah muka dan arah belakang masing-
masing untuk arah lusi dan arah pakan.
Apabila harga rata-rata sudut kembali dari lipatan bagian arah muka dan belakang
kurang dari 15o maka hasilnya dapat dirata-ratakan dan bila lebih dari itu maka
dilaporkan masing-masing.
6.7 DISKUSI
faktor yang mempengaruhi sifat ketahanan kusut pada suatu kain, antara lain adalah
sifat serat yang digunakan pada pembuatan kain tersebut. Sifat serat akan berpengaruh
terhadap kain yang dihasilkannya. Pada kain-kain yang mempunyai ketahanan kusut
yang jelek dapat diperbaiki dengan melakukan proses penyempurnaan anti kusut pada
kain, sehingga kain yang telah mengalami proses penyempurnaan anti kusut akan
mempunyai ketahanan kusut yang baik.
6.8 KESIMPULAN
Tahan kusut lusi muka dan belakang 135 ° dan 134°
Tahan kusut pakan muka dan belakang 140° dan 141°
Rata – rata sudut kembali lusi sebesar 269°
Rata – rata sudut kembali pakan sebesar 281°
BAB 7
DEKOMPOSI KAIN
7.1 Maksud dan Tujuan
Melakukan penimbangan dan perhitungan tetal kain contoh uji, untuk menghitung
nomor benang dari kain dan mengkeret benang dari kain sehingga dapat mengetahui
berat kain per meter persegi.
Nomor benang
Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan dalam satuan
berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat tertentu.
Mengkeret Benang
Apabila benang ditenun maka akan berubah panjangnya, hal ini karena adanya
silangan pada kain. Untuk menyatakan perubahan ukuran tersebut dapat dilakukan
dengan dua cara :
Crimp ; adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb)
menjadi kain tenun (pk) terhadap kain tenun.
Teke up ; adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb)
menjadi kain tenun (pk) terhadap panjang benang dalam keadaan lurus.
Alat
Gunting
Jarum
Pensil
Timbangan benang
Timbangan digital
Bahan
Cara Uji
Keterangan :
Rata-rata panjang benang setelah diluruskan (10 helai untuk lusi dan pakan) = PB
Dengan penimbangan
Dengan perhitungan
Benang pakan = B3 (g/m2)
Berat kain = B2 + B3 = B4 (g/m2)
Menghitung selisih berat hasil penimbangan (BK) dengan perhitungan (B4)=
7.4 HASIL
148,4 cm 83 cm 0,21
148,9 cm 82 cm 0,21
Pengujian dimensi
P = 81.5 + 83 + 82 = 82,1 cm
3
L = 149 + 148,4 + 148, 9 = 148,7 cm
3
T = 0,20 + 0,21 + 0,21 = 0,206
3
Berat awal 10 x 10 = 1,174 gram
Tetal benang(cm)
Lusi
10,75 10,8
11 10,8
10.25 10,7
10.5 10.3
10.5 10,7
Jumlah = 106,5 cm
Rata – rata = 10,65cm
Berat = 0,030 gram
Pakan
10 10,1
10,3 10,9
10,1 10
10,1 10,2
10,2 10,3
Jumlah = 102,2 cm
Rata rata = 10,22 cm
Berat = 0,021 gram
Arah pakan
= 73 + 74 = 73,5 =28,83 helai / cm
2 2,54
Mengkaret lusi
Lusi
Panjang 10,65 – 10 x 100 % = 9,71 %
10,65
Pakan
Panjang 10,22 – 10 x 100 % = 9,24 %
10,22
Nomor benang
Lusi
a. Nm
= Panjang (m)
Berat (g)
= 1.065 m
0,021 g
= 50,71
b. Ne
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 50,71
= 29,91
c. Tex
= 1000 x 1,052
0,015
= 1000
50,71(Nm)
= 19 , 71
d. 9000
50,71
= 177,47
Pakan
a. Nm
= Panjang (m)
Berat (g)
= 1.022 m
0,030 g
= 34,06
b. Ne
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 34,06
= 29,91
c. Tex
= 1000 x 1,052
0,015
= 1000
34,06 (Nm)
= 29,35
e. Td
9000
34,06
= 264,32 cm
Berat kain
Bm2
= 100(P) X 100 (L) X berat kain
10 (P) X10 (L)
= 10 X 100 X 1,174 g/m2
10x 10
= 117,7 g/m2
Berdasarkan perhitungan
Lusi
Tetal /cm x 100 x 100 x100
100 – 9,71
50,71 x 100
= 28,93 x 100 x 8,71 x 100
5071
= 498,90 g/m2
Bb – Bk x 100 % = g/m2
Bb
= 496,90 – 1220,98 x 100 = 145,71 g /m2
7.5 DISKUSI
Dalam Perhitungan tetal lusi dan tetal pakan ,untuk mempermudah proses
perhitungan tetal, kita dapat menguraikan benang lusi / pakan satu per satu
( tentunya setelah diberi batasan 1 inch ).Semua pemeriksaan tetal pada kain,tidak
dilakukan pada bagian dekat tepi kain (1/10 lebar kain) karena tegangan kiri kanan
dengan yang di tengah berbeda sehingga kemungkinan tetalnya akan lebih besar
dibandingkan dengan yang di tengah.
ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan, seperti :
Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada saat menentukan tetal kain
(jumlah lusi dan pakan).
Kurang teliti dalam melakukan penimbangan, menggunting kain, dan melakukan
pengukuran jumlah mulur untuk setiap benang lusi dan pakan
Kesalahan saat membaca skala pada alat dan alat yang tidakk berkerja dengan
baik
7.6 KESIMPULAN
Rata – rata tetal lusi 10,65 cm2
Rata – rata tetal perhelai pakan 10,22 cm2
Berat kain 10 x10 = 1,174 g
Jumlah rata rata perhelai tetal lusi 28,93 helai/cm2
Jumlah rata rata perhelai tetal pakan 29,52 helai / cm2
Jumlah mengkaret lusi 9,71 %
Jumlah mengkaret pakan 9,24 %
Nomor benang lusi
Nm = 50,71cm
Ne = 29,91 cm
Tex = 19,71 cm
Td = 177,47 cm
Nomor benang pakan
Nm = 34,06 cm
Ne = 20,06 cm
Tex = 29,35 cm
Td = 264,23 cm
b/m2 = 117,7 g/m2
berdasarkan perhitungan
lusi = 496,90 g/m2
pakan = 724,08 g/m2
bk = 1220,98 g/m2
145,71 g/m2
BAB 8
PENGUJIAN KELANGSAIAN (DRAPE)
Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm
disangga oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain yang tidak
tersangga akan jatuh (drape) ,BAB 7
Belakang
Jari sample (B ) = 127 mm2
Jari – jari landasan (A) = 63,5 mm2
Luas sample (B) = 50.670.75 mm2
Luas landasan (A) = 12.468.96 mm2
Luas drape (C) = 41.010.99 mm2
Jari – jari rata – rata drape (C ) = 114.25 mm2
Drape % = 74,71 %
Perhitungan
Dreep % = luas dreep – luas landasan x 100%
Luas sample – luas landasan
Muka
Belakang
= 41.01099 – 12.468.96 x 100 %
50.670.75 -- 12.468.98
= 28,54203 x 100 % = 74,71%
38.20177
8.6 DISKUSI
Untuk uji pegangan kain, dapat dilakukan dengan memegang langsung yang dapat
dinilai secara subjektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu kain dilakukan
beberapa pengujian pegangan kain. Pengujian drape ini artinya kemampuan kain
untuk memberikan kenampakan langsai. Misalnya untuk pakaian wanita diperlukan
pakaian yang memiliki drape yang bagus( koefisien drape rendah). Pengujian
dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm disangga
oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain yang tidak tersangga akan
jatuh (drape). Pada pengujian dilakukan dengan mesin yang secara otomatis akan
menghitung nilai persentase drape
8.7 KESIMPULAN
Jumlah dreep % muka 72,61%
Jumlah dreep % belakang 74,71%
BAB 9
PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA
Maksud : Mengukur volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan
luas tertentu dengan tekanan tertentu dengan melihat besarnya udara yang
melewati kain, yang langsung menggerakan manometer air.
Tujuan : Menghitung harga daya tembus udara pada kain contoh dan dapat menilai
mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan nilai daya tembus udaranya.
9.2 Teori Dasar
Susunan kain yang terjadi dari benang-benang dan benang-benang terdiri dari
serat-serat,maka sebagian volume dari kain sebenarnya terdiri dari ruang
udara.Jumlah ukuran dan distribusi dari ruang tersebut sangat mempengaruhi sifat-
sifat kain,seperti kehangatan dan perlindungan terhadap angin dan hujan serta
efisiensi penyaringan dari kain-kain untuk keperluan industri.
Meskipun jumlah ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi mungkin
saja kain yang satu lebih sukar dilalui udara daripada yang lain,oleh karena itu lebih
hangat dipakaiAda dua istilah yang dipakai yang berhubungan dengan ruang udara
pada kain :
Tekanan terhadap udara (Air Resistant) adalah untuk menyatakan berapa lama
waktu tiap volume udara tertentu dapat melalui kain tiap satuan luas tertentu
dengan tekanan tertentu pada tekanan udara tertentu, satuannya misalnya
detik/m3/cm2/ I cm tekanan air.
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur daya tembus udara kain adalah
alat elison incline draft gage (buatan United States Testing Co.). Pada dasarnya alat
uji daya tembus udara mempunyai bagian-bagian penting
Bahan
Contoh uji : kain sisa pada 2 tempat yang berbeda
Bila manometer minyak telah mencapai skala 5”, maka bacalah skala yang
ditunjukan oleh manometer air. Pembacaan manometer yang baik antara 2–
15 inchi.
9.5 HASIL
I = 6,9 CM
II = 8.5 CM
Diameter 6 harga minimal 40,0 dan harga maksimal 113,0
Perhitungan
X = h {x harga manometer air−2 x H−h}
15 – 2
= 40,0 + 7,7 – 2 x 113,0 – 40,0 x 0,508
15-2
= 40,0 + 5,7 + 92,68
13
= 132,68 cm/det / cm2
9.6 DISKUSI
Pengujian dilakukan pada dua tempat yang berbeda dengan ukuran sesuai diameter
pada alatnya. Orifice pun disesuaikan dengan melihat kenaikan minyak dan air agar
tidak terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat sehingga kenaikannya bisa sejalan.
Lubang orifice yang terlalu kecil dan kurang sesuai akan menimbulkan suara yang lebih
bising dibanding lubang yang lebih besar sehingga lubang orifice yang digunakan harus
diganti menjadi lebih besar. Nilai DTU ini sangat dipengaruhi diameter orifice yang
digunakan. Semakin tinggi diameter orifice nya maka daya tembus udara nya pun
makin banyak. Selain diameter orifice, Daya tembus udara pada kain sangat
dipengaruhi oleh konstruksi kain tersebut. Konstruksi dalam hal ini adalah tetal benang
dan jenis anyaman kain
9.7 KESIMPULAN
Nilai daya tembus udara sebesar 132,68 cm/det / cm2