Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL

PENGUJIAN KAIN SECARA FISIKA

Disusun oleh ;
Nama : Mira Nur Latifah
NPM : 20440028
Group : 2G6
Dosen : Wine R., S.ST., M.Ds.
Asisten :

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2022
BAB I
EVALUASI KONSTRUKSI KAIN, DIMENSI DAN GRAMASI KAIN

BAB II
PENGUJIAN KEKUATAN TARIK DAN MULUR

2.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatantarik dan mulur kain tenun dengan
cara pita potong, pita tiras dan cekau. Sedangkan tujuannya adalah mendapatkan hasil
pengukuran beban maksimum yang dapat ditahan oleh suatu contoh uji kain dengan
pengukuran terhadap mulur sebelum putusnya serta dapat menilai mutu atau klasifikasi
kain yang diuji berdasarkan hasil pengujian kekuatan tariknya.

2.2 Teori Dasar

Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu contoh uji
kain hingga kain tersebut putus. Mulur kain adalah pertambahan panjang kain pada saat
kain putus dibandingkan dengan panjang kain semula, dinyatakan dalam persen.

Suatu gaya atau beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh uji yang dijepit oleh dua
buah penjepit (clamp) pada alat uji tarik dengan jarak jepit tertentu dan kecepatan yang
konstan hingga contoh uji tersebut putus. Besarnya gaya dan mulur akan terbaca pada
display, kertas grafik atau skala yang tertera pada alat.

Untuk mengetahui kekuatan tarik kain, dipakai dengan tiga cara pengujian yaitu:

A. Cara Pita Potong

Pengujian dengan cara ini pada umumnya dipakai untuk kain yang dilapisi atau kain
yang dikanji dengan tebal, yang sulit dan tidak mungkin untuk diurai. Dalam
pengujian ini contoh uji harus betul-betul sejajar dengan arah benang yang
memanjang.

B. Cara Pita Tiras

Pengujian ini digunakan untuk kain yang tidak memiliki pelapis dan kain bersifat
mudah diurai/ditiras.Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu menghasilkan
kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun lebih tinggi dari pita potong.

C. Cara cekau

Pengujian kekuatan tarik cara cekau lebih menyerupai pemakaian kain yang
sebenarnya.Dalam perhitungan hasil pengujian yang dihitung adalah kekuatan serta
mulur dari kain yang diuji.

Alat uji kekuatan tarik (dinamakan “Tensile Strength Tester”) yang dibagi menjadi
tiga :

 Laju tarik tetap : Constant Rate Of Traverse (CRT)


 Laju beban tetap : Constant Rate Of Loading (CRL)
 Laju mulur Tetap: Constant Rate Of Elongation (CRE)

2.3 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA POTONG

A. Alat Dan Bahan


Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting

B. Langkah Kerja

 Potong contoh uji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan (2,5 x
20)cm.
 Pasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
 Pasang contoh uji pada penjepit, dan pastikan contoh uji terjepit dengan
kuat.
 Hidupkan mesin. Kemudian atur posisi jarum pada posisi nol.
 Injak pedal untk menjalankan mesin, kemudian tunggu hingga contoh uji
mengalami tarikan dan putus.
 Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan
tarikdalam bentuk satuan kilogram (Kg) dan mulur (cm).
 Lakukan cara pengujian tersebut untuk masing-masing contoh uji (arah
Lusi dan arah Pakan).

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

RUMUS

 rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (kg)


 rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (n) = kekuatan x 9.8 = N
 rata rata mulur lusi dan pakan
 = rata rata mulur (cm) X 100 %

Jarak jepit (cm)

 Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan mulur arah lusi dan
pakan

Perhitungan

 Rata –rata lusi


18,5 + 15 + 10,5 = 14, 6 kg
3
 Rata-rata pakan
10,5 + 12 + 9,5 = 32 kg
3
 Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi (N) = 14,6 x 9,8 = 143 N
Pakan (N) = 32 X 9,8 = 314 N

 Rata – rata kekuatan mulur lusi


mulur (cm)
Mulur (%) = x100%
jarak jepit ( cm)
3,2
Lusi 1 = x100%
75
= 4,2 %

3,2
Lusi 2 = x100%
75
= 4,2 %
7,1
Lusi 3 = x100%
75
= 9,4 %
 Rata – rata kekuatan mulur pakan
mulur (cm )
Mulur (%) = x100%
jarak jepit ( cm)
2,9
pakan 1 = x100%
75
= 3,8 %

2,5
pakan 2 = x100%
75
= 3,3 %
8
pakan 3 = x100%
75
= 10%

 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi

No x ¿
1 18,5 29,16
2 15 3,61
3 10,5 6,7
∑ 39,5 39,47
x̄ 13,1 13,1

lusi s= √∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 39,47
2
=4,4

cv= x 100 %

Lusi = 4,4/13,1 x 100%= 33,5%
 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan tarik pakan

No x ¿
1 10,5 0,01
2 12 1,9
3 9,5 1,2
∑ 32 3,11
x̄ 10,6 1,03

pakan s= √∑ ¿ ¿ ¿ =
√ 3,11
2
=1,2
s
cv= x 100 %

Pakan = 1,2/10,6x 100%= 11,3%
 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur Lusi :

No x ¿
1 3,2 1,6
2 3,2 1,6
3 7,1 6,7
∑ 13,5 9,9
x̄ 4,5 3,3

pakan s= √∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 9,9
2
=2,2

cv= x 100 %

Pakan = 2,2/4,5x 100%= 48,8%
 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur pakan

No x ¿
1 2,9 2,2
2 2,5 3,6
3 8 3,6
∑ 13,4 9,4
x̄ 4,4 3,1

pakan s= √∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 9,4
2
=2,1

cv= x 100 %

Pakan = 2,1/4,4x 100%= 47 %

2.4 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PITA TIRAS

A. Alat dan Bahan

Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting
B. Langkah Kerja

- Potong contoh uji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan (2,5 x 20)cm.
- Pasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
- Pasang contoh uji pada penjepit, dan pastikan contoh uji terjepit dengan kuat.
- Hidupkan mesin. Kemudian atur posisi jarum pada posisi nol.
- Injak pedal untk menjalankan mesin, kemudian tunggu hingga contoh uji
mengalami tarikan dan putus.
- Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca kekuatan tarik
dalam bentuk satuan kilogram (Kg) dan mulur (cm).
- Lakukan cara pengujian tersebut untuk masing-masing contoh uji (arah Lusi
dan arah Pakan).

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

RUMUS

 rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (kg)


 rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (n) = kekuatan x 9.8 = N
 rata rata mulur lusi dan pakan
 = rata rata mulur (cm) X 100 %

Jarak jepit (cm)

 Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan mulur arah lusi dan
pakan
 Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan Tarik arah lusi dan
pakan

Perhitungan

 Rata –rata lusi


3 + 6,5 + 3,2 = 4,23kg
3
 Rata-rata pakan
3,3 + 3,3+ 3,3 = 3,3 kg
3
 Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi (N) = 28 x 9,8 = 274,4 N
Pakan (N) = 16 X 9,8 = 156,8 N

 Rata – rata kekuatan mulur lusi


mulur (cm )
Mulur (%) = x100%
jarak jepit ( cm)
3,3
Lusi 1 = x100%
75
= 4,4 %

3,3
Lusi 2 = x100%
75
= 4,4 %
3,3
Lusi 3 = x100%
75
= 4,4 %
 Rata – rata kekuatan mulur pakan
mulur (cm)
Mulur (%) = x100%
jarak jepit ( cm)
3
pakan 1 = x100%
75
=4%

6,5
pakan 2 = x100%
75
= 8,6 %
3,2
pakan 3 = x100%
75
= 4,2 %

 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur lusi

No x ¿
1 3,3 1
2 3,3 1
3 3,3 1
∑ 9,9 3
x̄ 3,3 1

SD lusi¿ √ ∑¿ ¿ ¿ =
s
√ 3
2
=1,2

cv= x 100 %

Lusi = 1,2/3,3x 100%= 36,36%
 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan mulur pakan

No x ¿
1 3 1,44
2 6,5 5,29
3 3,2 1
∑ 12,7 7,73
x̄ 4,2 2,,57

SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 7,73
2
=1,9

cv= x 100 %

Pakan = 1,9/4,2x 100%=45,2%
 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x ¿
1 29,5 2,56
2 25,25 7,02
3 29 1,21
∑ 83,75 10,79
x̄ 27,9 3,59

SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 10,79
2
=2,3

cv= x 100 %

Pakan = 2,3/27,9x 100%= 8,2%
 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik pakan

No x ¿
1 3 1,44
2 6,5 5,29
3 3,2 1
∑ 12,7 7,73
x̄ 4,2 2,,57

SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 7,73
2
=1,9

cv= x 100 %

Pakan = 1,9/4,2x 100%=45,2%

2.5 Pengujian Kekuatan Tarik Cara Cekau

A. Alat dan Bahan

Alat bahan
Alat uji kekuatan tipe laju mulur tetap Kain Contoh Uji
(CRE) atau laju tarik tetap (CRT) atau
pendulum.
- Kecepatan penarikan : 305 -+ 10
mm/menit
- Jarak jepit : 75 -+ 1 mm
- Ukuran penjepit : 25 mm (min) x 37,5
mm (min)
Penggaris
Gunting

B. Langkah Kerja

 Potong kain contoh uji dengan panjang 15 cm dan lebar 10 cm


 Membuat 3 contoh uji ke arah lusi dan pakan
 Mengatur kedudukan jarak jepi 7,5 cm
 Memilih beban yang sesuai
 Memasangkan contoh uji pada penjepit atas dan penjepit bawah
 Mesin dijalankan

C. Hasil Pengujian Dan Perhitungan

 rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (kg)


 rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan (n) = kekuatan x 9.8 = N
 Standar deviasi (SD), koefiensi variasi (CV) kekuatan Tarik arah lusi dan
pakan

Perhitungan

 Rata –rata lusi


32,75 + 34 + 34,5 = 33,75 kg
3
 Rata-rata pakan
16 + 19+ 26,5 = 20,5 kg
3
 Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi (N) = 33,7 x 9,8 = 330,2 N
Pakan (N) = 20,5 X 9,8 = 200,9 N

 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik lusi
No x ¿
1 32,7 1
2 34 0,09
3 34,5 0,64
∑ 101,2 1,73
x̄ 33,7 0,57

SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
s
√ 1,73
2
=0,92

cv= x 100 %

Pakan = 0,92/33,7x 100%= 2,7%
 Standar deviasi (SD) & Koefisiensi Variasi (CV) kekuatan Tarik pakan

No X ¿
1 16 20,25
2 19 2,25
3 26,5 6
∑ 61,5 28,5
x̄ 20,5 9,5

SD Pakan ¿ √ ∑ ¿ ¿ ¿ =
√ 28,5
2
=3,7
s
cv= x 100 %

Pakan = 3,7/20,5x 100%= 18 %
2.6 Diskusi
 Pada pengujian kekuatan tarik dilakukan penarikan yang searah dengan sumbu
benang sehingga semua benang mengalami gaya tarik dan putus. Pengujian
kekuatan tarik cara pita tiras dilakukan dengan dinamometer. Selain
mendapatkan data kekuatan tarik maka dengan alat ini didapat mulur kain
sebelum putus. Pada saat pengujian, semua contoh uji dijepit pada klem atas
sedangkan pada klem bagian bawah dijepit satu persatu sesuai dengan urutan
yang akan diuji. Hal ini menghindari terjadinya slip pada saat penarikan yang
membuat hasil tidak akurat. Pada saat memasang contoh uji pastikan gigi-gigi
penjepit menjepit contoh uji dengan kuat, sehingga kain contoh uji akan putus
dengan baik, dan tidak terjadi selip. Pada hasil pengujian cara pita tiras dengan
pita potong kekuatan yang didapat pada cara pita tiras lebih besar karena semua
benang mengalami gaya tarikan yang sama sehingga gaya tarik tersebar merata
terhadap benang-benangnya.
 Kekuatan tarik suatu kain adalah kemampuan minimum kain dalam menahan
tarikan dari suatu beban yang maksimum. pada cara pengujian pita potong ini
umumnya di pakai untuk kain yang berbahan tebal dan sukar untuk di tiras
 Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita tiras biasa digunakan untuk kain yang
memiliki bahan yang tipis serta mudah di tiras
 Pengujian cara cekau umum dipakai untuk kain baik yang dapat diurai (tidak dilapisi)
maupun kain yang dilapisi

2.7 Kesimpulan

a. Pengujian kain Pita Potong


 Rata rata kekuatan tarik lusi dan pakan
 Lusi (N) = 143 N
 Pakan (N)= 314 N
 Rata – rata mulur lusi = 5,9 %
 Rata rata mulur pakan = 5,7 %
 Standar deviasi lusi kekuatan tarik = 4,4%
 Kofiensi variasi lusi kekuatan Tarik = 33,5 %
 Standar deviasi pakan kekuatan tarik = 1,2 %
 Kofiensi Variasi Pakan kekuatan tarik = 11,3 %
 Standar deviasi lusi kekuatan mulur = 2,2 %
 Kofiensi variasi lusi kekuatan mulur = 48,8 %
 Standar deviasi pakan kekuatan mulur= 2,1%
 Kofiensi Variasi Pakan kekuatan mulur = 47,7 %

b. Pengujian Kain Pita Tiras


 Rata – rata kekuatan tarik lusi kg = 4,23kg
 Rata- rata kekuatan tarik pakan kg = 3,3 kg
 Rata – rata kekuatan tarik lusi (N) = 274,4 N
 Rata-rata kekuatan tarik pakan (N) = 156,8 N
 Rata- rata mulur lusi dan pakan
Lusi = 4,4 %
Pakan = 5,6 %
 Standar deviasi dan kofiensi variasi kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi
SD= 2,3
CV = 8,2 %
Pakan
SD = 1,9
CV= 45,2 %
 Standar deviasi dan koifiensi variasi mulur lusi dan pakan
Lusi
SD = 1,2
CV= 36,36%
Pakan
SD = 1,9
CV= 45,2 %
c. Pengujian Kain Cara Cekau
 Rata – rata kekuatan tarik lusi kg = 33,,7 kg
 Rata- rata kekuatan tarik pakan kg = 20,5 kg
 Rata – rata kekuatan tarik lusi (N) = 330,2N
 Rata-rata kekuatan tarik pakan (N) = 200,9 N
 Standar deviasi dan kofiensi variasi kekuatan tarik lusi dan pakan
Lusi
SD= 0,92
CV = 2,7%
Pakan
SD = 3,7
CV= 18 %

Contoh Uji Pita Potong


Contoh Uji Pita Tiras
Contoh Uji Cekau

BAB III

PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN

3.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatan sobek kain tenun dengan cara
Trapesium, cara Lidah dan cara Elmendorf sesuai standar pengujian. Pengujian ini
memiliki tujuan yaitu mendapatkan hasil pengukuran kekuatan sobek kain dan dapat
menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.

3.2 Teori Dasar


Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji daya tahan kain terhadap sobekan baik
kearah lusi maupun kearah pakan.
Kekuatan sobek adalah gaya impak rata-rata yang diperlukan untuk menyobek
contohuji yang telah diberi sobekan awal. Gaya ini sama dengan kerja yang
dilakukanuntuk menyobek contoh uji dibagi dua kali panjang sobek.
Energi sobek adalah kerja yang dilakukan untuk menyobek contoh uji. Uji pakan
adalah uji ketahanan sobek terhadap benang-benang pakan. Uji lusi adalah pengujian
ketahanan sobek terhadap benang kusi pada kain.
Pengujian kekuatan sobek dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk sayap)
2. Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk celana panjang)
3. Pendulum balistik (Uji Trapesium untuk kain yang dilapisi/coating atau kain berlapis)
Pengujian cara trapezium ini meniru keadaanCara trapesium adalah kekuatan tarik
kain yang telah diberi sobekan awal diantara dua penjepit yang membentuk bangun
trapesium terhadap arah tarikan sedemikian rupa sehingga sobekan awal terletak
ditengah diantara dua penjepit.
4. Cara Lidah/ Sobekan Ganda (dari contoh uji berbentuk lidah)
Kekuatan tarik kain cara lidah adalah kain yang telah digunting terlebihdahulu kearah
lusi atau pakan; wale atau course, sehingga berbentuk sepertilidah dan ditarik pada
kedua ujung sobekan.
Kekuatan sobek lusi adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain sampai
benang lusi putus. Kekuatan sobek pakan adalah kekuatan yang diperlukan untuk
menyobek kain sampai benang pakan putus.
Pengujian dengan cara lidah tidak dapat dilakukan pada kain tidak seimbang. Kain
dengan tetal lusi lebih besar dari tetal pakan, apabila disobek pada arah lusi, maka
arah sobekan pada saat pengujian akan berubah kea rah pakan yang lebih lemah. 
5. Cara Elmendorf/Pendulum
Kekuatan sobek cara Elmendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi sobekan awal
dengan jarak yang telah ditentukan. Metoda pendulum balistik (Elmendorf) digunakan
untuk penentuan gaya sobek kain. Metoda ini menetapkan gaya sobek yang
diperlukan untuk meneruskan sobekan pada kain dengan panjang tertentu jika diberi
gaya mendadak. Gaya sobek dikualifikasikan sebagai “menyobek lusi” atau “
menyobek pakan” atau (benang lusi sobek) atau (benang pakan sobek). Uji ini
khusus digunakan pada kain tenun, bisa juga nir tenun dengan batasan yang sama
seperti kain tenun. Penting untuk pengujian bahan pekaian seperti kemeja, blus, kain
lapis, dan kain militer (misalnya parasut).

Uji sobekan ini tidak cocok untuk kain rajut, kain tenun elastic, kain yang
sangata an isotrop atau kain yang anyamannya memiliki jarak yang jika disobek arah
sobekan akan berpindah kearah yang lain.
Kekuatan sobek kain merupakan pengukuran terhadap daya tahan kain
terhadap sobekan baik kearah lusi maupun kearah pakan. Panjang sobek adalah
penjang bagian contoh uji yang akan disobek.
Kekuatan sobek adalah gaya impak rata-rata yang diperlukan untuk
menyobek contohuji yang telah diberi sobekan awal. Gaya ini sama dengan kerja
yang dilakukanuntuk menyobek contoh uji dibagi dua kali panjang sobek.
Energi sobek adalah kerja yang dilakukan untuk menyobek contoh uji. Uji
pakan adalah uji ketahanan sobek terhadap benang-benang pakan. Uji lusi adalah
pengujian ketahanan sobek terhadap benang kusi pada kain.
Pengujian kekuatan sobek kain adalah menguji dayan tahan kain terhadap
sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat diperlukan untuk kain-kain militer
seperti kain untuk kapal terbang, payung udara dan tidak kalah pentingnya juga untuk
kain sandang..

A. Cara Trapesium
Pengujian cara trapesium ini didasarkan dari keadaan apabila sepotong kain
ditarik dengan gunting pada bagian pinggir kain dan contoh dipegang dengan
kedua tangan, lalu disobek mulai dari tarikan yang telah dibuat.Data yang didapat
dari percobaan dengan menggunakan mesin instron akan berupa grafik. Skala dari
grafik tersebut memiliki satuan dalam kilogram dan cm. Untuk mendapatkan data
maka diperlukan membaca grafik dengan cara membaca setiap 1 cm dan
menggunakan rumus :

Titik tertinggi – Titik terendah


2
B. Cara Lidah
Pengujian ini dilakukan dengan dasar apabila sepotong kain digunting menjadi 2
sampai kira-kira setengahnya lalu kain disobek dengan memegang kedua lidah..
Seperti cara trapesium data yang diperolehpun berupa grafik. Tetapi berbeda
dengan cara trapesium, untuk mendapatkan data dalam satuan 1 cm pada skala
grafik hanya berupa titik tertinggi saja.

C. Cara Elmendorf
Cara elmendorf pengujiannya menggunakan sistem balistik yang
menyobek kain sekaligus, cara ini digunakan untuk kain yang relatif kuat. Kekuatan
sobek cara Elemendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi sobekan awal
dengan jarak yang telah ditentukan. Pengujian kekuatan sobek cara Elmendorf
menggunakan alat khusus yaitu Elmendorf, dengan sistem ayunan pendulum,
berbeda dengan cara trapesium dan lidah yang menggunakan alat uji kekuatan tarik
kain untuk mengujinya. Prinsip pengujiannya berapa besar gaya dorong untuk bisa
atau sampai menyobek contoh uji yang telah diberikan sobekan awal.

3.3 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA ELEMENDOF

A. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Pendulum (elemendrof) penguji sobek Kain contoh uji
dengan kapasitas 3200 g
Gunting
Penggaris

B. Langkah Kerja
- Pilih pendulum dengan kapasitas alat yang sesuai dengan contoh uji,
sehingga kekuatan sobek dapat terbaca antara 20 – 65 % dari skala
maksimum.
- Pendulum diposisikan sampai kedudukan siap ayun, kemudian jarum
penunjuk berimpit dengan garis indeks yang terdapat pada pendulum.
- Contoh uji dipasang pada sepasang penjepit hingga terletak ditengah- tengah
dan tepi bawah contoh uji segaris dengan dasar penjepit, kedua penjepit
dirapatkan dengan memutar sekrup pengencang sehingga tekanan jepitan
kedua penjepit sama besar.
- Lakukan penyobekan awal pada contoh uji dengan menekan batang pisau.
- Setelah dibuat sobekan awal penahan pendulum ditekan sampai beberapa
kali ayunan, kemudian pendulum ditangkap dengan tangan tanpa mengubah
kedudukan jarum.
- Kekuatan sobek dapat dibaca pada skala dalam satuan persen.
- Catat kedudukan jarum pada skala untuk masing-masing contoh uji (Lusi dan
Pakan).

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

Beban 3200 gram

Perhitungan
 rata- rata sobek lusi dan pakan (°)
lusi
672+ 736 + 768 = 2176 = 725
3 3
Pakan
1216 + 1216 + 1216 = 3648 = 1.216
3 3
 Kekuatan Sobek pakan (gram)
Kain Contoh Uji 1

38 x 3200 = 1.216 gram

100

Kain Contoh Uji 2

38 x 3200 = 1.216 gram

100

Kain Contoh Uji 3

38 x 3200 = 1.216 gram

100

 Kekuatan Sobek Lusi (Gram)


Kain Contoh Uji 2

21 x 3200 = 672 gram

100

Kain Contoh Uji 2

23 x 3200 = 736 gram

100

Kain Contoh Uji 3

24 x 3200 = 768 gram

100

 standar deviasi dan kofisiensi kekuatan sobek lusi dan pakan

Lusi

No X ¿
1 672 2.841
2 763 114,4
3 768 1.823
∑ 2.176 4.778,4
x̄ 725,3 1.593

SD = √∑ ( xi−x) 2
= √ 4778 = 49 %
(n-1) 2

CV = SD x 100 % = 49 x 100 = 6,7 %


X 725
Pakan

No X ¿
1 1.216 0
2 1.216 0
3 1.216 0
∑ 3.648 0
x̄ 1.216 0

SD = √∑ ( xi−x) 2
= √0 = 0 %
(n-1) 2

CV = SD X 100 % = 0 X100 %= 0 %
X 1.216

D. DISKUSI
Prinsip pengujian tahan sobek kain tenun dengan Elmendorf yaitu gaya impact rata-rata
yang diperlukan untuk menyobek contoh uji yang telah diberi sobekan awal, diperoleh
dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam penyobekan pada jarak yang sudah
ditentukan. Alat uji ini terdiri dari pendulum berbentuk sektor yang dilengkapi dengan
penjepit pada pendulum harus satu garis dengan penjepit yang kedudukannya tetap.
Kedudukan ini mempunyai energi potensial maksimum. Contoh uji dipasang pada kedua
penjepit, kemudian diberi sobekan awal di antara kedua penjepit tersebut. Pendulum
dibebaskan mengayun sehingga penjepit pada pendulum bergerak menyobek contoh uji

Pengujian kekekuatan sobek cara elemendorf ini di gunakan beban 3200 gramm karena
kain yang di uji merupakan kain sedikit tebal sehingga data yang di hasilkan cukup
besar

E. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian di dapat hasil sebagai berikut :

Rata rata sobek lusi = 725 gram

Rata rata sobek pakan = 1216 gram

Standar deviasi dan kofisiensi sobek lusi = 49% dan 6,7 %

Standar deviasi dan kofisiensi sobek pakan= 0 dan 0 %

3.4 KEKUATAN SOBEK KAIN LIDAH

A. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Alat uji instron (10 kg) Kain contoh uji
Kertas grafis
Pulpen

B. Langkah Kerja

 Pasang contoh uji pada klem atas dan bawah kemudian kencangkan baut klem
atas dan bawah.

 Pindahkan swicth pengaturan penarikan dan mulur pada grafik ke posisi bawah.
 Tekan tombol on maka klem atas akan bergerak naik keatas , perhatikan
data/gambar grafik sampai 5 titik.
 Tekan tombol stop (warna merah).
 Swicth pengatur penarikan dan mulur pada grafik dikembalikan pada posisi
semula (atas).
 Tekan tombol turun agar klem kembali pada posisi awal.
 Catat 5 puncak tertinggi pada grafik

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

 Rata – rata kekuatan sobek lusi pada grafik


No Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
1 2,8 2,8 2,8
2 2,6 2,6 2,7
3 2,4 2,5 2.5
4 2,4 2,4 2,4
5 2,3 2,3 2,4
∑ 12,5 12,6 12,8
𝑥̅ 2,5 2,52 2,56

 Rata – rata kekuatan sobek pakan pada grafik

No Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


1 2 1,8 2,1
2 1,9 1,8 2
3 1,8 1,7 1,8
4 1,8 1,6 1,8
5 1,7 1,6 1,7
∑ 9,2 8,5 9,4
𝑥̅ 1,84 1,7 1,88

 standar deviasi dan kofisiensi kekuatan sobek lusi dan pakan

Lusi

No X ¿
1 2,5 0,0004
2 2,52 0
3 2,56 0,0016
∑ 7,58 0,002
x̄ 2,52 0,0006

SD = √∑ ( xi−x) 2
= √ 0,002 = 0,03 %
(n-1) 2

CV = SD x 100 % = 0,03 x 100 = 1,1 %


X 2,52
Pakan

No X ¿
1 1,84 0,0016
2 1,7 0,01
3 1,88 0,0064
∑ 5,42 0,018
x̄ 1,8 0,006

SD = √∑ ( xi−x) 2
= √ 0,018 = 0,09%
(n-1) 2

CV = SD X 100 % = 0,09 X100 %= 5 %


X 1,8
D. DISKUSI

Pengujian dilakukan dengan standar pengujian cara uji kekuatan sobek cara lidah.
Pengujian ini dilakukan pada kain yang tidak seimbang baik itu arah lusi dan pakan yang
berbeda jenis seratnya atau misalnya kain yang coating yang tidak dapat Penjepitan
contoh uji pada penjepit atas maupun bawah, harus benar – benar kuat. Sebab bila
terjadi penarikan, bila penjepitan kurang kuat, akan menyebabkan kekuatan sobek
contoh uji akan lebih besar dari yang semestinya.Kedudukan alat pencatat, harus tepat
pada grafik skalanya. Hal ini untuk menghindari terbentuknya kesalahan grafik yang
disebabkan oleh labilnya pencatat skalat dilakukan dengan cara elmendorf.

E. KESIMPULAN
- Rata-rata kekuatan sobek Lusi = 2,52 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Lusi = 0,03%
- Coevisien Variasi (CV) sobek Lusi = 1,1 %
- Rata-rata kekuatan sobek Pakan = 1,8 kg
- Standar Deviasi (SD) sobek Pakan = 0,09 %
- Coevisien Variasi (CV) sobek Pakan = 5 %

3.5 KEKUATAN SOBEK KAIN TRAPESIUM

A. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Alat uji instron (10 kg) Kain contoh uji
Kertas grafis
Pulpen

B. Langkah Kerja

- Gunting contoh uji sepanjang 1 cm, usahakan agar menggunting tepat pada
bagian tengah contoh uji.
- Tentukan jarak jepit sesuai dengan jenis pengujian.
- Pasang contoh uji pada klem atas dan bawah kemudian kencangkan baut
klem atas dan bawah.
- Pindahkan swicth pengaturan penarikan dan mulur pada grafik ke posisi
bawah.
- Tekan tombol “ON” maka klem atas akan bergerak naik keatas , perhatikan
data/gambar grafik sampai 5 titik.
- Tekan tombol stop (warna merah).
- Swicth pengatur penarikan dan mulur pada grafik dikembalikan pada posisi
semula (atas).
- Tekan tombol turun agar klem kembali pada posisi awal.
- Jika penarikan grafik tidak berada pada posisi “O” ( dari grafik) maka swicth
pengatur pena tarik ke bawah lalu dikembalikan lagi.
- Catat 1 puncak tertinggi dan1 puncak terendah pada grafik

C. Hasil Pengujian dan Perhitungan

- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak tertinggi (high) pada lusi
= (1,7 + 1,9 + 1,9) : 3 = 1,83
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak terendah (low) pada lusi
= (1 + 1,2 + 1) : 3 = 1,06
𝑥̅𝐻+ 𝑥̅𝐿 1,83+1,06
= 2 = 2 = 1,44 𝑘𝑔
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak tertinggi (high) pada pakan
= (1,2 + 1,1 + 1,2) : 3 = 1,16
- Rata-rata kekuatan sobek grafik 1 titik puncak terendah (low) pada pakan
= (0,7 + 0,7 + 0,8) : 3 = 0,73
𝑥̅𝐻+ 𝑥̅𝐿 1,16+0,73
= 2 = 2 = 0,94 𝑘𝑔
- Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) lusi

 Cara perhitungannya sama seperti cara pengujian uji sobek cara lidah

Perhitungan

Rata-rata puncak tertinggi dan terendah

pakan :

X = XH+XL = 3.16+2.4 = 2.79 Kg


2 2

Lusi :

XH+XL = 9.24+5.67 = 6.08 Kg


2 2

Pakan

Standar deviasi uji sobek Trapesium.

X1 X1 – X
3,5 1 Sd √∑ ( x 1−x ) ² = √(0.71)² = 0.12
3,5 1 (n-1) (5-1)
3,3 0,75 cv = Sd x 100% = 0.12 x 100%
X 2,5
3 0,83 = 0,048%
2,5 0 = 48%

∑ X=2,5 ∑ X=0,71
X1 (X1 – X)
1,8 0,18
Sd √∑ ( x 1−x ) ² = √(0,38)² = 0,036%
(n-1) (5-1)
1,8 0,18
1,9 0,28 cv = Sd x 100% = 0,036 x 100% = 2,2%
2,1 0,48 X 1,62
2,4 0,78

∑ ¿1,62 0,38
Lusi

10 0,76

8,2 1,04 Sd √∑ ( x 1−x ) ² = √(0.51)² = 0,065%%


(n-1) (5-1)
9,5 0,26
cv = Sd x 100% = 0,065 x 100% = 0.70%
9,5 0,26 X 9.24
9 0,24

∑ ¿ 9,24 ∑ ¿ 0,51

Terendah

3,4 1,97
4,4 1,47
4,5 1,37
Sd √∑ ( x 1−x ) ² = √(1,17)² = 0,342%
(n-1) (5-1)
4,9 0,97
cv = Sd x 100% = 0,342 x 100% = 5.41%
5,8 0,07
X 5.87
∑ ¿5,87 1,17
2.14 DISKUSI

Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan beban maksimum
yang mengenai kain tersebut.

Factor yang mempengaruhi alat pada saat pengujian adalah terjadi slip pada saat proses
penarikan di sebabkan penjepit yang tidak kencang pada proses pemasangankain pada
penjepit mesin .

Kesalahan Pemasangan pencatatan skala pada kertas grafik akan berpengaruh pada hasil
yang di dapat pada proses pengujian . pada proses pengujian kain slip di karenakan penjepit
yang sudah longar sehingga kain tidak tertatik secara maksimal

2.15 KESIMPULAN

Dari hasil pengujian kekuatan sobek cara lidah di dapat hasil sebagai berikut

Rata – rata puncak tertingi dan terendah lusi sebesar 6,08 kg

Rata – rata puncak tertinggi dan terendah pakan sebesar 2,78kg

Standar deviasi dan kofisiensi puncak tertinggi dan terendah lusi sebesar 0,065% dan 0,70 %
untuk tertinggi, dan terendah sebesar 0,342 % dan 5,41%

Standar deviasi dan kofisiensi puncak tertinggi dan terendah pakan sebesar 0,12% dan 4,8 %
untuk tertinggi, dan terendah sebesar 0,036 dan 2,2%

BAB 3

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOKAN

3.1. Maksud dan Tujuan


Maksud : Melakukan pengujian ketahanan gosok yaitu kemampuan kain untuk menerima
sejumlah gosokan.

Tujuan :

Mengetahui besarnya penambahan tebal dan pengurangan berat yang terjadi pada contoh uji
akibat adanya gosokan terhadap contoh uji tersebut.

Melakukan pengujian ketahanan gosok pada kain sesuai dengan standar.

Mengidentifikasi kain yang diuji dilihat dari sifat ketahanan gosoknya.

3.2 Teori Dasar.

Keawetan kain (serviceability) adalah lamanya suatu kain bisa dipakai sampai tidak bisa dipakai
lagi karena suatu sifat penting telah rusak. Keawetan tergantung dari lamanya dipakai atau
jumlah kali pakai. Sedangkan keusangan (wear) adalah jumlah kerusakan kain karena serat-
seratnya putus atau lepas. Dalam hal tertentu, keawetan dan keusangan sama, tapi dalam hal
lain berbeda. Keusangan juga merupakan suatu mutu kain yang tidak diuji sebab kondisi-
kondisi sangat bervariasi disamping tidak dapat diketahui secara kuantitatif pengaruh macam-
macam faktor terhadap keusangan.

Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan kain karena adnaya “pills”,
yaitu gundukan serat-serat yang mengelompok di permukaan kain yang menyebabkan tidak
baik dilihat. Pills akan terbentuk ketika dipakai atau dicuci, karena kekusutan serat-serat lepas
yang menonjol di permukaan kain akibat gosokan. Pilling akan lebih parah pada serat buatan.

sederhana terhadap mutu kain. Mengenai ketahanan kain kain terhadap kombinasi antara
tekanan dan pemotongan serat, hasilnya masih harus dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan pengujian lain. Jadi pengujian gosok tidak hanya satu-satunya faktor yang
mempengaruhi keusangan dan keawetan

Gosokan yang mungkin terjadi pada kain :

Gosokan yang terjadi antara kain dengan kain.

Gosokan yang terjadi antara kain dengan benda lain.

Gosokan yang terjadi antara serat dan kotoran pada kain yang menyebabkan putusnya serat.

Akibat adanya gosokan tersebut maka akan menimbulkan keausan pada kain, terutama akibat
dari gosokan antara kain dengan benda lain.

Gosokan dapat terjadi oleh karena friksi antara kain dan kain misalnya gosokan antara lengan
dan jas, friksi antara kain dengan benda lain misalnya pada bagian lutut celana, dan friksi
antara serat dan kotoran kain, menyebabkan putusnya serat. Pengujian gosok hanyalah
merupakan pengujian yang

Pengujian ketahanan gosok dengan Martindale Abration Tester banyak dilakukan terutama
untuk kain-kain jok. Kain contoh uji yang akan diuji dilapisi oleh busa poliuretan kemudian
digosok sampai diperkirakan 2 benang putus. Abradant (penggosok) yang digunakan yaitu kain
standar dari wol. Kemudian dihitung pengurangan beratnya, dan persentasenya terhadap berat
awal.
Gerakan gosokan pada waktu pengujian ini berputar berbagai arah dan contoh uji bebas
bergerak.

J.E. Booth Menggolongkan gosokan sebagai berikut:

Gosokan datar (Plan or Flat abrasion), yaitu penggosokan pada permukaan datar dari contoh.

Gosokan pinggir (Edge Abrasion), misalnya gosokan yang terjadi pada leher dan lipatan kain.

Gosokan Tekuk (Flex Abrasion), dimana gosokan disertai dengan tekukan dan lengkungan.

Pembagian tersebut adalah pembagian secara kasar saja, sebab sesungguhnya dijumpai pula
macam gosokan campuran yang rumit.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengujian yaitu pemilihan cara yang
mungkin juga ditentukan oleh alat yang tersedia, ketelitian dan sebagainya. Dimana faktor-
faktor yang penting adalah sebagai berikut:

Keadaan Contoh, jika tidak ditentukan lain contah kain harus dikondisikan dalam ruang standar
atmosfir.

Pemilihan alat, tergantung pada karakter pengujian yang diperlukan, apakah menggunakan
gosokan datar, tekanan dan lain-lain.

Karakter gerakan, apakah arah gerakan bolak-balik, maju saja, memuatar atau macam-macam
gerakan.

Arah gosokan, dalam banyak hal gosokan dibedakan gosokan kearah lusi dan kearah pakan.
Tetapi bisa saja gosokan membentuk sudut terhadap arah lusi dan pakan.

Pemilihan bahan penggosok

Pelapis contoh

Kebersihan contoh dan alat

Tegangan pada contoh

Tekanan antara penggosok dan contoh

Beberapa cara untuk menilai kerusakan akibat gosokan :

Kenampakan terhadap contoh yang tidak tergosok.

Jumlah gosokan sampai kain berlobang, benang putus atau contoh putus.

Kehilangan berat setelah gosokan.

Perubahan tebal kain.

Kehilangan kekuatan kain.

Perubahan sifat-sifat lain misalnya daya tembus udara, kilau, dll.

Pengujian mikroskopis mengenai kerusakan benang atau serat pada kain.

3.3 Prinsip Pengujian


Alat uji gosok Martindale akan menggosok contoh uji dengan beban tertentu menggunakan
media penggosok (kain standar) mengikuti suatu gerakan yang membentuk gambar Lissajous.
Alat penjepit contoh uji dapat dipasangi contoh uji atau kain penggosok bergantung pada
metoda mana yang digunakan (SNI ISO 12947 bagian 2, 3 dan 4) yang dapat berputar bebas
pada porosnya yang tegak lurus terhadap suatu bidang horisontal. Contoh uji kemudian digosok
sesuai dengan jumlah gosokan yang telah ditentukan. Banyaknya gosokan tiap selang
pemeriksaan bergantung pada jenis produk dan metoda pengujian.

IV. Standar Pengujian

SNI ISO 12947-1:2010. Tekstil-Cara uji tahan gosok kain dengan metoda martindale-Bagian
1 :Alat uji gosok Martindale.

3.4 Alat dan Bahan

Alat

Martindale wear and abrasion tester, yang dilengkapi dengan :

Beban penekan 9 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 150 g/m2) dan 12 ± 0,2 kPa (untuk kain
dengan berat 151-300 g/m2).

Alat stop motion setelah ditentukan jumlah gosokannya.

Neraca analitik, jenis pengujian ini akan menyebabkan terjadinya perubahan berat. Oleh karena
itu, jenis timbangan/neraca yang digunakan harus mempunyai ketelitian yang relatif tinggi.

Thickness gauge, alat pengukur ketebalan kain ini dilengkapi dengan peralatan:

Landasan, tempat kain contoh uji yang akan diukur tebalnya.

Dasar penekan, untuk menekan kain contoh uji.

Skala (dial) untuk mengetahui tebal kain contoh uji.

Jarum penunjuk skala.

Beban.

Gunting

Kain penggosok standar (kain wol atau kanvas)

Pelapis contoh uji busa poliuretan.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu kain dengan diameter 4 cm sebanyak 2 contoh uji

3.4 Cara Uji

 Contoh uji yang telah berbentuk bulatan dengan diameter 4 cm, dikondisikan dalam
ruangan standar. Untuk mencapai kelembaban standar suatu kain minimal
membutuhkan waktu ± 4 jam. Namun karena keterbatasan waktu, contoh uji
dikondisikan beberapa menit saja, tetapi pada waktu penyimpanan contoh uji diluar
ruangan standar, contoh uji tidak gampang terkena debu atau kotoran lainnya serta tidak
dalam posisi terlipat.
 Menimbang berat contoh uji tersebut dengan menggunakan neraca analitik. Dan untuk
mengukur ketebalannya, digunakan thickness gauge.
 Memasang contoh uji pada martindel abrasion tester. Pada peralatan tersebut distel
agar setelah 500 kali putaran alat tersebut berhenti berputar. Alat ini merupakan jenis
alat dengan gosokan datar, yang karakter gerakannnya berputar.
 Setelah 500 kali putaran, alat akan berhenti. Maka contoh uji dilepaskan darinya,
kemudian contoh uji ditimbang dan diukur kembali tebalnya.
 Melakukan pengujian untuk 2 contoh uji.

3.5 HASIL

Sample Berat awal Berat akhir Tebal awal Tebal akhir


1 0,018 g 0,167 g 0,20 0,21,5
2 0,025 g 0,162 g 0,21 0,20,5
Rata- rata 0,134 g 0,1645 g 0,205 0,21

Menggunakan beban 9 kpa


Dengan 500 x gosokan

Perhitungan
Presentase pengurangan berat = x berat awal – berat akhir x 100 %
X berat awal

= 0,134 – 0,1645 x 100 % = 1,093%


0,135

Presentase pengurangan ketebalan = x tebalawal – tebal akhir x 100 %


Xtebal awal

= 0,205 – 0,21 x 100 % = 3,73%


0,134
Presentase pengurangan ketebalan = x tebalawal – tebal akhir x 100 %
X berat awal

= 0,205 – 0,21 x 100 % =2,43%


0,205
1.5 DISKUSI
Kekuatan gosok kain di gunakan untuk mengetahui keawetan kain ketika mengalami
gosokan , biasanya di gunakan untuk kain karpet
Kekuatan gosok juga bias menentukan mutu kain tersebut
Pengujian kekuatan gosok kain menggunakan alat martindale wear and abrasion tester
Ada beberapa cara untuk menilai kerusakan akibat gosokan, diantaranya adalah
kehilangan berat setelah penggosokan dan perubahan tebal kain. Dari hasil pengujian
tebal berat menjadi bertambah dan berat kain berkurang

Factor factor yang mempegaruhi pada hasil pengujian adalah kundisi suhu ruangan
yang tidak standar atau tidak stabil akan mempegaruhi hasil akhir pengujian yang tidak
berstandar

3.5 KESIMPULAN

Presentase pengurangan berat kain yang di gosok sebesar 1,093 %


Presentase pengurangan kebalan kain yang di gosok sebesar 3,73 %
Presentase pertambahan ketebalan kain kain yang di gosok sebesar 2,43%
BAB 4
PENGUJIAN KEKUATAN JEBOL (KHUSUS RAJUT)

4.1 Maksud dan Tujuan

Maksud : Menguji Ketahanan jebol kain rajut dengan alat Bursting Strength Tester
sesuai dengan standar pengujian.
Tujuan : Menghitung harga ketahanan jebol kain rajut dan dapat menilai mutu atau
klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.

4.2 Teori Dasar

Pengujian tahan jebol atau tahan pecah dilakukan terhadap beberapa jenis kain yang
memperhatikan ketahanan pecah. Selain itu diperlukan pula untuk pengujian tahan
pecah kertas.

Kain rajut adalah kain yang dibentuk dengan cara membentuk jeratan dengan alat yang
terdiri dari jarum-jarum rajut. Pada dasarnya kain rajut terdiri dari :

Kain rajut pakan.


Kain rajut lusi
Kain rajut lusi / pakan
Kekuatan jebol adalah tekanan maksimum yang diperlukan untuk menjebol kain rajut
dan dinyatakan dengan Kpa atau Kg/cm2.

Pengujian kekuatan tahan jebol dikenal dengan dua cara, yaitu :

Pengujian dengan penarikan tetap dengan bola penekan

Dilakukan dengan penarikan tetap dengan bola penekan.Pengujian ini dilakukan


dengan tipe pendulum yang dilengkapi dengan bola baja yang mendorong contoh
penjepit yang berbentuk cincin untuk menegengkan contoh uji.

Peralatan ini terpasang pada alat pendulum sedemikiam rupa sehingga pada saat jalan
bola akan mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk
memecahkan/menjebol kain oleh bola menunjukan kekuatan peca/jebol suatu contoh
uji. Pada praktikum yang dilakukan pada mesin bursting tester, pengujian dilakukan
pada 4 tempat yang berbeda dengan cara menjepitkan contoh uji pada alat tersebut,
sampai contoh uji tersebut mengalami jebol atau pecah.
Ä Pengujian dengan diagfragma

Alat uji kekuatan jebol yang dilengkapi dengan diagframa dari karet dan penunjuk
tekanan dalam satuan Kg/cm.Alat ini memberikan tekanan pada kain rajut sampai kain
rajut tersebut jebol atau berlubang.Pada alat ini kain contoh dijepit penjepit. Sedang
sebagai pengganti bola baja dipergunakan diagfragma yang terbuat dari karet, yang
ditekan oleh cairan yang digerakkan oleh pompa, sehingga karet akan mendorong kain
sampai pecah. Besarnya tekanan yang terjadi diukur dengan pengukur tekanan tabung
bourdon. Kapasitas alat ini relative kecil.

2. 3 Cara Uji

o Mengondisikan kain rajut contoh uji.


o Menekan tombol “ON” pada alat
o Mengatur posisi jarum agar berada pada skala nol.
o Menjepit contoh uji dengan kuat oleh cincin.
o Menaikkan tekanan terhadap karet diafragma dengan cara memutar tombol “oil”
sesuai dengan arah anak panah, tunggu hingga kain contoh uji jebol / pecah
kemudian tekanan dihilangkan.
o Kekuatan jebol kain rajut dapat dibaca pada skala yang ditunjukkan oleh jarum
(berwarna merah) dalam satuan kg/cm2.
o Percobaan dilakukan 4 kali di tempat yang berbeda

4.6 HASIL

KAIN Kg/cm2

1 9

2 8.5

3 9

4 7

Rata – rata = 9 + 8,5 + 9 + 7 = 8,37 kg/cm2


4

Xi (xi - x )

9 0,63

8,5 0,13

9 0,63

7 1,37
8,37 2,76

SD = √∑ ( xi−x )=¿ ¿ √(2,76) 2


= 2,53 %
(n-1) (4-1)
Cv = 2,53 x 100% = 30,22%
8,37

4.4 DISKUSI
Uji jebol di lakukan untuk menguji kekekuatan kain rajut Kekuatan jebol merupakan
tekanan yang diperoleh dengan mengurangi tekanan diafragma dari tekanan jebol rata-
rata,tekanan diafragma merupakan tekanan yang diberikan,tanpa contoh uji,untuk
menggebungkanya pada penggembungan rata-rata dari contoh uji.
maka tahan jebol kain menjadi lebih besar dari yang semestinya, begitu sebaliknya.
Jadi penarikan kain ketika dipasang pada cincin penjepit akan menentukan hasil
pengujian dan koefisien variasi-nya

4.5 KESIMPULAN

Rata – rata jebol kain rajut sebesar 8,37 kg/cm2

Standar defiasi dan kofisiensi sebesar 2,53 % dan 30,22%


BAB 5

PENGUJIAN KEKAKUAN

5.1 Maksud dan Tujuan

Maksud : Menguji kekakuan kain pada kain contoh uji dengan mengunakan “Shirley” Stiffness
Tester.

Tujuan :Menghitung harga kekakuan kain pada sebuah kain contoh uji yang terdiri dari
kekakuan lusi, kekakuan pakan dan kekakuan total dan dapat menilai mutu atau klasifikasi kain
yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.

5.2 Teori Dasar

Sifat- sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti kekuatan tarik kain,
mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain yang
tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka seperti kenampakan, kehalusan atau kekasaran,
kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas
diperlukan dalam pemilihan kain.

Dalam pemilihan kain ada beberapa hal dilakukan seperti memegang, mencoba, kemudian
menentukan mana yang sesuai dengan penggunaanya. Dengan memegang dan merasakan
kain sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif. Menurut Pierce apabila
pegangan kain ditentukan, maka mencakup rasa kaku atau lembek, keras atau lunak, dan kasar
atau halus.

Untuk menetukan besarnya kekakuan dan drape ternayata terdapat beberapa kesulitan.
Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang bisa mengatasi kesulitan dalam
penentuan pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan :

Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape, dan desain instrumen
yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara individu.

Menentukan teknik staistik untuk menetukan kesimpulan hubungan antara hasil-hasil pengujian
yang dinilai secara individu dan secara grup oleh tim penilai.

Pengalaman menunjukan bahwa kesimpulan dari Pierce adalah dalam sasaran bahwa
kekakuan merupakan kunci dalam mempelajari pegangan dan drape.

Kekakuan pada kain merupakan salah satu sifat dari kain yang susah ditentukan dalam angka
pada suatu pengujian. Dan definisi tentang kekakuan ada beberapa macam, yaitu :

a. Kekakuan lentur (flexual rigidity) ialah besarnya momen pada ujung kain dengan lebar kain
tertentu membentuk lengkungan tertentu. Dasar kekakuan lentur dinyatakan dalam mg cm.
Kekakuan lentur berhubungan dengan rasa pegangan. Kain dengan kekakuan lentur tinggi
cenderung mempunyai rasa pegangan kaku.

b. Panjang lengkung (bending length) ialah panjang kain damal cm membentuk lengkungan
sampai mencapai sudut 7,1o. Untuk mendapatkan ketelitian yang baik maka dalam
pelaksanaan pengujian panjang lengkungan dihitung setelah panjang kain membentuk
lengkungan pada 41,5o.

c. Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi ialah lenturan atau lengkungan yang hanya
disebabkan benang lusi.

d. Kekakuan lentur pakan atau panjang lengkung pakan ialah lenturan atau lengkungan yang
hanya disebabkan benang pakan.

5.4 HASIL

Kekakuan kain
Lusi

2.5 cm 2.5 cm 2.7cm

2.8 cm 2.8 cm 2,6 cm

2.6 cm 2.14 cm 2,10 cm

2.9 cm 2,75 cm 2,85 cm

X = 10,8 cm X = 10,19 X = 10.35

Pakan

2 cm 2,85 cm 2,9 cm

2,2 cm 2,9 cm 2,85 cm

2 cm 2,95 cm 2,1 cm
2 cm 2,95 cm 2 cm

X = 8,4 X = 11,5 9,25 cm

Rata – rata lusi = 10,8 + 10 ,19 + 10,35 = 2,6116 cms


12
Rata – rata pakan = 8,4 + 11,5 + 9,85 = 2,47 cms
12

W = berat gramasi

Kelasaian lentur lusi


GL = 0,1 X W X CL3
= 0,1 X 174 X 2,61 3= 309,36 mg/cm
GP = 0,1 X W X CP3
= 0,1 X 174 X 2,47 3
=262,20 mg /cm2
GT = √ GL X >¿ ¿
= √ 309,36 X 262,20
= 284,80 mg/ cm
Bending modulus
Q =12.GT X 10 -6
G3
= 12X 284,80 X 0,00001
0,02066
= 1,654 Kg / cm2
5.5 DISKUSI
Dalam pengujian ini diuji 4 kali yaitu pada bagian depan, belakang, atas dan bawah
kain. Hasil tersebut dirata-ratakan untuk hasil pengukurannya. Kekakuan yang baik
ditunjukkan apabila kekakuannya lebih relatif kecil. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh
penyusun seratnya serta konstruksi kain yang digunakan. Selain itu kain pun dapat
dibuat menjadi kaku agar lebih mudah rapi dengan penyempurnaan tertentu. Agar hasil
lebih akurat dan tepat, kain harus dalam keadaan rapi tak ada lipatan sehingga perlu
disetrika terlebih dahulu.

5.6 KESIMPULAN
Rata – rata lusi 2,6116 cms
Rata rata pakan 2,47 cms
Kekakuan lentur lusi 309,36 mg/cm
Kekakuan lentur pakan 262,20 mg /cm2
Kekakuan total 284,80 mg/ cm
Bending modulus 1,654 Kg / cm2
g = tebal kain dalam cm 0,00206 cm

BAB 6
PENGUJIAN KAIN KEMBALI DARI LIPATAN (TAHAN KUSUT)
6.1 Maksud dan Tujuan

Menguji kemampuan kain untuk kembali kebentuk semula setelah mengalami tekukan
yang diuji dengan Shirley Crease Recovery Tester.
Dapat melakukan pengujian untuk mengetahui kemampuan kain untuk kembali dari
sudut kusut.
Dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan sifat kemampuan
kembali dari sudut kusutnya.

6.2 Teori Dasar

Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk
memperbaiki kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses penyempurnaan. Wol
merupakan serat yang elastisitasnya sangat baik, sehingga mudah pulih dari
kekusutan. Sifat ini menjadi dasar untuk mengukur sudut kembali dari kekusutan. Oleh
karena itu, tahan kusut kain dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat penyusun kain
dan stabilitas dimensi kain.Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya baik maka
sifatnya akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang stabilitasnya jelek.
Kemampuan kembali kain dari kekusutan adalah sifat dari kain yang memungkinkannya
untuk kembali dari lipatan.

Ada dua istilah yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu ketahanan terhadap
kekusutan dan kembali dari kekusutan. Kalau suatu barang tekstil jelek crease
resistencenya, maka jelek pula crease recovery-nya,atau dengan kata lain kain tersebut
mudah kusut. Masalah ini penting karena menyangkut juga kenampakan / keindahan
suatu kain.

Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk bahan pakaian selain uji kekakuan,
kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan mutu drapernya juga. Sifat-sifat yang
disebutkan tadi merupakan sifat yang cukup penting untuk suatu pakaian ditinjau dari
segi kenyamanan tujuan akhir pemakai.

Pemilihan bahan tekstil (kain) pada perdagangan secara umum dilakukan dengan
memegang dan mencoba memakai kainnya, dan dengan memegang kain tersebut
sebenarnya sedang menilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif berdasarkan
kepekaan tangan si pemegang. Karena kerelatifannya tersebut maka diciptakan sutau
standar pengukuran termasuk dalam hal kekakuan kain dan tahan kusut kain.

Terdapat dua cara pengukuran ketahanan kusut yaitu :

Pengujian total

Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester.


Prinsip kedua cara uji itu sama yaitu dengan menindih contoh uji dengan suatu beban
tertentu selama waktu tertentu pula sehingga dihasilkan lipatan (dianggap sebagai
kusut) kemudian beban dilepaskan sehingga contoh uji membentuk huruf (V) dan
diukur berapa besar pemulihannya. Untuk cara total ynag diukur adalah jarak antara
kedua ujung (V), sedangkan dengan alat Shirley yang diukur adalah besarnya sudut
yang dibentuk oleh pita (V). Yang dipakai dalam praktikum ini adalah dengan alat
Shirley Crease Recovery Tester.

Ketentuan dari sudut kusut :

Sudut kusut Keterangan


x > 135 0 Baik sekali
125–1350 Baik
115–1250 Cukup
x <1150 Kurang

6.3 Alat dan Bahan


Alat
Crease recovery Tester yang dilengkapi dengan :

Beban penekan 500 gram (AATCC) dan 800 gram (Shirley), yang digunakan AATCC.
Busur derajat pengukur sudut kembali dari lipatan.
Lempeng pemegang contoh uji
Jarum penunjuk skala.
Gunting, pinset dan mistar.

Bahan
Kain contoh uji ukuran (1,5 x 4) cm kearah pakan dan arah lusi maisng-masing 4 buah.

6.4 Cara Uji

 Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab (seharusnya


dilakukan).
 Pemegang contoh pegang ditangan kiri, contoh uji diletakkan dengan
menggunakan penjepit, ujung yang bebas dilipat ke belakang dan dijepit dengan
ibu jari.
 Plastik penekan dibuka dengan tangan kanan, kemudian pemegang contoh dan
contoh uji dimasukkan ke dalam plastic penekan.
 Penekan bersama-sama pemegang contoh secara perlahan-lahan diberi beban
seberat 500 g dan diamkan selama 5 menit.
 Setelah 5 menit pemberat diambil dan pemegang bersama penekan diangkat,
kemudian pemegang contoh dimasukkanpada penjepit yang terpasang pada
permukaan piringan penguji, plastic penekan segera dilepas.
 Lipatan harus tepat pada titik tengah piringan, dan bagian contoh uji yang
tergantung diatur agar segaris dengan garis penunjuk vertical. Diamkan selama
5 menit.

 Setelah 5 menit contoh uji yang tergantung diatur kembali agar segaris dengan
garis penunjuk vertical, dan baca sudut kembali sampai derajat terdekat dari
busur derajat.
 Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain contoh uji yang
berbeda.

6.5 HASIL

LUSI
MUKA BELAKANG

130° 130°

140° 138°

PAKAN

MUKA PAKAN

140° 145°

140° 137°

Perhitungan :

Harga rata-rata sudut kembali sari lipatan arah muka dan arah belakang masing-
masing untuk arah lusi dan arah pakan.
Apabila harga rata-rata sudut kembali dari lipatan bagian arah muka dan belakang
kurang dari 15o maka hasilnya dapat dirata-ratakan dan bila lebih dari itu maka
dilaporkan masing-masing.

Tahan kusut lusi


Muka
130 + 140 = 135 °
2
Belakang
130 + 138 = 134°
2
Tahan kusut pakan
muka
140 + 140 = 140°
2
Belakang
145 + 131 = 141°
2
Sudut kembali lusi 130 + 140 + 130 + 138 = 269°
2
Sudut kembali pakan 140 + 140 + 145 + 137 = 281°
2

6.7 DISKUSI
faktor yang mempengaruhi sifat ketahanan kusut pada suatu kain, antara lain adalah
sifat serat yang digunakan pada pembuatan kain tersebut. Sifat serat akan berpengaruh
terhadap kain yang dihasilkannya. Pada kain-kain yang mempunyai ketahanan kusut
yang jelek dapat diperbaiki dengan melakukan proses penyempurnaan anti kusut pada
kain, sehingga kain yang telah mengalami proses penyempurnaan anti kusut akan
mempunyai ketahanan kusut yang baik.

6.8 KESIMPULAN
Tahan kusut lusi muka dan belakang 135 ° dan 134°
Tahan kusut pakan muka dan belakang 140° dan 141°
Rata – rata sudut kembali lusi sebesar 269°
Rata – rata sudut kembali pakan sebesar 281°

BAB 7
DEKOMPOSI KAIN
7.1 Maksud dan Tujuan
Melakukan penimbangan dan perhitungan tetal kain contoh uji, untuk menghitung
nomor benang dari kain dan mengkeret benang dari kain sehingga dapat mengetahui
berat kain per meter persegi.

7.2 Teori Dasar


Anyaman kain tenun
Anyaman kain tenun adalah silangan antara benang lusi dengan benang pakan
sehingga terbentuk kain tenun. Benang lusi adalah benang yang sejajar dengan
panjang kain tenun biasanya digambarkan kearah vertical, sedangkan benang pakan
adalah benang yang sejajar dengan lebar kain dan biasanya digambarkan kea rah
horizontal.

Nomor benang

Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan dalam satuan
berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat tertentu.

Penomoran benang dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :

Penomoran langsung ; penomoranyang berdasarkan pada berat benang setiap panjang

Penomoran tidak langsung ; penomoran benang berdasarkan pada panjang benang


setiap berat tertentu. Contoh : penomoran cara inggris (Ne1), penomoran cara metric
(Nm).
Tetal Benang
Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang setiap satuan
panjang tertentu, misalnya jumlah benang setiap cm atau inchi. Ada beberapa cara
menentukan tetal benang, yaitu : denagn kaca pembesar, dengan kaca penghitung
secara bergeser, dengan cara urai, dengan proyektor, dengan parallel line grating dan
dengan taper line grating.

Mengkeret Benang
Apabila benang ditenun maka akan berubah panjangnya, hal ini karena adanya
silangan pada kain. Untuk menyatakan perubahan ukuran tersebut dapat dilakukan
dengan dua cara :

Crimp ; adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb)
menjadi kain tenun (pk) terhadap kain tenun.

Teke up ; adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb)
menjadi kain tenun (pk) terhadap panjang benang dalam keadaan lurus.

7.3 Alat dan Bahan

Alat
Gunting
Jarum
Pensil

Timbangan benang

Timbangan digital

Bahan

Kain tenun ukuran 11 cm x 11 cm

Cara Uji

Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab (seharusnya


dilakukan).
Menentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 2 tempat yang berbeda lalu, cari harga rata-
ratanya. (=…….hl/inchi =…..hl/cm)
Kain contoh dipotong dengan ukuran 10 x10 cm, kemudian ditimbang
Benang lusi dan pakan diambil dari sisi yang berbeda (kanan, kiri, atas dan bawah),
masing-masing 5 helai. ( lusi = 10 hl dan pakan = 10 hl ), lalu ditimbang masing-masing.

Menghitung panjang benang lusi dan pakan tersebut (setelah diluruskan).


Mengitung mengkeret benang lusi dan pakan

Keterangan :

Panjang benang dari kain contoh = PK

Rata-rata panjang benang setelah diluruskan (10 helai untuk lusi dan pakan) = PB

Menghitung nomor benang lusi dan pakan

Jumlah panjang 10 helai lusi setelah diluruskan =….cm =….m


Berat 10 helai lusi = …..mg=…..g.
Menghitung berat kain/m2 secara teoritis

Dengan penimbangan
Dengan perhitungan
Benang pakan = B3 (g/m2)
Berat kain = B2 + B3 = B4 (g/m2)
Menghitung selisih berat hasil penimbangan (BK) dengan perhitungan (B4)=

7.4 HASIL

Lebar kain Panjang kain Tebal

149cm 81,5 cm 0.20

148,4 cm 83 cm 0,21

148,9 cm 82 cm 0,21

Pengujian dimensi
P = 81.5 + 83 + 82 = 82,1 cm
3
L = 149 + 148,4 + 148, 9 = 148,7 cm
3
T = 0,20 + 0,21 + 0,21 = 0,206
3
Berat awal 10 x 10 = 1,174 gram

Tetal benang(cm)
Lusi

10,75 10,8

11 10,8

10.25 10,7

10.5 10.3

10.5 10,7

Jumlah = 106,5 cm
Rata – rata = 10,65cm
Berat = 0,030 gram
Pakan

10 10,1

10,3 10,9

10,1 10

10,1 10,2

10,2 10,3

Jumlah = 102,2 cm
Rata rata = 10,22 cm
Berat = 0,021 gram

Jumlah helai tetal benang


Arah lusi 73 dan 77 helai
Rata – rata arah lusi
= 73 + 77 = 73,5 =28,93 helai / cm
2 2,54

Arah pakan
= 73 + 74 = 73,5 =28,83 helai / cm
2 2,54

Mengkaret lusi
Lusi
Panjang 10,65 – 10 x 100 % = 9,71 %
10,65
Pakan
Panjang 10,22 – 10 x 100 % = 9,24 %
10,22
Nomor benang
Lusi
a. Nm
= Panjang (m)
Berat (g)
= 1.065 m
0,021 g
= 50,71
b. Ne
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 50,71
= 29,91
c. Tex
= 1000 x 1,052
0,015
= 1000
50,71(Nm)
= 19 , 71
d. 9000
50,71
= 177,47

Pakan
a. Nm
= Panjang (m)
Berat (g)
= 1.022 m
0,030 g
= 34,06
b. Ne
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 34,06
= 29,91
c. Tex
= 1000 x 1,052
0,015
= 1000
34,06 (Nm)
= 29,35
e. Td
9000
34,06
= 264,32 cm
Berat kain
Bm2
= 100(P) X 100 (L) X berat kain
10 (P) X10 (L)
= 10 X 100 X 1,174 g/m2
10x 10
= 117,7 g/m2
Berdasarkan perhitungan
Lusi
Tetal /cm x 100 x 100 x100
100 – 9,71
50,71 x 100
= 28,93 x 100 x 8,71 x 100
5071
= 498,90 g/m2

Tetal /cm x 100 x 100 x100


100 – 9,24
34,06 x 100
= 28,93 x 100 x 8,71 x 100
3406
= 724,08 g/m2
lusi + pakan = 498,90 + 724,08 = 1220,98

Bb – Bk x 100 % = g/m2
Bb
= 496,90 – 1220,98 x 100 = 145,71 g /m2
7.5 DISKUSI

Dalam Perhitungan tetal lusi dan tetal pakan ,untuk mempermudah proses
perhitungan tetal, kita dapat menguraikan benang lusi / pakan satu per satu
( tentunya setelah diberi batasan 1 inch ).Semua pemeriksaan tetal pada kain,tidak
dilakukan pada bagian dekat tepi kain (1/10 lebar kain) karena tegangan kiri kanan
dengan yang di tengah berbeda sehingga kemungkinan tetalnya akan lebih besar
dibandingkan dengan yang di tengah.
ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan, seperti :

Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada saat menentukan tetal kain
(jumlah lusi dan pakan).
Kurang teliti dalam melakukan penimbangan, menggunting kain, dan melakukan
pengukuran jumlah mulur untuk setiap benang lusi dan pakan
Kesalahan saat membaca skala pada alat dan alat yang tidakk berkerja dengan
baik

7.6 KESIMPULAN
Rata – rata tetal lusi 10,65 cm2
Rata – rata tetal perhelai pakan 10,22 cm2
Berat kain 10 x10 = 1,174 g
Jumlah rata rata perhelai tetal lusi 28,93 helai/cm2
Jumlah rata rata perhelai tetal pakan 29,52 helai / cm2
Jumlah mengkaret lusi 9,71 %
Jumlah mengkaret pakan 9,24 %
Nomor benang lusi
Nm = 50,71cm
Ne = 29,91 cm
Tex = 19,71 cm
Td = 177,47 cm
Nomor benang pakan
Nm = 34,06 cm
Ne = 20,06 cm
Tex = 29,35 cm
Td = 264,23 cm
b/m2 = 117,7 g/m2
berdasarkan perhitungan
lusi = 496,90 g/m2
pakan = 724,08 g/m2
bk = 1220,98 g/m2
145,71 g/m2

BAB 8
PENGUJIAN KELANGSAIAN (DRAPE)

8.1 Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui prinsip praktikum pengujian langsai kain (drape) dan Untuk
menghitung drape terhadap kain.

8.2 Teori Dasar


Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya tekukan kain yang
disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan sebagianya apabila
kain digantungkan . Drape factor adalah perbandingan selisih luas proyeksi vertical
degan luas landasan contoh uji , terhadap selisih contoh uji dengan luas landasan
contoh uji.

The Fabric research laboratories of USA telah mengembangkan suatu metode


untuk mengukur drape , hal ini dilakukan dengan cara menggabungkan karakteristik
lusi dan pakan menghasilkan suatu lekukan seperti terlihat ditoko apabila suatu kain
digantungkan pada gantungan bulat.

Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm
disangga oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain yang tidak
tersangga akan jatuh (drape) ,BAB 7

8.3 Alat dan Bahan


Alat
Drape tester
Alat pengukur contoh uji
Gunting
Computer
Alat tulis
Bahan
Contoh uji berukuran diameter 25 cm
8.4 Cara Uji
Gunting kain contoh uji sesuai pola piringan diameter 25 cm , beri tanda muka dan
belakang kain, buat lubang pada titik pusat lingkarang diameter 3mm
Kondisikan kain dalam keadaan stnadar
Nyalakan computer
Nyalakan drape tester dengan cara membuka kaca , kemudina tekan saklar kanan
bawah alat sampai lampunya mynala\
Klin icon drape tester, sampai keluat menu drape tester
Pasang contoh uji pada landasan uji, sehingga titik pusatnya berada pada titik
tengah landasan uji
Jalankan alat sehingga cotoh uji berputar 30 detik atau 60 putaran. Biarkan
beberapa saat
Klik reset , tunggu sampai lampu merah pada alat menyala
Beri nama operator pada nama kain
Klik start untuk memulai pengujian, photo sensor bekerja membaca drape kain,
biarkan sampai pengujian selesai
Lakukan bagian muka dan belakang.
8.5 HASIL
Muka
Jari sample (B ) = 127 mm2
Jari – jari landasan (A) = 63,5 mm2
Luas sample (B) = 50.670.75 mm2
Luas landasan (A) = 12.468.98 mm2
Luas drape (C) = 40.207.35 mm2
Jari – jari rata – rata drape (C ) = 113.13 mm2
Drape % = 72,61 %

Belakang
Jari sample (B ) = 127 mm2
Jari – jari landasan (A) = 63,5 mm2
Luas sample (B) = 50.670.75 mm2
Luas landasan (A) = 12.468.96 mm2
Luas drape (C) = 41.010.99 mm2
Jari – jari rata – rata drape (C ) = 114.25 mm2
Drape % = 74,71 %

Perhitungan
Dreep % = luas dreep – luas landasan x 100%
Luas sample – luas landasan
Muka

= 40.207.35 – 12.468.98 x 100 %


50.670.75 -- 12.468.98
= 27,73837 x 100 % = 72,61%
38.20177

Belakang
= 41.01099 – 12.468.96 x 100 %
50.670.75 -- 12.468.98
= 28,54203 x 100 % = 74,71%
38.20177
8.6 DISKUSI
Untuk uji pegangan kain, dapat dilakukan dengan memegang langsung yang dapat
dinilai secara subjektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu kain dilakukan
beberapa pengujian pegangan kain. Pengujian drape ini artinya kemampuan kain
untuk memberikan kenampakan langsai. Misalnya untuk pakaian wanita diperlukan
pakaian yang memiliki drape yang bagus( koefisien drape rendah). Pengujian
dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm disangga
oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain yang tidak tersangga akan
jatuh (drape). Pada pengujian dilakukan dengan mesin yang secara otomatis akan
menghitung nilai persentase drape

8.7 KESIMPULAN
Jumlah dreep % muka 72,61%
Jumlah dreep % belakang 74,71%

BAB 9
PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA

9.1 Maksud dan Tujuan

Maksud : Mengukur volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan
luas tertentu dengan tekanan tertentu dengan melihat besarnya udara yang
melewati kain, yang langsung menggerakan manometer air.

Tujuan : Menghitung harga daya tembus udara pada kain contoh dan dapat menilai
mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan nilai daya tembus udaranya.
9.2 Teori Dasar

Susunan kain yang terjadi dari benang-benang dan benang-benang terdiri dari
serat-serat,maka sebagian volume dari kain sebenarnya terdiri dari ruang
udara.Jumlah ukuran dan distribusi dari ruang tersebut sangat mempengaruhi sifat-
sifat kain,seperti kehangatan dan perlindungan terhadap angin dan hujan serta
efisiensi penyaringan dari kain-kain untuk keperluan industri.

Meskipun jumlah ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi mungkin
saja kain yang satu lebih sukar dilalui udara daripada yang lain,oleh karena itu lebih
hangat dipakaiAda dua istilah yang dipakai yang berhubungan dengan ruang udara
pada kain :

Daya Tembus Udara (Air Permeability)


Laju aliran udara yang melewati suatu kain, dimana tekanan pada ke dua
permukaan kain berbeda. Daya Tembus Udara (Air Permeability) yaitu untuk
menyatakan berapa volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan luas
tertentu dengan tekanan tertentu, satuan misalnya cm3/detik/cm2/I cm tekanan air.

Tekanan terhadap udara (Air Resistant) adalah untuk menyatakan berapa lama
waktu tiap volume udara tertentu dapat melalui kain tiap satuan luas tertentu
dengan tekanan tertentu pada tekanan udara tertentu, satuannya misalnya
detik/m3/cm2/ I cm tekanan air.

Rongga Udara (Air porosity)


Rongga Udara (Air Porosity) adalah untuk menyatakan berapa persentase volume
udara dalam kain terhadap volume keseluruhan air tersebut.

Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur daya tembus udara kain adalah
alat elison incline draft gage (buatan United States Testing Co.). Pada dasarnya alat
uji daya tembus udara mempunyai bagian-bagian penting

Bahan
Contoh uji : kain sisa pada 2 tempat yang berbeda

9.4 Cara Uji


 Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab.
 Membuka klem pemegang kain contoh uji.
 Memasang kain contoh uji pada klem tersebut.
 Memasang cincin klem pada kain contoh uji yang ada di atas klem tersebut
sehingga kain menjadi tegang. Penggunaan cincin klem harus sesuai
dengan tebal tipisnya kain. Cincin klem tidak terlalu kecil, sehingga
menyebabkan kain sangat tegang dan cincin sulit dibuka, cincin klem juga
tidak boleh terlalu besar yang menyebabkan kain menjadi kendor pada klem
pemegang.
 Menutup klem pemegang kain tersebut pada tabung.
 Menekan tombol kipas atau fan, sehingga fan berputar. Manometer air dan
minyak akan bergerak. Bila gerakan kecepatan keduanya tidak sama, maka
orifice harus diganti. Bila kecepatan keduanya terlalu cepat, maka orifice
diganti dengan yang lebih kecil, begitu sebaliknya. Orifice mempunyai
diameter 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 16 mm.
 Setelah penggantian orifice yang terdapat pada tabung bagian tengah
selesai, melakukan pengujian dari awal.
 Setelah menyalakan fan, bila gerakan pergeseran minyak pada manometer
berhenti, maka untuk mempercepatnya dibantu dengan menggeser tahanan
gesek atau “reostat” untuk mempercepat putaran fan. Sehingga minyak
dapat bergerak kembali.

 Bila manometer minyak telah mencapai skala 5”, maka bacalah skala yang
ditunjukan oleh manometer air. Pembacaan manometer yang baik antara 2–
15 inchi.

 Melakukan pengujian pada 2 tempat yang berbeda dari kain.

9.5 HASIL
I = 6,9 CM
II = 8.5 CM
Diameter 6 harga minimal 40,0 dan harga maksimal 113,0
Perhitungan
X = h {x harga manometer air−2 x H−h}
15 – 2
= 40,0 + 7,7 – 2 x 113,0 – 40,0 x 0,508
15-2
= 40,0 + 5,7 + 92,68
13
= 132,68 cm/det / cm2
9.6 DISKUSI
Pengujian dilakukan pada dua tempat yang berbeda dengan ukuran sesuai diameter
pada alatnya. Orifice pun disesuaikan dengan melihat kenaikan minyak dan air agar
tidak terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat sehingga kenaikannya bisa sejalan.
Lubang orifice yang terlalu kecil dan kurang sesuai akan menimbulkan suara yang lebih
bising dibanding lubang yang lebih besar sehingga lubang orifice yang digunakan harus
diganti menjadi lebih besar. Nilai DTU ini sangat dipengaruhi diameter orifice yang
digunakan. Semakin tinggi diameter orifice nya maka daya tembus udara nya pun
makin banyak. Selain diameter orifice, Daya tembus udara pada kain sangat
dipengaruhi oleh konstruksi kain tersebut. Konstruksi dalam hal ini adalah tetal benang
dan jenis anyaman kain
9.7 KESIMPULAN
Nilai daya tembus udara sebesar 132,68 cm/det / cm2

Anda mungkin juga menyukai