Anda di halaman 1dari 63

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN

I. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah untuk melakukan pengujian kekuatan
tarik dari kain tenun dengan menggunakan cara cekau, pita tiras, dan pita
potong.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan nilai kekuatan tarik
dari kain tenun dengan menggunakan cara cekau, pita tiras, dan pita potong.
II. Teori Dasar
Kekuatan kain dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu kekuatan
tarik dan daya tahan terhadap tarikan, tahan sobek (daya tahan terhadap
sobekan) dan kekuatan tahan pecah (tahan terhadap gesekan/bursting).
Masing-masing dari ketiga cara pengujian ini mempunyai kegunaan masing-
masing, dimana contoh-contoh uji dibuat khusus tergantung pada jenis kain
dan penggunannya. Kekuatan kain merupakan daya tahan kain tarhadap
tarikan pada arah lusi maupun pakan.
Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu
contoh uji kain hingga kain tersebut putus. Mulur kain adalah pertambahan
panjang kain pada saat kain putus dibandingkan dengan panjang kain semula,
dinyatakan dalam persen.
Untuk menentukan kekuatan tarik kain, dipakai dengan tiga cara pengujian
yaitu:
A. Cara Pita Tiras
Pengujian untuk pita tiras, contoh uji dipotong dengan ukuran ( 3,5 x 20
) cm sebanyak 3 sampel untuk lusi dan pakan 3 sampel. Sampel tersebut
ditiras dulu hingga ukurannya menjadi (2,5 x 20) cm, baru diuji.
Pengujian ini hanya untuk kain yang tidak dilapisi dengan kata lain
yang mudah diurai/ditiras. Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita
tiras pada saat terjadi penarikan benang pada bagian tengah kain yang
menderita tarikan yang kecil. Hal ini terjadi karena contoh uji yang
telah diurai tidak ada jalinan yang memegang benang pada sisi kain,
maka pada saat beban bertambah benang-benang sisi kain hanya hilang
keritingnya saja, baru setelah bagian tengah putus benang pada bagian
pinggir kain putus. Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu
menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun
lebih tinggi dari pita potong.

B. Cara Pita Potong


Pengujian dengan cara pita potong, contoh dipotong tepat pada lebar
2,5 cm dan panjang 20 cm, sebanyak 3 sampel untuk lusi dan pakan 3
sampel. Sampel yang telah dipotong langsung diuji. Cara ini pada
umumnya dipakai untuk kain yang dilapisi atau kain yang dikanji
dengan tebal, yang sukar dan tidak mungkin untuk diurai. Dalam
pengujian ini contoh uji harus betul-betul sejajar dengan arah benang
yang memanjang.

C. Cara Cekau
Pengujian kekuatan tarik cara cekau lebih menyerupai pemakaian kain
yang sebenarnya. Jadi, dalam perhitungan hasil pengujian yang dihitung
adalah kekuatan serta mulur dari kain yang diuji. Untuk menghindari
perbedaan persepsi dari penerima hasil pengujian maka setiap pengujian
kekuatan tarik harus dicantumkan cara mana yang dipakai.
Alat uji kekuatan tarik (dinamakan “Tensile Strength Tester”) ada tiga :
1. Laju tarik tetap : Constant Rate Of Traverse (CRT).
2. Laju beban tetap : Constant Rate Of Loading (CRL).
3. Laju mulur Tetap: Constant Rate Of Elongation (CRE).

III. Alat dan Bahan


A. Cara pita tiras
Alat :
1. Mesin penguji kekuatan tarik / Dinamometer
2. Alat uji kekuatan tarik sistim laju mulur tetap ( Instron ).
3. Penggaris
4. Gunting
5. Pena
6. Kertas grafik

Bahan :
1. Contoh uji pita tiras

2. Contoh uji pita potong

3. Contoh uji cekau


IV. Cara Kerja
A. Cara pita tiras
1. Memotong contoh uji dengan ukuran 3,5 x 20 cm lalu ditiras
menjadi 2,5 x 20 cm, buat untuk 3 Lusi dan 3 pakan.
2. Memasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
3. Menjalankan mesin dengan mengaktifkan saklar listrik.
4. Mengatur posisi jarum agar pada posisi nol.
5. Mengatur jarak jepit dengan memutar handle yang ada pada mesin
ke arah yang berlawanan dengan jarum jam, dan menginjak pedal
untuk menjalankan mesin.
6. Contoh dijepit simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian yang
memanjang searah dengan arah tarikan.
7. Ujung bawah contoh uji dijepit simetris pada penjepit bawah.
8. Memutar handle yang ada pada mesin searah jarum jam dan injak
pedal untuk menjalankan mesin, tunggu hingga contoh uji
mengalami tarikan dan putus.
9. Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca skala
kekuatan tarikan (Kg) dan mulur (cm).
B. Cara pita potong
1. Contoh uji dipotong dengan ukuran 2,5 x 20 cm.
2. Memasang beban sesuai dengan contoh uji yang akan diuji.
3. Menjalankan mesin dengan mengaktifkan saklar listrik.
4. Mengatur posisi jarum agar pada posisi nol.
5. Mengatur jarak jepit dengan memutar handle yang ada pada mesin
ke arah yang berlawanan dengan jarum jam, dan injak pedal untuk
menjalankan mesin .
6. Contoh dijepit simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian yang
memanjang searah dengan arah tarikan.
7. Ujung bawah contoh uji dijepit simetris pada penjepit bawah.
8. Memutar handle yang ada pada mesin searah jarum jam dan injak
pedal untuk menjalankan mesin, tunggu hingga contoh uji
mengalami tarikan dan putus.
9. Hentikan injakan pedal untuk menghentikan mesin dan baca skala
kekuatan tarikan (Kg) dan mulur (cm).

C. Cara cekau
1. Contoh uji dipotong dengan ukuran 10 x 20 cm.
2. Menentukan jarak jepit sesuai dengan pengujian.
3. Memasang contoh uji pada bagian klem atas dan bawah, kemudian
kencangkan baut klem atas dan bawah.
4. Mengatur beban yang akan digunakan sesuai dengan contoh uji.
5. Menekan tombol on. Maka klem atas akan bergerak keatas,
perhatikan data / gambar pada grafik sampai mencapai 5 cm.
6. Menekan tombol stop (merah).
7. Jika pena tidak ada di posisi nol , maka switch pengatur pena tarik ke
bawah lalu dikembalikan lagi.
V. Data dan Perhitungan
A. Cara pita tiras
Arah Lusi

No. Kekuatan (Kg) ( x – x )2 Mulur (cm) ( x – x )2


1 32 1,69 2,6 0,04
2 40 44,89 2,8 0
3 28 28,09 3 0,04
x 33,3 ∑ = 74,67 x = 2,8 ∑ = 0,08
Rata-rata kekuatan lusi = 33,3 x 9,8
= 326,34 N

Sd (kekuatan) = √( x−x)2 Cv (kekuatan) =


Sd
× 100 %
n−1 x

=
√74,67 =
2
4,32
× 100 %
33,3
= 4,32 = 12,97%

Mulur ( cm )
Mulur (%) = ×100 %
Jarak jepit ( cm )
2,8
= ×100 % = 37,3%
7,5

Sd (mulur) = √(x−x)2 Cv (mulur) =


Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,08 =
2
0,14
× 100 %
2,8
= 0,14 = 5%

Arah Pakan

No. Kekuatan (Kg) ( x – x )2 Mulur (cm) ( x – x )2


1 18 0,49 2,5 0,04
2 18 0,49 2,7 0
3 20 1,69 2,8 0,01
x 18,7 ∑ = 2,67 x = 2,7 ∑ = 0,05
Rata-rata kekuatan lusi = 18,7 x 9,8
= 183,26 N

Sd (kekuatan) = √( x−x)2 Cv (kekuatan) =


Sd
× 100 %
n−1 x

=
√2,67 =
2
0,82
×100 %
18,7
= 0,82 = 4,39%

Mulur ( cm )
Mulur (%) = ×100 %
Jarak jepit ( cm )
2,7
= × 100 % = 36%
7,5

Sd (mulur) = √(x−x)2 Cv (mulur) =


Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,05 =
2
0,11
×100 %
2,7
= 0,11 = 4,07%

B. Cara pita potong


Arah Lusi

No. Kekuatan (Kg) ( x – x )2 Mulur (cm) ( x – x )2


1 20 9 3,5 0,04
2 26 9 2,9 0,09
3 23 0 3,2 0
x 23 ∑ = 18 x = 3,2 ∑ = 0,13
Rata-rata kekuatan lusi = 23 x 9,8
= 225,45 N

Sd (kekuatan) = √( x−x)2 Cv (kekuatan) =


Sd
× 100 %
n−1 x

=
√18 =
2
2,12
×100 %
23
= 2,12 = 9,22%

Mulur ( cm )
Mulur (%) = ×100 %
Jarak jepit ( cm )
3,2
= ×100 % = 42,67%
7,5

Sd (mulur) = √(x−x)2 Cv (mulur) =


Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,13 =
2
0,18
×100 %
3,2
= 0,18 = 5,63%

Arah Pakan

No. Kekuatan (Kg) ( x – x )2 Mulur (cm) ( x – x )2


1 15 0,49 3,4 0,01
2 15 0,49 3,5 0,04
3 17 1,69 3,1 0,04
x 15,7 ∑ = 2,67 x = 3,3 ∑ = 0,09
Rata-rata kekuatan lusi = 15,7 x 9,8
= 153,86 N

Sd (kekuatan) = √ ( x−x)
2
Cv (kekuatan) =
Sd
× 100 %
n−1 x
=
√2,67 =
2
0,82
×100 %
15,7
= 0,82 = 5,22%

Mulur ( cm )
Mulur (%) = ×100 %
Jarak jepit ( cm )
3,3
= ×100 % = 44%
7,5

Sd (mulur) = √(x−x)2 Cv (mulur) =


Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,09 =
2
0,15
×100 %
3,3
= 0,15 = 4,55%

C. Cara cekau
Arah Lusi

No Kekuatan (Kg) ( x – x )2
.
1 15 10,89
2 20 2,89
3 20 2,89
x 18,3 ∑ = 16,67
Rata-rata kekuatan lusi = 18,3 x 9,8
= 179,34 N

Sd (kekuatan) = √( x−x)2 Cv (kekuatan) =


Sd
× 100 %
n−1 x

=
√16,67 =
2
2,04
× 100 %
18,3
= 2,04 = 11,15%
Arah Pakan

No Kekuatan (Kg) ( x – x )2
.
1 49 0,49
2 48 2,89
3 52 5,29
x 49,7 ∑ = 2,67
Rata-rata kekuatan lusi = 49,7 x 9,8
= 487,06 N

Sd (kekuatan) = √( x−x)2 Cv (kekuatan) =


Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 49,7 =
2
3,52
×100 %
49,7
= 3,52 = 7,08%
VI. Diskusi
Pengujian pita tiras dilakukan untuk kain yang tidak dilapisi dan mudah
ditiras, pada pengujian ini yang harus diperhatikan adalah beban pada
dynamometer dan mulurnya, mulur ini sangat dipengaruhi oleh besarnya
tegangan kain saat dijepit oleh penjepit, pada pengujian ini sering terjadi slip
ketika diberi penarikan jadi harus dipastikan kain terjepit dengan baik. Pada
pengujian pita potong didapat hasil yang lebih rendah dibanding dengan pita
tiras karena pada pengujian pita tiras kain contoh uji masih memiliki celah
atau jarak untuk menahan kain putus, pengujian ini dilakukan untuk kain
yang dilapisi tebal dan tidak dimungkinkan untuk ditiras maka dari itu
pembuatan contoh uji harus sejajar dengan arah benang sehingga hasil yang
dihasilkan menjadi valid. Pengujian pita tiras dengan pita potong data yang
harus diperhatikan adalah berat beban dan besarnya mulur pada kain saat
terjadi penarikan tetapi pada pengujian cara cekau yang diperhatikan hanya
besar kekuatan yang dihasilkan untuk menarik kain sampaai putus, pengujian
ini menyesuaikan dengan penggunaan kain sehari-hari, penjepit pada
pengujian ini ditambahkan dengan adanya bantalan kain sehingga slip ketika
penarikan dapat di minimalisir, pengujian ini menghasilkan data kekuatan
tarik yang lebih besar dibanding dengan cara pita tiras maupun pita potong
karena contoh uji pada percobaan ini lebih besar dibanding penjepit sehingga
benang yang menahan penarikan semakin banyak mengakibatkan kekuatan
tarik yang lebih besar.
VII. Kesimpulan
A. Cara pita tiras
Kesimpulan dari pengujian kekuatan tarik cara pita tiras dengan beban
100 kg di dapat :
 Rata-rata kekuatan lusi : 326,34 N
 Rata-rata mulur lusi : 37,3%
 Rata-rata kekuatan pakan : 183,26 N
 Rata-rata mulur pakan : 36%
 Sd kekuatan tarik : 4,32 (lusi). 0,82 (pakan)
 Cv kekuatan tarik : 12,97% (lusi). 4,39% (pakan)
 Sd mulur : 0,14 (lusi). 0,11 (pakan)
 Cv mulur : 5% (lusi). 4,07% (pakan)

B. Cara pita potong


 Rata-rata kekuatan lusi : 225,45 N
 Rata-rata mulur lusi : 42,67%
 Rata-rata kekuatan pakan : 153,86 N
 Rata-rata mulur pakan : 44%
 Sd kekuatan tarik : 2,12 (lusi). 0,82 (pakan)
 Cv kekuatan tarik : 9,22% (lusi). 5,22% (pakan)
 Sd mulur : 0,18 (lusi). 0,15 (pakan)
 Cv mulur : 5,63% (lusi). 4,55% (pakan)

C. Cara cekau
 Rata-rata kekuatan lusi : 487,06 N
 Rata-rata kekuatan pakan : 179,34 N
 Sd kekuatan tarik : 3,52 (lusi). 2,04 (pakan)
 Cv kekuatan tarik : 7,08% (lusi). 11,5% (pakan)
VIII. Daftar pustaka
N.M. Susyami, Hitariat, Hidayat, Totong. 2015. Bahan Ajar Praktek Evaluasi
Tekstil III (Evaluasi Kain).Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

Evaluasi tekstil bagian Fisika, 1973


IX. Lampiran
A. Cara pita tiras
 Arah lusi
 Arah pakan
B. Cara pita potong
 Arah lusi
 Arah pakan
C. Cara cekau
Arah lusi Arah pakan
PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN

I. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah untuk melakukan pengujian
kekuatan sobek dengan menggunakan cara trapezium, lidah, dan Elmendorf.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan besarnya gaya
untuk merobek contoh uji.
II. Teori Dasar
Kekuatan sobek kain merupakan pengukuran terhadap daya tahan kain
terhadap sobekan baik kearah lusi maupun kearah pakan. Panjang sobek
adalah penjang bagian contoh uji yang akan disobek. Kekuatan sobek adalah
gaya impak rata-rata yang diperlukan untuk menyobek contoh uji yang telah
diberi sobekan awal. Gaya ini sama dengan kerja yang dilakukan untuk
menyobek contoh uji dibagi dua kali panjang sobek.
Energi sobek adalah kerja yang dilakukan untuk menyobek contoh uji. Uji
pakan adalah uji ketahanan sobek terhadap benang-benang pakan. Uji lusi
adalah pengujian ketahanan sobek terhadap benang lusi pada kain. Seperti
pula pada pengujian yang lain dimana dipergunakan berbagi cara yang
berbeda untuk sifat kain yang berbeda pula dan didapat hasil yang berbeda
pula.
Pada praktikum ini dilakukan tiga cara yaitu cara trapesium, cara lidah dan
cara elemendorf. Cara lidah dan trapesium menggunakan alat yang sama
hanya bentuk contoh alat uji yang berbeda dan jarak klem yang berbeda
pula. Sedang cara elmendorf pengujiannya menggunakan sistem balistik
yang menyobek kain sekaligus, cara ini digunakan untuk kain yang relatif
kuat. Dari ketiga cara tersebut,yang paling sering digunakan adalah cara
trapesium.
1. Cara Trapesium
Cara trapesium ini adalah kekuatan tarik kain yang telah diberi sobekan
awal diantara dua penjepit yang membentuk bangun trapesium terhadap
arah tarikan sedemikian rupa sehingga sobekan awal terletak ditengah
diantara dua penjepit.Pengujian cara ini didasarkan dari keadaan apabila
sepotong kain ditarik dengan gunting pada bagian pinggir kain dan
contoh dipegang dengan kedua tangan, lalu disobek mulai dari tarikan
yang telah dibuat.

Contoh bahan uji dipotong denga ukuran 7,5x 15 cm. Jumlah bahan
pengujian sebanyak 3 buah untuk masing-masing kekuatan sobek arah
lusi dan pakan. Pada setiap contoh uji bahan pengujian digambar sebuah
trapesium sama kaki dengan tinggi 7,5 dan garis yang sejajar 10 dan 2,5
cm. Pada tepi kain tepat ditengah-tengah garis 2,5 cm dipotong sepanjang
0,5 sampai 1 cm tegak lurus pada garis sejajar. Pada pegujian ini jarak
jepit dibuat 2,5 cm dengan kecepatan penarikan 100 cm/menit. Penahan
bandul harus dilepas untuk mendapatkan pencatatan yang terus-menerus.

2. Cara Lidah
Apabila sepotong kain digunting menjadi 2 sampai kira-kira setengahnya
dan kain disobek dengan memegang kedua lidah dan ditarik. Kerugian
adalah apabila keadaan kainnya tidak seimbang, kain dengan tetal lusi
yang besar dan tetal pakan yang kecil apabila disobek pada arah lusinya
maka pada saat pengujian arah sobekan akan berubah, yaitu pada jurusan
yang lemah. Kekuatan sobek cara lidah adalah kekuatan kain yang telah
digunting terlebih dahulu kearah lusi atau pakan sehingga berbentuk
lidah dan ditarik pada kedua ujung sobekan.

Contoh uji dipotong dengan lebar 7,5 cm dan panjang minimal 20 cm


dengan jumlah contoh uji masing-masing 3 untuk kekuatan sobek kearah
lusi dan pakan. Pada setiap contoh bahan uji dibuat potongan kearah
memanjang sepanjang 7,5 cm mulai dari tengah-tengah salah satu tepi
yang pendek. Untuk 2 buah contoh tidak boleh terdapat benang yang
sama-sama diuji. Pada pengujian ini penahan ayunan harus dilepaskan.
Jarak jepit yang dibuat 7,5 cm dengan ukuran penjepit bagian depan dan
belakang baik yang diatas maupun yang dibawah paling sedikit 2,5
sampai 5 cm.

3. Cara elmendorf.
Kekuatan sobek cara Elemendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi
sobekan awal dengan jarak yang telah ditentukan. pada cara ini terbatas
pada kain-kain yang mempunyai ketebalan sedang saja.

Pada uji kekuatan sobek cara elemendorf ini bahan dibuat seperti contoh
yang disediakan dimana ukurannya adalah 10,2 x 7,5 cm sebanyak 3
buah untuk tiap masing-masing arah lusi dan pakan. Pada tengah-tengah
pinggir yang panjangnya 10,2 cm dibuat kotak dengan ukuran 1,2 x 1,2
cm.

III. Alat dan Bahan


 Alat
1. Alat uji kekuatan tarik sistem laju mulur tetap ( Instron )
2. Gunting
3. Kertas grafik
4. Pena / tinta
5. Pendulum ( Elemendorf ) pengujian sobek dengan kapasitas alat
sebesar 64 N.
 Contoh uji
A. Cara trapesium
B. Cara lidah

C. Cara elemendorf

IV. Cara Kerja


A. Cara penggunaan alat instron
1. Menentukan jarak jepit sesuai dengan pengujian.
2. Memasang contoh uji pada klem atas dan bawah kemudian
kencangan klem atas dan bawah. Kemudian kencangkan baut.
3. Memindahkan switch pengatur pena dan mulur pada grafik ke posisi
bawah.
4. Menekan tombol ON maka klem atas akan bergerak ke atas
perhatikan data atau gambar pada grafik sampai mencapai 5 cm.
5. Menekan tombol stop (merah).
B. Elemendorf
1. Memilih pendulum sedemikian rupa sehingga kekuatan sobek
terbaca antara 15%-85% dari skala maxsimal.
2. Mengkalibrasi alat dengan menekan penahan pendulum sampai
pendulum berayun, biarkan beberapa kali ayunan. Lalu berhentikan
pendulum. Lihat arah jarumnya ada dimana.
3. Pedulum dinaikan sampai kedudukan siap ayun, kemudian jarum
penunjuk diatas sehingga berimpit dengan garis indek yang terdapat
pada pendulum.
4. Contoh uji dipasang pada sepasang penjepit sedemikian rupa
sehingga terletak ditengah-tengah dan tepi bawah contoh uji segaris
dengan dasar penjepit , kedua penjepit dirapatkan dengan memutar
sekrup pengencang . sehingga tekanan jepitan kedua penjepit
penjepit sama besar .
5. Contoh uji terpasang bebas dengan bagian alas diatas melengkung
searah ayunan pendulum.
6. Lakukan penyobekan awal dengan menekan batang pisau.
7. Penahan pendulum ditekan sampai pendulum berayun mencapai
lintasan penarik sehingga sobek sempurna dan biarkan sampai
beberapa kali ayunan, kemudian pendulum ditangkap dengan tangan
tanpa mengubah kedudukan jarum.

V. Data dan Perhitungan


A. Cara trapesium
Rata-rata kekuatan sobek lusi pada grafik 5 titik puncak tertinggi (High)
dan 5 titik puncak terendah (Low) dengan beban 10 kg.
Lusi

No. Tertinggi (Kg) Terendah (Kg) Rata-rata (Kg) (x – x)2


1 6,1 3,95 5,03 0,025
2 5,95 4 4,98 0,01
3 5,45 4,25 4,85 0,053
4 5,4 5,1 5,25 0,029
5 5,4 5,15 5,28 0,04
5,08  = 0,157

Sd = √(x−x)2 Cv =
Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,157 =
0,099
×100 %
4 5,08
= 0,099 = 1,95%
Pakan

No. Tertinggi (Kg) Terendah (Kg) Rata-rata (Kg) (x – x)2


1 4,9 3,6 4,25 0,012
2 4,65 3,9 4,28 0,064
3 4,65 4,1 4,38 0,0004
4 4,6 4,25 4,43 0,0049
5 4,6 4,35 4,48 0,0144
x 4,36  = 0,0957

Sd = √( x−x)2 Cv =
Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,0957 =
0,0773
×100 %
4 4,36
= 0,0773 = 1,77%
B. Cara lidah
Beban : 10 Kg
Lusi
No. Kekuatan (Kg) (x – x)2
1 3,05 0,0529
2 3 0,0324
3 2,7 0,0144
4 2,7 0,0144
5 2,65 0,0289
x 2,82 ∑ = 0,143

Sd = √( x−x)2 Cv =
Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,143 =
0,0945
×100 %
4 2,82
= 0,0945 = 3,35%
Pakan

No. Kekuatan (Kg) (x – x)2


1 3,8 0,01
2 3,75 0,0025
3 3,75 0,0025
4 3,65 0,0025
5 3,55 0,0225
x 3,7 ∑ = 0,04

Sd = √( x−x)2 Cv =
Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,04 =
0,05
×100 %
4 3,7
= 0,05 = 1,35%
C. Cara elemendorf
Sobek lusi dengan kapasitas beban 64 N

No Sobekan (64 N) Sobekan (g) Sobekan (kg) (x – x)2


.
1 27 2,75 0,00275 0,01
2 25 2,55 0,00255 0,01
3 26 2,65 0,00265 0
x 2,65 ∑ 0,02

Sd = √ ( x−x)2
Cv =
Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,02 =
0,07
× 100 %
4 2,65
= 0,07 = 2,64%
Sobek pakan dengan kapasitas beban 64 N

No Sobekan (64 N) Sobekan (g) Sobekan (kg) (x – x)2


.
1 17 1,73 0,00173 0,0016
2 17 1,73 0,00173 0,0016
3 18 1,84 0,00184 0,0049
x 1,77 ∑ 0,0081

Sd = √( x−x)2 Cv =
Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 0,0081 =
0,045
×100 %
4 1,77
= 0,045 = 2,54%
VI. Diskusi
Pengujian cara trapezium disesuaikan dengan penggunaanya sehari-hari
seperti penarikan oleh kedia tangan yang menghasilkan sobekan menjadi
lebih besar, data yang diambil pada percobaan ini adalah 5 puncak tertinggi
dan 5 puncak terendah setelah itu dirata-ratakan, biasanya percobaan ini
dilakukan pada kain yang tebal seperti kanvas, hal yang harus diperhatikan
pada pengujian ini adalah beban pada mesin instron dan kekuatan penjepit,
besarnya beban mempengaruhi perhitungan gaya yang diterima sedangkan
kekuatan penjepitan mempengaruhi ada tidaknya selip pada kain. Pengujian
dengan cara lidah data yang diambil adalah data 5 puncak tertinggi dan
diambil nilai rata-rata, percobaan ini memiliki kelemahan yaitu saat terjadi
penyobekan pada kain arahnya cenderung tidak simetris atau lurus yang
mengakibatkan data menjadi kurang valid, pengguntingan pada contoh uji
dimaksudkan untuk meminimalisir keadaan tersebut. Pembacaan puncak
pada percobaan cara trapezium dan cara lidah seharusnya dilakukan pada 5
kain tetapi dikarenakan keterbatasan waktu 5 puncak tersebut dilakukan
pada 1 kain. Percobaan dengan cara Elmendorf menggunakan alat yang
berbeda dengan kedua cara sebelumnya, alat yang digunakan adalah ayunan
pendulum dengan 3 type beban, nilai kekuatan sobek dianggap valid jika
masuk kedalam range 15-85%, beban yang dipakai pada percobaan ini
sebesar 64 N sehingga harus dikonfersikan terlebih dahulu ke gram dan
kilogram.
VII. Kesimpulan
A. Cara trapesium
 Rata-rata lusi : 5,08 Kg
 Rata-rata pakan : 4,36 Kg
 Sd : 0,099 (lusi). 0,0773 (pakan)
 Cv : 1,95% (lusi). 1,77% (pakan)

B. Cara lidah
Kesimpulan dari percobaan kekuatan sobek cara lidah didapat :
 Rata-rata lusi : 2,82 Kg
 Rata-rata pakan : 3,7 Kg
 Sd : 0,0945 (lusi). 0,05 (pakan)
 Cv : 3,35% (lusi). 1,35% (pakan)

C. Cara elemendorf
Kesimpulan dari percobaan kekuatan sobek cara elemendorf dengan
beban pendulum 64 N didapat :
 Rata-rata lusi : 0,00265 Kg
 Rata-rata pakan : 0,00177 Kg
 Sd : 0,07 (lusi). 0,045 (pakan)
 Cv : 2,64% (lusi). 2,54% (pakan)
VIII.Daftar pustaka
N.M. Susyami, Hitariat, Hidayat, Totong. 2015. Bahan Ajar Praktek
Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil

Evaluasi tekstil bagian Fisika, 1973


IX. Lampiran
A. Cara trapesium
 Arah lusi

 Arah pakan
B. Cara lidah
 Arah lusi

 Arah pakan
C. Cara elemendorf
 Arah lusi

 Arah pakan
PENGUJIAN TAHAN GOSOK DAN PILLING KAIN

A. Pengujian Tahan Gosok Kain


I. Maksud dan Tujuan
Maksud dari percobaan ini adalah melakukan pengujian tahan
gosok pada kain tenun.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan nilai
ketahanan kain terhadap gosokan.
II. Teori Dasar
Pengujian gosokan hanyalah merupakan pengujian yang sederhana
terhadap mutu kain. Mengenai ketahanan kain terhadap kombinasi antara
tekanan dan pemotongan serat-serat, hasilnya masih harus
dipertimbangkan dalam hubungannya dengan penimbangan kain.
Gosokan yang mungkin terjadi pada kain :
1. Gosokan yang terjadi antara kain dengan kain.
2. Gosokan yang terjadi antara kain dengan benda lain.
3. Gosokan yang terjadi antara serat dan kotoran pada kain yang
menyebabkan putusnya serat.
Akibat adanya gosokan tersebut maka akan menimbulkan keausan pada
kain, terutama akibat dari gosokan antara kain dengan benda lain.
Untuk keperluan pengujian, benda lain tersebut harus kasar agar
diperoleh hasil dengan cepat. Tetapi pemilihan benda yang kasar
memungkinkan tidak sesuai dengan kenyataannya. Hasil pada uji gosok
ini hanya untuk membandingkan saja bukan untuk imitasi pemakaian
kain, karena pemakaian kain sebenarnya mengalami berbagai proses
yang sangat sulit diuji karena keterbatasan alat.
J.E. Booth membagi/menggolongkan gosokan menjadi :
1. Gosokan datar atau plane or flat abrasion, yaitu penggosokan pada
permukaan datar dari contoh.
2. Gosokan pinggir atau edge abrasion, contohnya gosokan yang
terjadi pada leher dan lipatan kain.
3. Gosokan tekuk atau flex abrasion, dimana gosokan disertai dengan
tekukan dan lengkungan.
III. Alat dan Bahan
 Alat
1. Martindale Wear and Abrasion Tester, yang dilengkapi dengan :
 Beban penekan 9 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat < 150
g/m2) dan 12 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 151 – 300
g/m2).
 Alat stop motion setelah ditentukan jumlah gosokannya.
2. Gunting.
3. Neraca dengan ketelitian sampai 1 mg.
4. Thickness Tester.
5. Kain penggosok standar (kain wol atau kanvas).
6. Pelapis contoh uji busa poliuretan.

 Contoh uji

Cara Kerja

1. Menimbang kain dan menghitung ketebalan kain sebelum pengujian.


Lalu catat hasilnya.
2. Meletakan cincin dudukan contoh uji pada dudukan pengencang,
pasang setiap contoh uji pada cincin dudukan contoh uji dengan bagian
permukaan contoh uji menghadap kebawah pasang secara hati-hati
penekan contoh uji agar kedudukan contoh uji tepat ditengah.
3. Untuk kain contoh uji yang mempunyai berat kurang dari 500 g/m
sebelum penekan contoh uji dipasang sisipkan alas contoh uji poliuretan
yang berukuran sama dengan contoh uji.
4. Memasang badan pemegang contoh uji , kencangkan dengan tangan
jaga agar contoh uji tidak terlpat kemudian kencangkan lagi dengan alat
pengencang.
5. Memasang pengencang contoh uji pada meja.
6. Beban tekanan uji diperlukan 9 kpa untuk kain yang mempunyai beban
£ 150 9/m² & 12 kpa untuk kain yang mempunyai beban 151 9/m² -300
9/m².
7. Menimbang dan menghitung ketebalan kain setelah pengujian. Lalu
catat hasilnya.

IV. Data dan Perhitungan

No Berat awal Berat akhir Tebal awal Tebal akhir


.
1 0,124 0,123 0,21 0,2
2 0,12 0,119 0,21 0,2
x 0,122 0,121 0,21 0,2
 Persentase pengurangan berat
x berat awal−x berat akhir
¿ X 100 %
x berat awal
0,122−0,121
¿ X 100 %
0,122

¿ 0,82 %

 Persentase penambahan ketebalan kain


x tebal awal−x tebal akhir
¿ X 100 %
x tebal awal
0,21−0,2
¿ X 100 %
0,21
¿ 4,76 %
V. Diskusi
Percobaan ketahanan terhadap gosokan biasanya dilakukan untuk
kain karpet dan semacamnya, indicator yang diperhatikan adalah berat
dan tebal kain sesudah digosok, berat bisa berkurang dikarenakan benang
pada kain sedangkan untuk pengurangan ketebalan kain diengaruhi oleh
pillin yang terjadi setelah dilakukan percobaan.
VI. Kesimpulan
Kesimpulan dari pengujian tahan gosok kain di dapat :
 Presentase pengurangan berat : 0,82%
 Presentase pengurangan tebal kain : 4,76%

VII. Daftar pustaka


N.M. Susyami, Hitariat, Hidayat, Totong. 2015. Bahan Ajar Praktek
Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil

Evaluasi tekstil bagian Fisika, 1973


VIII. Lampiran

B. Pengujian Pilling Kain


I. Maksud dan Tujuan
Maksud dari percobaan ini adalah melakukan pengujian ketahanan
kain terhadap pillin.
Tujuan daari percobaan ini adalah untuk menentukan ketahan kain
terhadap pillin.
II. Teori Dasar
Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan
kain karena adanya pills yaitu gundukan serat- serat yang mengelompok
di permukaan kain yang menyebabkan tidak baik dilihat. Pills akan
terbentuk ketika dipakai atau dicuci, karena kekusutan serat- serat lepas
yang menonjol di permukaan kain akibat gosokan.
Pilling kain telah lama dianggap cacat pada kain rajut karena
benang rajut dibuat dari benang- benang rendah twist . pilling ini akan
lebih parah lagi jika timbul pada serat buatan. Intepretasi hasil pengujian
pilling adalah:
1. Banyaknya pilling diperhatikan oleh standar yang diperuntukan,
tidak akan dihasilkan tiap orang, tetapi hanya oleh orang yang
bekerja leras dan menggunakan baju itu.
2. Pilling hanya muncul di bagian tertentu saja seperti siku, lipatan,
leher dan sebagainya
3. Ditinjau dari segi pilling , maka kemeja blouse dan pakaian
merupakan pemakaian akhir yang kritis.

III. Alat dan Bahan


 Alat
1. Besi penjepit.
2. Busa.
3. Besi penahan/ lempengan/ tabung.
4. Pilling & Shagging Tester.

IV. Cara Kerja


1. Memotong kain dengan ukuran 5x5 inch, kemudian dijahit supaya
kencang.
2. Memasukan tabung dari karet ke dalam contoh uji yang berbentuk
silinder.
3. Menututup ujung potongan kain dengan cellophane.
4. Memasukan empat tabung karet beserta contoh uji ke dalam satu.
5. Memutar alat dengan mengatur putarannya. 5000 putaran.
6. Menunggu hingga mesin berhenti.
7. Melepaskan kain dari busa dan melepaskan jahitan.
8. Membandingkan secara visual kenampakan pilling yang timbul pada
contoh uji dengan foto standar.
V. Data Percobaan
Tenun :4
Rajut : 1/2
VI. Diskusi
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan kain
terhadap gesekan oleh adanya pembentukan pillin, pillin adalah tonjolan
benang benang pada kain kasus ini sering terjadi pada bagian baju yang
terkena gesekan secara intens.
VII. Kesimpulan
Jadi dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil ketahanan
sebesar 4 untuk tenun dan ½ untuk kain rajut.

VIII. Daftar pustaka


N.M. Susyami, Hitariat, Hidayat, Totong. 2015. Bahan Ajar Praktek
Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil

Evaluasi tekstil bagian Fisika, 1973


PENGUJIAN KEMAMPUAN KAIN UNTUK KEMBALI DARI
KEKUSUTAN ATAU LIPATAN (CREASE RECOVERY ANGLE)

I. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah melakukan pengujian kemampuan kain
untuk kembali dari kekusutan dan lipatan (Crease Recovery Angle).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan besarnya sudut
kembali kain terhadap kekusutan dan lipatan.
II. Teori Dasar
Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha –
usaha untuk memperbaiki kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses
penyempurnaan. Wol merupakan serat yang elastisitasnya sangat
baik, sehingga mudah pulih dari kekusutan. Sifat ini menjadi dasar
untuk mengukur sudut kembali dari kekusutan. Kemampuan kembali dari
kekusutan adalah sifat dari kain yang memungkinkan untuk kembali
dari lipatan. Alat uji ketahanan terhadap kekusutan ada dua jenis,yaitu:
A. Pengujian Total Prinsip
pengujian dengan cara ini adalah kain dipotong dengan ukuran 4
cmx 1 cm, kemudian dilipat dan ditekan dengan beban
500 gram untukmengusutkan selama 5 menit. Kain diambil dan
digantungkan pada kawatselama 3 menit supaya kembali dari
kekusutannya, setelah itu jarak antarakedua ujung pita (V) diukur.
Untuk wol yang memiliki mutu crease recovery yang baik antara
kedua ujung pita 33 – 35 mm.

B. Pengujian dengan alat Shirley Crease Rcovery Tester


Prinsip pengujiannya sama seperti Tootal tetapi yang diukur adalah
sudut (V) nya bukan jaraknya. Tepat pada 0° dipasang penjepit
untuk menjepit contoh uji. Tepat dibawah poros piringan, pada
dudukan terdapat lempeng penunjuk. Disamping itu, terdapat pula
garis penunjuk sudut pada skala Prinsip pengujiannya dengan
cara kain dipotong berbentuk pita kemudian dilipat dan
ditekan dengan beban tertentu selama waktu tertentu. Lalu contoh uji
dipasang pada lempeng busur derajat, dibiarkan pulaih dari lipatan
dari lipatan dan diatur ujung contoh uji yang bebas lurus dengan
lempeng penunjuk. Setelah waktu tertentu, atur kembali penunjuk
sesuai arah ujung kain dan baca sudut kembali dari kekusutan
tersebut. Prinsip pengujian dari Shirley dan AATCC sama tetapi
kondisi pembebanan dan waktu pembebanan serta waktu pembacaan
sudut berbeda.

III. Alat dan Bahan


 Alat-alat :
1. Crease Recovery Tester, yang dilengkapi dengan :
 Beban penekan 500 gram (AATCC).
 Busur drajat pengukur sudut kembali dari lipatan.
 Lempeng pemegang contoh uji.
 Jarum penunjuk skala.
2. Gunting
3. Mistar

IV. Cara Kerja


1. Memberi tanda anak panah searah lusi pada kain contoh uji.
2. Membentuk pola contoh uji dengan ukuran 1,5 cm x 4 cm sebanyak 4
lusidan 4 pakan ( 8 contoh uji).
3. Menggunting masing – masing contoh uji tersebut (sesuai pola).
4. Melipat contoh uji menjadi dua bagian ke arah panjang.
5. Menjepit contoh uji dengan pinset dan meletakkan di bawah beban
penekan 500 gram, dan membiarkannya selama 5 menit.
6. Setelah lima menit, kemudian mengambil salah satu ujung kain contoh
uji dengan pinset, lalu memasukkan ujung contoh uji yang lain ke
dalam penjepit pada alat. Posisi bagian lipatan menempel tepat
pada ujung penjepit dan ujung lainnya menjuntai ke bawah segaris
dengan garis penunjuk vertical,dan mendiamkannya lagi selama 5
menit.
7. Setelah 5 menit, mengatur kembali posisi contoh uji yang
menjuntai agar segaris dengan penunjuk vertical. Membaca
penunjuk sampai derajat terdekat dari busur belakang.
8. Melakukan pengujian untuk lipatan arah muka dan belakang
kain padacontoh uji yang berbeda.
9. Mencatat data – data yang diperoleh.

V. Data dan Perhitungan

Percobaan 1 (o) 2 (o) Rerata


Lusi 91 95 93
depan
Lusi 101 98 99,5
belakang
Pakan 120 131 125,5
depan
Pakan 132 130 131
belakang

VI. Diskusi
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan kain untuk
kembali dari kekusutan dan lipatan, sifat tersebut dapat dipengaruhi oleh
sifat serat, suatu proses penyempurnaan yang sebelumnya dialami oleh kain,
kontruksi kain dan dimensi dari kain tersebut.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari pengujian ini didapat :
1. X lusi depan : 93o
2. X lusi belakang : 99,5o
3. X pakan depan : 125,5o
4. X pakan belakang : 131o

VIII. Daftar Pustaka


N.M. Susyami, Hitariat, Hidayat, Totong. 2015. Bahan Ajar Praktek
Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil

Evaluasi tekstil bagian Fisika, 1973


IX. Lampiran
Arah lusi Arah pakan
PENGUJIAN KEKAKUAN KAIN

I. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah melakukan pengujian terhadap
kekakuan kain.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan nilai kekakuan kain.
II. Teori Dasar
Pemilihan kain biasanya dilakukan dengan memegang gdan mencoba
kainnya, kemudian ditentukan mana yang sesuai untuk keperluan. dengan
cara memegang dan merasakan, sebenarnya telah dinilai berapa sifat
sekaligus secara subyektif.
Pegangan kain berhubungan dengan rasa bahan dan tergantung dari pada
perasaaan dan rabaan. Menurut pengamatan pierce, apabila pegangan kain
ditentukan, maka mencakup rasa kaku atau lembek, keras atau lunak dan
kasar atau halus.
Dalam menentukan kekauan kain dapat diguakan alat shirley stiffness
tester. Dimana prinsipnya adalah contoh uji yang berukuran 2,5 x 20 cm
disangga oleh bidang datar yang bertepi. Pita tersebut digeser kearah
memanjangnya dan ujung pita bergantung atau melengkung karena beratnya
sendiri. Jika pita atau contoh uji tersebut telah melengkung sedemikian rupa,
hingga ujungnya tepat sampai pada bidang miring dengan sudut 41,5 o
terhadap bidang datar tadi, maka dari panjang kain yang menggantung dan
sudut dapat diperhitungkan parameter-parameter.

III. Alat dan Bahan


Alat
1. Shirley Stiffness Tester.
2. Gunting.
3. Mistar
IV. Cara Kerja
1. Alat diletakan sedemikian rupa sehingga skala nol terletak di depan
penguji.
2. Contoh uji diletakan pada bidang datar (P) dari alat dengan salah satu
ujungnya berimpit dengan tepi depan bidang datar (P).
3. Meletakan penggeser (S) pada contoh uji sehingga skala nol satu garis
dengan garis petunjuk (D).
4. Memasang penggeser (S) kedepan sehingga contoh uji menjulur keluar
dari tepi depan bidang datar (P) dan melengkung kebawah karena
beratnya sendiri.
5. Penggeser terus di dorong hingga tepi depan contoh uji sebidang
dengan garis L1 dan L2. Apabila contoh uji terpuntir, titik tengah tepi
depan contoh uji harus sebidang dengan kedua garis L1 dan L2.
6. Setelah 6 sampai 8 detik panjang lengkung dibaca dalam satuan CMS.
7. Cara pengujian tersebut diatas diulangi untuk permukaan kain,
kemudian diulangi lagi pada ujung lain untuk kedua permukaanya
sehingga setiap satu contoh uji dilakukan 4X pengujian.

V. Data dan Perhitungan


a. Panjang lengkung rata-rata lusi (Cl)

No 1 2 3 4 X
.
1 2,8 3,1 3,1 2,85
2 2,7 3 3,1 2,8 2,92
3 2,75 3 3,05 2,8

Cl = 2,92
b. Panjang lengkung rata-rata pakan (Cp)

No 1 2 3 4 X
.
1 3,2 2,7 3,1 2,8
2 3 2,7 3,05 2,9 2,93
3 3,1 2,7 3,1 2,75

Cp = 2,93
c. Gramasi

Berat kain (20 x 20) cm (berat/m2):

100 cm×100 cm x gram


¿ =
20 cm×20 cm 3,954

400(x) = 1000 (3,954)

3954
X=
400

X = 9.885 g/cm2 (w)

Tebal = 0.21
d. Kekakuan lentur
GL ¿ 0,1 ×W (0.5× CL3 )
3
¿ 0,1 ×9,885( 0,5× 0,5 ×2,92 )
¿ 6,1526 mg . cm
GP ¿ 0,1 ×W (0.5× CL3 )
3
¿ 0,1 ×9,885( 0,5× 0,5 ×2,93 )
¿ 6,2161 mg. cm
e. Kekakuan total
Gt = √ Gl × Gp
= √ 6,1526 × 6,2161
= 6,1842
f. Bending modulus
−6
12> ×10−6 12 ( 6,1842 ) ×10 kg
3
= 3
=8,01 2
g 0,21 cm

VI. Diskusi
Pada percobaan ini hal yang harus diperhatikan adalah pemakaian skala
pada mistar penguji yang tidak sesuai dengan mistar konvensional.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekakuan dari kain sehingga
dapat disesuaikan dengan end use nya nanti, semakin besar nilainya maka
bahan akan semakin kaku sedangkan jika nilainya kecil maka kekakuannya
juga kecil.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari pengujian kekakuan kain didapat :
 Kekakuan lentur lusi (Cl) : 6,1526 mg.cm
 Kekakuan lentur pakan (Gp) : 6,2161 mg.cm
 Kekakuan total (Gt) : 6,1842
 Bending modulus (Q) : 8,01 kg/cm2

VIII.Daftar pustaka
N.M. Susyami, Hitariat, Hidayat, Totong. 2015. Bahan Ajar Praktek
Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil

Evaluasi tekstil bagian Fisika, 1973


IX. Lampiran
Arah lusi Arah
pakan
PENGUJIAN KEKUATAN JEBOL KAIN

I. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah melakukan pengujian kekuatan jebol
kain rajut.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan besarnya kekuatan
jebol kain rajut.
II. Teori Dasar
Kain rajut adalah kain yang dibentuk dengan cara membentuk jeratan
dengan alat yang terdiri dari jarum-jarum rajut. Pada dasarnya kain rajut
terdiri dari :
1. Kain rajut pakan.
2. Kain rajut lusi.
3. kain rajut lusi / pakan.
Kekuatan jebol adalah tekanan maksimum yang diperlukan untuk menjebol
kain rajut dan dinyatakan dengan Kpa atau Kg/cm.Untuk menghitung
ketahanan jebol ini digunakan alat uji kekuatan jebol yang dilengkapi
dengan diagframa dari karet dan penunjuk tekanan dalam satuan
Kg/cm.Alat ini memberikan tekanan pada kain rajut sampai kain rajut
tersebut jebol atau berlubang.

Pengujian tahan jebol atau tahan pecah dilakukan terhadap beberapa jenis
kain yang memperhatikan ketahanan pecah. Selain itu diperlukan pula
untuk pengujian tahan pecah kertas.
Pengujian tahan jebol dikenal dua macam cara, yaitu :
1. Pengujian dengan penarikan tetap dengan bola penekan.
2. Pengujian dengan car diafragma.
Alam praktek pengujian dilakukan dengan penarikan tetap dengan bola
penekan. Pengujian ini dilakukan dengan tipe pendulum yang dilengkapi
dengan bola baja yang mendorong contoh penjepit yang berbentuk cincin
untuk menegengkan contoh uji.
Peralatan ini terpasang pada alat pendulum sedemikiam rupa sehingga pada
saat jalan bola akan mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk
memecahkan/menjebol kain oleh bola menunjukan kekuatan peca/jebol
suatu contoh uji. Pada praktikum yang dilakukan pada mesin Bursting
tester, pengujian dilakukan pada 4 tempat yang berbeda dengan cara
menjepitkan contoh uji pada alat tersebut, sampai contoh uji tersebut
mengalami jebol atau pecah.

III. Alat dan Bahan


Alat
1. Bursting Strenght Tester, yang dilengkapi Diafragma dari karet.
2. Kain rajut.

IV. Cara Kerja


1. Menekan tombol ON pada alat.
2. Mengatur posisi jarum agar berada pada skala nol.
3. Menjepit contoh uji dengan kuat.
4. Menaikan tekanan terhadap karet diafragma dengan cara memutar
tombol “oil” sesuai dengan arah panah, tunggu hingga kain contoh uji
jebol/pecah.
5. Kekuatan jebol kain rajut dapat dibaca pada skala yang ditunjukan oleh
jarum (berwarna merah) dalam satuan Kg/cm2.

V. Data dan Perhitungan


No Skala (x – x)2
.
1 12 4,84
2 16 3,24
3 15 0,64
4 14 0,04
5 14 0,04
x 14,2 ∑ = 8,8

Sd = √( x−x)2 Cv =
Sd
× 100 %
n−1 x

=
√ 8,8 =
0,74
× 100 %
4 14,2
= 0,74 = 5,21%
VI. Diskusi
Percobaan ini dilakukan pada kain rajut tanpa adanya ukuran yang
ditentukan, jebol dihasilkan oleh tekanan dari diafragma semakin besar nilai
nya maka kain semakin tahan terhadap jebol. Penjebolan dilakukan
sebanyak 5 kali sehingga dapat diambil rerata dari data tersebut.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari pengujian kekuatan jebol kain didapatkan hasil :
 Rata-rata : 14,2 kg/cm3
 Sd : 0,74
 Cv : 5,21%

VIII.Daftar pustaka
N.M. Susyami, Hitariat, Hidayat, Totong. 2015. Bahan Ajar Praktek
Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil

Evaluasi tekstil bagian Fisika, 1973


IX. Lampiran
PENGUJIAN KELANGSAIAN KAIN

I. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah melakukan pengujian kelangsaian dari
kain tenun.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan nilai koefisien drape
pada kain tenun.
II. Teori Dasar
Kelangsaian (drape) adalah variasi dari betuk atau banyaknya lekukan kain
yang disebabkan oleh sifat kekerasan , kelembutan, berat kain, dan
sebagainya apabila kain digantungkan. Drape factor adalah perbandingan
selisih luas proyeksi vertical dengan luas landasan contoh uji, terhadap
selisih contoh uji dengan luas landasan contoh uji.
The Fabric Research Laboratories of USA telah mengembangkan suatu
metode untuk mengukur drape, hal ini dilakukan dengan cara
menggabungkan karakteristik lusi dan pakan menghasilkan suatu tekukan
seperti terlihat di took apabila suatu kain digantung pada gantungan bulat.
Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran
diameter 25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat berdiameter 12,5 cm,
bagian yang tidak tersangga akan jatuh (drape), seperti terlihat pada gambar.

A B
Bila tidak ada drape yang terjadi maka proyeksi contoh akan tetap 25 cm,
karena adanya drape maka terlihat seperti gambar B.
F = Koefisien drape
As = Luas proyeksi contoh setelah diatas cakra
AD = Luas contoh
Ad = Luas cakra penyangga

III. Alat dan Bahan


Alat
1. Drape Tester.
2. Alat pengukur contoh uji.
3. Gunting.

IV. Cara Kerja


1. Membuat pola lingkaran dengan diameter 25,4 cm pada kain contoh
uji
2. Menggunting pola tersebut, dan tengah – tengah contoh uji dibuat
lubang
3. Menyalakan komputer
4. Menyalakan drape tester dengan cara membuka kaca (menekannya
lalu tarik), kemudian menekan tombol POWER di kanan bawah
sampai lampunya menyala
5. Men-double klik ikon drape tester, sampai menu drape tester keluar
6. Memasang contoh uji (bagian muka) pada piringan
7. Meng-klik reset, menunggu sampai lampu merah menyala
8. Mengetik nama contoh uji dan nama operator
9. Mengklik mulai untuk memulai, menunggu hingga selesai (untuk
men-stop ditengah jalan, klik stop)
10. Meng-klik Print untuk mencetak hasil tes (menulis data – data yang
diperoleh)
11. Mengulangi langkah 4 s/d 8 untuk contoh uji bagian belakang
12. Mengklik EXIT untuk keluar
13. Mematikan komputer dengan cara mengklik start – shutdown – OK
V. Data dan Perhitungan

Keterangan Besar
Satuan
Nama sampel Depan Belakang

Jari – jari sampel [B] 127 127 mm

Jari – jari landasan [A] 63,5 63,5 mm

Luas sampel [B’] 50.670,75 50.670,75 mm2

Luas landasan [A’] 12.468,98 12.468,98 mm2

Jari – jari rata – rata 91,53 93,31 mm


drape [C]
Luas Drape [C’] 26319,45 27353,08 mm2

Drape 36,26 38,96 %

Luas drape−luas landasan


1. Depan = ×100 %
luas sample−luaslandasan
26319,45−12.468,98
= × 100 % = 36,26%
50.670,75−12.468,98
27353,08−12.468,98
2. Belakang = × 100 % = 38,96%
50.670,75−12.468,98
depan+belakang 36,26 %+38,96 %
Drape kain = = = 37,61%
2 2
VI. Diskusi
Kelangsaian kain harus disesuaikan dengan end use kain tersebut
contohnya kelangsaian pada baju wanita dengan baju pria pasti berbeda.
Percobaan ini dilakukan 2 kali yaitu pada muka dan belakang kain sehingga
dapat diambil rata rata dari kedua nilai tersebut.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari pengujian langsai kain didapatkan hasil :
 Drape bagian depan (%) : 36,26%
 Drape bagian belakang (%) : 38,96%
 Drape kain : 37,61%
VIII.Daftar pustaka
N.M. Susyami, Hitariat, Hidayat, Totong. 2015. Bahan Ajar Praktek
Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil

Evaluasi tekstil bagian Fisika, 1973


IX. Lampiran
PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA (AIR PERMEABILITY)

I. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah melakukan pengujian daya tembus
udara (air permeability) pada kain tenun.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan besarnya nilai daya
tembus udara (air permeability) pada kain tenun.
II. Teori Dasar
Karena susunan kain yang terjadi dari benang-benang dan benang-benang
itu sendiri terdiri dari serat-serat,maka sebagian volumw dari kain sebenarnya
terdiri dari ruang udara.Jumlah ukuran dan distribusi dari ruang tersebut
sangat mempengaruhi sifat-sifat kain,seperti kehangatan dan perlindungan
terhadap angin dan hujan serta efisiensi penyaringan dari kain-kain untuk
keperluan industri.
Meskipun jumlah ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi
mungkin saja kain yang satu lebih sukar dilalui udara daripada yang lain,oleh
karena itu lebih hangat dipakai.Beberapa istilah yang berhubungan dengan
udara pada kain,antara lain:
1. Daya tembus udara ( air permebility ), yaitu untuk meyatakan berapa
volume udara yang dapat melalui kai pada atua luas tertentu degan tekana
tertetu.
2. Tekanan terhadap udara ( air resistat ), yaitu utuk meyatakan brapa
lamanya waktu tiap volume udara tertentu dapat melalui kain tiap satuan
luas tertentu pada tekanan udara tertentu.
3. Rongga udara ( air porosity ), Kadang-kadang ada yang menyamakan
seperti air permebility.yaitu untuk meyatakan berapa persentase volume
udara dalam kain terhadap volume keseluruha kain tersebut.
Dalam paraktikum ini hanya akan dibahas mengenai daya tembus udara.
menggunaka alat shirley.
Makin terbuka struktur suatu kain maka makin besar daya tembus
udaranya. Tetapi dalam kenyataannya banyak faktor lain yang
mempengaruhinya. Misalnya tetal lusi dan tetal pakan yang bervariasi,
sehingga daya tembus udaranya pun bervariasi mengikuti daya penutup kain
yang terjadi. Akan tetapi dengan benang yang berbeda nomernya mungkin
dapat diatur kerapatanya, sehingga daya penutupnya sama dan akan diperoleh
daya tembus udara yang jauh berbeda. Jadi selain daya penutup kain, faktor
nomer benang dan twist faktor benang yang dipakai akan mempengaruhi daya
tembus udara.
III. Alat dan Bahan
 Alat
1. Alat uji tembus udara ( Air Permeability Tester ), yang
dilengkapi dengan :
 Pemegang contoh uji dengan luas lubang tertentu.
 Kipas penghisap untuk mengalirkan udara.
 Manometer tegak ( manometer air ).
 Inchline manometer (manometer minyak ).
 Pengatur besarnya tekanan udara yang melalui contoh uji.
 Skala untuk mencatat hasilnya.
 Orifice sebanyak 8 buah.

Daya tembus udara


Diameter
(cm3/detik/cm2)
Orrifice (mm)
minimum (h) maksimum (H)
2 4,0 11,4
3 9,3 26,6
4 20,0 58,0
5 32,0 91,0
6 40,0 113,0
8 72,0 197,0
11 137,0 375,0
16 292,0 794,0

 menggunakan diameter orifice (mm) : 8


 daya tembus udara cm3/detik/cm2 :
 h ( harga minimal ) : 72,0
 H ( harga maksimal ) : 197,0

2. Mesin daya tembus udara otomatis.


IV. Cara Kerja
A. Pengujian daya tembus udara ( Air Permeability ).
1. Memasang kain contoh uji pada lubang tempat contoh uji menjepit
dengan cincin yang sesuai dengan kain agar kain cukup tegang dan
kemudian menutup lubang.
2. Memasang Orrifice yang terpilin yang cocok untuk kain tersebut
sesuai dengan table.
3. Menghubungkan alat melalui rheostat kesumber listrik dan kemudian
menjalankan kipas penghisap.
5. Mengatur rheostat agar tekanan udara sesuai dengan tekanan 12,7
mm air dengan indicator membaca pada skala manometer minyak
menunjukan skala 5.
6. Membaca manometer air dan menghitung harga daya tembus udara.

B. Pengujian daya tembus udara otomatis.


1. Menjepitkan kain pada alat daya tembus udara otomatis lalu ditekan.

V. Data dan Perhitungan


A. Daya tembus udara
 Orifice = 8 mm
 Harga manometer air
Percobaan 1 = 2,8
Percobaan 2 = 2,9
Rerata = 2,85
 Harga daya tembus udara

x
=
h+ ( hargamanometer−2
15−2
× ( H−h )) × 0,508

=
72+ ( 2,85−2
15−2
× ( 197−72 ) ) × 0,508

= 76,15 cm3 / detik / cm2


B. Daya tembus udara otomatis

No. Daya tembus udara (x – x)2


1 71,4 4,84
2 75,5 8,41
3 70,3 5,29
4 73,5 0,81
5 72,3 0,09
X 72,6 ∑ = 19,44

Sd = √( x−x)2 Cv =
Sd
× 100 %
n−1 x

=
√19,44 =
1,1
×100 %
4 72,6
= 1,1 = 1,52%
VI. Diskusi
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah dengan melewatkan udara ke kain
sesuai dengan orifice yang ditentukan, semakin besar diameter orifice maka
nilai daya tembus udara pada kain semakin besar. Percobaan ini dilakukan
dengan 2 mesin yaitu mesin manual dan mesin otomatis, jadi dapat
dibandingkan nilai daya tembus udara pada kedua mesin tersebut apakah
sesuai atau tidak,daya tembus udara sangat dipengaruhi oleh kontruksi kain
dan diameter orifice yang dipakai.
VII.Kesimpulan
A. Daya tembus udara
Kesimpulan dari pengujian daya tembus udara didapatkan harga daya
tembus udara sebesar 76,15 cm3/detik/cm2
B. Daya tembus udara otomatis
Sd = 1,1
Cv = 1,52%

VIII. Daftar pustaka


N.M. Susyami, Hitariat, Hidayat, Totong. 2015. Bahan Ajar Praktek
Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil

Evaluasi tekstil bagian Fisika, 1973

PENGUJIAN SLIP JAHITAN


(SNI 08-1114-1989)

I. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan ini adalah melakukan pengujian slip jahitan.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan nilai slip jahitan.
II. Teori Dasar
Pengujian slip jahitan dilakukan dengan cara contoh uji dilipat
kemudian dijahit didekat dan sejajar dengan lipatan, kemudian dipotong.
Contoh uji ditarik kearah tegak lurus jahitan, sehingga dapat ditentukan
besarnya gaya yang menyebabkan terjadinya pergeseran benang selebar yang
ditentukan (3 mm atau 6 mm). Slip jahitan juga dapat diukur dengan berapa
cm slip benang pada jahitan setelah diberi beban tertentu ( 8 kg atau 12 kg).
Kedua cara diatas bisa digunakan untuk mencari besarnya slip jahitan. Saat
ini cara yang dipilih adalah untuk menentukan gaya yang diperlukan untuk
pembukaan selebar 6 mm atau 3 mm.

III. Percobaan
3.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu :
1. Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju mulur tetap (instron)
a. Jarak jepit yaitu 7,5 cm
b. Perbandingan antara kecepatan grafik dengan kecepatan
penarikan = 5 : 1
c. Kecepatan penarikan : 100 ± 10 mm/menit
d. Beban : 50 Kg
2. Mesin jahit listrik jeratan kunci 1 jarum, dengan kecepatan tidak
lebih dari 3000 sticth per menit.
a. Jarum jahit dan benang jahit
3. Penggaris dengan skala mm.
4. Gunting
Bahan yang digunakan : kain tenun dengan ukuran 10 x 35 cm

35 cm 35 cm
1,2cm

10 cm 10 cm dijahit

0,8 cm
10 cm

3.2. Langkah Kerja


1. Lipat contoh uji dan jahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas.
2. Pasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada
jahitan pada klem atas dan bawah.
3. Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur kain.
4. Kemudian ujung pena kembalikan pada titik dimana awal terjadi
grafik pada pengujian pertama.
5. Pasang contoh uji yang ada jahitan pada klem atas dan bawah.
6. Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur jahitan.
7. Ukur grafik dengan cara :
- Ukur jarak (1) antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5 N) yang
merupakan tegangan awal dari contoh uji yang dijahit.
- Tambahkan 15 mm pada jarak (1) untuk slip 3 mm dan
tambahkan 30 mm untuk slip 6 mm.
- Tentukan jarak antara dua titik pasangan kurva yang dipisahkan
oleh jarak (1) + 15 mm atau jarak (1) + 30 mm tepat sejajar
sumbu pertambahan panjang (tarikan).
- Baca besarnya gaya pada titik tersebut dalam kg (N) pada sumbu
kurva kekuatan sampai 2 N terdekat.
- Besarnya tahan selip adalah gaya tersebut dikurangi 5 N.
- Apabila pemisahan antara dua kurva lebih dari 20,4 kg (200 N),
laporkan hasil pengujian sebagai lebih besar 20,4 kg (200 N) dan
apabila kainnya sobek dan pemisahan kurva tidak ada, laporkan
kekuatan pada saat sobek.
3.3. Data dan Perhitungan
Beban = 50 kg
a. Besar gaya yang diperlukan untuk menggeser/ slip jahitan pada
bukaan 3 mm adalah :
1. Slip lusi
Pretention = 2 mm
Bukaan 3 mm = 3 mm x 5 mm = 15 mm
= 15 mm + 2 mm = 12 mm
Bukaan terjadi pada beban 24 kg.
2. Slip pakan
Pretention = 2 mm
Bukaan 3 mm = 3 mm x 5 mm = 15 mm
= 15 mm + 2 mm = 17 mm
Bukaan terjadi pada beban 14 kg.
b. Besar gaya yang diperlukan untuk menggeser/ slip jahitan pada bukaan 6
mm adalah :
1. Slip lusi
Pretention = 2 mm
Bukaan 6 mm = 6mm x 5 mm = 30 mm
= 30 mm + 2 mm = 32 mm
Bukaan terjadi pada beban 42 kg.
2. Slip pakan
Pretention = 2 mm
Bukaan 6 mm = 6mm x 5 mm = 30 mm
= 30 mm + 2 mm = 32 mm
Bukaan terjadi pada beban 24,5 kg.
IV. Diskusi
Kekuatan jahitan dan slip jahitan sangat berguna untuk
mengevaluasi sebuah pakaian jadi, karena apabila pakaian memiliki slip
dan kekuatan jahitan yang buruk maka akan mempengaruhi nilai jual serta
kualitas produk tersebut dengan demikian cara evaluasi ini perlu dilakukan
sebagai pengendalian mutu dari suatu produk. Dalam praktikum ini
didapatkan hasil yang lumayan baik karena jahitan dapat terbuka pada
beban yang cukup besar.
V. Kesimpulan
Pada praktikum pengujian slip jahitan, diperoleh hasil bahwa kekuatan
slip jahitan :
a. Slip jahitan arah lusi bukaan 3 mm = 24 kg
b. Slip jahitan arah lusi bukaan 6 mm = 42 kg
c. Slip jahitan arah pakan bukaan 3 mm= 14 kg
d. Slip jahitan arah pakan bukaan 6 mm = 24,5 kg
PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL III
(KAIN)
PENGUJIAN FISIKA

Nama : Muhammad Ihsan Damhury

Group : 2K1

NRP : 15020019

Dosen : Khairul U., SST., MT.

Mia E., SST.

Ryan R., S.ST

POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2017

Anda mungkin juga menyukai