Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Andika Wibisono

NPM : 19430036
Grup : 3G3

PENGUJIAN SELIP JAHITAN

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan tentang.

1. Memiliki kemampuan menjelaskan pengerian selip jahitan.

2. Memiliki kemamp uan melakukan pengujian mengevaluasi selip jahitan.

II. Teori Dasar


Selip jahitan adalah pergeseran satu atau lebih benang dari posisi awal yang akan
menyebabkan perbedaan susunan baisan atau jarak. Tahan selip jahitan dalam kain
adalah besar beban yang dicapai saat terjadi pergeseran lusi atau pakan pada jahitan
standar. Jahitan standar adalah jahitan 5 setik/cm menggunakan jarum no metrik 90 serta
benang jahit polyester nomor tex 11.8 x 3 (Ne1 50/3) – tex 12.9 x 3 (Ne1 45/3) Yarn
slippage ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Rendahnya tetal per inchi benang pakan dana tau benang lusi dari kain tersebut

2. Dangkalnya kampuh jahitan

3. Pakaian terlalu ketat

4. Konstruksi seam yang tidak sesuai

Pengujian slip jahitan dilakukan dengan cara contoh uji dilipat kemudian dijahit dekat
dan sejajar dengan lipatan, kemudian di potong.contoh uji ditarik tegak lurus jahitan,
sehingga dapat di tentukan besarnya gaya yang pergeseran benang (yang ditentukan
3mm dan 6mm). Slip jahitan juga dapat diukur dengan cara slip benang pada jahitan
setelah diberi beban tertentu ( 8 kg atau 12 kg ).kedua cara tersebut dapat digunakan
untuk mencari besarnya slip jahitan. Saat ini cara yang dipilih adalah untuk menentukan
gaya yang diperlukan untuk pembukaan selebar 6 mm atau 3 mm. alat yang digunakan
untuk pengujian kekuatan jahitan dan slip jahitan adalah alat uji kekuatan tarik kain baik
sistem laju tarik tetap maupun sistem mulur tetap.

III. Alat dan Bahan

3. Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju mulur tetap/Instron :

- Jarak jepit 75 mm.


- Perbandingan antara kecepatan grafik dengan kecepatan penarikan 5 : 1.

- Kecepatan penarikan 100 ± 10 mm/menit.


4. Mesin jahit.
5. Penggaris dengan skala ( mm ).
6. Jangka sorong.
7. Gunting.
8. Jarum jahit dengan ketentuan
- Untuk kain halus dengan berat 270g/m2, jarum no metrik 90 (blade 0,9 mm) benang
jahit polyester tex 40 atau benang kapas text 35
- Untuk kain halus >270g/m2 jarum no metrik 110 benang jahit polyetser tex 60 atau
kapas 70
- Untuk kain kasar dengan berat 270g/m2 jarum no metrk 110 benang jahit polyester
text 60 atau benang kapas text 70
- Untuk kain kasar >270g/m2 jarum metrik 140, benang jahit polyester tex90 atau
kapas tex 105
IV. Contoh Uji
1. Kondisikan kain yang akan di uji dalam ruangan standar pengujian

2. Gunting kain dan jahit sesuai gamba dibawah ini dengan jumlah 12±1/25mm

V. Cara Uji

1. Lipat contoh uji dan jahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas.
2. Pasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada jahitan pada klem
atas dan bawah.
3. Jalankan mesin sehingga terbentuk grafi kekuatan dan mulur.
4. Kemudian ujung pena kembalikan pada titik dimana awal terjadi grafik pada
pengujian pertama.
5. Pasang contoh uji yang ada jahita n pada klem atas dan bawah.
6. Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur jahitan.
7. Ukur grafik dengan cara :
8. Ukur jarak (1) antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5N) yang mempunyai tegangan
awal dari contoh uji yang dijahit.
9. Tambahkan 15 mm pada jarak (1) untuk slip 3 dan tambahkan 30 mm untuk slip 6 mm
10. Tentukan jarak antara dua titik pasang kurva yang dipisahkan oleh jarak 15 mm
atau jarak (1) + 30 mm tepat sejajar sumbu pertambahan panjang (tarikan).
11. Baca besarnya gaya pada titik tersebut dalam kg (N) pada sumbu kurva kekuatan
sampai 2 N terdekat.

12. Besarnya tahan slip adalah gaya tersebut dikurang 5 N.


13. Apabila pemisahan antara dua kurva atau lebih dari 20,4 kg (200 N), laporkan hasil
pengujian sebagai lebih besar dari 20,4 kg dan apabila kainnya sobek diantara
pemisahan kurva tidak ada, laporkan kekuatan pada saat sobek.

VI. DATA DAN PERHITUNGAN


Arah Lusi

Arah Pakan
VII. PEMBAHASAN HASIL PERHITUNGAN

Arah Lusi

Bukaan 3mm

- Bukan awal = 0 (a)

- Bukaan 3 = a + (3 × 5) = 15 (b)

- 9,5 (c)

- Gaya pada jahitan bukaan 3 mm

= 9,5 - 0,5 = 9 kgf

= 9 X 9,8 = 88,2 N
Bukaan 6mm

- Bukaan awal = 0 (a)

- Bukaan 6 = 6× 5 = 30 (b)

- Lebih besar >20,4

- Gaya pada bukaan 6 mm tidak ada kurva


Arah Pakan

Bukaan 3 mm

- Bukaan awal 0 (a) = 2mm

- Bukaan 3 = a + (3 x 5) = 2 + 15 = 17mm (b)

- 12 (c)

- Besarnya gaya pada bukaan 3 mm

= 12 – 0,5 = 11,5 kgf

= 11,5 X 9,8 = 112,7 N

Bukaan 6 mm

- Bukaan awal 0mm = 2 mm (a)

- Bukaan 5 = a + (6 x 5)= 32

- Lebih besar >20,4

- Gaya pada bukaan 6mm tidak ada kurva


VIII. Kesimpulan

Arah Lusi

Bukaan 3mm

a. Jarak antar kurva pada tegangan awal adalah 0,5 kg


b. Jarak antar dua titik pasang kurva untuk selip 3 mm adalah 0 + 15 = 15 mm
c. Besaran tahan selip untuk 3 mm adalah 9 kg
Bukaan 6 mm
a. Jarak antar kurva pada tegangan awal adalah 0,5kg
b. Jarak antar dua titik pasang kurva untuk selip 3mm adalah 0 + 30 = 30 mm
c. Besaran tahan selip untuk 6 mm adalah > 20,4

Arah pakan

Bukaan 3mm

a. Jarak antar kurva pada tegangan awal adalah 0,5 kg = 2 mm


b. Jarak antar dua titik pasang kurva untuk selip 3mm adalah 2 + 15 = 17 mm
c. Besaran tahan selip untuk 3mm adalah 11,5 kg
Bukaan 6mm
a. Jarak antar kurva pada tegangan awal adalah 0,5kg = 2 mm
b. Jarak antar dua titik pasang kurva untuk selip 3mm adalah 0 + 32 = 32 mm
c. Besaran tahan selip untuk 6 mm adalah > 20,4 kg

Anda mungkin juga menyukai