untuk kain yang dilapisi atau kain yang dikanji dengan tebal, yang sukar dan
tidak mungkin untuk diurai. Dalam pengujian ini contoh uji harus betul-betul
sejajar dengan arah benang yang memanjang.
Cara pita tiras (grab strip raveled)
Pengujian untuk pita tiras, contoh uji dipotong dengan ukuran ( 3 x 20 ) cm
sebanyak 4 sampel untuk lusi dan pakan 4 sampel. Sampel tersebut ditiras
dulu hingga ukurannya menjadi (2,5 x 20) cm, baru diuji. Pengujian ini hanya
untuk kain yang tidak dilapisi dengan kata lain yang mudah diurai/ditiras.
Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita tiras pada saat terjadi penarikan
benang pada bagian tengah kain yang menderita tarikan yang kecil. Hal ini
terjadi karena contoh uji yang telah diurai tidak ada jalinan yang memegang
benang pada sisi kain, maka pada saat beban bertambah benang-benang sisi
kain hanya hilang keritingnya saja, baru setelah bagian tengah putus benang
pada bagian pinggir kain putus. Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu
menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun lebih
tinggi dari pita potong.
Cara cekau (strip test)
Pengujian kekuatan tarik cara cekau lebih menyerupai pemakaian kain yang
sebenarnya.
Jadi, dalam perhitungan hasil pengujian yang dihitung adalah kekuatan serta
mulur dari kain yang diuji. Untuk menghindari perbedaan persepsi dari
penerima hasil pengujian maka setiap pengujian kekuatan tarik harus
dicantumkan cara mana yang dipakai.
Alat uji kekuatan tarik (dinamakan Tensile Strength Tester) ada tiga :
1.
2.
3.
Besarnya gaya dan mulur akan terbaca pada display, kertas grafik atau skala
yang tertera pada alat.
1.
Standar Pengujian
SNI 08-0276-2009, kain tenun- Cara Uji Kekuatan Tarik dan Mulur
1.
KEKUATAN TARIK PITA POTONG
2.
Alat
1.
Alat dan Bahan
Dinamometer yang merupakan sistem kecepatan penarikan tetap
(constant rate of traverse), yang dilengkapi dengan:
1.
Cara Uji
Contoh uji digunting dengan ukuran (3 x 20) cm, lalu tiras arah panjang
kain, hingga lebar kain 2,5 cm. Besarnya tirasan di kedua pinggir hendaknya
sama. Hasil tirasan tidak digunting.
Contoh uji,dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(sebaiknya dilakukan).
Jarak jepit diatur sehingga 7,5 cm.Beban dipasang sesuai dengan contoh
uji.
Skala mulur harus dinolkan.
Mulur % =
mulur cm
x 100%
1.
Kain
Mulur
Mulur
Conto Kekuat
Kekuat
h Uji
an Tarik
Persen an Tarik
(kg)
cm
(%)
(kg)
cm
Persen
(%)
34
2,6
34,67% 17
3,9
52%
29
3,6
48%
15
3,3
44%
28
3,5
46,67% 16
3,5
46,67%
129,34
%
48
142,67%
91
43,11
%
16
30,33
Lusi
47,56%
Pakan
kekuat
Kekuat
an
Mulur an
)
)
)
Mulur)
1 3,67
13,46
-8,44%
71,23% 1
4,44% 19,71%
2 -1,33
1,76
4,89%
23,91% -1
3,56% 12,67%
3 -2,33
5,42
3,56%
12,67% 0
0,89% 0,79%
33,17
%
20,64
107,81
%
= 30,33 kg
= 16 kg
= 43,11%
= 47,56%
1,27
Diskusi
Kekuatan tarik suatu kain adalah kemampuan minimum kain dalam menahan
tarikan dari suatu beban yang maksimum. Mulur pada saat putus yaitu
pertambahan panjang pada kain saat putus dibandingkan dengan panjang
kain semula, yang dinyatakan dalam persen. Mulur tidak berarti putus,
sebelum mencapai mulur maksimum, maka tidak akan terjadi putus. Mulur
seperti ini dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan panjang kain setelah
mendapat tarikan.
Pada pengujian kekuatan tarik dan mulur cara pita tiras dikhususkan untuk
kain yang tidak dilapisi dan dapat diurai seperti kemeja atau
1.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Arah Lusi
1.
Kekuatan
Standar deviasi
= 3,21
Koefisien variasi
= 4,18%
2.
Mulur
= 30,33 kg
Standar deviasi
= 1,27
Arah Pakan
1.
Kekuatan
= 47,56%
Standar deviasi
=1
Koefisien variasi
2.
Mulur
Mulur rata rata = 47,56%
Standar deviasi
= 1,56%
= 0,25
Hasil pengujian menunjukkan kain contoh uji sesuai dengan standar mutu
kain tenun untuk kemeja dan kain tenun untuk gaun dan blus tetapi tidak
sesuai untuk kain tenun setelan (Lusi <23kg dan Pakan < 19kg).
1.
Beban 50 Kg
Penggaris dan Gunting
2.
Bahan
Kain contoh uji (3 x 20 cm) masing masing 3 potong (pakan dan lusi).
Catatan : contoh uji ditiras semula lebar 3cm menjadi 2,5 cm.
II.
Cara Uji
Contoh uji digunting dengan ukuran (3 x 20) cm, lalu tiras arah panjang
kain, hingga lebar kain 2,5 cm. Besarnya tirasan di kedua pinggir hendaknya
sama. Hasil tirasan tidak digunting.
Contoh uji,dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(sebaiknya dilakukan).
Jarak jepit diatur sehingga 7,5 cm.Beban dipasang sesuai dengan contoh
uji.
Skala mulur harus dinolkan.
Jarum skala kekuatan diatur pada titik nol.
Kain contoh uji dipasang pada penjepit. Pada saat pemasangan contoh uji,
pada penjepit atas seluruh contoh uji boleh dipasangkan semuanya. Hal ini
Mulur % =
mulur cm
x 100%
III.
Kain
Conto
h Uji
Mulur
Mulur
Kekuat
Kekuat
an Tarik
Persen an Tarik
(kg)
cm
(%)
(kg)
cm
Persen
(%)
20,75
53,33% 17
53,33%
32,75
53,33% 17
3,3
44%
27,25
5,2
69,33% 15,5
4,2
56%
175,99
%
49,5
153,33%
51,11%
80,75
26,92
58,66
%
16,5
Lusi
Pakan
Kekuata
n
)
Kekuat
an
)
Mulur
)
Mulur)
-6,17
38,07 -5,33
28,41 0,5
0,25 2,22
4,93
5,83
33,99 -5,33
28,41 0,5
0,25 -7,11
50,5
5
0,33
0,11
113,8
5
-1
4,89
23,9
1
72,1
7
79,3
9
10,67
170,
67
1,5
= 26,92 kg
= 16,5 kg
= 58,66 %
= 51,11 %
0,87
9,24
6,3
Diskusi
Pada pengujian kekuatan tarik cara pita potong ini dilakukan denganalat uji
kecepatan penarikan tetap (constant rate of traverse) yaitu dynamometer,
alat ini termasuk alat uji yang dilakukan secara manual. Ada beberapa hal
yang tidak sesuai dengan standar pengujian SNI 08-0276-2009 (Kain TenunCara Uji Kekuatan Tarik dan Mulur). Diantaranya adalah pengondisian contoh
uji yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu praktikum seperti halnya
pada pengujian kekuatan tarik pita potong. Contoh uji yang diuji berukuran
(25200) mm namun sebelumnya berukuran (30200) mm kemudian ditiras
menjadi (25200) mm namun panjangnya tidak sesuai dengan standar
pengambilan contoh uji yang seharusnya (25150) mm. Contoh uji hanya 3
yang diuji padahal seharusnya minimal 5 contoh uji karena kain yang dimiliki
terbatas.
Pada hasil pengujian pita potong hasilnya lebih besar daripada pita tiras
dikarenakan benang pada pinggir kain tidak sama rata karena pinggir kain
digunting sedangkan pada pita tiras, benang lurus atau sama rata karena
sebelumnya telah ditiras. Beberapa faktor yang menyebabkan
ketidaksesuaian cara uji dengan standar pengujian diantaranya karena
penirasan yang kurang baik sehingga benang paling pinggir menjadi
bengkok dan mempengaruhi hasil pengujian, jarak jepit karena jarak jepit
akan mempengaruhi mulur yang dihasilkan, jarak jepit yang tinggi atau
besar akan menghasilkan mulur yang tinggi pula, kemudian yang kedua di
pengaruhi oleh kecepatan dimana kecepatan berbanding lurus dengan
mulur, dan berbanding terbalik dengan kekuatan tarik artinya jika kecepatan
tinggi akan menghasilkan mulur yang tinggi sedangkan kekuatan tarik akan
menurun. Dan yang ketiga adalah pengaruh beban
yang diberikan.Skala dapat dibaca atau dianggap layak apabila nilainya
kisaran 20kg 80kg. Cara pita potong dilakukan pada kain yang dilapisi atau
dikanji tebal yang sukar atau tidak mungkin untuk diurai.Pemotongan contoh
uji harus benar-benar sejajar dengan arah benang yang memanjang.
Hasil pengujian kekuatan tarik pita tiras ini disesuaikan terhadap standar
mutu kain tenun untuk kemeja (SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 080056-2006) dan kain tenun untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004).
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Arah Lusi
1.
Kekuatan
Kekuatan rata rata
= 26,92 kg
Standar deviasi
Koefisien variasi
2.
Mulur
Mulur rata rata
=58,66 %
Standar deviasi
Koefisien variasi
=9,24
=
Arah Pakan
1.
Kekuatan
Kekuatan rata rata =16,5 kg
Standar deviasi
Koefisien variasi
=0,87
=
2.
Mulur
Mulur rata rata
= 51,11 %
Standar deviasi
Koefisien variasi
= 6,3
=
Kekuatan tarik kain cara lidah adalah kain yang telah digunting
terlebihdahulu kearah lusi atau pakan; wale atau course, sehingga berbentuk
sepertilidah dan ditarik pada kedua ujung sobekan.
Kekuatan sobek lusi adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain
sampai benang lusi putus. Kekuatan sobek pakan adalah kekuatan yang
diperlukan untuk menyobek kain sampai benang pakan putus.
Pengujian dengan cara lidah tidak dapat dilakukan pada kain tidak seimbang.
Kain dengan tetal lusi lebih besar dari tetal pakan, apabila disobek pada arah
lusi, maka arah sobekan pada saat pengujian akan berubah kea rah pakan
yang lebih lemah.
5.
Cara Elmendorf/Pendulum
Kekuatan sobek cara Elmendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi
sobekan awal dengan jarak yang telah ditentukan. Metoda pendulum balistik
(Elmendorf) digunakan untuk penentuan gaya sobek kain. Metoda ini
menetapkan gaya sobek yang diperlukan untuk meneruskan sobekan pada
kain dengan panjang tertentu jika diberi gaya mendadak. Gaya sobek
dikualifikasikan sebagai menyobek lusi atau menyobek pakan atau
(benang lusi sobek) atau (benang pakan sobek). Uji ini khusus digunakan
pada kain tenun, bisa juga nir tenun dengan batasan yang sama seperti kain
tenun. Penting untuk pengujian bahan pekaian seperti kemeja, blus, kain
lapis, dan kain militer (misalnya parasut).
Uji sobekan ini tidak cocok untuk kain rajut, kain tenun elastic, kain yang
sangata an isotrop atau kain yang anyamannya memiliki jarak yang jika
disobek arah sobekan akan berpindah kearah yang lain.
1.
Prinsip Pengujian
Standar Pengujian
SNI ISO 13937-1(E)-2010. Tekstil- Kekuatan Sobek kain- Bagian 1 : Cara
lidah(tongue).
SNI 08-1269-1989. Kain Cara Uji Kekuatan Sobek (Cara Trapesium).
1.
1.
2.
II.
Cara Uji
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Memilih alat pendulum sedemikian rupa sehingga kekuatan sobek terbaca
antara 20% 80% dari skala maksimal.
Pendulum dinaikkan sampai kedudukan siap ayun kemudian penunjuk
diatur sehingga berimpit dengan garis indek yang terdapat pada pendulum.
Contoh uji dipasang pada sepasang penjepit sedemikian rupa sehingga
terletak di tengah-tengah dan tepi bawah contoh uji segaris dasar penjepit,
kedua penjepit dirapatkan dengan memutar sekerup pengencang, sehingga
tekanan pada kedua penjepit sama besar. Contoh uji terpasang bebas
dengan dengan bagian atas diatur melengkung searah ayunan pendulum.
Melakukan sobekan awal dengan menekan batang pisau.
III.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Beban yang digunakan untuk sobek lusi = 3200 gram.
Beban yang digunakan untuk sobek pakan = 1600 gram.
Sobek Lusi
Sobek Pakan
Kekuata
Skala n
Keteranga
Kekuata Keterang
n
Skala n
an
36
1.152 g
Kerut
banyak
51
816 g
Kerut
banyak
43
1.376 g
Kerut
banyak
54
864 g
Kerut
banyak
38
1.216 g
Kerut
sedikit
55
880 g
Kerut
sedikit
117
3.744 g
160
2.560 g
39
1.24
8g
53,33
853,3
3g
Sobek Pakan
Sobek Lusi
-3
-2,33
5,4289
16
0,67
0,4489
-1
1,67
2,7889
26
8,6667
= 853,33 gram
= 1.248 gram
3,6
Diskusi
Prinsip pengujian tahan sobek kain tenun dengan Elmendorf yaitu gaya
impact rata-rata yang diperlukan untuk menyobek contoh uji yang telah
diberi sobekan awal, diperoleh dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam
penyobekan pada jarak yang sudah ditentukan. Alat uji ini terdiri dari
pendulum berbentuk sektor yang dilengkapi dengan penjepit pada pendulum
harus satu garis dengan penjepit yang kedudukannya tetap. Kedudukan ini
mempunyai energi potensial maksimum. Contoh uji dipasang pada kedua
penjepit, kemudian diberi sobekan awal di antara kedua penjepit tersebut.
Pendulum dibebaskan mengayun sehingga penjepit pada pendulum bergerak
menyobek contoh uji.
Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan
beban maksimum yang mengenai kain tersebut.Metode pendulum balistik
digunakan untuk penentuan gaya sobek kain.Metoda ini menetapkan gaya
sobek yang diperlukan untuk meneruskan sobekan pada kain dengan
panjang tertentu jika diberi gaya mendadak.Gaya sobek dikualifikasikan
sebagai menyobek lusi atau menyobek pakan.Uji ini khusus digunakan pada
kain tenun,bisa juga nir tenun dengan batrasan yang sama seperti kain
tenun.
Didapatkan hasil uji rata-rata kekuatan sobek antara pakan dan lusi berbeda.
Pada pakan kekuatannya yaitu 853,33 gram sedangkan pada lusi 1.248
gram. Kekuatan benang lusinya lebih kuat daripada benang pakan karena
benang lusi yang sebelumnya diperkuat pada proses pertenunan agar tahan
terhadap gesekan-gesekan sehingga kekuatannya lebih besar tidak hanya
kekuatan tariknya tapi juga kekuatan sobeknya. Skala kekuatan sobek pakan
dan lusi yang terbaca sesuai dengan standar yaitu diantara 20-80 dengan
beban yang digunakan 1600 gram untuk pakan dan 3200 gram untuk lusi.
Beban yang digunakan berbeda tergantung kain uji.
Pengujian ini menyesuaikan dengan standar pengujian SNI ISO 13937-1(E)2010. Ada beberapa hal yang berbeda antara apa yang dilakukan dengan
pengujian seharusnya. Contoh uji yang dilakukan tidak dilakukan persiapan
contoh uji yaitu sampai pada kondisi standar RH 65 2 % dan suhu 27 2 C,
sehingga RH dan suhu yang tidak sesuai kemungkinan akan mempengaruhi
hasil pengujian. Ukuran contoh uji kurang sesuai dengan standar pengujian
yang seharusnya 10 cm x 7,5 cm tetapi menjadi 10,2 cm x 7,5 cm, selain itu
ukuran lubang berukuran awal kurang sesuai dengan standar yang
berukuran 1,5 cm x 1,2 cm karena pengukuran pada saat pengujian bukan
lubang atau sobekannya yang diukur, tetapi jarak dari pinggir kain, baru
dibuat sobekan persegi 4 seperti pada gambar contoh uji diatas.
Pengambilan contoh uji pun dilakukan hanya pada 3 contoh uji dengan
pengambilan pada pakan atau lusi yang sama karena keterbatasan kain
contoh uji.
Hasil pengujian disesuaikan dengan standar mutu kain tenun untuk kemeja
(SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 08-0056-2006) dan kain tenun
untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004).
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Rata-rata kekuatan sobek pakan
= 853,33 gram
= 1.248 gram
3,6
1.
II.
Cara Uji
Memotong kain contoh uji dengan panjang 20 cm dan lebar 7,5 cm.
Memotong kain ke arah memanjang sepanjang 7,5 cm mulai dari tengah
tengah salah satu tepi yang pendek pada kain contoh uji.
Membuat 1 contoh uji ke arah lusi dan arah pakan.
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Mengatur kedudukan jarak jepit (7,5 cm).
Memilih beban yang sesuai dengan kekuatan kain yang akan diuji (10 kg).
Alat alat pencatat pembebanan pada kertas grafik supaya pada
kedudukan yang tepat.
Memasangkan contoh uji pada penjepit ataslalu penjepit bawah.
Mesin dijalankan. Data percobaan dilihat pada grafik.
III.
Beban (kg)
Titik
Tertingg Sobek Sobek
i
Lusi
Pakan
Sobek Lusi
Sobek Pakan
2,8
2,2
-0,03
0,0009
0,03
0,0009
2,75
2,15
-0,08
0,0064
-0,02
0,0004
3,1
2,2
0,27
0,0729
0,03
0,0009
2,85
2,25
0,02
0,0004
0,08
0,0064
2,65
2,05
-0,18
0,0324
-0,12
0,0144
14,15
10,85
0,113
0,0023
2,83
2,17
0,022
6
0,0046
Diskusi
Pengujian dilakukan dengan standar pengujian cara uji kekuatan sobek cara
lidah, SNI 0521-2008. Pengujian ini dilakukan pada kain yang tidak seimbang
baik itu arah lusi dan pakan yang berbeda jenis seratnya atau misalnya kain
yang coating yang tidak dapat dilakukan dengan cara elmendorf.
Penjepitan contoh uji pada penjepit atas maupun bawah, harus benar benar
kuat. Sebab bila terjadi penarikan, bila penjepitan kurang kuat, akan
menyebabkan kekuatan sobek contoh uji akan lebih besar dari yang
semestinya.Kedudukan alat pencatat, harus tepat pada grafik skalanya. Hal
ini untuk menghindari terbentuknya kesalahan grafik yang disebabkan oleh
labilnya pencatat skala.Kelembaban contoh uji, harus diperhatikan. Sebab
hal ini akan mempengaruhi kekuatan dari kain terpal tersebut. Untuk kain
kain tertentu, makin tinggi regainnya akan makin kuat atau sebaliknya.
Tentunya hal ini bila dilakukan penyobekan akan berpengruh pada ketahanan
sobek kainnya.Ketelitian skala yang terbatas serta kesalahan dalam
pembacaan skala ikut mempengaruhi hasil pengujian. Kekuatan sobek yang
dihasilkan yang lebih besar pada kekuatan sobek lusi, karena alat
elemendrof yang digunakan berbeda muatannya maka terlihat nilai kekuatan
sobek yang besar terdapat pada arah pakan, oleh karena itu seharusnya
digunakan alat yang sama guna mengurangi kesalahan terhadap hasil yang
didapatkan.
Pada pengujian dengan cara lidah prinsipya Mengukur beban maksimal yang
dapat ditahan oleh kain contoh uji sehingga kain tersebut putus seratnya.
Sedangkan yang dimaksud kekuatan sobek cara lidah adalah kekuatan tarik
kain yang telah digunting terlebih dahulu ke arah lusi ataupun pakan,
sehingga berbentuk seperti lidah dan ditarik pada kedua ujung sobekan.
Kekuatan sobek pakan lebih kecil dari lusi karena benang lusi pada proses
pertenunan sudah diperkuat.
Hasil pengujian disesuaikan dengan standar mutu kain tenun untuk kemeja
(SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 08-0056-2006) dan kain tenun
untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004).
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Rata-rata kekuatan sobek pakan = 2,17 kg
Rata-rata kekuatan sobek lusi
= 2,83 kg
= 0,168
= 0,024
= 5,9364%
=1,105%
Penjepit bawah.
Penjepit atas yang bisa bergerak keatas atau kebawah.
Beban yang digunakan = 20 kg
3.
Bahan
Contoh Uji: kain uji sebanyak 1 buah untuk arah lusi dan 1 buah untuk arah
pakan dengan bentuk dan ukuran 7,5 cm x 15 cm.
II.
Cara Uji
Kain dipotong dengan ukuran panjang 15 cm dan lebar 7,5 cm.
Menggambar bentuk trapesium sama kaki dengan tinggi 7,5 cm dan
panjang garis sejajar 10 cm dan 2,5 cm pada kain contoh uji tersebut.
Memotong sepanjang 0,5-1 cm ditengah-tengah garis 2,5 cm dan tegak
lurus pada garis sejajar.
Jumlah contoh uji 1 contoh uji untuk pengujian ke arah lusi dan pakan.
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Mengatur kedudukan dan jarak titik penjepit supaya 2,5 cm.
Memeriksa kedudukan alat-alat yang lain.
Beban yang dipergunakan sekitar 20 kg.
Memeriksa alat-alat pencatat pembebanan pada kertas grafik supaya
kedudukannya tepat.
Kecepatan penarikan 30 cm/menit.
Menjepit contoh uji sepanjang garis yang tidak sejajar dari trapesium,
sehingga potongan terdapat di tengah-tengah antara kedua penjepit dan tepi
yang pendek tegang sedangkan yang panjang dibiarkan terlipat.
Menarik contoh uji sampai contoh uji sobek.
Mengamati kekuatan pada skala baca atau pada kertas grafik.
Jumlah pengujian masing-masing 1 kali untuk lusi dan pakan. Dari 1
contoh uji didapatkan suatu grafik, dari grafik tersebut dibuat menjadi
beberapa bagian. Untuk pengujian kali ini hanya dilihat 5 bagian saja. Masing
masing bagian tersebut diambil skala tertinggi dan terendahnya. Dalam
pengambilan skala terendah, bukan dilihat dari lembah grafik, tetapi tetap
dari pincak grafik yang terpendek / terendah.
III.
Sobek Lusi
Sobek Pakan
Conto
h Uji
Tertinggi (kg)
Terendah
(kg)
Tertinggi
(kg)
Terendah
(kg)
7,4
6,8
3,4
2,1
6,6
2,6
3,5
6,8
5,6
2,8
3,2
4,8
4,2
4,4
3,4
1,6
57
26,2
5,7
2,62
Sobek Lusi
Sobek Pakan
7,1
1,4
1,96
2,75
0,13
0,0169
6,8
1,1
1,21
3,05
0,43
0,1849
6,2
0,5
0,25
0,38
0,1440
4,5
-1,2
1,44
2,5
-0,12
0,0140
3,9
-1,8
3,24
1,8
-0,82
0,6724
8,1
1,0322
Rata-rata kekuatan sobek lusi pada grafik 5 titik puncak tertinggi (High)
dan 5 titik puncak terendah = 5,7 kg.
Rata-rata kekuatan sobek pakan pada grafik 5 titik puncak tertinggi (High)
dan 5 titik puncak terendah = 2,62 kg.
Diskusi
Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan
beban maksimum yang mengenai kain tersebut. Pengujian disesuaikan
dengan SNI 08-1269-1989 yaitu pengujian kekuatan sobek kain baik kearah
lusi maupun pakan diperlukan untuk kain kain yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan yang tinggi. Pada pengujian rata-rata kekuatan sobek
lusi, lebih besar dibandingkan dengan cara elemendorf dan uji sobek lidah
karena ada beberapa hasil yang kurang maksimal dalam
praktikumnya.Pengujian dengan cara trapesium ini meniru keadaan dari
kejadian dimana sepotong kain ditarik dengan gunting pada bagian pinggir
kain, dan contoh dipegang dengan kedua tangan, lalu disobek mulai dari
tarikan yang telah dibuat.
Faktor alat yang mempengaruhi hasil pengujian yaitu diantaranya; ketika
proses penarikan berlangsung, kain slip dari penjepit yang disebabkan oleh
kondisi penjepitnya yang sudah aus. Dalam pemasangan kain pada penjepit,
bila kurang kencang akan mennyebabkan kain slip pada saat penarikan.
Pemasangan pencatat skala dan kertas grafik yang kurang tepat akan
berpengaruh pada grafik yang terbentuk. Pembacaan skala pada grafik dan
pembuatan contoh uji merupakan faktor yang mempengaruhi hasil
pengujian.
Alat yang digunakan untuk uji ini yaitu instron. Jika ada kesalahan perlakuan
maka salah pula terhadap hasil uji. Saat proses penarikan berlangsung, kain
slip dari penjepit yang disebabkan oleh kondisi penjepitnya yang
sudah aus.Tidak stabilnya posisi pencatat skala akan menyebabkan skala
yang tergambar bukan karena adanya sobekan kain saja, tetapi juga karena
gerakan ujung pena yang kurang stabil. Dalam pemasangan kain pada
penjepit, bila kurang kencang akan mennyebabkan kain slip pada saat
penarikan.kemungkinan juga kain tergelincir sehingga menyebabkan slip dan
akan mempengaruhi terhadap hasil.
Hasil pengujian disesuaikan dengan standar mutu kain tenun untuk kemeja
(SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 08-0056-2006) dan kain tenun
untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004). Kain tidak disesuaikan dengan
standar lain karena bentuk kain yang tidak sesuai misal untuk kain terpal
dan jok mobil.
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Rata-rata kekuatan sobek lusi = 6,92 kg.
Rata-rata kekuatan sobek pakan = 3,58 kg..
Standar Deviasi (SD)lusi = 1,423
Standar Deviasi (SD)pakan = 0,507
Koefisien Variasi (CV) = 24,96%
Koefisien Variasi (CV) = 19,35%
Hasil pengujian menunjukkan kain contoh uji sesuai dengan standar
mutukain tenun untuk kemeja (>0,7Kg) dan kain tenun untuk gaun dan blus
(>4,5N0,5Kg untuk kain transparan dan >6,7N0,7Kg untuk kain tidak
transparan) tetapi belum sesuai untuk kain tenun setelan (< 1,5 kg).
Alat yang digunakan untuk pengujian kekuatan jahitan dan selip jahitan
adalah alat uji kekuatan tarik kain baik system laju tarik tetap maupun
system mulur tetap.
1.
Prinsip Pengujian
Kekuatan Jahitan
Contoh uji berbentuk persegi panjang dilipat, dan dibentuk seperti huruf T
dan dijahit di dekat dan sejajar lipatan.Kedua ujung contoh uji ditarik secara
tegak lurus jahitan. Jadi, pada pengujian kekuatan jahitan ini, benang jahit
pada suatau kain tenun dikenai gaya tarik tegak lurus arah jahitan, sampai
jahitan putus. Dengan demikian yang diukur bukanlah kekuatan dari kain
tenun yang dikenai jahitan tersebut. Kekuatan jahitan adalah kemampuan
suatu jahitan untuk menahan beban maksimum sampai jahitan pada contoh
uji tersebut putus dan dinyatakan dalam kilogram.
Selip Benang Jahitan
Contoh uji dengan jahitan dan tanpa jahitan ditarik menggunakan alat uji
kekuatan tarik yang dilengkapi penjepit untuk cara cekau, untuk
menghasilkan dua grafik kekuatan dan mulur yang berada pada absis yang
sama, pada alat yang menggunakan pencatat grafik. Tentukan gaya yang
diperlukan untuk menghasilkan jarak tertentu diantara dua kurva, yang
ekivalen dengan bukaan jahitan.
1.
1.
Standar Pengujian
SNI ISO 13936-1:2010. Tekstil Cara uji ketahanan selip benang pada
jahitan kain tenun Bagian 1: Metoda bukaan jahitan tetap.
SNI 08-1114-1989.Cara uji kekuatan jahitan lurus kain tenun
KEKUATAN JAHITAN
I.
Alat dan Bahan
1.
Bahan
Kain tenun dengan ukuran (5 x 20) cm. Contoh uji dilipat, dijahit dan
dipotong.
2.
Alat
Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju tarik tetap (Dinamometer) dan
dilengkapi dengan peralatan :
II.
Cara Uji
Contoh uji dipotong (20 x 5) cm. Contoh uji tersebut dilipat, pada bagian
12 mm dari ujung lipatan dijahit. Gunting contoh uji seperti huruf T dengan
ukuran (2,5 x 1,5) cm (seperti gambar).
Kain putus
Benang jahitan putus
Benang benang kain tergelincir
Gabungan dua atau tiga penyebab di atas.
III.
Arah Lusi
Contoh
uji
Arah Pakan
Kekuatan
(kg)
Penyebab
putus
Benang
jahitan putus 8
Benang
jahitan putus
Benang
jahitan putus 9
Benang
jahitan putus
Benang
jahitan putus 9
Benang
jahitan putus
16
26
5,333
8,667
Arah Lusi
Kekuatan
(kg)
Penyebab
putus
Arah Pakan
0,667
0,444
-0,667
0,444
-0,333
0,111
0,333
0,111
-0,333
0,111
0,333
0,111
0,666
0,666
Diskusi
Uji ini memiliki tujuan untuk menentukan mana yang lebih kuat antara kain
dan jahitannya. Pada kain contoh uji, hasil jahitannya yang sobek atau putus
terlebih dahulu, maka kekuatan kain lebih besar daripada benang. Namun
apabila yang sobek kainnya terlebih dahulu maka dapat dikatakan bahwa
benang yang digunakan untuk menjahit kain contoh uji tersebut lebih kuat
dari kainnya. Oleh karena itu maka kekuatan kain harus lebih besar dari pada
kekuatan benangnya.
Pada saat penarikan, benang jahitan yang ada pada kain tenun tersebut
putus. Hal ini adalah yang diharapkan pada pegujian kali ini. Bila hal ini
terjadi, maka yang diujinya merupakan kekuatan jahitan dari benang jahit
pada kain tenun.
Prinsip pengujian ini adalah Contoh uji berbentuk persegi panjang dilipat,
dan dibentuk seperti huruf T dan dijahit di dekat dan
sejajar lipatan.Keduaujung contoh uji ditarik secara tegak lurus jahitan. Jadi,
pada pengujian kekuatan jahitan ini, benang jahit pada suatau kain tenun
dikenai gaya tarik tegak lurus arah jahitan, sampai jahitan putus. Dengan
demikian yang diukur bukanlah kekuatan dari kain tenun yang dikenai
jahitan tersebut.
Pada pengujian kekuatan jahitan menggunakan alat dynamometer yang
sama dilakukan pada pengujian kekuatan tarik cara pita tiras dan pita potong
yang berbeda adalah bebannya dan kecepatannya, pada pengujian kekuatan
jahitan beban yang diberikan 100 kg, dengan kecepatan 200m/menit. Jahitan
yang digunakan adalah jahitan standar yaitu dengan jeratan kunci (lock
stich), jumlah jeratan 14 per 25 mm (14 per inci), diameter jarum 0,75
mmPemasangan contoh uji pada penjepit berpengaruh pada hasil pengujian.
Hal ini disebabkan posisi penjepit sebagai penahan contoh uji pada saat
proses penarikan. Bila jepitan yang dihasilkan kurang baik, maka
kemungkinan kain tergelincir makin besar. Sehingga pengujian kekuatan
jahitan yang dihasilkan pun menjadi kurang tepat.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan jahitan adalah :
1.
2.
3.
Tegangan benang jahit
4.
Jenis seam jahitan
5.
Nomor benang jahit.
SNI yang digunakan pada pengujian praktikum ini yaitu SNI 08-1141989.Kekuatan jahitan yang dibutuhkan setiap kain berbeda-beda
tergantung dari hasil akhir yang diinginkan. Kekuatan jahitan pada kain
contoh yaitu 5,333 kg pada lusi dan pada pakan yaitu 8,667. Pada pengujian
ini kekuatan jahit benang pakan lebih kuat dibandingkan lusi.
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Rata-rata kekuatan jahitan arah lusi = 5,333 kg
Rata-rata kekuatan jahitan arah pakan = 8,667 kg
Standar Deviasi (SD)lusi = 0,58
Standar Deviasi (SD)pakan = 0,58
Koefisien Variasi (CV) = 10,88%
Koefisien Variasi (CV) = 6,69%
1.
2.
Bahan
Contoh uji kain tenun dengan ukuran 35 cm x 10 cm, dilipat dan dijahit
sebagai berikut :
II.
Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Melipat contoh uji dan menjahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas.
Memasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada
jahitan pada klem atas dan bawah.
Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur kain.
Kemudian ujung pena dikembalikan pada titik Diana awal terjadi grafik
pada pengujian pertama.
Memasang contoh uji yan gada jahitan pada klem atas dan bawah.
Mengukur jarak antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5N) yang
(5N).
Apabila pemisahan antara dua kurva lebih dari 20,4 kg, dilaporkan
hasilnya sebagai lebih besar 20,4 kg (200N) dan apabila kainnya sobek
dan pemisahan kurva tidak ada, laporkan kekuatan pada saat sobek.
III.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser/selip benang pada
bukaan 3 mm
Arah lusi = 5,8 kg (bahkan bukaan tidak mencapai 3 mm) sobek kain
Arah Pakan = 5 kg sobek jahitan
Pada uji ini sobek terjadi pada benang
Arah Lusi
kain
Arah Pakan = 3,85 kg sobek jahitan
Pada uji ini sobek terjadi pada benang
Diskusi
Slip jahitan merupakan hal yang penting untuk di uji karena jika terjadi alip
maka akan berpengarh terhadap produktivitas suatu pabrik. Jika terjadi slip
pada suatu produksi, maka benang akan sobek dan jarum patah. Ketika hal
ini terjadi maka produktivitas akan menurun. Oleh karena itu pengujian ini
harus dilakukan agar produktivitas suatu pabrik dapat maksimal.
Prinsip dari pengerjaan uji slip jahitan yaitu dengan cara contoh uji dilipat
kemudian dijahit didekat dan sejajar dengan lipatan, kemudian dipotong.
Contoh uji ditarik kearah tegak lurus jahitan sehingga dapat ditentukan
besarnya gaya yang meyebabkna terjadinya pergeseran benang selebar
yang ditentukan ( 3mm atau 6mm). Slip jahitan juga dapat dukur dengan
berapa cm slip benang pada jahitan setelah diberi beban tertentu (8 Kg atau
12 Kg)kedua cara diatas bisa digunakan untuk mencari besarnya slip jahitan.
Saat ini cara yang dipilih adalah untuk mementukan gaya yang diperlukan
untuk pembukaan 6mm dan 3 mm.
Pada uji ini dapat berdasarkan uji SNI ISO 13936-1:2010. Judul : Tekstil Cara
uji ketahanan selip benang pada jahitan kain tenun. Hasil pengujian kekuatan
selip jahitan ini disesuaikan terhadap standar mutu kain tenun untuk kemeja
(SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 08-0056-2006) dan kain tenun
untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004).
IV.
Kesimpulan
Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser/selip benang pada
bukaan 3 mm
Arah lusi = 5,8 kg
Arah Pakan = 5 kg
Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser/selip benang pada
bukaan 6 mm
Arah Lusi = 3,1 kg
Arah Pakan = 3,85 kg
3.
III.
Prinsip Pengujian
Alat uji gosok Martindale akan menggosok contoh uji dengan beban tertentu
menggunakan media penggosok (kain standar) mengikuti suatu gerakan
yang membentuk gambar Lissajous. Alat penjepit contoh uji dapat dipasangi
contoh uji atau kain penggosok bergantung pada metoda mana yang
digunakan (SNI ISO 12947 bagian 2, 3 dan 4) yang dapat berputar bebas
pada porosnya yang tegak lurus terhadap suatu bidang horisontal. Contoh uji
kemudian digosok sesuai dengan jumlah gosokan yang telah ditentukan.
Banyaknya gosokan tiap selang pemeriksaan bergantung pada jenis produk
dan metoda pengujian.
IV.
Standar Pengujian
SNI ISO 12947-1:2010. Tekstil-Cara uji tahan gosok kain dengan metoda
martindale-Bagian 1 :Alat uji gosok Martindale.
V.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Martindale wear and abrasion tester, yang dilengkapi dengan :
Beban penekan 9 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 150 g/m2) dan 12
0,2 kPa (untuk kain dengan berat 151-300 g/m2).
Alat stop motion setelah ditentukan jumlah gosokannya.
Beban.
Gunting
Kain penggosok standar (kain wol atau kanvas)
Pelapis contoh uji busa poliuretan.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu kain dengan diameter 4 cm sebanyak 2 contoh
uji.
VI.
Cara Uji
Contoh uji yang telah berbentuk bulatan dengan diameter 4 cm,
dikondisikan dalam ruangan standar. Untuk mencapai kelembaban standar
suatu kain minimal membutuhkan waktu 4 jam. Namun karena
keterbatasan waktu, contoh uji dikondisikan beberapa menit saja, tetapi
pada waktu penyimpanan contoh uji diluar ruangan standar, contoh uji tidak
gampang terkena debu atau kotoran lainnya serta tidak dalam posisi terlipat.
Menimbang berat contoh uji tersebut dengan menggunakan neraca
analitik. Dan untuk mengukur ketebalannya, digunakan thickness gauge.
Memasang contoh uji pada martindel abrasion tester. Pada peralatan
tersebut distel agar setelah 500 kali putaran alat tersebut berhenti berputar.
Alat ini merupakan jenis alat dengan gosokan datar, yang karakter
gerakannnya berputar.
Setelah 500 kali putaran, alat akan berhenti. Maka contoh uji dilepaskan
darinya, kemudian contoh uji ditimbang dan diukur kembali tebalnya.
Melakukan pengujian untuk 2 contoh uji.
VII.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Beban yang digunakan = 9 kPa
Tebal (mm)
Berat (gram)
Conto
Akhir Akhir
h Uji
Awal1 Awal2 Akhir1 Akhir2 Awal1 Awal2 1
2
1
0,21
0,23
0,21
0,23
0,21
0,23
0,21
0,23
0,21
0,24
0,21
0,23
0,63
0,7
0,63
0,69
0,665
0,660
0,1495
0,147
Diskusi
Pengujian gosokan ini biasanya digunakan untuk kain karpet. Pada pengujian
ketahanan gosok cara Martindale dihitung dari persentase pengurangan
berat kain antara kain yang belum digosok dengan kain yang sudah
mengalami gosokan dengan alat Martindale.Kemungkinan pengurangan
berat bahan, dipengaruhi friksi antara kain dengan kain, kain dengan benda
lain atau dengan kotoran yang menyebabkan seratnya menjadi putus,
sehingga menyebabkan pengurangan berat pada bahan. Ketebalan bahan
pada hasil beberapa pengujian yang bertambah setelah di gosokkarena
adanya gosokan yang menyebabkan kain putus dan muncul pillingsehingga
ketebalanya bertambah.
Peralatan ini terpasang pada alat pendulum sedemikiam rupa sehingga pada
saat jalan bola akan mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk
memecahkan/menjebol kain oleh bola menunjukan kekuatan peca/jebol
suatu contoh uji. Pada praktikum yang dilakukan pada mesin bursting tester,
pengujian dilakukan pada 4 tempat yang berbeda dengan cara menjepitkan
contoh uji pada alat tersebut, sampai contoh uji tersebut mengalami jebol
atau pecah.
Pengujian dengan diagfragma
Alat uji kekuatan jebol yang dilengkapi dengan diagframa dari karet dan
penunjuk tekanan dalam satuan Kg/cm.Alat ini memberikan tekanan pada
kain rajut sampai kain rajut tersebut jebol atau berlubang.Pada alat ini kain
contoh dijepit penjepit. Sedang sebagai pengganti bola baja dipergunakan
diagfragma yang terbuat dari karet, yang ditekan oleh cairan yang
digerakkan oleh pompa, sehingga karet akan mendorong kain sampai pecah.
Besarnya tekanan yang terjadi diukur dengan pengukur tekanan tabung
bourdon. Kapasitas alat ini relative kecil.
III.
Prinsip Pengujian
Suatu contoh uji dijepit di atas suatu diafragma yang dapat mengembang
denganpenjepit cincin. Penambahan tekanan cairan yang diberikan
pada bagian bawahdiafragma, menyebabkan penggembungan diafragma
dan kain. Volume cairanbertambah pada laju konstan per unit waktu sampai
contoh uji jebol. Kekuatan jeboldan penggembungan jebol ditetapkan.
IV.
Standar Pengujian
SNI ISO 13938-1:2010. Tekstil-Kekuatan Jebol kain-Bagian 1 : Cara uji
Kekuatan dan Penggembungan metoda hidrolik.
V.
1.
Alat
Peralatan yang digunakan pada pengujian kekuatan jebol kain rajut ini,
yaitu alat uji kekuatan jebol (bursting strength tester), yang dilengkapi
dengan peralatan sebagai berikut:
dari cairan.
Pompa cairan.
Pengukur tekanan melalui jarum penunjuk.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu kain rajut dengan ukuran minimal dapat
dipegang oleh penjepit cincin yang mempunyai diameter 30,5 cm, dan
sekurang kurangnya bisa digunakan untuk 4 kali pengujian.
VI.
Cara Uji
Mengondisikan kain rajut contoh uji.
Menekan tombol ON pada alat
Mengatur posisi jarum agar berada pada skala nol.
Menjepit contoh uji dengan kuat oleh cincin.
Menaikkan tekanan terhadap karet diafragma dengan cara memutar
tombol oil sesuai dengan arah anak panah, tunggu hingga kain contoh uji
jebol / pecah kemudian tekanan dihilangkan.
Kekuatan jebol kain rajut dapat dibaca pada skala yang ditunjukkan oleh
jarum (berwarna merah) dalam satuan kg/cm2.
Percobaan dilakukan 4 kali di tempat yang berbeda.
VII.
Percobaan
Kekuatan
(kg/cm2 x 100 psi)(x)
0,75
0,5625
0,75
0,5625
-1,25
1,5625
-0,25
0,0625
33
2,75
8,25
Diskusi
Kekuatan jebol merupakan tekanan yang diperoleh dengan
mengurangi tekanan diafragma dari tekanan jebol rata-rata,tekanan
diafragma merupakan tekanan yang diberikan,tanpa contoh uji,untuk
menggebungkanya pada penggembungan rata-rata dari
VIII.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Rata-rata kekuatan jebol = 9 kg/cm2
Standar deviasi = 0,95
Koefisien Variasi (CV) = 11,51%
Kain contoh uji sesuai untuk digunakan handuk mandi (> 4,7 kg/cm2), kain
rajut untuk pakaian olahraga wanita dewasa dan anak-anak ( >
2,5 kg/cm2untuk kain sheer dan > 5,5 kg/cm2 untuk kain non sheer), kain
rajut polos kapas (>5 kg/cm2), kain selimut (>2,0 kg/cm2) dan kain rajut
pakan untuk kemeja dan blus (> 7 kg/cm2).
PENGUJIAN KEKAKUAN
I.
Maksud dan Tujuan
Maksud : Menguji kekakuan kain pada kain contoh uji dengan mengunakan
Shirley Stiffness Tester.
Tujuan :Menghitung harga kekakuan kain pada sebuah kain contoh uji yang
terdiri dari kekakuan lusi, kekakuan pakan dan kekakuan total dan dapat
menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
II.
Teori Dasar
Sifat- sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti
kekuatan tarik kain, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan
sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain yang tidak dapat dinyatakan
dalam angka-angka seperti kenampakan, kehalusan atau kekasaran,
kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik atau yang jelek.
Sifat-sifat kain diatas diperlukan dalam pemilihan kain.
Dalam pemilihan kain ada beberapa hal dilakukan seperti memegang,
mencoba, kemudian menentukan mana yang sesuai dengan penggunaanya.
Dengan memegang dan merasakan kain sebenarnya telah dinilai beberapa
sifat sekaligus secara subjektif. Menurut Pierce apabila pegangan kain
ditentukan, maka mencakup rasa kaku atau lembek, keras atau lunak, dan
kasar atau halus.
Untuk menetukan besarnya kekakuan dan drape ternayata terdapat
beberapa kesulitan. Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang
bisa mengatasi kesulitan dalam penentuan pegangan dan drape. Untuk itu
ada dua hal yang perlu diperhatikan :
1.
Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape,
dan desain instrumen yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara
individu.
2.
Menentukan teknik staistik untuk menetukan kesimpulan hubungan
antara hasil-hasil pengujian yang dinilai secara individu dan secara grup
oleh tim penilai.
Pengalaman menunjukan bahwa kesimpulan dari Pierce adalah dalam
sasaran bahwa kekakuan merupakan kunci dalam mempelajari pegangan
dan drape.
Kekakuan pada kain merupakan salah satu sifat dari kain yang susah
ditentukan dalam angka pada suatu pengujian. Dan definisi tentang
kekakuan ada beberapa macam, yaitu :
a. Kekakuan lentur (flexual rigidity) ialah besarnya momen pada ujung kain
dengan lebar kain tertentu membentuk lengkungan tertentu. Dasar
kekakuan lentur dinyatakan dalam mg cm. Kekakuan lentur berhubungan
dengan rasa pegangan. Kain dengan kekakuan lentur tinggi cenderung
mempunyai rasa pegangan kaku.
b. Panjang lengkung (bending length) ialah panjang kain damal cm
membentuk lengkungan sampai mencapai sudut 7,1o. Untuk mendapatkan
ketelitian yang baik maka dalam pelaksanaan pengujian panjang lengkungan
dihitung setelah panjang kain membentuk lengkungan pada 41,5o.
c. Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi ialah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan benang lusi.
d. Kekakuan lentur pakan atau panjang lengkung pakan ialah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan benang pakan.
melengkung karena beratnya sendiri. Setelah ujung pita kain sampai pada
bidang yang miring dengan sudut 41,5 o terhadap bidang datar, maka dari
panjang kain yang menggantung tadi dan sudut dapat dipertimbangkan
parameter-parameter :
1.
Bending Length ( C )
Adalah panjang kain yang melengkung karena beratnya sendiri pada suatu
pemanjang tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang menetukan
mutu draping.
I adalah panjang pita kain yang menjulur keluar bidang datar. Pada Shirley
Stiftness Tester dipilih sudut 41,5 o, sehingga harga fungsi sudut adalah 0,5
dan harga bending length sama dengan 0,5 l.
1.
Flexural Regidity (G)
Adalah ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan. Abott
menyarankan bahwa nilai Flexural Regidity yang ditentukan dengan alat
menunjukan hubungan yang baik dengan penentuan kekakuan yang
dilakukan oleh orang.
G = 0,1 W C3 mg . cm
W adalah berat kain dalam g/m2
Perhitungan Flexural Regidity (kekakuan) arah lusi (KL) berarti yang panjang
lengkung (bending length/C) yang dipakai adalah panjang lengkung lusi dan
demikian juga kekakuan arah pakan (KP) maka panjang lengkung (C) yang
dipakai adalah panjang lengkung pakan. Untuk menghitung kekakuan total
(KT) dapat digunakan rumus :
KT = mg. cm
1.
Bending Modulus (Q)
Nilai ini tergantung pada luas pita dan bisa dianggap sebagai kekakuan yang
sebenarnya. Nilai ini bisa dipakai untuk mebandingkan kekakuan bahan pada
kain dengan tebal yang berbeda-beda. Tebal kain diukur dengan tekanan 1
lbs/inci2.
g = tebal kain dalam cm
III.
Alat
Bidang datar
Garis penunjuk
Garis miring membentuk sudut 41,5, dengan bidang horizontal.
Bahan
Kain contoh uji 20 cm x 2,5 cm, 3 lusi dan 3 pakan.
IV.
Cara Uji
Mempersiapkan bahan contoh uji dengan ukuran 20 x 2,5 cm sebanyak 3
buah untuk masing-masing arah benang (lusi dan pakan)
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Melakukan pengujian dengan meletakkan contoh uji pada bidang datar
pada alat.
Mengatur posisi contoh uji agar ujungnya berhimpit dengan tepi skala
yang ada pada alat, lalu menghimpitkan bidang geser pada contoh uji yang
telah siap.
Kemudian menggeserkannya hingga contoh uji menjulur dan kedua
ujungnya berhimpit pada kedua garis yang ada.
Dan setelah beberapa saat barulah membaca skala kekakuan.
Melakukan pengujian lagi untuk 3 buah contoh uji untuk masing-masing
arah benang (lusi dan pakan) dan tiap contoh uji bagian yang diuji adalah
ujung bagian depan, belakang, bawah, atas, sehingga dari satu contoh uji
mendapatkan 4 data sekaligus.
V.
Arah Pakan
Permukaa
n
Lusi 1
Lusi 2
Lusi 3
Pakan
1
Pakan
2
Pakan
3
Depan
1,5
1,45
1,4
1,1
1,1
1,05
Belakang
1,7
1,2
1,2
1,05
1,1
1,1
Atas
1,55
1,3
1,25
0,9
1,15
Bawah
1,6
1,4
1,25
1,1
1,1
6,35
5,35
4,4
4,15
4,45
4,15
1,5875
4,0375
1,3458
3,1875
1,0625
= 1,3458
Diskusi
Dalam pengujian ini diuji 4 kali yaitu pada bagian depan, belakang, atas dan
bawah kain. Hasil tersebut dirata-ratakan untuk hasil pengukurannya.
Kekakuan yang baik ditunjukkan apabila kekakuannya lebih relatif kecil. Hal
ini biasanya dipengaruhi oleh penyusun seratnya serta konstruksi kain yang
digunakan. Selain itu kain pun dapat dibuat menjadi kaku agar lebih mudah
rapi dengan penyempurnaan tertentu. Agar hasil lebih akurat dan tepat, kain
harus dalam keadaan rapi tak ada lipatan sehingga perlu disetrika terlebih
dahulu.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
= 1,3458
Keterangan
x > 135
Baik sekali
1251350
Baik
1151250
Cukup
x <1150
Kurang
III.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Crease recovery Tester yang dilengkapi dengan :
Beban penekan 500 gram (AATCC) dan 800 gram (Shirley), yang
digunakan AATCC.
Busur derajat pengukur sudut kembali dari lipatan.
Lempeng pemegang contoh uji
Jarum penunjuk skala.
IV.
Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Pemegang contoh pegang ditangan kiri, contoh uji diletakkan dengan
menggunakan penjepit, ujung yang bebas dilipat ke belakang dan dijepit
dengan ibu jari.
Plastik penekan dibuka dengan tangan kanan, kemudian pemegang
contoh dan contoh uji dimasukkan ke dalam plastic penekan.
Penekan bersama-sama pemegang contoh secara perlahan-lahan diberi
beban seberat 500 g dan diamkan selama 5 menit.
Setelah 5 menit pemberat diambil dan pemegang bersama penekan
diangkat, kemudian pemegang contoh dimasukkanpada penjepit yang
terpasang pada permukaan piringan penguji, plastic penekan segera dilepas.
Lipatan harus tepat pada titik tengah piringan, dan bagian contoh uji yang
tergantung diatur agar segaris dengan garis penunjuk vertical. Diamkan
selama 5 menit.
Setelah 5 menit contoh uji yang tergantung diatur kembali agar segaris
dengan garis penunjuk vertical, dan baca sudut kembali sampai derajat
terdekat dari busur derajat.
Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain contoh uji
yang berbeda.
Perhitungan :
Harga rata-rata sudut kembali sari lipatan arah muka dan arah
belakang masing-masing untuk arah lusi dan arah pakan.
Apabila harga rata-rata sudut kembali dari lipatan bagian arah muka
dan belakang kurang dari 15o maka hasilnya dapat dirata-ratakan dan bila
lebih dari itu maka dilaporkan masing-masing.
V.
Arah Pakan
Belakang
Muka
Belakang
1300
1350
1300
1420
1260
1500
1080
1260
2560
2430
2380
2680
130
300
124,750
126,50
1300
5,25
27,56
1300
3,5
12,25
1260
1,5
2,25
1080
-18,5
342,25
1350
10,25
105,06
1420
15,5
240,25
1500
25,25
637,56
1260
-0,5
0,25
772,43
595
Diskusi
Dari hasil praktikum didapatkan nilai derajat kekusutan untuk lusi yaitu
124,750dan untuk pakan yaitu 126,50. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai
sudut kusut kain contoh uji ini baik. Semakin besar sudut kembali semakin
baik stabilitas kain tersebut, karena dapat kembali ke semula dengan cepat.
Standar yang digunakan adalah standar AATCC, dengan berat 500 gram
waktu 5 menit.
Adapun faktor yang mempengaruhi sifat ketahanan kusut pada suatu kain,
antara lain adalah sifat serat yang digunakan pada pembuatan kain tersebut.
Sifat serat akan berpengaruh terhadap kain yang dihasilkannya. Pada kainkain yang mempunyai ketahanan kusut yang jelek dapat diperbaiki dengan
melakukan proses penyempurnaan anti kusut pada kain, sehingga kain yang
telah mengalami proses penyempurnaan anti kusut akan mempunyai
ketahanan kusut yang baik.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur daya tembus udara kain
adalah alat elison incline draft gage (buatan United States Testing Co.). Pada
dasarnya alat uji daya tembus udara mempunyai bagian-bagian penting
yaitu :
Alat uji daya tembus udara yang digunakan pada praktikum ini ialah buatan
United States Company. Alat ini terdiri dari tabung yang salah satu ujungnya
terdapat klem pemegang contoh kain yang diuji dengan luas tertentu. Juga
terdapat cicin klem dengan beberapa ukuran yang disesuaikan dengan tebal
kain yang diuji. Sisi lain dari tabung dihubungkan dengan kipas penghisap
udara yang dapat diatur kecepatan putarannyaoleh sebuah rheostat.
Ditengah tabung diberi sekat yang berlubang, dimana besar lubang diatur
dengan menggunakan mulut (orifice). Ada 8 orifice dari ukuran 2 mm 16
mm diameternya, disesuaikan dengan besar kecilnya daya tembus udara
dari kain yang diuji.
Kapasitas alat dapat mengukur daya tembus udara 4,0 794 ft3/menit/ft2
dengan tekanan udara 15 inchi tinggi air.
Alat ini dilengkapi juga dengan dua buah manometer yaitu:
Manometer tegak (Manometer air) yang berupa pipa gelas yang diberi
skala 2 15 inchi. Sisi atas dari manometer ini dihubungkan melalui pipa
karet atau plastik diruang tabung dekat kipas, sedang sisi bawah dari
manometer dihubungkan ke reservoir berisi air. Bagian atas reservoir
yang berisi udara dihubungkan ke ruang tabung yang drkat dengan klem
contoh, sehingga didalam keadaan seimbang tekanan udara di ruang ini
sama dengan tekanan udara di dalam reservoir tersebut.
Incline Manometer (Manometer minyak) yang juga berupa pipa gelas
yang diberi skala. Pada ujung atas dihubungkan dengan ruang udara pada
reservoir berisi air, sedang bafian bawah dihubungkan dengan reservoir
berisi minyak. Ruang udara dari reservoir minya tersebut dihubungkan
IV.
Standar Pengujian
SNI 08-3810-1995. Tekstil- Cara Uji Daya Tembus Udara Pada Kain
Sistem Manometer
V.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat uji daya tembus udara (air permeability tester) yang dilengkapi dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Harga
Maksimal (H)
4,0
11,4
9,3
26,6
20,0
58,0
32,0
91,0
40,0
113,0
72,0
197,0
11
137,0
375,0
16
292,0
794,0
2.
Bahan
Contoh uji : kain sisa pada 2 tempat yang berbeda
VI.
Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab.
Membuka klem pemegang kain contoh uji.
Memasang kain contoh uji pada klem tersebut.
Memasang cincin klem pada kain contoh uji yang ada di atas klem
tersebut sehingga kain menjadi tegang. Penggunaan cincin klem harus
sesuai dengan tebal tipisnya kain. Cincin klem tidak terlalu kecil, sehingga
menyebabkan kain sangat tegang dan cincin sulit dibuka, cincin klem juga
tidak boleh terlalu besar yang menyebabkan kain menjadi kendor pada klem
pemegang.
Menutup klem pemegang kain tersebut pada tabung.
Menekan tombol kipas atau fan, sehingga fan berputar. Manometer air dan
minyak akan bergerak. Bila gerakan kecepatan keduanya tidak sama, maka
orifice harus diganti. Bila kecepatan keduanya terlalu cepat, maka orifice
v H
v h
v SD = Standar Deviasi
v CV = Koefisien Variasi
Minyak
Air
=5
= 15 (maksimal) dan 2 (minimal)
VII.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Menggunakan lubang atau diameter orifice (mm) = 11
h = 137,0 (Ft3/menit/Ft2)
H = 375,0 (Ft3/menit/Ft2)
Contoh 1 = 2,3
Contoh 2 = 2,2
x
2,3
0,05
0,0025
2,2
-0,05
0,0025
= 0,005
Diskusi
Prinsip pengujiannya adalah kain dengan luas tertentu dilewatkan udara
dengan tekanan tetap, dan laju aliran udara diukur dengan mengamati
manometer air. Nilai DTU yang didapatkan yaitu 71,9211 cm3/detik/cm2. Pada
nilai minyak 5 kita melihat nilai pada air.
Pengujian dilakukan pada dua tempat yang berbeda dengan ukuran sesuai
diameter pada alatnya. Orifice pun disesuaikan dengan melihat kenaikan
minyak dan air agar tidak terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat
sehingga kenaikannya bisa sejalan. Lubang orifice yang terlalu kecil dan
kurang sesuai akan menimbulkan suara yang lebih bising dibanding lubang
yang lebih besar sehingga lubang orifice yang digunakan harus diganti
menjadi lebih besar. Nilai DTU ini sangat dipengaruhi diameter orifice yang
digunakan. Semakin tinggi diameter orifice nya maka daya tembus udara
nya pun makin banyak. Selain diameter orifice, Daya tembus udara pada
kain sangat dipengaruhi oleh konstruksi kain tersebut. Konstruksi dalam hal
ini adalah tetal benang dan jenis anyaman kain. Semakin besar tetal benang
maka semakin rapat kain tersebut dan semakin susah untuk untuk ditembus
oleh udara sehingga kemampuan tahan tembus udaranya besar, begitupun
dengan jenis anyaman. Semakin banyak anyaman memiliki benang yang
rapat semakin besar tetal kainnya dan semakin besar pula daya tahan
tembus udaranya.
Pemilihan orifice harus benar-benar teliti dan dibutuhkan kesabaran, karena
jika salah hasilnya tidak akan menunjukan hasil yang akurat.Makinterbuka
struktur suatu kain akan makin besarlah daya tembus udaranya, sehingga
udara dapat bebas masuk kedalam serat dan berhembus. Selain daya
penutup kain, faktor nomor benang dan twist faktor benang yang
dipakai,mempengaruhi daya tembus udara , Penambahan putaran fan
sebelum minyak dalam manometer berhenti akan menyebabkan skala yang
dihasilkan menjadi kurang tepat. Sebab skala manometer air yang ditunjukan
bukan merupakan skala dimana manometer minyak berhenti, Pengencangan
kain oleh cincin klem pemegang yang terlalu tegang menyebabkan kain
menjadi tertarik terlalu kuat, sehingga benang benang yang beada dalam
kain menjadi renggang. Sehingga aliran udara yang melewati kain tersebut
menjadi besar., Kondisi kain yang diuji mempunyai lipatan lipatan / kusut,
sehingga besarnya udara yang melewati kain tersebut menjadi kurang stabil.
Pengujian tembus udara biasanya dilakukan untuk kain tenda atau parasut
yang biasa digunakan berhubungan dengan udara atau pada kain yang telah
dilakukan penyempurnaan biasanya penyempurnaan tolak air atau tahan air.
1.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Nilai daya tembus udara =
KONSTRUKSI KAIN
I.
Maksud dan Tujuan
Melakukan penimbangan dan perhitungan tetal kain contoh uji, untuk
menghitung nomor benang dari kain dan mengkeret benang dari kain
sehingga dapat mengetahui berat kain per meter persegi.
II.
Teori Dasar
1.
Anyaman kain tenun
Anyaman kain tenun adalah silangan antara benang lusi dengan benang
pakan sehingga terbentuk kain tenun. Benang lusi adalah benang yang
sejajar dengan panjang kain tenun biasanya digambarkan kearah vertical,
sedangkan benang pakan adalah benang yang sejajar dengan lebar kain dan
biasanya digambarkan kea rah horizontal.
Untuk menyatakan anyaman suatu kain tenun dapat dilakukan dengan cara :
Dengan menyebut nama anyaman
Dengan gambar anyaman
Dengan gambar
Dengan tanda
Anyaman pada tekstil di golongkan menjadi 5 bagian :
Anyaman dasar, dimana terdiri dari :
Anyaman polos .
Anyaman Keper
Anyaman satin .
Anyaman turunan
Anyaman ini merupakan turunan dari anyaman polos, yang pada anyaman
polos dan keper terbagi atas turunan langsung dan tidak langsung
.Sedangkan pada satin hanya turunannya saja .
Anyaman campuran
Anyaman dengan benang berwarna
Anyaman dengan tenunan rangkap
Anyaman khusus, misalnya; anyaman pique, anyaman handuk, anyaman
berbulu, anyaman dengan benang pengisi, anyaman permadani dan lainlain.
2.
Nomor benang
Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan
dalam satuan berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat
tertentu.
III.
1.
Alat
Gunting
Jarum
Pensil
Timbangan benang
Timbangan digital
2.
Bahan
Kain tenun ukuran 11 cm x 11 cm
IV.
Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Menentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 2 tempat yang berbeda lalu,
cari harga rata-ratanya. (=.hl/inchi =..hl/cm)
Kain contoh dipotong dengan ukuran 10 x10 cm, kemudian ditimbang
Benang lusi dan pakan diambil dari sisi yang berbeda (kanan, kiri, atas
dan bawah), masing-masing 5 helai. ( lusi = 10 hl dan pakan = 10 hl ), lalu
ditimbang masing-masing.
Menghitung panjang benang lusi dan pakan tersebut (setelah diluruskan).
Mengitung mengkeret benang lusi dan pakan
Keterangan :
Panjang benang dari kain contoh = PK
Rata-rata panjang benang setelah diluruskan (10 helai untuk lusi dan pakan)
= PB
Menghitung nomor benang lusi dan pakan
Dengan penimbangan
Dengan perhitungan
V.
10,1
10,1
10,1
10,2
10,2
10,1
10,1
10,2
10,1
10,1
10,1
10,1
10,1
10,1
10,3
10,1
10,1
10,2
10,1
10,1
= 10,13
= 10,13
a.Tetal Lusi
b. Tetal Pakan
: (120 + 119)/2
: (71 + 73)/2
= 0,015 gram
4. Mengkeret:
M = PB-PK / PB
PK : Panjang benang dari kain contoh (10 cm)
PB : rata-rat panjang benang setelah diluruskan
a. Lusi
b. Pakan
Diskusi
Pada praktikum ini pengambilan sampel dilakukan pada dua contoh uji yang
tempatnya berbeda karena agar hasil uji mewakili suatu contoh uji. Sebelum
kain contoh dipotong 10 x 10 cm sebisa mungkin kita menguraikan lusi dan
pakannya sehingga mendekati ukuran 10 x 10 cm setelah itu diberi batasan
dengan ukuran 10 x 10 cm dan kemudian pakan dan lusinya diurai sampai
mendapatkan kain dengan ukuran 10 x 10 cm. Setelah itu sisa-sisa benang
lusi dan pakan dipotong sesuai dengan ukuran kain. Hal tersebut dilakukan
untuk menghindari kesalahan pemotongan kain contoh yang miring dan
tidak sejajar dengan arah serat/benang.
Dalam Perhitungan tetal lusi dan tetal pakan ,untuk mempermudah proses
perhitungan tetal, kita dapat menguraikan benang lusi / pakan satu per satu
( tentunya setelah diberi batasan 1 inch ).Semua pemeriksaan tetal pada
kain,tidak dilakukan pada bagian dekat tepi kain (1/10 lebar kain) karena
tegangan kiri kanan dengan yang di tengah berbeda sehingga kemungkinan
tetalnya akan lebih besar dibandingkan dengan yang di tengah.
Selisih perhitungan didapatkan sebesar 3,72134 %. Selisih berat tersebut
dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat dilakukan
dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang, serta
panjang kain dan tetal kain pada saat pengujian. Oleh karena itu untuk
memperoleh hasil yang baik dan selisih yang sangat kecil perlu adanya
ketelitian yang lebih besar dalam pengujian. Tetapi hal itu pun dapat terjadi
karena kain yang dilakukan penimbangan mengkeretnya lebih besar atau
komponen lainnya lebih besar sehingga perbedaan hasil penimbangan dan
perhitungan cukup besar. Pada pengujian konstruksi kain ini, ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan kesalahan, seperti :
1.
VI.
Kesimpulan
Mengkeret Lusi
= 1,283%
Mengkeret Pakan
= 1,283%
Nomor Benang Lusi
Nm = 72,357
Ne1 = 3984,924
Tex = 13,820
TD = 124,383
Nomor Benang Pakan
Nm = 68,733
Ne1 = 4055,7341
Tex = 14,807
TD = 133,267
Berat Kain
Penimbangan = 103,1 g/m2
Perhitungan
1.
Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui prinsip praktikum pengujian langsai kain (drape) dan
Untuk menghitung drape terhadap kain.
1.
Teori Dasar
Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya tekukan kain
yang disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan
sebagianya apabila kain digantungkan . Drape factor adalah perbandingan
selisih luas proyeksi vertical degan luas landasan contoh uji , terhadap selisih
contoh uji dengan luas landasan contoh uji.
The Fabric research laboratories of USA telah
mengembangkan suatu metode untuk mengukur drape , hal ini dilakukan
dengan cara menggabungkan karakteristik lusi dan pakan menghasilkan
suatu lekukan seperti terlihat ditoko apabila suatu kain digantungkan pada
gantungan bulat.
Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter
25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain
yang tidak tersangga akan jatuh (drape) , seperti terlihat sebagai berikut:
1.
Prinsip Pengujian
Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter
25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain
yang tidak tersangga akan jatuh (drape) dengan alat drape tester.
1.
Standar Pengujian
SNI 08-1511-2004
1.
Alat dan Bahan
1.
Alat
2.
Drape tester
3.
Alat pengukur contoh uji
4.
Gunting
5.
Computer
6.
Alat tulis
7.
Bahan
Contoh uji berukuran diameter 25 cm
1.
1.
Cara Uji
Gunting kain contoh uji sesuai pola piringan diameter 25 cm , beri
tanda muka dan belakang kain, buat lubang pada titik pusat lingkarang
diameter 3mm
2.
Kondisikan kain dalam keadaan stnadar
3.
Nyalakan computer
4.
Nyalakan drape tester dengan cara membuka kaca , kemudina tekan
saklar kanan bawah alat sampai lampunya mynala\
5.
Klin icon drape tester, sampai keluat menu drape tester
6.
Pasang contoh uji pada landasan uji, sehingga titik pusatnya berada
pada titik tengah landasan uji
7.
Jalankan alat sehingga cotoh uji berputar 30 detik atau 60 putaran.
Biarkan beberapa saat
8.
Klik reset , tunggu sampai lampu merah pada alat menyala
9.
Beri nama operator pada nama kain
10. Klik start untuk memulai pengujian, photo sensor bekerja membaca
drape kain, biarkan sampai pengujian selesai
11. Lakukan bagian muka dan belakang.
1.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Data dari drape tester :
Data
127
127
63,5
63,5
50.670,75
50.670,75
12.468,98
12.468,98
90,48
89,89
25.719,06
25.384,73
Drape (%)
34,68
33,81
DRAPE = x 100%
Pengujian
Luassampel
(mm2)
Luas
landasan
(mm2)
Luas
drape
(mm2)
50.670,75
12.468,98
25.719,06 34,68
50.670,75
12.468,98
25.384,73 33,81
34,25
Diskusi
Drape
(%)
68,49
Untuk uji pegangan kain, dapat dilakukan dengan memegang langsung yang
dapat dinilai secara subjektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu kain
dilakukan beberapa pengujian pegangan kain. Pengujian drape ini artinya
kemampuan kain untuk memberikan kenampakan langsai. Misalnya untuk
pakaian wanita diperlukan pakaian yang memiliki drape yang
bagus( koefisien drape rendah). Pengujian dilakukan dengan cara selembar
kain contoh uji ukuran diameter 25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat
bediameter 12,5cm, dagian kain yang tidak tersangga akan jatuh (drape).
Pada pengujian dilakukan dengan mesin yang secara otomatis akan
menghitung nilai persentase drape.
Dari pengujian ini dihasilkan nilai drape 34,25%, kain contoh uji menunjukan
kelangsaian yang kurang cukup baik karena nilainya berada di bawah 50%.
1.
Kesimpulan
% Drape = 34,25 %
Termasuk memiliki kelangsaian yang cukup baik.