Anda di halaman 1dari 91

Evaluasi Fisika III Tekstil

MEI 26, 2014 WIWIET WIDIARTY

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK


I.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatantarik dan mulur
kain tenun dengan cara pita potong dan pita tiras. Sedangkan tujuannya
adalah mendapatkan hasil pengukuran beban maksimum yang dapat ditahan
oleh suatu contoh uji kain tenun dengan ukuran (2,5 x 20) cm dan
pengukuran terhadap mulur sebelum putusnya serta dapat menilai mutu
atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujian kekuatan
tariknya.
II.
Teori Dasar
Kekuatan kain dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu kekuatan
tarik dan daya tahan terhadap tarikan, tahan sobek (daya tahan terhadap
sobekan) dan kekuatan tahan pecah (tahan terhadap gesekan/bursting).
Masing-masing dari ketiga cara pengujian ini mempunyai kegunaan masingmasing, dimana contoh-contoh uji dibuat khusus tergantung pada jenis kain
dan penggunannya. Kekuatan kain merupakan daya tahan kain tarhadap
tarikan pada arah lusi maupun pakan
Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu
contoh uji kain hingga kain tersebut putus. Mulur kain adalah pertambahan
panjang kain pada saat kain putus dibandingkan dengan panjang kain
semula, dinyatakan dalam persen.
. Untuk mengetahui kekuatan tarik kain, dipakai dengan tiga cara pengujian
yaitu:
Cara pita potong
Pengujian dengan cara pita potong, contoh dipotong tepat pada lebar 2,5 cm
dan panjang 20 cm, sebanyak 3 sampel untuk lusi dan pakan 3 sampel.
Sampel yang telah dipotong langsung diuji. Cara ini pada umumnya dipakai

untuk kain yang dilapisi atau kain yang dikanji dengan tebal, yang sukar dan
tidak mungkin untuk diurai. Dalam pengujian ini contoh uji harus betul-betul
sejajar dengan arah benang yang memanjang.
Cara pita tiras (grab strip raveled)
Pengujian untuk pita tiras, contoh uji dipotong dengan ukuran ( 3 x 20 ) cm
sebanyak 4 sampel untuk lusi dan pakan 4 sampel. Sampel tersebut ditiras
dulu hingga ukurannya menjadi (2,5 x 20) cm, baru diuji. Pengujian ini hanya
untuk kain yang tidak dilapisi dengan kata lain yang mudah diurai/ditiras.
Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita tiras pada saat terjadi penarikan
benang pada bagian tengah kain yang menderita tarikan yang kecil. Hal ini
terjadi karena contoh uji yang telah diurai tidak ada jalinan yang memegang
benang pada sisi kain, maka pada saat beban bertambah benang-benang sisi
kain hanya hilang keritingnya saja, baru setelah bagian tengah putus benang
pada bagian pinggir kain putus. Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu
menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun lebih
tinggi dari pita potong.
Cara cekau (strip test)
Pengujian kekuatan tarik cara cekau lebih menyerupai pemakaian kain yang
sebenarnya.
Jadi, dalam perhitungan hasil pengujian yang dihitung adalah kekuatan serta
mulur dari kain yang diuji. Untuk menghindari perbedaan persepsi dari
penerima hasil pengujian maka setiap pengujian kekuatan tarik harus
dicantumkan cara mana yang dipakai.
Alat uji kekuatan tarik (dinamakan Tensile Strength Tester) ada tiga :
1.
2.
3.

Laju tarik tetap : Constant Rate Of Traverse (CRT)


Laju beban tetap : Constant Rate Of Loading (CRL)
Laju mulur Tetap: Constant Rate Of Elongation (CRE)
III.
Prinsip Pengujian
Suatu gaya atau beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh uji yang
dijepit oleh dua buah penjepit (clamp) pada alat uji tarik dengan jarak jepit
tertentu dan kecepatan yang konstan hingga contoh uji tersebut putus.

Besarnya gaya dan mulur akan terbaca pada display, kertas grafik atau skala
yang tertera pada alat.
1.

Standar Pengujian
SNI 08-0276-2009, kain tenun- Cara Uji Kekuatan Tarik dan Mulur

1.
KEKUATAN TARIK PITA POTONG
2.
Alat
1.
Alat dan Bahan
Dinamometer yang merupakan sistem kecepatan penarikan tetap
(constant rate of traverse), yang dilengkapi dengan:

Penjepit bawah dan atas dengan ukuran 2,5 cm x 2,5 cm.


Beban 50Kg, Jarak jepit 7,5 cm
Skala mulur dalam centimeter dan skala kekuatan dalam kilogram.
Penggerak motor.
Kecepatan penarikan 30 1 cm per menit dengan waktu putus 20 3

detik sejak penarikan.


Gunting dan mistar
2.
Bahan
Kain tenun dengan ukuran (2,5 x 20) cm.

1.
Cara Uji
Contoh uji digunting dengan ukuran (3 x 20) cm, lalu tiras arah panjang
kain, hingga lebar kain 2,5 cm. Besarnya tirasan di kedua pinggir hendaknya
sama. Hasil tirasan tidak digunting.
Contoh uji,dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(sebaiknya dilakukan).
Jarak jepit diatur sehingga 7,5 cm.Beban dipasang sesuai dengan contoh
uji.
Skala mulur harus dinolkan.

Jarum skala kekuatan diatur pada titik nol.


Kain contoh uji dipasang pada penjepit. Pada saat pemasangan contoh uji,
pada penjepit atas seluruh contoh uji boleh dipasangkan semuanya. Hal ini
agar tidak terlalu berulangnya bongkar-pasang contoh uji pada penjepit.
Pemasangan contoh uji yang sekaligus mengakibatkan mengecilnya
kemungkinan contoh uji untuk selip dari penjepit atas. Namun demikian bila
pemasangannya kurang teliti, yang terjadi malah sebaliknya.
Contoh uji bagian bawah dipasang pada penjepit bawah. Namun,
pemberian tegangan awal hendaknya tidak melebihi batas toleransi. Adapun
batas toleransinya yaitu sebesar 6 ons atau kira kira 3 kg.
Motor dijalankan dengan menekan tombol penggerak motor ke atas.
Tombol penarik penjepit diputar bawah ke bawah. Pedal motor diinjak,
maka penjepit bergerak ke bawah. Ketika mulur tepat pada saat putus, pedal
motor dilepaskan.
Mengamati skala kekuatan dan mulur yang dihasilkan dari hasil pengujian.
Pada saat putus kedudukan ayunan terletak diantara 9 45oterhadap garis
tegak lurus.
Skala yang dibaca, yaitu skala bagian tengah, karena digunakan bebannya
100 kg.
Untuk mengembalikan penjepit bawah ke posisi semula, dengan cara
memutar tombol penjepit bawah ke atas, dan pedal motor diinjak.
Pengujian dilakukan untuk 3 contoh uji. Masing masing untuk arah lusi
dan pakan.
Membaca kekuatan tarik dalam satuan kilogram (Kg) dan mulur dalam
satuan centimeter (cm).


Mulur % =

mulur cm

x 100%

Jarak jepit (7,5)

1.

Laporan Hasil Uji dan Diskusi


Arah Lusi (Kekuatan
Tarik Lusi)

Arah Pakan (Kekuatan


Tarik Pakan)

Kain
Mulur
Mulur
Conto Kekuat
Kekuat
h Uji
an Tarik
Persen an Tarik
(kg)
cm
(%)
(kg)
cm

Persen
(%)

34

2,6

34,67% 17

3,9

52%

29

3,6

48%

15

3,3

44%

28

3,5

46,67% 16

3,5

46,67%

129,34
%
48

142,67%

91

43,11
%
16

30,33

Lusi

47,56%

Pakan

kekuat
Kekuat
an
Mulur an
)
)
)
Mulur)
1 3,67

13,46

-8,44%

71,23% 1

4,44% 19,71%

2 -1,33

1,76

4,89%

23,91% -1

3,56% 12,67%

3 -2,33

5,42

3,56%

12,67% 0

0,89% 0,79%

33,17
%

20,64

107,81
%

Rata-rata Kekuatan Tarik Lusi

= 30,33 kg

Rata-rata Kekuatan Tarik Pakan

= 16 kg

Rata-rata Mulur Lusi

= 43,11%

Rata-rata Mulur Pakan

= 47,56%

1,27

Diskusi
Kekuatan tarik suatu kain adalah kemampuan minimum kain dalam menahan
tarikan dari suatu beban yang maksimum. Mulur pada saat putus yaitu
pertambahan panjang pada kain saat putus dibandingkan dengan panjang
kain semula, yang dinyatakan dalam persen. Mulur tidak berarti putus,
sebelum mencapai mulur maksimum, maka tidak akan terjadi putus. Mulur
seperti ini dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan panjang kain setelah
mendapat tarikan.
Pada pengujian kekuatan tarik dan mulur cara pita tiras dikhususkan untuk
kain yang tidak dilapisi dan dapat diurai seperti kemeja atau

yanglainnya.Dalam pengujian kekuatan tarik, yang harus diperhatikan adalah


pemberian tegangan awal. Bila tegangan awal yang digunakan melebihi dari
3 kg, hal ini akan menyebakan hasil pengujian yang dihasilkan menjadi
bertambah lebih besar. Terkadang beberapa kali dalam pengujian,penunjuk
skala seringkali lost dari angka nol yaitu tepat saat akan diatur pada sudut
antara (9 45)0 terhadap garis tegak lurus. Hal ini harus dibatasi guna
menghasilkan koefisien variasi yang tidak terlalu besar. Serta untuk
keakuratan hasil pengukuran untuk masing masing beban tertentu. Saat
penarikan benang pada bagian tengah kain mederita tarikan sedangkan
benang pada sisi-sisi kain sedikit mendapat tarikan.
Pengujian ini sangat penting untuk pengendalian mutu. Dalam perdagangan
kain diperlukan untuk mengetahui apakah kain yang dibuat sesuai atau tidak
dengan yang diinginkan atau tidak. Pengujian cara pita potong ini umumya
dipakai untuk kain yang dilapis atau kain yang dikanji tebal yang sulit untuk
di urai atau di tiras. Pada prinsipnya pengujian ini sama dengan pengujian
pita tiras hanya berbeda pada contoh ujinya saja, pada pita potong Pengujian
ini Kain tenun dipotong dengan ukuran (2,5 x 20) cm, pada kedua ujung
contoh uji dijepit dan diberi tegangan sampai kain tersebut menjadi putus.
Jadi yang diukur adalah beban maksimum yang dapat ditahan oleh kain,
hingga kain tersebut putus. Pada saat putus, kain tersebut mendapat
pertambahan panjang yang disebut mulur kain. Jadi kekuatan kain yang
diukur merupakan kekuatan minimum dari kain tersebut, baik untuk arah lusi
maupun arah pakan. Sedangkan mulur yang diukur merupakan mulur pada
saat putus. Kekuatan tarik suatu kain adalah kemampuan minimum kain
dalam menahan tarikan dari suatu beban yang maksimum.
Pada pengujian kekuatan tarik cara pita potong ini dilakukan denganalat uji
kecepatan penarikan tetap (constant rate of traverse). Ada beberapa hal
yang tidak sesuai dengan standar pengujian SNI 08-0276-2009 (Kain TenunCara Uji Kekuatan Tarik dan Mulur). Diantaranya adalah pengondisian contoh
uji yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu praktikum. Selain itu,
contoh uji yang seharusnya berukuran (25150)mm sedangkan yang
dilakukan adalah berukuran (25200)mm. Contoh uji hanya 3 yang diuji
padahal seharusnya minimal 5 contoh uji.

Pada pengukuran kekuatan tarik dengan dinamometer, diusahakan untuk


membuat tegangan awal 0 kg atau maksimal tidak lebih dari 3 kg, karena
akan mempengaruhi hasil pengujian. Apabila tegangan awal besar, garis
penunjuk skala pun melewati angka nol, sehingga hasil pengujian akan lebih
besar. Skala penunjuk hasil pengujian, seharusnya membentuk sudut antara
(9 45)0 terhadap garis tegak lurus. Hal ini harus dibatasi guna
menghasilkan koefisien variasi yang tidak terlalu besar. Serta untuk
keakuratan hasil pengukuran untuk masing masing beban tertentu.
Koefisien variasi yang terhitung berdasarkan hasil pengujian kekuatan tarik
lebih besar daripada koefisien variasi mulur, hal itu menunjukkan adanya
perbedaan yang lebih besar pada pengujian kekuatan tarik pada ketiga
contoh uji. Kekuatan tarik lusi lebih besar daripada pakan, hal ini
kemungkinan karena adanya penguatan pada benang lusi pada proses
pertenunan. Mulur yang didapat dari hasil pengujian arah lusi maupun arah
pakan cukup besar hampir 50 %, hal ini menunjukkan pertambahan panjang
yang cukup besar. Kesalahan pada pengukuran mulur kemungkinan karena
penginjakan dynamo yang terlalu lama sehingga pertambahan mulur yang
seharusnya kecil menjadi lebih besar.
Hasil pengujian kekuatan tarik pita potong ini disesuaikan terhadap standar
mutu kain tenun untuk kemeja (SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 080056-2006) dan kain tenun untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004).

1.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Arah Lusi
1.
Kekuatan

Rata-rata Kekuatan Tarik Lusi

Standar deviasi

= 3,21

Koefisien variasi

= 4,18%

2.

Mulur

= 30,33 kg

Mulur rata rata = 43,11%

Standar deviasi

Koefisien variasi = 4,18%

= 1,27

Arah Pakan
1.
Kekuatan

Kekuatan rata rata

= 47,56%

Standar deviasi

=1

Koefisien variasi

2.

Mulur
Mulur rata rata = 47,56%

Standar deviasi

Koefisien variasi = 1,56%

= 1,56%

= 0,25

Hasil pengujian menunjukkan kain contoh uji sesuai dengan standar mutu
kain tenun untuk kemeja dan kain tenun untuk gaun dan blus tetapi tidak
sesuai untuk kain tenun setelan (Lusi <23kg dan Pakan < 19kg).

1.

KEKUATAN TARIK PITA TIRAS


I.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Dinamometer (Mesin Kekuatan Tarik) dengan spesifikasi :

Kecepatan Penarikan = 30 1 cm / meter


Jenis
= ayunan
Penggerak
= motor/tangan
Waktu putus
= 20 3 detik setelah penarikan
Jarak jepit
= 7,5 cm
Ukuran penjepit = 2,5 cm x 3,75 cm / lebih

Beban 50 Kg
Penggaris dan Gunting
2.
Bahan
Kain contoh uji (3 x 20 cm) masing masing 3 potong (pakan dan lusi).
Catatan : contoh uji ditiras semula lebar 3cm menjadi 2,5 cm.

II.
Cara Uji
Contoh uji digunting dengan ukuran (3 x 20) cm, lalu tiras arah panjang
kain, hingga lebar kain 2,5 cm. Besarnya tirasan di kedua pinggir hendaknya
sama. Hasil tirasan tidak digunting.
Contoh uji,dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(sebaiknya dilakukan).
Jarak jepit diatur sehingga 7,5 cm.Beban dipasang sesuai dengan contoh
uji.
Skala mulur harus dinolkan.
Jarum skala kekuatan diatur pada titik nol.
Kain contoh uji dipasang pada penjepit. Pada saat pemasangan contoh uji,
pada penjepit atas seluruh contoh uji boleh dipasangkan semuanya. Hal ini

agar tidak terlalu berulangnya bongkar-pasang contoh uji pada penjepit.


Pemasangan contoh uji yang sekaligus mengakibatkan mengecilnya
kemungkinan contoh uji untuk selip dari penjepit atas. Namun demikian bila
pemasangannya kurang teliti, yang terjadi malah sebaliknya.
Contoh uji bagian bawah dipasang pada penjepit bawah. Namun,
pemberian tegangan awal hendaknya tidak melebihi batas toleransi. Adapun
batas toleransinya yaitu sebesar 6 ons atau kira kira 3 kg.
Motor dijalankan dengan menekan tombol penggerak motor ke atas.
Tombol penarik penjepit diputar bawah ke bawah. Pedal motor diinjak,
maka penjepit bergerak ke bawah. Ketika mulur tepat pada saat putus, pedal
motor dilepaskan.
Mengamati skala kekuatan dan mulur yang dihasilkan dari hasil pengujian.
Pada saat putus kedudukan ayunan terletak diantara 9 45oterhadap garis
tegak lurus.
Skala yang dibaca, yaitu skala bagian tengah, karena digunakan bebannya
100 kg.
Untuk mengembalikan penjepit bawah ke posisi semula, dengan cara
memutar tombol penjepit bawah ke atas, dan pedal motor diinjak.
Pengujian dilakukan untuk 3 contoh uji. Masing masing untuk arah lusi
dan pakan.
Membaca kekuatan tarik dalam satuan kilogram (Kg) dan mulur dalam
satuan centimeter (cm).

Mulur % =

mulur cm

x 100%

Jarak jepit (7,5)

III.

Laporan Hasil Uji dan Diskusi


Arah Lusi (Kekuatan
Tarik Lusi)

Arah Pakan (Kekuatan


Tarik Pakan)

Kain
Conto
h Uji

Mulur
Mulur
Kekuat
Kekuat
an Tarik
Persen an Tarik
(kg)
cm
(%)
(kg)
cm

Persen
(%)

20,75

53,33% 17

53,33%

32,75

53,33% 17

3,3

44%

27,25

5,2

69,33% 15,5

4,2

56%

175,99
%

49,5

153,33%

51,11%

80,75

26,92

58,66
%
16,5

Lusi

Pakan

Kekuata
n
)

Kekuat
an
)

Mulur
)

Mulur)

-6,17

38,07 -5,33

28,41 0,5

0,25 2,22

4,93

5,83

33,99 -5,33

28,41 0,5

0,25 -7,11

50,5
5

0,33

0,11

113,8
5
-1

4,89

23,9
1

72,1
7

79,3
9

10,67

170,
67

1,5

Rata-rata Kekuatan Tarik Lusi

= 26,92 kg

Rata-rata Kekuatan Tarik Pakan

= 16,5 kg

Rata-rata Mulur Lusi

= 58,66 %

Rata-rata Mulur Pakan

= 51,11 %

0,87
9,24
6,3

Diskusi
Pada pengujian kekuatan tarik cara pita potong ini dilakukan denganalat uji
kecepatan penarikan tetap (constant rate of traverse) yaitu dynamometer,
alat ini termasuk alat uji yang dilakukan secara manual. Ada beberapa hal
yang tidak sesuai dengan standar pengujian SNI 08-0276-2009 (Kain TenunCara Uji Kekuatan Tarik dan Mulur). Diantaranya adalah pengondisian contoh
uji yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu praktikum seperti halnya
pada pengujian kekuatan tarik pita potong. Contoh uji yang diuji berukuran
(25200) mm namun sebelumnya berukuran (30200) mm kemudian ditiras
menjadi (25200) mm namun panjangnya tidak sesuai dengan standar
pengambilan contoh uji yang seharusnya (25150) mm. Contoh uji hanya 3
yang diuji padahal seharusnya minimal 5 contoh uji karena kain yang dimiliki
terbatas.

Pada hasil pengujian pita potong hasilnya lebih besar daripada pita tiras
dikarenakan benang pada pinggir kain tidak sama rata karena pinggir kain
digunting sedangkan pada pita tiras, benang lurus atau sama rata karena
sebelumnya telah ditiras. Beberapa faktor yang menyebabkan
ketidaksesuaian cara uji dengan standar pengujian diantaranya karena
penirasan yang kurang baik sehingga benang paling pinggir menjadi
bengkok dan mempengaruhi hasil pengujian, jarak jepit karena jarak jepit
akan mempengaruhi mulur yang dihasilkan, jarak jepit yang tinggi atau
besar akan menghasilkan mulur yang tinggi pula, kemudian yang kedua di
pengaruhi oleh kecepatan dimana kecepatan berbanding lurus dengan
mulur, dan berbanding terbalik dengan kekuatan tarik artinya jika kecepatan
tinggi akan menghasilkan mulur yang tinggi sedangkan kekuatan tarik akan
menurun. Dan yang ketiga adalah pengaruh beban
yang diberikan.Skala dapat dibaca atau dianggap layak apabila nilainya
kisaran 20kg 80kg. Cara pita potong dilakukan pada kain yang dilapisi atau
dikanji tebal yang sukar atau tidak mungkin untuk diurai.Pemotongan contoh
uji harus benar-benar sejajar dengan arah benang yang memanjang.
Hasil pengujian kekuatan tarik pita tiras ini disesuaikan terhadap standar
mutu kain tenun untuk kemeja (SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 080056-2006) dan kain tenun untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004).

IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Arah Lusi

1.
Kekuatan
Kekuatan rata rata

= 26,92 kg

Standar deviasi
Koefisien variasi

2.
Mulur
Mulur rata rata

=58,66 %

Standar deviasi
Koefisien variasi

=9,24
=

Arah Pakan

1.
Kekuatan
Kekuatan rata rata =16,5 kg
Standar deviasi
Koefisien variasi

=0,87
=

2.
Mulur
Mulur rata rata

= 51,11 %

Standar deviasi
Koefisien variasi

= 6,3
=

Hasil pengujian menunjukkan kain contoh uji sesuai dengan standar


mutukain tenun untuk kemeja dan kain tenun untuk gaun dan blus tetapi
tidak sesuai untuk kain tenun setelan (Lusi <23kg dan Pakan < 19kg).

PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN


I.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengujian ini yaitu untuk mengukur kekuatan sobek kain tenun
dengan cara Trapesium, cara Lidah dan cara Elmendorf sesuai standar
pengujian. Sedangkan tujuannya adalah mendapatkan hasil pengukuran
kekuatan sobek kaindan dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji
berdasarkan hasil pengujiannya.
II.
Teori Dasar
Pengujian kekuatan sobek adalah menguji daya tahan kain terhadap
sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat penting untuk kain kain
militer seperti kain untuk kapal terbang, payung udara dan juga untuk kain
sandang.
Pengujian kekuatan sobek dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1.
2.
3.

Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk sayap)


Sobekan Tunggal (dari contoh uji berbentuk celana panjang)
Pendulum balistik (Uji Trapesium untuk kain yang dilapisi/coating atau
kain berlapis)
Pengujian cara trapezium ini meniru keadaanCara trapesium adalah
kekuatan tarik kain yang telah diberi sobekan awal diantara dua penjepit
yang membentuk bangun trapesium terhadap arah tarikan sedemikian rupa
sehingga sobekan awal terletak ditengah diantara dua penjepit.
4.

Cara Lidah/ Sobekan Ganda (dari contoh uji berbentuk lidah)

Kekuatan tarik kain cara lidah adalah kain yang telah digunting
terlebihdahulu kearah lusi atau pakan; wale atau course, sehingga berbentuk
sepertilidah dan ditarik pada kedua ujung sobekan.
Kekuatan sobek lusi adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain
sampai benang lusi putus. Kekuatan sobek pakan adalah kekuatan yang
diperlukan untuk menyobek kain sampai benang pakan putus.
Pengujian dengan cara lidah tidak dapat dilakukan pada kain tidak seimbang.
Kain dengan tetal lusi lebih besar dari tetal pakan, apabila disobek pada arah
lusi, maka arah sobekan pada saat pengujian akan berubah kea rah pakan
yang lebih lemah.

5.
Cara Elmendorf/Pendulum
Kekuatan sobek cara Elmendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi
sobekan awal dengan jarak yang telah ditentukan. Metoda pendulum balistik
(Elmendorf) digunakan untuk penentuan gaya sobek kain. Metoda ini
menetapkan gaya sobek yang diperlukan untuk meneruskan sobekan pada
kain dengan panjang tertentu jika diberi gaya mendadak. Gaya sobek
dikualifikasikan sebagai menyobek lusi atau menyobek pakan atau
(benang lusi sobek) atau (benang pakan sobek). Uji ini khusus digunakan
pada kain tenun, bisa juga nir tenun dengan batasan yang sama seperti kain
tenun. Penting untuk pengujian bahan pekaian seperti kemeja, blus, kain
lapis, dan kain militer (misalnya parasut).
Uji sobekan ini tidak cocok untuk kain rajut, kain tenun elastic, kain yang
sangata an isotrop atau kain yang anyamannya memiliki jarak yang jika
disobek arah sobekan akan berpindah kearah yang lain.

1.

Prinsip Pengujian

Prinsip Pengujian Elmendorf


Gaya yang diperlukan untuk meneruskan sobekan pada kain ditentukan
dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam penyobekan kain dengan
jarak yang ditentukan. Alat terdiri dari pendulum beserta penjepit yang satu
garis dengan penjepit kedudukan tetap saat pendulum pada posisi dinaikkan,
posisi awal dengan energi potensial maksimum.
Contoh uji dikencangkan dalam penjepit dan sobekan dimulai dengan
memotong kain contoh uji di antara penjepit. Pendulum kemudian dilepaskan
dan penjepit menyobek contoh uji seluruhnya saat penjepit bergerak dari
penjepit kedudukan tetap. Gaya sobek tersebut diukur.
Prinsip Pengujian Lidah
Kekuatan tarik kain yang telah digunting terlebih dahulu kearah lusi atau
pakan, sehingga berbentuk lidah dan ditarik kedua ujung sobekan. Kekuatan
lusi adalah kekuatan yang diperlukan untuk menyobek kain sampai benang
lusi putus. Kekuatan pakan adalah kekuatan yang diperlukan untuk
menyobek kain sampai benang pakan putus.
Prinsip Pengujian Trapesium
Contoh uji diberi suatu garis sehingga membentuk trapesium sama kaki
sehingga sisi yang tidak sejajar dijepit pada alat uji. Gaya diberikan untuk
rnenyobek contoh uji yang telah diberi sobekan awal sepanjang 15 mm.
Kekuatan sobek dapat dihitung dari diagram beban dan mulur.
1.

Standar Pengujian
SNI ISO 13937-1(E)-2010. Tekstil- Kekuatan Sobek kain- Bagian 1 : Cara

uji kekuatan sobek menggunakan metoda pendulum (Elmendorf)


SNI 0521-2008. Cara uji kekuatan sobek menggunakan metode

lidah(tongue).
SNI 08-1269-1989. Kain Cara Uji Kekuatan Sobek (Cara Trapesium).

1.
1.
2.

KEKUATAN SOBEK KAIN ELMENDORF


Alat dan Bahan
Alat

Pendulum (Elemendorf) pengujian sobek dengan kapasitas alat 1600


gram, 3200 gram dan 6400 gram.
Gunting.
2.
Bahan
Contoh uji: kain contoh uji sebanyak masing-masing 3 buah baik untuk arah
pakan maupun arah lusi dengan ukuran sebagai berikut :

II.
Cara Uji
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Memilih alat pendulum sedemikian rupa sehingga kekuatan sobek terbaca
antara 20% 80% dari skala maksimal.
Pendulum dinaikkan sampai kedudukan siap ayun kemudian penunjuk
diatur sehingga berimpit dengan garis indek yang terdapat pada pendulum.
Contoh uji dipasang pada sepasang penjepit sedemikian rupa sehingga
terletak di tengah-tengah dan tepi bawah contoh uji segaris dasar penjepit,
kedua penjepit dirapatkan dengan memutar sekerup pengencang, sehingga
tekanan pada kedua penjepit sama besar. Contoh uji terpasang bebas
dengan dengan bagian atas diatur melengkung searah ayunan pendulum.
Melakukan sobekan awal dengan menekan batang pisau.

Penahan pendulum ditekan sampai pendulum berayun mencapai lintasan


ayunan kemudian pendulum ditahan dengan tangan tanpa mengubah posisi
jarum penunjuk.
Kekuatan sobek dapat dibaca pada skala dalam satuan persen.
Hasil pengujian diulang apabila: Contoh uji selip pada penjepit dan
Sobekan menyimpang dari arah sobekan awal.
Hasil pengujian tidak berlaku jika conoh uji selip pada penjepit atau bila
sobekan menyimpang dari arah sobekan awal lebih besar dari 6mm dan bila
terjadi pengeretun pada contoh uji harus dicatat.
Perhitungan :

Rata-rata kekuatan sobek lusi dan pakan

III.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Beban yang digunakan untuk sobek lusi = 3200 gram.
Beban yang digunakan untuk sobek pakan = 1600 gram.
Sobek Lusi

Sobek Pakan

Kekuata
Skala n

Keteranga
Kekuata Keterang
n
Skala n
an

36

1.152 g

Kerut
banyak

51

816 g

Kerut
banyak

43

1.376 g

Kerut
banyak

54

864 g

Kerut
banyak

38

1.216 g

Kerut
sedikit

55

880 g

Kerut
sedikit

117

3.744 g

160

2.560 g

39

1.24
8g

53,33

853,3
3g

Sobek Pakan

Sobek Lusi

-3

-2,33

5,4289

16

0,67

0,4489

-1

1,67

2,7889

26

8,6667

Rata-rata kekuatan sobek pakan

= 853,33 gram

Rata-rata kekuatan sobek lusi

= 1.248 gram

3,6

Diskusi
Prinsip pengujian tahan sobek kain tenun dengan Elmendorf yaitu gaya
impact rata-rata yang diperlukan untuk menyobek contoh uji yang telah
diberi sobekan awal, diperoleh dengan mengukur kerja yang dilakukan dalam
penyobekan pada jarak yang sudah ditentukan. Alat uji ini terdiri dari
pendulum berbentuk sektor yang dilengkapi dengan penjepit pada pendulum
harus satu garis dengan penjepit yang kedudukannya tetap. Kedudukan ini
mempunyai energi potensial maksimum. Contoh uji dipasang pada kedua
penjepit, kemudian diberi sobekan awal di antara kedua penjepit tersebut.
Pendulum dibebaskan mengayun sehingga penjepit pada pendulum bergerak
menyobek contoh uji.

Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan
beban maksimum yang mengenai kain tersebut.Metode pendulum balistik
digunakan untuk penentuan gaya sobek kain.Metoda ini menetapkan gaya
sobek yang diperlukan untuk meneruskan sobekan pada kain dengan
panjang tertentu jika diberi gaya mendadak.Gaya sobek dikualifikasikan
sebagai menyobek lusi atau menyobek pakan.Uji ini khusus digunakan pada
kain tenun,bisa juga nir tenun dengan batrasan yang sama seperti kain
tenun.
Didapatkan hasil uji rata-rata kekuatan sobek antara pakan dan lusi berbeda.
Pada pakan kekuatannya yaitu 853,33 gram sedangkan pada lusi 1.248
gram. Kekuatan benang lusinya lebih kuat daripada benang pakan karena
benang lusi yang sebelumnya diperkuat pada proses pertenunan agar tahan
terhadap gesekan-gesekan sehingga kekuatannya lebih besar tidak hanya
kekuatan tariknya tapi juga kekuatan sobeknya. Skala kekuatan sobek pakan
dan lusi yang terbaca sesuai dengan standar yaitu diantara 20-80 dengan
beban yang digunakan 1600 gram untuk pakan dan 3200 gram untuk lusi.
Beban yang digunakan berbeda tergantung kain uji.
Pengujian ini menyesuaikan dengan standar pengujian SNI ISO 13937-1(E)2010. Ada beberapa hal yang berbeda antara apa yang dilakukan dengan
pengujian seharusnya. Contoh uji yang dilakukan tidak dilakukan persiapan
contoh uji yaitu sampai pada kondisi standar RH 65 2 % dan suhu 27 2 C,
sehingga RH dan suhu yang tidak sesuai kemungkinan akan mempengaruhi
hasil pengujian. Ukuran contoh uji kurang sesuai dengan standar pengujian
yang seharusnya 10 cm x 7,5 cm tetapi menjadi 10,2 cm x 7,5 cm, selain itu
ukuran lubang berukuran awal kurang sesuai dengan standar yang
berukuran 1,5 cm x 1,2 cm karena pengukuran pada saat pengujian bukan
lubang atau sobekannya yang diukur, tetapi jarak dari pinggir kain, baru
dibuat sobekan persegi 4 seperti pada gambar contoh uji diatas.
Pengambilan contoh uji pun dilakukan hanya pada 3 contoh uji dengan
pengambilan pada pakan atau lusi yang sama karena keterbatasan kain
contoh uji.
Hasil pengujian disesuaikan dengan standar mutu kain tenun untuk kemeja
(SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 08-0056-2006) dan kain tenun
untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004).

IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Rata-rata kekuatan sobek pakan

= 853,33 gram

Rata-rata kekuatan sobek lusi

= 1.248 gram

3,6

1.

KEKUATAN SOBEK KAIN LIDAH


I.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat uji kekuatan tarik sistem laju mulur tetap yaitu Instron dengan beban
sebesar 10 kg, jarak jepit 7,5 cm, kecepatan penarikan 30+(-/cm/menit).
Instron / alat kekuatan tarik sistem laju tarik tetap yang dilengkapi:

Dengan diagram pencatat skala.


Penjepit atas dan penjepit bawah (klem) ukuran 2,5cm x 7,5cm

Gunting, mistar, grafik dan pensil/pena.


2.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu dengan ukuran (7,5 x 20) cm.

II.
Cara Uji
Memotong kain contoh uji dengan panjang 20 cm dan lebar 7,5 cm.
Memotong kain ke arah memanjang sepanjang 7,5 cm mulai dari tengah
tengah salah satu tepi yang pendek pada kain contoh uji.
Membuat 1 contoh uji ke arah lusi dan arah pakan.
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Mengatur kedudukan jarak jepit (7,5 cm).
Memilih beban yang sesuai dengan kekuatan kain yang akan diuji (10 kg).
Alat alat pencatat pembebanan pada kertas grafik supaya pada
kedudukan yang tepat.
Memasangkan contoh uji pada penjepit ataslalu penjepit bawah.
Mesin dijalankan. Data percobaan dilihat pada grafik.

III.

Laporan Hasil Uji dan Diskusi

Beban (kg)
Titik
Tertingg Sobek Sobek
i
Lusi
Pakan

Sobek Lusi

Sobek Pakan

2,8

2,2

-0,03

0,0009

0,03

0,0009

2,75

2,15

-0,08

0,0064

-0,02

0,0004

3,1

2,2

0,27

0,0729

0,03

0,0009

2,85

2,25

0,02

0,0004

0,08

0,0064

2,65

2,05

-0,18

0,0324

-0,12

0,0144

14,15

10,85

0,113

0,0023

2,83

2,17

0,022
6

0,0046

Rata-rata kekuatan sobek pakan = 2,17 kg


Rata-rata kekuatan sobek lusi = 2,83 kg

Diskusi
Pengujian dilakukan dengan standar pengujian cara uji kekuatan sobek cara
lidah, SNI 0521-2008. Pengujian ini dilakukan pada kain yang tidak seimbang

baik itu arah lusi dan pakan yang berbeda jenis seratnya atau misalnya kain
yang coating yang tidak dapat dilakukan dengan cara elmendorf.
Penjepitan contoh uji pada penjepit atas maupun bawah, harus benar benar
kuat. Sebab bila terjadi penarikan, bila penjepitan kurang kuat, akan
menyebabkan kekuatan sobek contoh uji akan lebih besar dari yang
semestinya.Kedudukan alat pencatat, harus tepat pada grafik skalanya. Hal
ini untuk menghindari terbentuknya kesalahan grafik yang disebabkan oleh
labilnya pencatat skala.Kelembaban contoh uji, harus diperhatikan. Sebab
hal ini akan mempengaruhi kekuatan dari kain terpal tersebut. Untuk kain
kain tertentu, makin tinggi regainnya akan makin kuat atau sebaliknya.
Tentunya hal ini bila dilakukan penyobekan akan berpengruh pada ketahanan
sobek kainnya.Ketelitian skala yang terbatas serta kesalahan dalam
pembacaan skala ikut mempengaruhi hasil pengujian. Kekuatan sobek yang
dihasilkan yang lebih besar pada kekuatan sobek lusi, karena alat
elemendrof yang digunakan berbeda muatannya maka terlihat nilai kekuatan
sobek yang besar terdapat pada arah pakan, oleh karena itu seharusnya
digunakan alat yang sama guna mengurangi kesalahan terhadap hasil yang
didapatkan.
Pada pengujian dengan cara lidah prinsipya Mengukur beban maksimal yang
dapat ditahan oleh kain contoh uji sehingga kain tersebut putus seratnya.
Sedangkan yang dimaksud kekuatan sobek cara lidah adalah kekuatan tarik
kain yang telah digunting terlebih dahulu ke arah lusi ataupun pakan,
sehingga berbentuk seperti lidah dan ditarik pada kedua ujung sobekan.
Kekuatan sobek pakan lebih kecil dari lusi karena benang lusi pada proses
pertenunan sudah diperkuat.
Hasil pengujian disesuaikan dengan standar mutu kain tenun untuk kemeja
(SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 08-0056-2006) dan kain tenun
untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004).

IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Rata-rata kekuatan sobek pakan = 2,17 kg
Rata-rata kekuatan sobek lusi

= 2,83 kg

= 0,168
= 0,024
= 5,9364%
=1,105%

Hasil pengujian menunjukkan kain contoh uji sesuai dengan standar


mutukain tenun untuk kemeja(>0,7Kg) dan kain tenun untuk gaun dan blus
(>4,5N0,5Kg untuk kain transparan dan >6,7N0,7Kg untuk kain tidak
transparan) tetapi belum sesuai untuk kain tenun setelan (< 1,5 kg).
1.

KEKUATAN SOBEK KAIN TRAPESIUM


I.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat Uji Tarik Sistem Laju Mulur Tetap (Instron)

Penjepit bawah.
Penjepit atas yang bisa bergerak keatas atau kebawah.
Beban yang digunakan = 20 kg

Kertas grafik kekuatan.


Jarak jepit 2,5 cm.
Kecepatan penarikan = 30 1cm/menit
Ukuran klem 7,5 cm x 2,5 cm

Gunting, kertas grafik, pena/tinta.

3.
Bahan
Contoh Uji: kain uji sebanyak 1 buah untuk arah lusi dan 1 buah untuk arah
pakan dengan bentuk dan ukuran 7,5 cm x 15 cm.

II.
Cara Uji
Kain dipotong dengan ukuran panjang 15 cm dan lebar 7,5 cm.
Menggambar bentuk trapesium sama kaki dengan tinggi 7,5 cm dan
panjang garis sejajar 10 cm dan 2,5 cm pada kain contoh uji tersebut.
Memotong sepanjang 0,5-1 cm ditengah-tengah garis 2,5 cm dan tegak
lurus pada garis sejajar.

Jumlah contoh uji 1 contoh uji untuk pengujian ke arah lusi dan pakan.
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Mengatur kedudukan dan jarak titik penjepit supaya 2,5 cm.
Memeriksa kedudukan alat-alat yang lain.
Beban yang dipergunakan sekitar 20 kg.
Memeriksa alat-alat pencatat pembebanan pada kertas grafik supaya
kedudukannya tepat.
Kecepatan penarikan 30 cm/menit.
Menjepit contoh uji sepanjang garis yang tidak sejajar dari trapesium,
sehingga potongan terdapat di tengah-tengah antara kedua penjepit dan tepi
yang pendek tegang sedangkan yang panjang dibiarkan terlipat.
Menarik contoh uji sampai contoh uji sobek.
Mengamati kekuatan pada skala baca atau pada kertas grafik.
Jumlah pengujian masing-masing 1 kali untuk lusi dan pakan. Dari 1
contoh uji didapatkan suatu grafik, dari grafik tersebut dibuat menjadi
beberapa bagian. Untuk pengujian kali ini hanya dilihat 5 bagian saja. Masing
masing bagian tersebut diambil skala tertinggi dan terendahnya. Dalam
pengambilan skala terendah, bukan dilihat dari lembah grafik, tetapi tetap
dari pincak grafik yang terpendek / terendah.

III.

Laporan Hasil Uji dan Diskusi

Sobek Lusi

Sobek Pakan

Conto
h Uji
Tertinggi (kg)

Terendah
(kg)

Tertinggi
(kg)

Terendah
(kg)

7,4

6,8

3,4

2,1

6,6

2,6

3,5

6,8

5,6

2,8

3,2

4,8

4,2

4,4

3,4

1,6

57

26,2

5,7

2,62

Sobek Lusi

Sobek Pakan

7,1

1,4

1,96

2,75

0,13

0,0169

6,8

1,1

1,21

3,05

0,43

0,1849

6,2

0,5

0,25

0,38

0,1440

4,5

-1,2

1,44

2,5

-0,12

0,0140

3,9

-1,8

3,24

1,8

-0,82

0,6724

8,1

1,0322

Rata-rata kekuatan sobek lusi pada grafik 5 titik puncak tertinggi (High)
dan 5 titik puncak terendah = 5,7 kg.
Rata-rata kekuatan sobek pakan pada grafik 5 titik puncak tertinggi (High)
dan 5 titik puncak terendah = 2,62 kg.

Diskusi
Kekuatan sobek kain yaitu kemampuan minimum dari kain untuk menahan
beban maksimum yang mengenai kain tersebut. Pengujian disesuaikan
dengan SNI 08-1269-1989 yaitu pengujian kekuatan sobek kain baik kearah
lusi maupun pakan diperlukan untuk kain kain yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan yang tinggi. Pada pengujian rata-rata kekuatan sobek
lusi, lebih besar dibandingkan dengan cara elemendorf dan uji sobek lidah
karena ada beberapa hasil yang kurang maksimal dalam
praktikumnya.Pengujian dengan cara trapesium ini meniru keadaan dari
kejadian dimana sepotong kain ditarik dengan gunting pada bagian pinggir
kain, dan contoh dipegang dengan kedua tangan, lalu disobek mulai dari
tarikan yang telah dibuat.
Faktor alat yang mempengaruhi hasil pengujian yaitu diantaranya; ketika
proses penarikan berlangsung, kain slip dari penjepit yang disebabkan oleh
kondisi penjepitnya yang sudah aus. Dalam pemasangan kain pada penjepit,
bila kurang kencang akan mennyebabkan kain slip pada saat penarikan.
Pemasangan pencatat skala dan kertas grafik yang kurang tepat akan
berpengaruh pada grafik yang terbentuk. Pembacaan skala pada grafik dan
pembuatan contoh uji merupakan faktor yang mempengaruhi hasil
pengujian.
Alat yang digunakan untuk uji ini yaitu instron. Jika ada kesalahan perlakuan
maka salah pula terhadap hasil uji. Saat proses penarikan berlangsung, kain
slip dari penjepit yang disebabkan oleh kondisi penjepitnya yang
sudah aus.Tidak stabilnya posisi pencatat skala akan menyebabkan skala
yang tergambar bukan karena adanya sobekan kain saja, tetapi juga karena
gerakan ujung pena yang kurang stabil. Dalam pemasangan kain pada
penjepit, bila kurang kencang akan mennyebabkan kain slip pada saat
penarikan.kemungkinan juga kain tergelincir sehingga menyebabkan slip dan
akan mempengaruhi terhadap hasil.
Hasil pengujian disesuaikan dengan standar mutu kain tenun untuk kemeja
(SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 08-0056-2006) dan kain tenun

untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004). Kain tidak disesuaikan dengan
standar lain karena bentuk kain yang tidak sesuai misal untuk kain terpal
dan jok mobil.
IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Rata-rata kekuatan sobek lusi = 6,92 kg.
Rata-rata kekuatan sobek pakan = 3,58 kg..
Standar Deviasi (SD)lusi = 1,423
Standar Deviasi (SD)pakan = 0,507
Koefisien Variasi (CV) = 24,96%
Koefisien Variasi (CV) = 19,35%
Hasil pengujian menunjukkan kain contoh uji sesuai dengan standar
mutukain tenun untuk kemeja (>0,7Kg) dan kain tenun untuk gaun dan blus
(>4,5N0,5Kg untuk kain transparan dan >6,7N0,7Kg untuk kain tidak
transparan) tetapi belum sesuai untuk kain tenun setelan (< 1,5 kg).

PENGUJIAN KEKUATAN JAHITAN


I.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengujian ini yaitu mengetahui kekuatan benang jahit dalam
suatu kain tenun sesuai standar pengujian. Sedangkan tujuannya yaitu
mengukur tarikan minimum dari suatu beban yang dapat ditahan oleh
benang jahit tersebut dan dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji
berdasarkan hasil pengujiannya.
II.
Teori Dasar
Kekuatan jahitan adalah kemampuan suatu jahitan untuk menahan beban
maksimum sampai jahitan pada contoh uji tersebut putus dan dinyatakan
dalam kilogram. Pada pengujian ini, yang harus diperhatikan, yaitu pada saat
penarikan terjadi. Kemungkinan terjadi setelah kain diuji kekuatan jahitannya
adalah kain putus, benang jahit yang putus, beneang-benang pada kain
tergelincir dan gabungan dua atau tiga penyebab tersebut. Pada saat
penarikan, bisa terjadi dua hal putus, yaitu :
Bila ditarik, yang putusnya adalah kain tenun yang dikenakan jahitan.
Maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai kekuatan tarik kain. Dan hal
tersebut menunjukan bahwa, kekuatan minimum dari benang jahitan yang
ada pada kain tersebut lebih besar dari kekuatan minimum kain tersebut.
Pada saat penarikan, benang jahitan yang ada pada kain tenun tersebut
putus. Hal ini adalah yang diharapkan pada pegujian kali ini. Bila hal ini
terjadi, maka yang diujinya merupakan kekuatan jahitan dari benang jahit
pada kain tenun.
Selip jahitan adalah sifat kain berbeda dengan kekuatan jahitan.Selip lusi :
benang-benang lusi yang tergelincir diatas benang-benang pakan yaitu
benang lusi tegak lurus pada arah tarikan
Selip pakan : benang-benang pakan yang tergelincir di atas benang-benang
lusi, yaitu benang pakan tegak lurus pada arah tarikan. Kampuh jahitan:
jarak antara garis jahitan dengan pinggir kain yang berdekatan. Pembukaan
jahitan : jarak antara benang-benang yang telah bergeser dari ke dua sisi
garis jahitan.

Alat yang digunakan untuk pengujian kekuatan jahitan dan selip jahitan
adalah alat uji kekuatan tarik kain baik system laju tarik tetap maupun
system mulur tetap.

1.
Prinsip Pengujian
Kekuatan Jahitan
Contoh uji berbentuk persegi panjang dilipat, dan dibentuk seperti huruf T
dan dijahit di dekat dan sejajar lipatan.Kedua ujung contoh uji ditarik secara
tegak lurus jahitan. Jadi, pada pengujian kekuatan jahitan ini, benang jahit
pada suatau kain tenun dikenai gaya tarik tegak lurus arah jahitan, sampai
jahitan putus. Dengan demikian yang diukur bukanlah kekuatan dari kain
tenun yang dikenai jahitan tersebut. Kekuatan jahitan adalah kemampuan
suatu jahitan untuk menahan beban maksimum sampai jahitan pada contoh
uji tersebut putus dan dinyatakan dalam kilogram.
Selip Benang Jahitan
Contoh uji dengan jahitan dan tanpa jahitan ditarik menggunakan alat uji
kekuatan tarik yang dilengkapi penjepit untuk cara cekau, untuk
menghasilkan dua grafik kekuatan dan mulur yang berada pada absis yang
sama, pada alat yang menggunakan pencatat grafik. Tentukan gaya yang
diperlukan untuk menghasilkan jarak tertentu diantara dua kurva, yang
ekivalen dengan bukaan jahitan.
1.

1.

Standar Pengujian
SNI ISO 13936-1:2010. Tekstil Cara uji ketahanan selip benang pada
jahitan kain tenun Bagian 1: Metoda bukaan jahitan tetap.
SNI 08-1114-1989.Cara uji kekuatan jahitan lurus kain tenun

KEKUATAN JAHITAN
I.
Alat dan Bahan

1.
Bahan
Kain tenun dengan ukuran (5 x 20) cm. Contoh uji dilipat, dijahit dan
dipotong.

2.
Alat
Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju tarik tetap (Dinamometer) dan
dilengkapi dengan peralatan :

Jarak jepit 7,5 cm


Beban 50 kg
Kecepatan tarik 300 10 mm / menit.

Mesin jahit dan benang jahit.


Gunting

II.
Cara Uji
Contoh uji dipotong (20 x 5) cm. Contoh uji tersebut dilipat, pada bagian
12 mm dari ujung lipatan dijahit. Gunting contoh uji seperti huruf T dengan
ukuran (2,5 x 1,5) cm (seperti gambar).

Kondisikan contoh uji sampai mencapai keseimbangan lembab.


Contoh uji dibuat masing-masing 3 buah untuk arah lusi dan pakan.
Mengatur jarak jepit menjadi 7,2 cm.
Menjepit ujung contoh uji pada penjepit atas sedemikian rupa, sehingga
jahitan sejajar dengan tepi bawah penjepit dan jahitan terletak di tengah
tengah antara penjepit atas dan penjepit bawah.
Mengatur kedudukan pencatat skala. Beban yang terpasang yaitu 50 kg.
Menjalankan mesin sampai contoh uji putus.
Amati dan catat penyebab putus yang disebabkan oleh :

Kain putus
Benang jahitan putus
Benang benang kain tergelincir
Gabungan dua atau tiga penyebab di atas.

III.

Laporan Hasil Uji dan Diskusi

Arah Lusi
Contoh
uji

Arah Pakan

Kekuatan
(kg)

Penyebab
putus

Benang
jahitan putus 8

Benang
jahitan putus

Benang
jahitan putus 9

Benang
jahitan putus

Benang
jahitan putus 9

Benang
jahitan putus

16

26

5,333

8,667

Arah Lusi

Kekuatan
(kg)

Penyebab
putus

Arah Pakan

0,667

0,444

-0,667

0,444

-0,333

0,111

0,333

0,111

-0,333

0,111

0,333

0,111

0,666

0,666

Rata-rata kekuatan jahitan arah lusi = 5,333 kg


Rata-rata kekuatan jahitan arah pakan = 8,667 kg

Diskusi

Uji ini memiliki tujuan untuk menentukan mana yang lebih kuat antara kain
dan jahitannya. Pada kain contoh uji, hasil jahitannya yang sobek atau putus
terlebih dahulu, maka kekuatan kain lebih besar daripada benang. Namun
apabila yang sobek kainnya terlebih dahulu maka dapat dikatakan bahwa
benang yang digunakan untuk menjahit kain contoh uji tersebut lebih kuat
dari kainnya. Oleh karena itu maka kekuatan kain harus lebih besar dari pada
kekuatan benangnya.
Pada saat penarikan, benang jahitan yang ada pada kain tenun tersebut
putus. Hal ini adalah yang diharapkan pada pegujian kali ini. Bila hal ini
terjadi, maka yang diujinya merupakan kekuatan jahitan dari benang jahit
pada kain tenun.
Prinsip pengujian ini adalah Contoh uji berbentuk persegi panjang dilipat,
dan dibentuk seperti huruf T dan dijahit di dekat dan
sejajar lipatan.Keduaujung contoh uji ditarik secara tegak lurus jahitan. Jadi,
pada pengujian kekuatan jahitan ini, benang jahit pada suatau kain tenun
dikenai gaya tarik tegak lurus arah jahitan, sampai jahitan putus. Dengan
demikian yang diukur bukanlah kekuatan dari kain tenun yang dikenai
jahitan tersebut.
Pada pengujian kekuatan jahitan menggunakan alat dynamometer yang
sama dilakukan pada pengujian kekuatan tarik cara pita tiras dan pita potong
yang berbeda adalah bebannya dan kecepatannya, pada pengujian kekuatan
jahitan beban yang diberikan 100 kg, dengan kecepatan 200m/menit. Jahitan
yang digunakan adalah jahitan standar yaitu dengan jeratan kunci (lock
stich), jumlah jeratan 14 per 25 mm (14 per inci), diameter jarum 0,75
mmPemasangan contoh uji pada penjepit berpengaruh pada hasil pengujian.
Hal ini disebabkan posisi penjepit sebagai penahan contoh uji pada saat
proses penarikan. Bila jepitan yang dihasilkan kurang baik, maka
kemungkinan kain tergelincir makin besar. Sehingga pengujian kekuatan
jahitan yang dihasilkan pun menjadi kurang tepat.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan jahitan adalah :
1.
2.

Jenis setik,kekuatan benang jahit


Jumlah setik/inchi

3.
Tegangan benang jahit
4.
Jenis seam jahitan
5.
Nomor benang jahit.
SNI yang digunakan pada pengujian praktikum ini yaitu SNI 08-1141989.Kekuatan jahitan yang dibutuhkan setiap kain berbeda-beda
tergantung dari hasil akhir yang diinginkan. Kekuatan jahitan pada kain
contoh yaitu 5,333 kg pada lusi dan pada pakan yaitu 8,667. Pada pengujian
ini kekuatan jahit benang pakan lebih kuat dibandingkan lusi.

IV.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Rata-rata kekuatan jahitan arah lusi = 5,333 kg
Rata-rata kekuatan jahitan arah pakan = 8,667 kg
Standar Deviasi (SD)lusi = 0,58
Standar Deviasi (SD)pakan = 0,58
Koefisien Variasi (CV) = 10,88%
Koefisien Variasi (CV) = 6,69%

1.

KEKUATAN SELIP JAHITAN


I.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju tetap (Instron) : jarak jepit 75
mm, perbandingan antara kecepatan grafik dengan kecepatan penarikan =
5:1, kecepatan penarikan 100 10 mm/ menit.
Mesin jahit
Penggaris
Gunting

2.
Bahan
Contoh uji kain tenun dengan ukuran 35 cm x 10 cm, dilipat dan dijahit
sebagai berikut :

II.
Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Melipat contoh uji dan menjahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas.
Memasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada
jahitan pada klem atas dan bawah.
Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur kain.
Kemudian ujung pena dikembalikan pada titik Diana awal terjadi grafik
pada pengujian pertama.
Memasang contoh uji yan gada jahitan pada klem atas dan bawah.

Menjalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur jahitan.


Mengukur grafik dengan cara :

Mengukur jarak antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5N) yang

merupakan tegangan awal dari contoh uji yang dijahit.


Menambahkan 15mm pada jarak awal untuk selip 3 mm dan

tambahkan 30nmm untuk selip 6 mm.


Menentukan jarak antara dua titik pasangan kurva yang dipisahkan

oleh jarak awal, 15 mm dan 30 mm.


Membaca besarnya beban atau gaya pada titik tersebut dalam kg (N)

pada sumbu kurva kekuatan sampai 2 N (0,2 kg) terdekat.


Besarnya tahan selip adalah gaya atau beban tersebut dikurangi 0,5 kg

(5N).
Apabila pemisahan antara dua kurva lebih dari 20,4 kg, dilaporkan

hasilnya sebagai lebih besar 20,4 kg (200N) dan apabila kainnya sobek
dan pemisahan kurva tidak ada, laporkan kekuatan pada saat sobek.
III.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser/selip benang pada
bukaan 3 mm

Arah lusi = 5,8 kg (bahkan bukaan tidak mencapai 3 mm) sobek kain
Arah Pakan = 5 kg sobek jahitan
Pada uji ini sobek terjadi pada benang

Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser/selip benang pada


bukaan 6 mm

Arah Lusi

= 3,1 kg (bahkan bukaan tidak mencapai 6 mm) sobek

kain
Arah Pakan = 3,85 kg sobek jahitan
Pada uji ini sobek terjadi pada benang

Diskusi
Slip jahitan merupakan hal yang penting untuk di uji karena jika terjadi alip
maka akan berpengarh terhadap produktivitas suatu pabrik. Jika terjadi slip
pada suatu produksi, maka benang akan sobek dan jarum patah. Ketika hal

ini terjadi maka produktivitas akan menurun. Oleh karena itu pengujian ini
harus dilakukan agar produktivitas suatu pabrik dapat maksimal.
Prinsip dari pengerjaan uji slip jahitan yaitu dengan cara contoh uji dilipat
kemudian dijahit didekat dan sejajar dengan lipatan, kemudian dipotong.
Contoh uji ditarik kearah tegak lurus jahitan sehingga dapat ditentukan
besarnya gaya yang meyebabkna terjadinya pergeseran benang selebar
yang ditentukan ( 3mm atau 6mm). Slip jahitan juga dapat dukur dengan
berapa cm slip benang pada jahitan setelah diberi beban tertentu (8 Kg atau
12 Kg)kedua cara diatas bisa digunakan untuk mencari besarnya slip jahitan.
Saat ini cara yang dipilih adalah untuk mementukan gaya yang diperlukan
untuk pembukaan 6mm dan 3 mm.
Pada uji ini dapat berdasarkan uji SNI ISO 13936-1:2010. Judul : Tekstil Cara
uji ketahanan selip benang pada jahitan kain tenun. Hasil pengujian kekuatan
selip jahitan ini disesuaikan terhadap standar mutu kain tenun untuk kemeja
(SNI 0051:2008), kain tenun setelan (SNI 08-0056-2006) dan kain tenun
untuk gaun dan blus (SNI 08-1515-2004).

IV.
Kesimpulan
Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser/selip benang pada
bukaan 3 mm
Arah lusi = 5,8 kg
Arah Pakan = 5 kg
Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser/selip benang pada
bukaan 6 mm
Arah Lusi = 3,1 kg
Arah Pakan = 3,85 kg

Dari pakan maupun lusi sobek pada bagian benang


Hasil pengujian menunjukkan kain contoh uji sesuai dengan standar
mutukain tenun untuk kemeja (>8,0 Kg), kain tenun untuk gaun dan blus
(>45N4,5Kg untuk kain transparan dan >67N6,7Kg untuk kain tidak
transparan)dan kain tenun setelan(>12,5 kg).
PENGUJIAN KEKUATAN GOSOKAN METODA MARTINDALE
I.
Maksud dan Tujuan
Maksud : Melakukan pengujian ketahanan gosok yaitu kemampuan kain
untuk menerima sejumlah gosokan.
Tujuan :
1.

Mengetahui besarnya penambahan tebal dan pengurangan berat yang


terjadi pada contoh uji akibat adanya gosokan terhadap contoh uji
tersebut.
2.
Melakukan pengujian ketahanan gosok pada kain sesuai dengan
standar.
3.
Mengidentifikasi kain yang diuji dilihat dari sifat ketahanan gosoknya.
II.
Teori Dasar.
Keawetan kain (serviceability) adalah lamanya suatu kain bisa dipakai
sampai tidak bisa dipakai lagi karena suatu sifat penting telah rusak.
Keawetan tergantung dari lamanya dipakai atau jumlah kali pakai.
Sedangkan keusangan (wear) adalah jumlah kerusakan kain karena seratseratnya putus atau lepas. Dalam hal tertentu, keawetan dan keusangan
sama, tapi dalam hal lain berbeda. Keusangan juga merupakan suatu mutu
kain yang tidak diuji sebab kondisi-kondisi sangat bervariasi disamping tidak
dapat diketahui secara kuantitatif pengaruh macam-macam faktor terhadap
keusangan.
Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan kain karena
adnaya pills, yaitu gundukan serat-serat yang mengelompok di permukaan
kain yang menyebabkan tidak baik dilihat. Pills akan terbentuk ketika dipakai
atau dicuci, karena kekusutan serat-serat lepas yang menonjol di permukaan
kain akibat gosokan. Pilling akan lebih parah pada serat buatan.

Gosokan yang mungkin terjadi pada kain :


1.
2.
3.

Gosokan yang terjadi antara kain dengan kain.


Gosokan yang terjadi antara kain dengan benda lain.
Gosokan yang terjadi antara serat dan kotoran pada kain yang
menyebabkan putusnya serat.
Akibat adanya gosokan tersebut maka akan menimbulkan keausan pada
kain, terutama akibat dari gosokan antara kain dengan benda lain.
Gosokan dapat terjadi oleh karena friksi antara kain dan kain misalnya
gosokan antara lengan dan jas, friksi antara kain dengan benda lain misalnya
pada bagian lutut celana, dan friksi antara serat dan kotoran kain,
menyebabkan putusnya serat. Pengujian gosok hanyalah merupakan
pengujian yang sederhana terhadap mutu kain. Mengenai ketahanan kain
kain terhadap kombinasi antara tekanan dan pemotongan serat, hasilnya
masih harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pengujian lain.
Jadi pengujian gosok tidak hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi
keusangan dan keawetan
Pengujian ketahanan gosok dengan Martindale Abration Tester banyak
dilakukan terutama untuk kain-kain jok. Kain contoh uji yang akan diuji
dilapisi oleh busa poliuretan kemudian digosok sampai diperkirakan 2
benang putus. Abradant (penggosok) yang digunakan yaitu kain standar dari
wol. Kemudian dihitung pengurangan beratnya, dan persentasenya terhadap
berat awal.
Gerakan gosokan pada waktu pengujian ini berputar berbagai arah dan
contoh uji bebas bergerak.
J.E. Booth Menggolongkan gosokan sebagai berikut:
1.

Gosokan datar (Plan or Flat abrasion), yaitu penggosokan pada


permukaan datar dari contoh.
2.
Gosokan pinggir (Edge Abrasion), misalnya gosokan yang terjadi pada
leher dan lipatan kain.

3.

Gosokan Tekuk (Flex Abrasion), dimana gosokan disertai dengan


tekukan dan lengkungan.
Pembagian tersebut adalah pembagian secara kasar saja, sebab
sesungguhnya dijumpai pula macam gosokan campuran yang rumit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengujian yaitu
pemilihan cara yang mungkin juga ditentukan oleh alat yang tersedia,
ketelitian dan sebagainya. Dimana faktor-faktor yang penting adalah sebagai
berikut:
1.

Keadaan Contoh, jika tidak ditentukan lain contah kain harus


dikondisikan dalam ruang standar atmosfir.
2.
Pemilihan alat, tergantung pada karakter pengujian yang diperlukan,
apakah menggunakan gosokan datar, tekanan dan lain-lain.
3.
Karakter gerakan, apakah arah gerakan bolak-balik, maju saja,
memuatar atau macam-macam gerakan.
4.
Arah gosokan, dalam banyak hal gosokan dibedakan gosokan kearah
lusi dan kearah pakan. Tetapi bisa saja gosokan membentuk sudut
terhadap arah lusi dan pakan.
5.
Pemilihan bahan penggosok
6.
Pelapis contoh
7.
Kebersihan contoh dan alat
8.
Tegangan pada contoh
9.
Tekanan antara penggosok dan contoh
Beberapa cara untuk menilai kerusakan akibat gosokan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kenampakan terhadap contoh yang tidak tergosok.


Jumlah gosokan sampai kain berlobang, benang putus atau contoh
putus.
Kehilangan berat setelah gosokan.
Perubahan tebal kain.
Kehilangan kekuatan kain.
Perubahan sifat-sifat lain misalnya daya tembus udara, kilau, dll.
Pengujian mikroskopis mengenai kerusakan benang atau serat pada
kain.

III.
Prinsip Pengujian
Alat uji gosok Martindale akan menggosok contoh uji dengan beban tertentu
menggunakan media penggosok (kain standar) mengikuti suatu gerakan
yang membentuk gambar Lissajous. Alat penjepit contoh uji dapat dipasangi
contoh uji atau kain penggosok bergantung pada metoda mana yang
digunakan (SNI ISO 12947 bagian 2, 3 dan 4) yang dapat berputar bebas
pada porosnya yang tegak lurus terhadap suatu bidang horisontal. Contoh uji
kemudian digosok sesuai dengan jumlah gosokan yang telah ditentukan.
Banyaknya gosokan tiap selang pemeriksaan bergantung pada jenis produk
dan metoda pengujian.

IV.
Standar Pengujian
SNI ISO 12947-1:2010. Tekstil-Cara uji tahan gosok kain dengan metoda
martindale-Bagian 1 :Alat uji gosok Martindale.

V.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Martindale wear and abrasion tester, yang dilengkapi dengan :

Beban penekan 9 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 150 g/m2) dan 12
0,2 kPa (untuk kain dengan berat 151-300 g/m2).
Alat stop motion setelah ditentukan jumlah gosokannya.

Neraca analitik, jenis pengujian ini akan menyebabkan terjadinya


perubahan berat. Oleh karena itu, jenis timbangan/neraca yang digunakan
harus mempunyai ketelitian yang relatif tinggi.
Thickness gauge, alat pengukur ketebalan kain ini dilengkapi dengan
peralatan:

Landasan, tempat kain contoh uji yang akan diukur tebalnya.


Dasar penekan, untuk menekan kain contoh uji.
Skala (dial) untuk mengetahui tebal kain contoh uji.
Jarum penunjuk skala.

Beban.

Gunting
Kain penggosok standar (kain wol atau kanvas)
Pelapis contoh uji busa poliuretan.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu kain dengan diameter 4 cm sebanyak 2 contoh
uji.

VI.
Cara Uji
Contoh uji yang telah berbentuk bulatan dengan diameter 4 cm,
dikondisikan dalam ruangan standar. Untuk mencapai kelembaban standar
suatu kain minimal membutuhkan waktu 4 jam. Namun karena
keterbatasan waktu, contoh uji dikondisikan beberapa menit saja, tetapi
pada waktu penyimpanan contoh uji diluar ruangan standar, contoh uji tidak
gampang terkena debu atau kotoran lainnya serta tidak dalam posisi terlipat.
Menimbang berat contoh uji tersebut dengan menggunakan neraca
analitik. Dan untuk mengukur ketebalannya, digunakan thickness gauge.
Memasang contoh uji pada martindel abrasion tester. Pada peralatan
tersebut distel agar setelah 500 kali putaran alat tersebut berhenti berputar.
Alat ini merupakan jenis alat dengan gosokan datar, yang karakter
gerakannnya berputar.

Setelah 500 kali putaran, alat akan berhenti. Maka contoh uji dilepaskan
darinya, kemudian contoh uji ditimbang dan diukur kembali tebalnya.
Melakukan pengujian untuk 2 contoh uji.
VII.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Beban yang digunakan = 9 kPa
Tebal (mm)

Berat (gram)

Conto
Akhir Akhir
h Uji
Awal1 Awal2 Akhir1 Akhir2 Awal1 Awal2 1
2
1

0,21

0,23

0,21

0,23

0,148 0,151 0,148 0,146

0,21

0,23

0,21

0,23

0,21

0,24

0,21

0,23

0,63

0,7

0,63

0,69

0,665

0,660

0,1495

0,147

Diskusi
Pengujian gosokan ini biasanya digunakan untuk kain karpet. Pada pengujian
ketahanan gosok cara Martindale dihitung dari persentase pengurangan
berat kain antara kain yang belum digosok dengan kain yang sudah
mengalami gosokan dengan alat Martindale.Kemungkinan pengurangan
berat bahan, dipengaruhi friksi antara kain dengan kain, kain dengan benda
lain atau dengan kotoran yang menyebabkan seratnya menjadi putus,
sehingga menyebabkan pengurangan berat pada bahan. Ketebalan bahan
pada hasil beberapa pengujian yang bertambah setelah di gosokkarena
adanya gosokan yang menyebabkan kain putus dan muncul pillingsehingga
ketebalanya bertambah.

Pengujian kekuatan gosok kain menggunakan alat martindale wear and


abrasion tester dengan kain penggosok adalah wol. Ada beberapa cara untuk
menilai kerusakan akibat gosokan, diantaranya adalah kehilangan berat
setelah penggosokan dan perubahan tebal kain. Dari hasil pengujian tebal
berat menjadi bertambah dan berat kain berkurang seperti yang telah
dijelaskan pada paragrap diatas.
Pada hasil praktikum ini ketebalan maupun berat kain berkurang setelah
mengalami gosokan karena adanya kerusakan kain dan perubahan ketebalan
akibat gosokan. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi hasil dari pengujian
antara lain pada waktu pengujian suhu dan kelembaban udara
laboratoriumtidak standar maka dapat dipastikan hasil yang diperolehpun
tidak sesuai dengan standar yang ditentukan.
1.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil :

PENGUJIAN KEKUATAN JEBOL (KHUSUS RAJUT)


I.
Maksud dan Tujuan
Maksud : Menguji Ketahanan jebol kain rajut dengan alat Bursting Strength
Tester sesuai dengan standar pengujian.
Tujuan : Menghitung harga ketahanan jebol kain rajut dan dapat menilai
mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
II.
Teori Dasar
Pengujian tahan jebol atau tahan pecah dilakukan terhadap beberapa jenis
kain yang memperhatikan ketahanan pecah. Selain itu diperlukan pula untuk
pengujian tahan pecah kertas.
Kain rajut adalah kain yang dibentuk dengan cara membentuk jeratan
dengan alat yang terdiri dari jarum-jarum rajut. Pada dasarnya kain rajut
terdiri dari :
1.
Kain rajut pakan.
2.
Kain rajut lusi
3.
Kain rajut lusi / pakan
Kekuatan jebol adalah tekanan maksimum yang diperlukan untuk menjebol
kain rajut dan dinyatakan dengan Kpa atau Kg/cm2.
Pengujian kekuatan tahan jebol dikenal dengan dua cara, yaitu :
Pengujian dengan penarikan tetap dengan bola penekan
Dilakukan dengan penarikan tetap dengan bola penekan.Pengujian ini
dilakukan dengan tipe pendulum yang dilengkapi dengan bola baja yang
mendorong contoh penjepit yang berbentuk cincin untuk menegengkan
contoh uji.

Peralatan ini terpasang pada alat pendulum sedemikiam rupa sehingga pada
saat jalan bola akan mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk
memecahkan/menjebol kain oleh bola menunjukan kekuatan peca/jebol
suatu contoh uji. Pada praktikum yang dilakukan pada mesin bursting tester,
pengujian dilakukan pada 4 tempat yang berbeda dengan cara menjepitkan
contoh uji pada alat tersebut, sampai contoh uji tersebut mengalami jebol
atau pecah.
Pengujian dengan diagfragma
Alat uji kekuatan jebol yang dilengkapi dengan diagframa dari karet dan
penunjuk tekanan dalam satuan Kg/cm.Alat ini memberikan tekanan pada
kain rajut sampai kain rajut tersebut jebol atau berlubang.Pada alat ini kain
contoh dijepit penjepit. Sedang sebagai pengganti bola baja dipergunakan
diagfragma yang terbuat dari karet, yang ditekan oleh cairan yang
digerakkan oleh pompa, sehingga karet akan mendorong kain sampai pecah.
Besarnya tekanan yang terjadi diukur dengan pengukur tekanan tabung
bourdon. Kapasitas alat ini relative kecil.

III.
Prinsip Pengujian
Suatu contoh uji dijepit di atas suatu diafragma yang dapat mengembang
denganpenjepit cincin. Penambahan tekanan cairan yang diberikan
pada bagian bawahdiafragma, menyebabkan penggembungan diafragma
dan kain. Volume cairanbertambah pada laju konstan per unit waktu sampai
contoh uji jebol. Kekuatan jeboldan penggembungan jebol ditetapkan.

IV.
Standar Pengujian
SNI ISO 13938-1:2010. Tekstil-Kekuatan Jebol kain-Bagian 1 : Cara uji
Kekuatan dan Penggembungan metoda hidrolik.

V.
1.

Alat

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada pengujian kekuatan jebol kain rajut ini,
yaitu alat uji kekuatan jebol (bursting strength tester), yang dilengkapi
dengan peralatan sebagai berikut:

Penjepit berbentuk cincin untuk memegang kain contoh uji, dengan

garis tengah dalam 30,5 cm.


Alat penekan kain contoh uji. Agar penekanannya kuat, maka alat ini

mempunyai ulir, yang bisa dilonggarkan dan dikencangkan.


Diafragma dari karet yang meyerupai bola yang mendapat tekanan

dari cairan.
Pompa cairan.
Pengukur tekanan melalui jarum penunjuk.

2.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu kain rajut dengan ukuran minimal dapat
dipegang oleh penjepit cincin yang mempunyai diameter 30,5 cm, dan
sekurang kurangnya bisa digunakan untuk 4 kali pengujian.

VI.
Cara Uji
Mengondisikan kain rajut contoh uji.
Menekan tombol ON pada alat
Mengatur posisi jarum agar berada pada skala nol.
Menjepit contoh uji dengan kuat oleh cincin.
Menaikkan tekanan terhadap karet diafragma dengan cara memutar
tombol oil sesuai dengan arah anak panah, tunggu hingga kain contoh uji
jebol / pecah kemudian tekanan dihilangkan.
Kekuatan jebol kain rajut dapat dibaca pada skala yang ditunjukkan oleh
jarum (berwarna merah) dalam satuan kg/cm2.
Percobaan dilakukan 4 kali di tempat yang berbeda.

VII.

Laporan Hasil Uji dan Diskusi

Percobaan

Kekuatan
(kg/cm2 x 100 psi)(x)

0,75

0,5625

0,75

0,5625

-1,25

1,5625

-0,25

0,0625

33

2,75

8,25

Rata-rata kekuatan jebol = 8,25 kg/cm2

Diskusi
Kekuatan jebol merupakan tekanan yang diperoleh dengan
mengurangi tekanan diafragma dari tekanan jebol rata-rata,tekanan
diafragma merupakan tekanan yang diberikan,tanpa contoh uji,untuk
menggebungkanya pada penggembungan rata-rata dari

contoh uji.Padapengujian jebol ini sangat dipengaruhi oleh Pemasangan kain


rajut pada penjepit yang berbentuk cincin, dilakukan dengan memberikan
tegangan yang tidak kencang dan berbeda beda sehingga hasilnya tidak
sama. Karena hal ini akan menentukan daya tahan jebol kain terhadap
diafragma. Bila tegangan yang diberikan terlalu kecil, maka tahan jebol kain
menjadi lebih besar dari yang semestinya, begitu sebaliknya. Jadi penarikan
kain ketika dipasang pada cincin penjepit akan menentukan hasil pengujian
dan koefisien variasi-nya.
Pada pengujian ini, pengambilan contoh uji dilakukan secara acak yang di
jepit pada penjepit cincin. Pengondisian disini tidak dilakukan Tegangan awal
berpengaruh terhadap kekuatan jebol apabila seragam kemungkinan
hasilnya akurat dan tepat, sehingga tegangannya harus diatur dengan baik
agar seragam.
Hasil pengujian kekuatan jebol ini disesuaikan terhadap standar mutu
handuk mandi (SNI 08-0055-2002), kain rajut untuk pakaian olahraga wanita
dewasa dan anak-anak (SNI 08-6688-2002), kain rajut polos kapas (SNI
0561:2008), kain selimut (SNI 08-0628-2004) dan kain rajut pakan untuk
kemeja dan blus (SNI 2367:2008).

VIII.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Rata-rata kekuatan jebol = 9 kg/cm2
Standar deviasi = 0,95
Koefisien Variasi (CV) = 11,51%
Kain contoh uji sesuai untuk digunakan handuk mandi (> 4,7 kg/cm2), kain
rajut untuk pakaian olahraga wanita dewasa dan anak-anak ( >
2,5 kg/cm2untuk kain sheer dan > 5,5 kg/cm2 untuk kain non sheer), kain
rajut polos kapas (>5 kg/cm2), kain selimut (>2,0 kg/cm2) dan kain rajut
pakan untuk kemeja dan blus (> 7 kg/cm2).

PENGUJIAN KEKAKUAN
I.
Maksud dan Tujuan
Maksud : Menguji kekakuan kain pada kain contoh uji dengan mengunakan
Shirley Stiffness Tester.
Tujuan :Menghitung harga kekakuan kain pada sebuah kain contoh uji yang
terdiri dari kekakuan lusi, kekakuan pakan dan kekakuan total dan dapat
menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan hasil pengujiannya.
II.
Teori Dasar
Sifat- sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti
kekuatan tarik kain, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan
sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain yang tidak dapat dinyatakan
dalam angka-angka seperti kenampakan, kehalusan atau kekasaran,
kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik atau yang jelek.
Sifat-sifat kain diatas diperlukan dalam pemilihan kain.
Dalam pemilihan kain ada beberapa hal dilakukan seperti memegang,
mencoba, kemudian menentukan mana yang sesuai dengan penggunaanya.
Dengan memegang dan merasakan kain sebenarnya telah dinilai beberapa
sifat sekaligus secara subjektif. Menurut Pierce apabila pegangan kain
ditentukan, maka mencakup rasa kaku atau lembek, keras atau lunak, dan
kasar atau halus.
Untuk menetukan besarnya kekakuan dan drape ternayata terdapat
beberapa kesulitan. Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang

bisa mengatasi kesulitan dalam penentuan pegangan dan drape. Untuk itu
ada dua hal yang perlu diperhatikan :
1.
Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape,
dan desain instrumen yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara
individu.
2.
Menentukan teknik staistik untuk menetukan kesimpulan hubungan
antara hasil-hasil pengujian yang dinilai secara individu dan secara grup
oleh tim penilai.
Pengalaman menunjukan bahwa kesimpulan dari Pierce adalah dalam
sasaran bahwa kekakuan merupakan kunci dalam mempelajari pegangan
dan drape.
Kekakuan pada kain merupakan salah satu sifat dari kain yang susah
ditentukan dalam angka pada suatu pengujian. Dan definisi tentang
kekakuan ada beberapa macam, yaitu :
a. Kekakuan lentur (flexual rigidity) ialah besarnya momen pada ujung kain
dengan lebar kain tertentu membentuk lengkungan tertentu. Dasar
kekakuan lentur dinyatakan dalam mg cm. Kekakuan lentur berhubungan
dengan rasa pegangan. Kain dengan kekakuan lentur tinggi cenderung
mempunyai rasa pegangan kaku.
b. Panjang lengkung (bending length) ialah panjang kain damal cm
membentuk lengkungan sampai mencapai sudut 7,1o. Untuk mendapatkan
ketelitian yang baik maka dalam pelaksanaan pengujian panjang lengkungan
dihitung setelah panjang kain membentuk lengkungan pada 41,5o.
c. Kekakuan lentur lusi atau panjang lengkung lusi ialah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan benang lusi.
d. Kekakuan lentur pakan atau panjang lengkung pakan ialah lenturan atau
lengkungan yang hanya disebabkan benang pakan.

Prinsip penentuan kekakuan kain dengan Shirley Stiftness Tester adalah


contoh uji kain dengan ukuran 20 X 2,5 cm yang disangga oleh bidang datar
bertepi. Pita kain tersebut digeser kearah memanjang dan ujung pita

melengkung karena beratnya sendiri. Setelah ujung pita kain sampai pada
bidang yang miring dengan sudut 41,5 o terhadap bidang datar, maka dari
panjang kain yang menggantung tadi dan sudut dapat dipertimbangkan
parameter-parameter :

1.
Bending Length ( C )
Adalah panjang kain yang melengkung karena beratnya sendiri pada suatu
pemanjang tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang menetukan
mutu draping.
I adalah panjang pita kain yang menjulur keluar bidang datar. Pada Shirley
Stiftness Tester dipilih sudut 41,5 o, sehingga harga fungsi sudut adalah 0,5
dan harga bending length sama dengan 0,5 l.
1.
Flexural Regidity (G)
Adalah ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan. Abott
menyarankan bahwa nilai Flexural Regidity yang ditentukan dengan alat
menunjukan hubungan yang baik dengan penentuan kekakuan yang
dilakukan oleh orang.
G = 0,1 W C3 mg . cm
W adalah berat kain dalam g/m2
Perhitungan Flexural Regidity (kekakuan) arah lusi (KL) berarti yang panjang
lengkung (bending length/C) yang dipakai adalah panjang lengkung lusi dan

demikian juga kekakuan arah pakan (KP) maka panjang lengkung (C) yang
dipakai adalah panjang lengkung pakan. Untuk menghitung kekakuan total
(KT) dapat digunakan rumus :
KT = mg. cm
1.
Bending Modulus (Q)
Nilai ini tergantung pada luas pita dan bisa dianggap sebagai kekakuan yang
sebenarnya. Nilai ini bisa dipakai untuk mebandingkan kekakuan bahan pada
kain dengan tebal yang berbeda-beda. Tebal kain diukur dengan tekanan 1
lbs/inci2.
g = tebal kain dalam cm
III.
Alat

Alat dan Bahan

Stiffeness Tester, dengan


spesifikasi sebagai berikut
Penggeser

Bidang datar
Garis penunjuk
Garis miring membentuk sudut 41,5, dengan bidang horizontal.

Gunting dan mistar

Bahan
Kain contoh uji 20 cm x 2,5 cm, 3 lusi dan 3 pakan.

IV.
Cara Uji
Mempersiapkan bahan contoh uji dengan ukuran 20 x 2,5 cm sebanyak 3
buah untuk masing-masing arah benang (lusi dan pakan)
Contoh ujidikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Melakukan pengujian dengan meletakkan contoh uji pada bidang datar
pada alat.
Mengatur posisi contoh uji agar ujungnya berhimpit dengan tepi skala
yang ada pada alat, lalu menghimpitkan bidang geser pada contoh uji yang
telah siap.
Kemudian menggeserkannya hingga contoh uji menjulur dan kedua
ujungnya berhimpit pada kedua garis yang ada.
Dan setelah beberapa saat barulah membaca skala kekakuan.
Melakukan pengujian lagi untuk 3 buah contoh uji untuk masing-masing
arah benang (lusi dan pakan) dan tiap contoh uji bagian yang diuji adalah
ujung bagian depan, belakang, bawah, atas, sehingga dari satu contoh uji
mendapatkan 4 data sekaligus.
V.

Laporan Hasil Uji dan Diskusi


Arah Lusi

Arah Pakan

Permukaa
n
Lusi 1

Lusi 2

Lusi 3

Pakan
1

Pakan
2

Pakan
3

Depan

1,5

1,45

1,4

1,1

1,1

1,05

Belakang

1,7

1,2

1,2

1,05

1,1

1,1

Atas

1,55

1,3

1,25

0,9

1,15

Bawah

1,6

1,4

1,25

1,1

1,1

6,35

5,35

4,4

4,15

4,45

4,15

1,5875

1,3375 1,1125 1,0375 1,1125 1,0375

4,0375

1,3458

3,1875
1,0625

Panjang Lengkung rata-rata Lusi (Cl)

= 1,3458

Panjang Lengkung rata-rata pakan (Cp) = 1,0625


Berat kain 10 cm x 10 cm = 1,027 gram = 1027 mg

Diskusi
Dalam pengujian ini diuji 4 kali yaitu pada bagian depan, belakang, atas dan
bawah kain. Hasil tersebut dirata-ratakan untuk hasil pengukurannya.
Kekakuan yang baik ditunjukkan apabila kekakuannya lebih relatif kecil. Hal
ini biasanya dipengaruhi oleh penyusun seratnya serta konstruksi kain yang
digunakan. Selain itu kain pun dapat dibuat menjadi kaku agar lebih mudah
rapi dengan penyempurnaan tertentu. Agar hasil lebih akurat dan tepat, kain
harus dalam keadaan rapi tak ada lipatan sehingga perlu disetrika terlebih
dahulu.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Panjang Lengkung rata-rata Lusi (Cl)

= 1,3458

Panjang Lengkung rata-rata pakan (Cp) = 1,0625


Berat kain 10 cm x 10 cm = 1,027 gram = 1027 mg
250,33 mg/cm
123,18 mg/cm
19,33 mg/cm
3,48 kg/cm2

PENGUJIAN KAIN KEMBALI DARI LIPATAN (TAHAN KUSUT)


I.
Maksud dan Tujuan
1.
Menguji kemampuan kain untuk kembali kebentuk semula setelah
mengalami tekukan yang diuji dengan Shirley Crease Recovery Tester.
2.
Dapat melakukan pengujian untuk mengetahui kemampuan kain untuk
kembali dari sudut kusut.
3.
Dapat menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan sifat
kemampuan kembali dari sudut kusutnya.
II.
Teori Dasar
Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk
memperbaiki kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses
penyempurnaan. Wol merupakan serat yang elastisitasnya sangat baik,
sehingga mudah pulih dari kekusutan. Sifat ini menjadi dasar untuk
mengukur sudut kembali dari kekusutan. Oleh karena itu, tahan kusut kain
dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat penyusun kain dan stabilitas
dimensi kain.Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya baik maka sifatnya
akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang stabilitasnya jelek.
Kemampuan kembali kain dari kekusutan adalah sifat dari kain yang
memungkinkannya untuk kembali dari lipatan.
Ada dua istilah yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu ketahanan
terhadap kekusutan dan kembali dari kekusutan. Kalau suatu barang tekstil

jelek crease resistencenya, maka jelek pula crease recovery-nya,atau dengan


kata lain kain tersebut mudah kusut. Masalah ini penting karena menyangkut
juga kenampakan / keindahan suatu kain.
Pengujian tahan kusut biasanya dilakukan untuk bahan pakaian selain uji
kekakuan, kenampakkan, kilau, kehalusan, kekasaran dan mutu drapernya
juga. Sifat-sifat yang disebutkan tadi merupakan sifat yang cukup penting
untuk suatu pakaian ditinjau dari segi kenyamanan tujuan akhir pemakai.
Pemilihan bahan tekstil (kain) pada perdagangan secara umum dilakukan
dengan memegang dan mencoba memakai kainnya, dan dengan memegang
kain tersebut sebenarnya sedang menilai beberapa sifat sekaligus secara
subjektif berdasarkan kepekaan tangan si pemegang. Karena kerelatifannya
tersebut maka diciptakan sutau standar pengukuran termasuk dalam hal
kekakuan kain dan tahan kusut kain.
Terdapat dua cara pengukuran ketahanan kusut yaitu :
Pengujian total
Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester.
Prinsip kedua cara uji itu sama yaitu dengan menindih contoh uji dengan
suatu beban tertentu selama waktu tertentu pula sehingga dihasilkan lipatan
(dianggap sebagai kusut) kemudian beban dilepaskan sehingga contoh uji
membentuk huruf (V) dan diukur berapa besar pemulihannya. Untuk cara
total ynag diukur adalah jarak antara kedua ujung (V), sedangkan dengan
alat Shirley yang diukur adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh pita (V).
Yang dipakai dalam praktikum ini adalah dengan alat Shirley Crease
Recovery Tester.
Ketentuan dari sudut kusut :
Sudut kusut

Keterangan

x > 135

Baik sekali

1251350

Baik

1151250

Cukup

x <1150

Kurang

III.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Crease recovery Tester yang dilengkapi dengan :

Beban penekan 500 gram (AATCC) dan 800 gram (Shirley), yang
digunakan AATCC.
Busur derajat pengukur sudut kembali dari lipatan.
Lempeng pemegang contoh uji
Jarum penunjuk skala.

Gunting, pinset dan mistar.


2.
Bahan
Kain contoh uji ukuran (1,5 x 4) cm kearah pakan dan arah lusi maisngmasing 4 buah.

IV.
Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Pemegang contoh pegang ditangan kiri, contoh uji diletakkan dengan
menggunakan penjepit, ujung yang bebas dilipat ke belakang dan dijepit
dengan ibu jari.
Plastik penekan dibuka dengan tangan kanan, kemudian pemegang
contoh dan contoh uji dimasukkan ke dalam plastic penekan.
Penekan bersama-sama pemegang contoh secara perlahan-lahan diberi
beban seberat 500 g dan diamkan selama 5 menit.
Setelah 5 menit pemberat diambil dan pemegang bersama penekan
diangkat, kemudian pemegang contoh dimasukkanpada penjepit yang
terpasang pada permukaan piringan penguji, plastic penekan segera dilepas.
Lipatan harus tepat pada titik tengah piringan, dan bagian contoh uji yang
tergantung diatur agar segaris dengan garis penunjuk vertical. Diamkan
selama 5 menit.
Setelah 5 menit contoh uji yang tergantung diatur kembali agar segaris
dengan garis penunjuk vertical, dan baca sudut kembali sampai derajat
terdekat dari busur derajat.
Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain contoh uji
yang berbeda.
Perhitungan :

Harga rata-rata sudut kembali sari lipatan arah muka dan arah
belakang masing-masing untuk arah lusi dan arah pakan.
Apabila harga rata-rata sudut kembali dari lipatan bagian arah muka
dan belakang kurang dari 15o maka hasilnya dapat dirata-ratakan dan bila
lebih dari itu maka dilaporkan masing-masing.

V.

Laporan Hasil Uji dan Diskusi


Arah Lusi

Arah Pakan

Contoh uji Muka

Belakang

Muka

Belakang

1300

1350

1300

1420

1260

1500

1080

1260

2560

2430

2380

2680

130

300

124,750

126,50

1300

5,25

27,56

1300

3,5

12,25

1260

1,5

2,25

1080

-18,5

342,25

1350

10,25

105,06

1420

15,5

240,25

1500

25,25

637,56

1260

-0,5

0,25

772,43

595

Diskusi

Dari hasil praktikum didapatkan nilai derajat kekusutan untuk lusi yaitu
124,750dan untuk pakan yaitu 126,50. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai
sudut kusut kain contoh uji ini baik. Semakin besar sudut kembali semakin
baik stabilitas kain tersebut, karena dapat kembali ke semula dengan cepat.
Standar yang digunakan adalah standar AATCC, dengan berat 500 gram
waktu 5 menit.
Adapun faktor yang mempengaruhi sifat ketahanan kusut pada suatu kain,
antara lain adalah sifat serat yang digunakan pada pembuatan kain tersebut.
Sifat serat akan berpengaruh terhadap kain yang dihasilkannya. Pada kainkain yang mempunyai ketahanan kusut yang jelek dapat diperbaiki dengan
melakukan proses penyempurnaan anti kusut pada kain, sehingga kain yang
telah mengalami proses penyempurnaan anti kusut akan mempunyai
ketahanan kusut yang baik.

VI.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA


I.
Maksud dan Tujuan
Maksud : Mengukur volume udara yang dapat melalui kain pada suatu
satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu dengan melihat besarnya
udara yang melewati kain, yang langsung menggerakan manometer air.
Tujuan : Menghitung harga daya tembus udara pada kain contoh dan dapat
menilai mutu atau klasifikasi kain yang diuji berdasarkan nilai daya tembus
udaranya.
II.
Teori Dasar
Susunan kain yang terjadi dari benang-benang dan benang-benang terdiri
dari serat-serat,maka sebagian volume dari kain sebenarnya terdiri dari
ruang udara.Jumlah ukuran dan distribusi dari ruang tersebut sangat
mempengaruhi sifat-sifat kain,seperti kehangatan dan perlindungan
terhadap angin dan hujan serta efisiensi penyaringan dari kain-kain untuk
keperluan industri.
Meskipun jumlah ruangan udara dari dua macam kain sama,akan tetapi
mungkin saja kain yang satu lebih sukar dilalui udara daripada yang lain,oleh
karena itu lebih hangat dipakaiAda dua istilah yang dipakai yang
berhubungan dengan ruang udara pada kain :
1.
Daya Tembus Udara (Air Permeability)
Laju aliran udara yang melewati suatu kain, dimana tekanan pada ke dua
permukaan kain berbeda. Daya Tembus Udara (Air Permeability) yaitu untuk
menyatakan berapa volume udara yang dapat melalui kain pada suatu
satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu, satuan misalnya
cm3/detik/cm2/I cm tekanan air.
Tekanan terhadap udara (Air Resistant) adalah untuk menyatakan berapa
lama waktu tiap volume udara tertentu dapat melalui kain tiap satuan luas
tertentu dengan tekanan tertentu pada tekanan udara tertentu, satuannya
misalnya detik/m3/cm2/ I cm tekanan air.
2.
Rongga Udara (Air porosity)
Rongga Udara (Air Porosity) adalah untuk menyatakan berapa persentase
volume udara dalam kain terhadap volume keseluruhan air tersebut.

Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur daya tembus udara kain
adalah alat elison incline draft gage (buatan United States Testing Co.). Pada
dasarnya alat uji daya tembus udara mempunyai bagian-bagian penting
yaitu :

Pemegang contoh dengan luas lubang tertentu.


Alat penghisap udara.
Pengatur tekanan udara.
Skala untuk memcatat hasil uji.

Alat uji daya tembus udara yang digunakan pada praktikum ini ialah buatan
United States Company. Alat ini terdiri dari tabung yang salah satu ujungnya
terdapat klem pemegang contoh kain yang diuji dengan luas tertentu. Juga
terdapat cicin klem dengan beberapa ukuran yang disesuaikan dengan tebal
kain yang diuji. Sisi lain dari tabung dihubungkan dengan kipas penghisap
udara yang dapat diatur kecepatan putarannyaoleh sebuah rheostat.
Ditengah tabung diberi sekat yang berlubang, dimana besar lubang diatur
dengan menggunakan mulut (orifice). Ada 8 orifice dari ukuran 2 mm 16
mm diameternya, disesuaikan dengan besar kecilnya daya tembus udara
dari kain yang diuji.
Kapasitas alat dapat mengukur daya tembus udara 4,0 794 ft3/menit/ft2
dengan tekanan udara 15 inchi tinggi air.
Alat ini dilengkapi juga dengan dua buah manometer yaitu:

Manometer tegak (Manometer air) yang berupa pipa gelas yang diberi

skala 2 15 inchi. Sisi atas dari manometer ini dihubungkan melalui pipa
karet atau plastik diruang tabung dekat kipas, sedang sisi bawah dari
manometer dihubungkan ke reservoir berisi air. Bagian atas reservoir
yang berisi udara dihubungkan ke ruang tabung yang drkat dengan klem
contoh, sehingga didalam keadaan seimbang tekanan udara di ruang ini
sama dengan tekanan udara di dalam reservoir tersebut.
Incline Manometer (Manometer minyak) yang juga berupa pipa gelas
yang diberi skala. Pada ujung atas dihubungkan dengan ruang udara pada
reservoir berisi air, sedang bafian bawah dihubungkan dengan reservoir
berisi minyak. Ruang udara dari reservoir minya tersebut dihubungkan

dengan udara keluar. Tinggi rendahnya minyak menunjukkan besarnya


tekanan udara yang melalui kain dan dapat dilihat pada skala.
Hasil pengujian dilihat pada skala manometer air. Pembacaan tersebut
dilakukan setelah keseimbangan dicapai , yaitu apabila skala manometer
tetap menunjukkan skala 0,5.
III.
Prinsip Pengujian
Kain dengan Inas tertentu dilewati udara dengan tekanan tetap, dan laju
aliran udara diukur dengan mengamati manometer air. Dari basil
pengamatan manometer air dapat diketahui daya tembus udaranya.

IV.
Standar Pengujian
SNI 08-3810-1995. Tekstil- Cara Uji Daya Tembus Udara Pada Kain

Sistem Manometer
V.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat uji daya tembus udara (air permeability tester) yang dilengkapi dengan :
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

Pemegang contoh uji dengan luas lubang tertentu.


Kipas penghisap untuk mengalirkan udara.
Manometer air (Manometer Tegak).
Incline manometer (Manometer minyak), tinggi rendahnya minyak
pada alat ini menunjukkan besarnya tekanan udara yang melalui contoh
kain.
Pengatur besarnya tekanan udara yang melalui contoh uji.
Skala untuk mencatat hasilnya.
Penjepit, sebagai penjepit contoh uji yang dilengkapi cincin penjepit.
Oryfice sebanyak 8 buah dengan kapasitas daya tembus udara seperti
pada tabel.

UKURAN ORIFICE DAN HARGA DAYA TEMBUS UDARA PADA KAIN


Daya tembus Udara (ft3/menit/ft2)
Diameter Orifice
(mm)

Harga Minimal (h)

Harga
Maksimal (H)

4,0

11,4

9,3

26,6

20,0

58,0

32,0

91,0

40,0

113,0

72,0

197,0

11

137,0

375,0

16

292,0

794,0

2.
Bahan
Contoh uji : kain sisa pada 2 tempat yang berbeda
VI.
Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab.
Membuka klem pemegang kain contoh uji.
Memasang kain contoh uji pada klem tersebut.
Memasang cincin klem pada kain contoh uji yang ada di atas klem
tersebut sehingga kain menjadi tegang. Penggunaan cincin klem harus
sesuai dengan tebal tipisnya kain. Cincin klem tidak terlalu kecil, sehingga
menyebabkan kain sangat tegang dan cincin sulit dibuka, cincin klem juga
tidak boleh terlalu besar yang menyebabkan kain menjadi kendor pada klem
pemegang.
Menutup klem pemegang kain tersebut pada tabung.
Menekan tombol kipas atau fan, sehingga fan berputar. Manometer air dan
minyak akan bergerak. Bila gerakan kecepatan keduanya tidak sama, maka
orifice harus diganti. Bila kecepatan keduanya terlalu cepat, maka orifice

diganti dengan yang lebih kecil, begitu sebaliknya. Orifice mempunyai


diameter 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 16 mm.
Setelah penggantian orifice yang terdapat pada tabung bagian tengah
selesai, melakukan pengujian dari awal.
Setelah menyalakan fan, bila gerakan pergeseran minyak pada
manometer berhenti, maka untuk mempercepatnya dibantu dengan
menggeser tahanan gesek atau reostat untuk mempercepat putaran fan.
Sehingga minyak dapat bergerak kembali.
Bila manometer minyak telah mencapai skala 5, maka bacalah skala
yang ditunjukan oleh manometer air. Pembacaan manometer yang baik
antara 2 15 inchi.
Melakukan pengujian pada 2 tempat yang berbeda dari kain.
Perhitungan :
v X

= harga daya tembus udara

v H

= harga minimum orifice

v h

= harga maksimum orifice

v SD = Standar Deviasi
v CV = Koefisien Variasi

Minyak
Air

=5
= 15 (maksimal) dan 2 (minimal)

VII.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Menggunakan lubang atau diameter orifice (mm) = 11
h = 137,0 (Ft3/menit/Ft2)
H = 375,0 (Ft3/menit/Ft2)

Harga manometer air :

Contoh 1 = 2,3
Contoh 2 = 2,2

x
2,3

0,05

0,0025

2,2

-0,05

0,0025

= 0,005

Diskusi
Prinsip pengujiannya adalah kain dengan luas tertentu dilewatkan udara
dengan tekanan tetap, dan laju aliran udara diukur dengan mengamati
manometer air. Nilai DTU yang didapatkan yaitu 71,9211 cm3/detik/cm2. Pada
nilai minyak 5 kita melihat nilai pada air.
Pengujian dilakukan pada dua tempat yang berbeda dengan ukuran sesuai
diameter pada alatnya. Orifice pun disesuaikan dengan melihat kenaikan
minyak dan air agar tidak terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat
sehingga kenaikannya bisa sejalan. Lubang orifice yang terlalu kecil dan
kurang sesuai akan menimbulkan suara yang lebih bising dibanding lubang
yang lebih besar sehingga lubang orifice yang digunakan harus diganti
menjadi lebih besar. Nilai DTU ini sangat dipengaruhi diameter orifice yang
digunakan. Semakin tinggi diameter orifice nya maka daya tembus udara
nya pun makin banyak. Selain diameter orifice, Daya tembus udara pada
kain sangat dipengaruhi oleh konstruksi kain tersebut. Konstruksi dalam hal
ini adalah tetal benang dan jenis anyaman kain. Semakin besar tetal benang

maka semakin rapat kain tersebut dan semakin susah untuk untuk ditembus
oleh udara sehingga kemampuan tahan tembus udaranya besar, begitupun
dengan jenis anyaman. Semakin banyak anyaman memiliki benang yang
rapat semakin besar tetal kainnya dan semakin besar pula daya tahan
tembus udaranya.
Pemilihan orifice harus benar-benar teliti dan dibutuhkan kesabaran, karena
jika salah hasilnya tidak akan menunjukan hasil yang akurat.Makinterbuka
struktur suatu kain akan makin besarlah daya tembus udaranya, sehingga
udara dapat bebas masuk kedalam serat dan berhembus. Selain daya
penutup kain, faktor nomor benang dan twist faktor benang yang
dipakai,mempengaruhi daya tembus udara , Penambahan putaran fan
sebelum minyak dalam manometer berhenti akan menyebabkan skala yang
dihasilkan menjadi kurang tepat. Sebab skala manometer air yang ditunjukan
bukan merupakan skala dimana manometer minyak berhenti, Pengencangan
kain oleh cincin klem pemegang yang terlalu tegang menyebabkan kain
menjadi tertarik terlalu kuat, sehingga benang benang yang beada dalam
kain menjadi renggang. Sehingga aliran udara yang melewati kain tersebut
menjadi besar., Kondisi kain yang diuji mempunyai lipatan lipatan / kusut,
sehingga besarnya udara yang melewati kain tersebut menjadi kurang stabil.
Pengujian tembus udara biasanya dilakukan untuk kain tenda atau parasut
yang biasa digunakan berhubungan dengan udara atau pada kain yang telah
dilakukan penyempurnaan biasanya penyempurnaan tolak air atau tahan air.
1.
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Nilai daya tembus udara =

KONSTRUKSI KAIN
I.
Maksud dan Tujuan
Melakukan penimbangan dan perhitungan tetal kain contoh uji, untuk
menghitung nomor benang dari kain dan mengkeret benang dari kain
sehingga dapat mengetahui berat kain per meter persegi.
II.
Teori Dasar
1.
Anyaman kain tenun
Anyaman kain tenun adalah silangan antara benang lusi dengan benang
pakan sehingga terbentuk kain tenun. Benang lusi adalah benang yang
sejajar dengan panjang kain tenun biasanya digambarkan kearah vertical,
sedangkan benang pakan adalah benang yang sejajar dengan lebar kain dan
biasanya digambarkan kea rah horizontal.
Untuk menyatakan anyaman suatu kain tenun dapat dilakukan dengan cara :
Dengan menyebut nama anyaman
Dengan gambar anyaman

Dengan gambar
Dengan tanda
Anyaman pada tekstil di golongkan menjadi 5 bagian :
Anyaman dasar, dimana terdiri dari :

Anyaman polos .
Anyaman Keper
Anyaman satin .

Anyaman turunan
Anyaman ini merupakan turunan dari anyaman polos, yang pada anyaman
polos dan keper terbagi atas turunan langsung dan tidak langsung
.Sedangkan pada satin hanya turunannya saja .
Anyaman campuran
Anyaman dengan benang berwarna
Anyaman dengan tenunan rangkap
Anyaman khusus, misalnya; anyaman pique, anyaman handuk, anyaman
berbulu, anyaman dengan benang pengisi, anyaman permadani dan lainlain.

2.
Nomor benang
Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan
dalam satuan berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat
tertentu.

Penomoran benang dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :


1.

Penomoran langsung ; penomoranyang berdasarkan pada berat


benang setiap panjang tertentu. Contoh : penomoran cara denier (TD),
penomoran benang cara tex.
2.
Penomoran tidak langsung ; penomoran benang berdasarkan pada
panjang benang setiap berat tertentu. Contoh : penomoran cara inggris
(Ne1), penomoran cara metric (Nm).
3.
Tetal Benang
Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang setiap
satuan panjang tertentu, misalnya jumlah benang setiap cm atau inchi. Ada
beberapa cara menentukan tetal benang, yaitu : denagn kaca pembesar,
dengan kaca penghitung secara bergeser, dengan cara urai, dengan
proyektor, dengan parallel line grating dan dengan taper line grating.
4.
Mengkeret Benang
Apabila benang ditenun maka akan berubah panjangnya, hal ini karena
adanya silangan pada kain. Untuk menyatakan perubahan ukuran tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara :
Crimp ; adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus
(pb) menjadi kain tenun (pk) terhadap kain tenun.
Teke up ; adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan
lurus (pb) menjadi kain tenun (pk) terhadap panjang benang dalam keadaan
lurus.

III.
1.
Alat
Gunting
Jarum

Alat dan Bahan

Pensil
Timbangan benang
Timbangan digital
2.
Bahan
Kain tenun ukuran 11 cm x 11 cm
IV.
Cara Uji
Contoh uji dikondisikan hingga mencapai keseimbangan lembab
(seharusnya dilakukan).
Menentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 2 tempat yang berbeda lalu,
cari harga rata-ratanya. (=.hl/inchi =..hl/cm)
Kain contoh dipotong dengan ukuran 10 x10 cm, kemudian ditimbang
Benang lusi dan pakan diambil dari sisi yang berbeda (kanan, kiri, atas
dan bawah), masing-masing 5 helai. ( lusi = 10 hl dan pakan = 10 hl ), lalu
ditimbang masing-masing.
Menghitung panjang benang lusi dan pakan tersebut (setelah diluruskan).
Mengitung mengkeret benang lusi dan pakan
Keterangan :
Panjang benang dari kain contoh = PK
Rata-rata panjang benang setelah diluruskan (10 helai untuk lusi dan pakan)
= PB
Menghitung nomor benang lusi dan pakan

Jumlah panjang 10 helai lusi setelah diluruskan =.cm =.m


Berat 10 helai lusi = ..mg=..g.

Menghitung berat kain/m2 secara teoritis

Dengan penimbangan

Dengan perhitungan

Benang pakan = B3 (g/m2)


Berat kain = B2 + B3 = B4 (g/m2)
Menghitung selisih berat hasil penimbangan (BK) dengan perhitungan
(B4)=
Keterangan :
Bb = Hasil perhitungan yang paling berat
Bk = Hasil perhitungan yang paling ringan

V.

Laporan Hasil Uji dan Diskusi


1. Tetal lusi dan pakan pada 2 tempat diperoleh rata-rata
sebagai berikut :
Panjang pakan (cm)

Panjang lusi (cm)

10,1

10,1

10,1

10,2

10,2

10,1

10,1

10,2

10,1

10,1

10,1

10,1

10,1

10,1

10,3

10,1

10,1

10,2

10,1

10,1

= 10,13

= 10,13

a.Tetal Lusi
b. Tetal Pakan

: (120 + 119)/2
: (71 + 73)/2

= 119,5 hl/inci = 47,047 hl/cm


= 72 hl/inci = 28,346 hl/cm

2. Berat Kain 10X10 = 1,031 gram


3. Berat benang lusi dan pakan
a. Berat Lusi
= 0,014 gram
b.Berat Pakan

= 0,015 gram

4. Mengkeret:
M = PB-PK / PB
PK : Panjang benang dari kain contoh (10 cm)
PB : rata-rat panjang benang setelah diluruskan
a. Lusi

= 10,13 10 /10,13 X 100 % = 1,283%

b. Pakan

= 10,13-10 / 10,13 X 100 % = 1,283%

5. Nomor benang lusi dan benang pakan


a. Pakan
Jumlah panjang 10 hl lusi setelah diluruskan = 101,3 cm = 1,013 m
Berat 10 hl lusi = 16 mg = 0,015 gram
1 hank = 7,68 m
1 lbs = 453,6 g
1 inci = 2,54 cm
Nm = panjang(m)/berat (g) = 1,031 m / 0,015 gr = 68,733
Ne1 = panjang (hank)/berat (lbs) = 0,1342448 hank / 0,0000331 lbs =
4055,7341
Tex = 1000 X berat (g)/panjang (m) = (1000 x 0,015 gram) /1,013 m =
14,807
Td = 9000 X berat (g)/panjang (m) = (9000 x 0,015 gram) /1,013 m =
133,267
b. Lusi
Jumlah panjang 10 hl pakan setelah diluruskan = 101,3 cm = 1,013 m
Berat 10 hl pakan = 14 mg = 0,014 g
1 hank = 7,68 m
1 lbs = 453,6 g
1 inci = 2,54 cm
Nm = panjang(m)/berat (g) = 1,013 /0,014 = 72,357

Ne1 = panjang (hank)/berat (lbs) = 0,131901 / 0,0000331 = 3984,924


Tex = 1000 X berat (g)/panjang (m) = (1000 x 0,014 g) / 1,013 m = 13,820
Td = 9000 X berat (g)/panjang (m) = (9000 x 0,014 gram) /1,013 m =
124,383

6. Berat kain /m2


a. dengan penimbangan
Berat kain / m2 = 100 X 100/10 X 10 X 1,031 gr = 103,1 g/m2
b. dengan perhitungan
1)

berat benang lusi/ m2


= tetal (hl/cm) X 100 X (100/100-mengkeret lusi) X 100 / Nm lusi
X 100
= 47,047 hl/cm x 100 x (100/100-1,283) x 100 / 72,357x 100
= 47,047 hl/cm x 100 x (100/98,717) x 100 / 7292,8
= 47,047 hl/cm x 100 x 1,013 x 100 / 7292,8
= 65,350 g/m2 (B2)
2)
berat benang pakan/ m2
= tetal (hl/cm) X 100 X (100/100-mengkeret pakan ) X 100 / Nm
pakan X 100
= 28,346 x 100 x (100/100-1,283) x 100 / 68,733x 100
= 28,346 x 100 x (100/98,717) x 100 / 6873,3
= 28,346 x 100 x 1,012 x 100 / 6873,3

= 41,735 g/m2 (B3)


3)
Berat kain /m2 = B2 + B3 = 65,350 g/m2 + 41,735 g/m2 = 107,085g/m2
4)
Selisih berat hasil penimbangan dengan hasil perhitungan
= 107,085 103,1 / 107,085 x 100%
= 0,0372134 x 100%
= 3,72134 %

Diskusi
Pada praktikum ini pengambilan sampel dilakukan pada dua contoh uji yang
tempatnya berbeda karena agar hasil uji mewakili suatu contoh uji. Sebelum
kain contoh dipotong 10 x 10 cm sebisa mungkin kita menguraikan lusi dan
pakannya sehingga mendekati ukuran 10 x 10 cm setelah itu diberi batasan
dengan ukuran 10 x 10 cm dan kemudian pakan dan lusinya diurai sampai
mendapatkan kain dengan ukuran 10 x 10 cm. Setelah itu sisa-sisa benang
lusi dan pakan dipotong sesuai dengan ukuran kain. Hal tersebut dilakukan
untuk menghindari kesalahan pemotongan kain contoh yang miring dan
tidak sejajar dengan arah serat/benang.
Dalam Perhitungan tetal lusi dan tetal pakan ,untuk mempermudah proses
perhitungan tetal, kita dapat menguraikan benang lusi / pakan satu per satu
( tentunya setelah diberi batasan 1 inch ).Semua pemeriksaan tetal pada
kain,tidak dilakukan pada bagian dekat tepi kain (1/10 lebar kain) karena
tegangan kiri kanan dengan yang di tengah berbeda sehingga kemungkinan
tetalnya akan lebih besar dibandingkan dengan yang di tengah.
Selisih perhitungan didapatkan sebesar 3,72134 %. Selisih berat tersebut
dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat dilakukan
dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang, serta
panjang kain dan tetal kain pada saat pengujian. Oleh karena itu untuk
memperoleh hasil yang baik dan selisih yang sangat kecil perlu adanya
ketelitian yang lebih besar dalam pengujian. Tetapi hal itu pun dapat terjadi
karena kain yang dilakukan penimbangan mengkeretnya lebih besar atau
komponen lainnya lebih besar sehingga perbedaan hasil penimbangan dan

perhitungan cukup besar. Pada pengujian konstruksi kain ini, ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan kesalahan, seperti :
1.

Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada saat menentukan


tetal kain (jumlah lusi dan pakan).
2.
Kurang teliti dalam melakukan penimbangan, menggunting kain, dan
melakukan pengukuran jumlah mulur untuk setiap benang lusi dan pakan.
Hal tersebut dinamakan juga human error dan pengondisian kain dengan
baik. Dalam praktikum ini ketelitian sangat dibutuhkan agar hasil yang
dihasilkan optimal. Jumlah perbandingan perhitungan kecil maka data yang
didapatkan mendekati yang seharusnya. Perlu diperhatikan pada saat
menggunting, mengukur dan menimbang kain usahakan sesuai dengan yang
dibutuhkan.

VI.
Kesimpulan
Mengkeret Lusi
= 1,283%
Mengkeret Pakan
= 1,283%
Nomor Benang Lusi
Nm = 72,357
Ne1 = 3984,924
Tex = 13,820
TD = 124,383
Nomor Benang Pakan
Nm = 68,733
Ne1 = 4055,7341
Tex = 14,807

TD = 133,267
Berat Kain
Penimbangan = 103,1 g/m2
Perhitungan

Berat benang lusi = 65,350 g/m2


v
Berat benang pakan = 41,735 g/m2
v
Berat kain = 107,085g/m2

Selisih berat hasil penimbangan dengan hasil perhitungan = 3,72134


v

PENGUJIAN KELANGSAIAN (DRAPE)

1.
Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui prinsip praktikum pengujian langsai kain (drape) dan
Untuk menghitung drape terhadap kain.
1.
Teori Dasar
Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya tekukan kain
yang disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan
sebagianya apabila kain digantungkan . Drape factor adalah perbandingan
selisih luas proyeksi vertical degan luas landasan contoh uji , terhadap selisih
contoh uji dengan luas landasan contoh uji.
The Fabric research laboratories of USA telah
mengembangkan suatu metode untuk mengukur drape , hal ini dilakukan
dengan cara menggabungkan karakteristik lusi dan pakan menghasilkan
suatu lekukan seperti terlihat ditoko apabila suatu kain digantungkan pada
gantungan bulat.
Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter
25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain
yang tidak tersangga akan jatuh (drape) , seperti terlihat sebagai berikut:

Gambar 13 contoh uji kelangsaian kain (drape)

1.
Prinsip Pengujian
Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter
25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat bediameter 12,5cm, dagian kain
yang tidak tersangga akan jatuh (drape) dengan alat drape tester.
1.

Standar Pengujian
SNI 08-1511-2004

1.
Alat dan Bahan
1.
Alat
2.
Drape tester
3.
Alat pengukur contoh uji
4.
Gunting
5.
Computer
6.
Alat tulis
7.
Bahan
Contoh uji berukuran diameter 25 cm

contoh uji pengujian drape

1.
1.

Cara Uji
Gunting kain contoh uji sesuai pola piringan diameter 25 cm , beri
tanda muka dan belakang kain, buat lubang pada titik pusat lingkarang
diameter 3mm
2.
Kondisikan kain dalam keadaan stnadar
3.
Nyalakan computer
4.
Nyalakan drape tester dengan cara membuka kaca , kemudina tekan
saklar kanan bawah alat sampai lampunya mynala\
5.
Klin icon drape tester, sampai keluat menu drape tester
6.
Pasang contoh uji pada landasan uji, sehingga titik pusatnya berada
pada titik tengah landasan uji
7.
Jalankan alat sehingga cotoh uji berputar 30 detik atau 60 putaran.
Biarkan beberapa saat
8.
Klik reset , tunggu sampai lampu merah pada alat menyala
9.
Beri nama operator pada nama kain
10. Klik start untuk memulai pengujian, photo sensor bekerja membaca
drape kain, biarkan sampai pengujian selesai
11. Lakukan bagian muka dan belakang.

1.
Laporan Hasil Uji dan Diskusi
Data dari drape tester :
Data

Jari-jari sample (mm)

127

127

Jari-jari landasan (mm)

63,5

63,5

Luas sample (mm2)

50.670,75

50.670,75

Luas landasan (mm2)

12.468,98

12.468,98

Jari-jari rata-rata drape (mm)

90,48

89,89

Luas drape (mm2)

25.719,06

25.384,73

Drape (%)

34,68

33,81

DRAPE = x 100%

Data kelangsaian kain


Kelangsaian (Drape)

Pengujian

Luassampel
(mm2)

Luas
landasan
(mm2)

Luas
drape
(mm2)

50.670,75

12.468,98

25.719,06 34,68

50.670,75

12.468,98

25.384,73 33,81

34,25

Diskusi

Drape
(%)

68,49

Untuk uji pegangan kain, dapat dilakukan dengan memegang langsung yang
dapat dinilai secara subjektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu kain
dilakukan beberapa pengujian pegangan kain. Pengujian drape ini artinya
kemampuan kain untuk memberikan kenampakan langsai. Misalnya untuk
pakaian wanita diperlukan pakaian yang memiliki drape yang
bagus( koefisien drape rendah). Pengujian dilakukan dengan cara selembar
kain contoh uji ukuran diameter 25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat
bediameter 12,5cm, dagian kain yang tidak tersangga akan jatuh (drape).
Pada pengujian dilakukan dengan mesin yang secara otomatis akan
menghitung nilai persentase drape.
Dari pengujian ini dihasilkan nilai drape 34,25%, kain contoh uji menunjukan
kelangsaian yang kurang cukup baik karena nilainya berada di bawah 50%.

1.
Kesimpulan
% Drape = 34,25 %
Termasuk memiliki kelangsaian yang cukup baik.

About these ads

Anda mungkin juga menyukai