Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIKUM DESAIN TEKSTIL 1

DEKOMPOSISI KAIN

Disusun oleh :
Nama : Nurwahyudi
Npm : 21410012
Grup : 2T1
Jurusan : Teknik tekstil
Dosen : 1. Giarto,AT, M.Si
2. Ria W.,S.ST
3. Tjiptodi

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2022
BAB 1
DEKOMPOSISI KAIN POLOS

MAKSUD DAN TUJUAN


Pada praktikum kali ini mahasiswa akan melakukan dekomposisi kain polos dengan
tujuan agar mahasiswa bisa mengetahui
• arah lusi pakan
• jenis benang yang digunakan dalam kain
• nomer benang lusi pakan
• mengekeret lusi pakan
• berat kain
• selisih berat
• cover factor

DASAR TEORI
Dekomposisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses perubahan
menjadi benda yang lebih sederhana atausecara umum proses dekomposisi kain
bermaksud dan bertujuan untuk mengetahui jenis anyaman yang dipakai atau
digunakan pada suatu jenis kain [kain contoh uji]. Proses dekomposisi kain ini
dilakukan mempunyai maksud dan beberapa tujuan. Yaitu sbb:
• Tujuan Ekonomis; untuk menghitung biaya atau harga pokok pembuatan kain
yang seperti kain contoh.
• Tujuan Pengawasan Mutu; untuk dipakai sebagai alat guna menentukan mutu
kain jadi maupun untuk pengawasan mutu kain yang sedang dibuat
berkenaan dengan suatau kontrak [pesanan].
• Tujuan Teknis; untuk memperoleh data – data guna pembuatan kembali
[meniru dengan tepat] kain yang sesuai dengan contoh. Bahkan bila perlu
membuat kain yang lebih baik daripada kain contoh.
Sehingga makna dari Menganalisis kain tenun atau biasa disebut dengan
“dekomposisi”, adalah suatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil
analisis tersebut dapat diperoleh data – data yang dapat digunakan untuk membuat
kembali kain yang sesuai dengan contoh yang dianalisis tadi.
Anyaman polos disebut juga sebagai anyaman platt,tafleta, dan anyaman plain.
Anyaman ini paling sederhana dan paling banyak dipakai orang. Penyilanagan
antara benang lusi dan pakan bergantian. Anyaman ini paling banyak silangan –
silangannya dibandingkan dengan anyaman – anyaman lainnya, karena itu relatif
paling kokoh pula. Hanya pada kain ini, kemungkinan jumlah benang setiap inchinya
relatif lebih sedikit dibanding dengan anyaman yang lain. Terlalu banyak benang
akan menghasilkan kain yang kaku.
Ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos:
• Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua dan
paling banyak dipakai
Mempunyai raport yang paling kecil dari semua jenis anyaman
• Bekerjanya atau kombinasi pakan dan benang lusi paling sederhana, yaitu :
1-naik dan 1-turun
• Ulangan raport: kearah horizontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi
sesudah 2 helai pakan, sedangkan kearah vertikal (panjang kain) atau kearah
lusi diulangi sesudah 2 helai lusi
Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain
• Jika faktor–faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan kain
menjadi: paling kuat diantara anyaman yang lain dan letak benang lebih teguh
atau tak mudah berubah tempat.
• Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor – faktor
konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman lainnya.
• Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran (
range) yang lebih besar daripada dalam anyaman yang lain ( 10 hl/"-200 hl/"
). Demikianpun perpencaran berat kain adalah lebih besar daripada dalam
anyaman lain (0,25 oz/yds2 --- 52 oz/yds 2).
Anyaman polos lebih sesuai / mampu untuk diberi rupa ( appereance) yang lain
dengan jalan mengadakan ubahan – ubahan desain, baik struktural desain maupun
surface desain dibandingkan dengan anyaman lainnya. Pada umumnya kain dengan
anyaman polos penutupan kainnya ( fabric cover) berkisar pada 25% - 75%
Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis ( open construction or
sheer texture) dengan hasil yang memuaskan daripada menggunakan anyaman
yang lain.
• Banyak gun yang digunakan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi
digunakan 4 gun atau lebih.
• Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi medium dengan
fabric cover 51% - 75%. Penutupan lusi dan pakan berkisar 31% - 50%. Jenis
kain ini misalnya: kain yang diprint (print cloth) sheetings dll.
Anyaman polos untuk kain padat ( close construction ) , biasanya menggunakan
benang pakan yang lebih besar daripada benang lusi.
ALAT DAN BAHAN
• Lup
• Gunting
• Penggaris
• Jarum
• Timbangan
• Kain contoh
LANGKAH KERJA
1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga
rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai
( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
• No. Metrik [Nm]
• No. Inggris [Ne1]
• Tex
• Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
• Berat Percobaan/ m²
• Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
• Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
• Warp Cover [Cw]
• Filling Cover [Cf]
• CF (%)
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 119 tetal pakan = 86,5
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 3,84 %
Mengkeret pakan = 1,96 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan :
Nm = 77,04 Nm = 82,29
Ne1 = 45,45 Ne1 = 48,55
Td = 116,82 Td = 109,36
Tex = 12,98 Tex = 12,15
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 101 g/m2
Hasil perhitungan = 105,43 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 4,2 %
Fabric Cover = 78 %

DAFTAR PUSTAKA

http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/dekomposisi-kain-anyaman-polos-
i.html
BAB 2
DEKOMPOSISI KAIN KEEPER

MAKSUD DAN TUJUAN


Pada praktikum kali ini mahasiswa akan melakukan dekomposisi kain polos dengan
tujuan agar mahasiswa bisa mengetahui
• arah lusi pakan
• jenis benang yang digunakan dalam kain
• nomer benang lusi pakan
• mengekeret lusi pakan
• berat kain
• selisih berat
• cover factor

DASAR TEORI
Secara umum proses dekomposisi kain bermaksud dan bertujuan untuk mengetahui
jenis anyaman yang dipakai atau digunakan pada suatu jenis kain [kain contoh uji]
Cara Membaca Rumus Anyaman Keper
1. Angka diatas garis horisontal lebih besar daripada angka dibawah dinamakan
anyaman keper lusi
2.Angka diatas garis horisontal lebih kecil dari pada yang ada di bawah garis
dinamakan anyaman keper pakan
Cara menamai efek lusi ataupun efek pakan sebagai berikut :
1. Misal lebih banyak benang lusi yang diatas benang pakan disebut efek lusi,
biasanya pada jenis keper lusi
2. Misal lebih banyak benang pakan yang diatas benang lusi disebut efek pakan,
biasanya pada jenis keper pakan
Cara menggambar anyaman keeper
1. Kita harus membuat rumusnya dulu, seperti atau
Dimana: EL : Efek Lusi : arah anyaman yang terlihat dari kiri bawah ke kanan atas
EP : Efek Pakan : arah anyaman yang terlihat dari kanan bawah ke kiri
atas
2. Lalu kita tentukan bera berapa gunnya, cara pembuatan yang sederhana itu
msal
3 gun. Keper dapat ditulis sebagai berikut . yaitu angka 2 sebagai lusi yang
menyilang diatas 2 pakan, kemudian menyilang dibawah sebuah benang pakan
berikutnya yang ditunjukkan oleh angka 1 dibawah. Dalam hal ini permukaan kain
menunjukkan permukaan lusi karena lusi menyilang diatas pakan lebih banyak dari
pada menyilang dibawah pakan.
3. Kita tentukan angka loncat
4. Setelah menentukan Gunnya, tinggal kita memilih arah silangan anyaman.
Ciri-ciri dan karakteristik anyaman keper:
• Anyaman Keper adalah anyaman dasar yang kedua
• Pada permukaan kain terlihat garis miring atau rips miring yang tidak putus –
putus
• Jika arah garis miring berjalan dari kanan bawah ke kiri atas, disebut Keper
Kiri.
• Jika arah garis miring berjalan dari kiri bawah ke kanan atas, disebut Keper
Kanan
• Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi, disebut Keper Efek Lusi atau
Keper Lusi
• Garis miring yang dibentuk oleh benang pakan, disebut Keper Efek Pakan
atau Keper Pakan
• Garis miring yang membentuk sudut 45° terhadap garis horizontal
• Appereance kain pada permukaan atas dan bawah berlainan
• Jika raport terkecil dari anyaman keper = 3 helai lusi dan 3 helai pakan
disebut keper 3 gun
• Anyaman keper diberi nama menurut banyaknya gun minimum, misalnya :
keper 3 gun, keper 4 gun, keper 5 gun dan seterusnya.
• Biasanya dibuat dalam konstruksi padat
• Dalam kondisi yang sama (faktor – faktor yang lain sama), kekuatan kain
dengan dengan anyaman polos lebih besar daripadakekuatan kain dengan
anyaman keper
• Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada anyaman polos
• Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakan gaaris
miring
• Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan tetal
pakan
• Garis miring dengan sudut >45° disebut keper curam (steep twill)

ALAT DAN BAHAN


• Lup
• Gunting
• Penggaris
• Jarum
• Timbangan
• Kain contoh
LANGKAH KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga
rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai
( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
• No. Metrik [Nm]
• No. Inggris [Ne1]
• Tex
• Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
• Berat Percobaan/ m²
• Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
• Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
• Warp Cover [Cw]
• Filling Cover [Cf]
• CF (%)
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 44,3 (112,52 inch) tetal pakan = 24 (60,69 inch)
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 2,91 %
Mengkeret pakan = 1,96 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan :
Nm = 46,18 Nm = 49,27
Ne1 = 27,24 Ne1 = 29,06
Td = 194,88 Td = 182,66
Tex = 21,64 Tex = 20,29
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 140 g/m2
Hasil perhitungan = 147,51 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 3,73 %
Fabric Cover = 75 %

DAFTAR PUSTAKA
http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/dekomposisi-kain-anyamankeper-i.html
BAB 3
DEKOMPOSISI KAIN SATIN

MAKSUD DAN TUJUAN


Pada praktikum kali ini mahasiswa akan melakukan dekomposisi kain polos dengan
tujuan agar mahasiswa bisa mengetahui
• arah lusi pakan
• jenis benang yang digunakan dalam kain
• nomer benang lusi pakan
• mengekeret lusi pakan
• berat kain
• selisih berat
• cover factor

DASAR TEORI
Anyaman satin atau biasa disebut dengan nama lain mialnya sateen mempunyai
pengertian yang berbeda, kalau satin adalah merupakan kain dengan anyaman satin
yang menonjolkan efek lusi sedangkan sateen merupakan anyaman satin yang
menonjolkan efek pakan
Ciri dan karaktereistik anyaman satin
a. Kain dengan anyaman satin tidak menonjolkan garis miring pada permukaannya
dengan efek lusi yang menyebar rata dan tidak bersinggungan seperti halnya pada
anyamankeeper, dibuat dengan menggunakan tetal benang yang tinggi sehingga
mempunyai permukaankain yang rata,padat dan mengkilat
b. Anyaman satin dibagi kedalam 2 jenis, yaitusatin teratur yang dibuat dengan
memenuhi aturan angka loncat (v) dengan gun minimal 5 gun dan anyaman satin
yang tidak memenuhi aturan angka loncat yaitu satin tidak teratur atau biasa disebut
satinette.
Angka loncat (v) pada anyaman satin:
a. Angka loncat harus lebih besar dari 1 (v>1)
b. Angka loncat tidak sama ddengan jumlah benang lusi/pakan dalam 1 rapot
dikurangi 1
c. Angka loncat tidak sama dengan bilangan pembagi pesekutuan terhadap bilangan
yang menunjukkan jumlah benang lusi/pakan dalam 1 rapot anyaman atau angka
loncat dan jumlah benang dalam 1 rapot tidak boleh terbagi oleh suatu angka yang
sama
d. Anyaman satin yang tidak memenuhi aturan-aturan angka loncat diaatas disebut
anyaman satin tidak teratur atau biasa disebut satinetta yaitu amyaman satin 4 gun
dan anyaman satin 6 gun
Jenis anyaman satin :
a. Anyaman satin teratur, anyaman satin yang besarnya angka loncat memenuhi
ketentuan diatas a sampai dengan dpada permukaan kain dengan anyaman satin
teratur akan terbentuk garis-garis miring seperti pada anyaman keper, tetapi garis
tersebutkurang jelas. Sudut yang terbentuk pada masing-masing satin berlawanan
besarnya, tergantung dari besarnya angka loncat dan tetal benangnya.
Rapot terkecil pada anyaman satin teratur ialaha satin 5 gun, dan anyamansatin ini
paling seringdigunakan, terutama pada kain-kain damast, kain lapis (voering
stotten), dan lain-lain, baik dalam katun, wol, ulas, maupun sutera dan rayon.
beberapa kain dalam satin 5 gun, misalnya
· Satinet, untuk kain lapis maupun meubelstoffen
· Satija de chine, untuk kain lapis
· Pnillette, jenis kain satin ringan
· Satija tips, kain satin yang tembbus cahaya (doorzichtige)
b. Anyaman satin tak teratur
Anyaman satin tidak teratur yang terpenting ialah satin 4 gun dan satin6 gun, Hal iini
disebabkan keduanya tidak mempunyai angka loncat yang memnuhi syarat seperti
tercantum pada nomor 3.
Pada anyaman ini letaknyatitik-titik silang tidak termasuk atau tidak rapi karena
angka loncat yang disgunakan lebih dan satu angka
Satin tak teratur tidak mempunyai garis miring sama sekali. Hal ini menguntungkan
pada kain-kain yang tidak diperlukan garis-garis miring padapermukaan kain. Karena
itu satin tak teratur kadang-kadang diterapkan (digunakan) pda sati 8, 10, 12 gun,
dll, satin mana mestinya termasuk golongan satin teratur
Pada semua anyaman satin (teratur / tidak teratur), hanya mungkin digunakan
benang berwarna secara efisien hanya pada benang-benang yang nampak pada
permukaan kain misalnya satin lusi, penggunaan benang berwarna hanya efisien
pada benang lusi saja. Jika pada satin (efek) lusi digunakan benang pakan
berwarna, ,maka warna tsb hanya akan merupakan bintik-bintik kecil yang tersebar
pada permukaan kulit, dimana keadaan demikian jarang dikehendaki.
ALAT DAN BAHAN
• Lup
• Gunting
• Penggaris
• Jarum
• Timbangan
• Kain contoh

LANGKAH KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga
rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai
( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
• No. Metrik [Nm]
• No. Inggris [Ne1]
• Tex
• Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
• Berat Percobaan/ m²
• Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
• Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
• Warp Cover [Cw]
• Filling Cover [Cf]
• CF (%)
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 53,6 (136,14 inch) tetal pakan = 25 (63,5 inch)
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 2,91 %
Mengkeret pakan = 1,96 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan :
Nm = 107,18 Nm = 62,96
Ne1 = 63,23 Ne1 = 37,14
Td = 83,97 Td = 142,94
Tex = 9,33 Tex = 15,88
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 90 g/m2
Hasil perhitungan = 91,49 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 1,62 %
Fabric Cover = 74 %

DAFTAR PUSTAKA
http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/dekomposisi-kain-anyaman-satin-i.html
BAB 4
DEKOMPOSISI KAIN TURUNAN POLOS

MAKSUD DAN TUJUAN


Pada praktikum kali ini mahasiswa akan melakukan dekomposisi kain polos dengan
tujuan agar mahasiswa bisa mengetahui
• arah lusi pakan
• jenis benang yang digunakan dalam kain
• nomer benang lusi pakan
• mengekeret lusi pakan
• berat kain
• selisih berat
• cover factor

DASAR TEORI
Turunan anyaman polos adalah anyaman polos yang diperpanjang efek lusinya atau
efek pakannya, atau diperpanjang kedua-duanya.
Arah perpanjangan :
Perpanjangan benang efek ke arah vertikal : perpanjangan efek lusi
Perpanjangan benang efek ke arah horisontal : perpanjangan efek pakan
1. Turunan anyaman polos langsung
a. Perpanjangan efek lusi
Anyamannya disebut :rusuk lusi, cannele lusi, atau rib lusi
- Perpanjangan teratur
Perpanjangan efek lusi ini terjadi karena pada setiap mulut lusi diluncurkan 2 atau
lebih benang pakan. Cara peluncuran pakan dapat dilakukan dengan 2 macam cara
yaitu ;
1. Dua helai atau lebih benang pakan dipalet menjadi satu sehingga dalam
setriap mulut lusidiluncurkan sekaligus 2 helai pakan atau lebih
2. Setiap helai paka diluncurkan sendiri-sendiri dalam satu mulut lusi
Anyaman ini mengakibatkan / terjadinya rusuk-rusuk pada permukaan kain. Rusuk-
rusuk ini mempunyai arah horisontal (ke arah lebar kain) oleh karena efek lusi lebih
besar daripada efek pakan, maka pada permukaan kain hanya terlihat efek lusi.
Agar supaya benang pakan lebih tidak kelihatan (tertutup), maka tetal lusi dibuat
lebih besar daripada tetal pakan. Jika benang lusi diberi 2 warna atau 2 benang
yang asalnya bahan berlainan secara bergantia, amka permukaan kain akan
mempunyai rusuk dengan 2 warna bergantian.
Apabila benang-benang pakan tersebut diganti dengan helai pakan yang bernomor
kasar, akan menghasilkan rib atau rusuk yang lebih kasar
Anyaman rusuk lusi dapat dicucuk seperti pada anyaman polos, dengan
menggunakan gun 2, 4, 6 dan 8 buah yang disebabkan menurut tetal lusinya.
- Perpanjangna tak teratur
Anyaman ini seperti yang telah diuraikan diatas, tetapi perpanjangan efek lusi tidak
tetap besarnya
misalnya rusuk lusi : , , dll
Anyaman ini mempunyai rusuk yang lebar berbeda-beda pada permukaan kain
4-5 rusuk per 1 cm : rusuk halus
1-3 rusuk per 1 cm : rusuk kasar
- Rusuk lusi (cannele lusi) diperkuat
Untuk menghindari tertumpuknya benang-benang pakan yang terletak bebas, maka
cannele lusi dapat diperkuat seperti) Dikatakan “diperkuat’ karena rusuk lusi yang
terlalu lebar akan mengakibatkan letak benang pakan kurang teguh.
Cannele lusi diperkuat seperti contoh diatas hanya akan mempunyai rusuk satu
permukaan kain saja. Agar supaya kedua permukaan kain mempunyai rusuk, cara
mempekuat dilakukan dengan menggunakan lusi pengikat pada kelompok-kelompok
di cannele lusi
karena lusi pengikat mempunyai silangan yang lebih banyak daripada lusi yang
membentuk rusuk, maka digunakan lalatan tesendiri. Benang lusi pengikat harus
terdiri dari benang yang lebih halus, agar tidak kelihatan
b. Perpanjangan efek pakan
Anyaman disebut ; “rusuk pakan” atau “cannele pakan”, “inslagriba” atau “inslag
cannele”, atau “weft riba’.
- Perpanjangan teratur
Cannelee pakan terjadi apabila pada anyaman polos diperpanjang efek paknnya.
Arah rusuk sejajar dengan pinggir kain.
Mengubah permukaan kain : sesuai dengan cannele lusi (benang pakan warna)
Supaya rusuk kelihatan baik, tetal pakan harus lebih besar dari tetal lusi.
- Cannele pakan tak teratur atau cateline
Cannele pakan tak teratur adalah anyaman cannelepakan dengan perpanjangan
efek pakan yang tidak tetap besarnya
- Cannele pakan diperkuat
Anyaman diperkuat dengan mengurangi efek-efek lusinya, sehingga hanya satu
yang ada rusuk pada permukaannya, agar rusuk pada kedua permukaan harus
dengan sistem memnambah barang pengikat
c. Perpanjangan efeklusi dan efek pakam
1. Perpanjangan teratur
Pada anyaman ini efek lusi dan pakan pada anyaman polos diperpanjang bersama-
sama, mislanya dengan sehingga pada permukaan kain akan akan terlihat
berkotak-kotak atau dengan kata lain anyaman panama adalah perpaduan antara
cannele lusi dan cannele pakan
2. Anyaman panama tak teratur
Jika gambar kotak panama tidak sama besar, disebut “panama tak teratur”,
diperoleh dengan perpanjangan efek lusi dan efek pakam bersama-sama,
perpanjangan mana antara kotak yang satu dengan kotak yang lain tidak sama
panjang.
3. Anyaman panama diperkuat
Dapat diperkuat dengan cara anyaman polos disisipkan hanya pada bagian benang
lusi. Cara ini mengakibatkan bagian efek pakan dari design menjadi rusak, atau bisa
juuga tiap benang lusi maupun pakan masing-masing diperkuat dengan anyaman
polos, sehingga bagisan efek lusi maupun bagian efek pakan bentuknya
4. Anyaman panama diperkuat dengan ubahan design
Anyaman panama diperkuat mempunyai fungsi :
· Merupakan ukuran design
· Untuk memperoleh susunan kain yang lebih teguh jika dibandingkan dengan
anyaman pertamma yang biasa
5. Hopstock tiruan
Kain dengan anyaman ini hanya efek lusi saja yang tampak pada permukaan kain.
Banyak lusi : 2 x pakan dalam satu raport, agar terlihat kotak-kotak persegi
ALAT DAN BAHAN
• Lup
• Gunting
• Penggaris
• Jarum
• Timbangan
• Kain contoh

LANGKAH KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga
rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai
( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
• No. Metrik [Nm]
• No. Inggris [Ne1]
• Tex
• Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
• Berat Percobaan/ m²
• Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
• Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
• Warp Cover [Cw]
• Filling Cover [Cf]
• CF (%)
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 100 inch (39,3 cm) tetal pakan = 86,66 inch (34,11 cm)
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 3,84 %
Mengkeret pakan = 2,91 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan :
Nm = 53,88 Nm = 55,08
Ne1 = 31,78 Ne1 = 32,49
Td = 167,03 Td = 163,39
Tex = 18,55 Tex = 18,15
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 136 g/m2
Hasil perhitungan = 139,42 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 2,46 %
Fabric Cover = 83 %

DAFTAR PUSTAKA
• http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/dekomposisi-kain-anyaman-
turunan-polos.html
• https://www.coursehero.com/file/49543351/Anyaman-Turunan-Polosdocx/
BAB 5
DEKOMPOSISI KAIN TURUNAN KEPER

MAKSUD DAN TUJUAN


Pada praktikum kali ini mahasiswa akan melakukan dekomposisi kain polos dengan
tujuan agar mahasiswa bisa mengetahui
• arah lusi pakan
• jenis benang yang digunakan dalam kain
• nomer benang lusi pakan
• mengekeret lusi pakan
• berat kain
• selisih berat
• cover factor

DASAR TEORI
1. Turunan Keper Langsung

a. Keper rangkap (dubbel keeper, croise)

Dalam anyaman keeper dasar, hanya terdapat salah satu benang (lusi atau
pakan) saja yang menonjol pada permukaan kain dan merupakan garis keeper.
Karena itu jika benang lusi hendak ditonjolkan pada permukaan kain, maka digunakan
benang lusi yang lebih baik daripada benang pakan. Sebaliknya, jika benang pakan
yang harus menonjol pada permukaan kain, maka digunakan benang pakan yang
lebih baik daripada benang lusi. Seringkali untuk menonjolkan benang pakannya
(terutama pada kain-kain mixing) dipilih misalnya benang dari sutera, kalau yang
dipergunakan sebagai benang lusi adalah benang katun.

Apabila dikehendaki supaya baik efek lusi maupun efek pakan sama-sama menonjol
pada permukaan kain, anyaman keper dasar dapat diganti dengan anyaman keper
rangkap atau croise.

Keper rangkap adalah anyaman yang mempunyai rumus, dimana banyak dan
besarnya angka diatas garis sama dengan angka dibawah garis. Selain itu keper
rangkap menghasilkan efek lusi dan efek pakan dama panjang pada permukaan kain
maupun pada gambar anyaman.
b. Keper Diperkuat

Keper diperkuat pada umumnya terdiri dari anyaman keper dasar yang
mempunyai rapot anyaman besar, atau dengan kata lain garis kepernya lebar. Garis
keper yang lebar berarti tersusun dari float benang yang panjang-panjang. Hal ini
mengakibatkan keteguhan susunan benang tersebut berkurang. Karenanya float
panjang tersebut perlu diperkuat dengan jalan menambah silangan benang.

Keper rangkap dapat digolongkan dalam keper diperkuat, karena mempunyai


persyaratan yang sama, kecuali ada perbedaan bahwa dalam anyaman diperkuat
pajang efek (float) lusi tidak sama dengan panjang efek pakan.

Dengan membedakan keper diperkuat dan keper rangkap, maka


ketentuan/persyaratan untuk membuat anyaman keper diperkuat adalah sebagai
berikut:

▪ Angka diatas garis dan dibawah garis pada rumus, besarnya tidak sama.
Kalau sama, adalah anyaman keper rangkap (croise).
▪ Lebar keper pada kedua sisi permukaan kain tidak sama.
▪ Panjang efek lusi dan efek pakan tidak sama.
▪ Pada keper diperkuat dengan sebuah keper, maka angka 1 pada rumus
tidak dipergunakan, karena termasuk golongan keper dasar.
▪ Anyaman keper diperkuat jenisnya tak terbatas.
Sesuai dengan banyaknya garis keper dalam 1 rapot anyaman, maka anyaman
diperkuat dapat dibagi-bagi jenisnya menurut banyaknya atau jumlahnya garis keper
dalam 1 rapot anyaman.
ALAT DAN BAHAN
• Lup
• Gunting
• Penggaris
• Jarum
• Timbangan
• Kain contoh

LANGKAH KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga
rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai
( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
• No. Metrik [Nm]
• No. Inggris [Ne1]
• Tex
• Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
• Berat Percobaan/ m²
• Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
• Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
• Warp Cover [Cw]
• Filling Cover [Cf]
• CF (%)
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 91,44 inch (36 cm) tetal pakan = 70,104 inch (27,6 cm)
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 7,40 %
Mengkeret pakan = 5,66 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan :
Nm = 18,71 Nm = 20,78
Ne1 = 11,03 Ne1 = 12,26
Td = 481,02 Td = 433,10
Tex = 53,44 Tex = 48,12
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 330 g/m2
Hasil perhitungan = 345,33 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 4,43 %
Fabric Cover = 100 %

DAFTAR PUSTAKA
• https://www.academia.edu/14559629/Turunan_Anyaman_Keper_Derrivatives
_of_Twill_Weave_
• https://elmodista.com/2020/02/11/konstruksi-kain/
BAB 6
DEKOMPOSISI KAIN CELE (SARUNG)

MAKSUD DAN TUJUAN


Pada praktikum kali ini mahasiswa akan melakukan dekomposisi kain polos dengan
tujuan agar mahasiswa bisa mengetahui
• arah lusi pakan
• jenis benang yang digunakan dalam kain
• nomer benang lusi pakan
• mengekeret lusi pakan
• berat kain
• selisih berat
• cover factor

DASAR TEORI
Kain cele atau kain kotak-kotak merupakan sebuah hasil dari suatu penelitian
dan pengolahan pada desain anyaman polos.
Pada dasarnya pembuatan struktural desain dilakukan dengan jalan
mengelola beberapa faktor dari konsentrasi kain yang pada akhirnya untuk
mendapatkan gubahan pada strukturnya. Struktur desain dibentuk pada saat
kain terseut ditenun. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya dengan ubahan benang dalam desain yang dapat dilakukan
dalam sehelai kain.
Pengelolaan kain cele yang biasanya adalah dengan penggunaan
benang yang berbeda-beda warnanya, baik benang lusi maupun benang
pakan, sehingga perpaduan untuk benang lusi dan benang pakan membentuk
satu motif kotak-kotak akibat dari perbedaan warna benang tadi.
Apabila benang pakan suatu kain digunakan anyaman kain yang
menggunakan warna dua macam atau lebih maka permukaan akan nampak
pada warna bergantung dari anyaman yang digunakan dan susunan warna
benang lusi dan benang pakan. Sehingga warnalusi atau pakan akan nampak
dipermuakaan kain ditentukan oleh efek lusi atau efek pakan.
Faktor-faktor konstruksi kain yang dapat diolah meliputi :
· Penggunaan barang yang berbeda warna
· Penggunaan barang yang berbeda jenis
· Penggunaan barang yang diberi pengayaan yang berbeda
· Penggunaan tetal lusi dan tetal pakan yang berbeda
Anyaman cele mempuyai raport yang paling kecil hampir sama dengan
anyaman polos. Selain itu anyaman ini memiliki silangan yang paling banyak
dan paling kokoh serta tidak mudah berubah tempat .
Beberpa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain (dekomposisi
kain pada naymn celle) yang digunakan untuk membatu kelancaran
percobaan dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri dan karakteristik dari
anyaman cel tersebut sifat dan karakteristiknya sama dengan anyaman polos,
yaitu :
a. Anyaman ini paling sederhana dan paling tua serta paling banyak
digunaakn
b. Mempunyai rapot yang kecil dan semua jenis anyaman
c. Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan saling sederhana yaitu naik
satu dan turun satu
d. Bilangan raport ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan,
diulangi sesudah dua helai pakan sedangkan kearah vertikal (panjang kain),
atau ke arah lusi diulangi setelah dau helai lusi
e. Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman kain
f. Jika faktor-faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan
bahhan paling kuat dari anyaman lain dan lebih benang teguh atau tidak
mudah berubah tempat
g. Anyaman polos paling sederhana dikombinasikan dengan faktor-faktor
yang lain dengan jalan mengubah-ubah desain, baru desain struktural untuk
mengubah variasi (appearance)
h. Banyaknya guun ytang digunakan minimal 2, tetapi untuk tetal lusi yang
tinggal digunakna 4 gun atau lebih. Desain kotak (biasanya dalam bahasa
asing bentuk kotak adalah cele dibagi menjadi 2, yaitu :
1. desain kotak teratur (tiap kotak berukuran sama)
2. desain kotak tidak teratur (tiap kotak berukuran tidak sama)

Kain cele adalah kain yang menggunakan anyaman polos sebagai anyaman
dasarnya. Konstruksi kotak – kotak pada kain cele merupakan efek warna.
Hal inilah yang membedakan antara anyamana polos dengan kain cele. Ciri –
ciri kain cele sama dengan anyaman polos karena anyaman dasarnya yang
menggunakan anyaman polos. Ciri – ciri kain cele, yaitu :
a. Merupakan anyaman yang paling sederhana dan paling banyak dipakai
b. Bekerjanya lusi dan pakan paling sederhana, satu naik satu turun
c. Merupakan anyaman yang memiliki jumlah repeat terkecil
d. Pengulangan raport dilakukan setelah dua helai lusi ( kea rah vertikal )
dan dua helai pakan ( kea arah horizontal )
e. Jumlah silangnnya paling banyak dibandingkan anyaman lain
f. Dengan anyaman polos kain menjadi paling kuat dibanding anyaman
lain dan benangnya lebih teguh dan tidak mudah berpindah tempat
g. Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan factor – factor
konstruksi kain yang lain dari pada anyaman lainnya
h. Anyaman polos lebih sesuai diberi rupa / appereance yang lain dengan
jalan mengadakan ubahan – ubahan desain, baik structural desain maupun
surface desain
i. Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis (open
contruction atau sheer texture). Banyaknya gun yang digunakan minimal dua
gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi menggunakan empat gun atau lebih
j. Anyaman polos banyak dipakai untuk konstruksi medium
k. Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi medium
l. Anyaman polos untuk kain padat ( close contruction ), biasanya
menggunakan benang pakan yang lebih kasar daripada benang lusinya.
m. Motif kain cele hampir sama dengan kain sarung, yang membedakan
hanyalah

ALAT DAN BAHAN


• Lup
• Gunting
• Penggaris
• Jarum
• Timbangan
• Kain contoh

LANGKAH KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga
rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai
( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
• No. Metrik [Nm]
• No. Inggris [Ne1]
• Tex
• Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
• Berat Percobaan/ m²
• Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
• Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
• Warp Cover [Cw]
• Filling Cover [Cf]
• CF (%)
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi dari pada tetal pakan
Tetal lusi = 59,9 inch (23,6 cm) tetal pakan = 50,8 inch (20 cm)
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
Mengkeret lusi = 7,40 %
Mengkeret pakan = 5,66 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan :
Nm = 50,70 Nm = 54,35
Ne1 = 29,91 Ne1 = 32,06
Td = 177,51 Td = 165,59
Tex = 19,72 Tex = 18,39
Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 92 g/m2
Hasil perhitungan = 88,41 g/m2
Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 3,90 %
Fabric Cover = 59 %

DAFTAR PUSTAKA
• http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/01/bab-i-pendahuluan-1.html
• https://dokumen.tips/documents/dekomposisi-kain.html?page=1

Anda mungkin juga menyukai