II.
TEORI DASAR
a. Desain Tekstil
Desain tekstil adalah rancangan motif dan corak baik struktur kain maupun
permukaan kain dengan teknik titik, garis, bidang dan warna. Dalam proses
merencanakan motif atau pola pada kain adalah dengan memperhatikan fungsi,
komposisi, warna, bentuk awal atau pra desain tata letak, harga dan bisa diproduksi
banyak, sambungan langkah dan pengulangan motif juga dipikirkan pula keinginan
pasar sehingga laku dijual.
b. Kain Tenun
Menenun adalah suatu teknik dimana kita menyilangkan dua jenis benang
(benang lusi dan benang pakan) untuk membentuk sebuah kain. Benang lusi
merupakan benang membujur berbentuk panjang dari sebuah kain sedangkan benang
pakan merupakan benang melingtang membentuk lebar kain. Kain diproduksi dalam
berbagai jenis dan desain. Stabilitas dan permukaan dari kain tenun dapat dipengaruhi
oleh jenis anyamannya. Kita dapat menemukan berbagai jenis anyaman tenun, namun
pada dasarnya menenun menggunakan teknik dasar yang sama yaitu teknik under
and over
c. Jenis Anyaman Dasar Kain Tenun
Anyaman adalah perulangan-perulangan dari benang-benang lusi dengan benangbenang pakan. Anyaman dasar pada tekstil digolongkan menjadi 5 bagian, yaitu:
1) Anyaman polos
Ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos
a) Anyaman polosadalah anyaman yang paling sederhana,
paling tua dan paling banyak dipakai
b) Mempunyai raport yang paling kecil dari semua anyaman
c) Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling
sederhana yaitu satu naik satu turun
d) Ulangan raport ke arah horizontal lebar kain atau ke arah
pakan, diulangi sesudah 2 helai pakan, ke arah vertikal
atau ke arah lusi diulangi sesudah 2 helai lusi
kapas dan benang pakan wol. Satijn de chine, dibuat dari benang sutera alam
dengan tetal sedang, belakangan dibuat juga dari benang rayon.
Ciri-ciri dan karakteristik anyaman satin
a) Adalah anyaman dasar ketiga
b) Dalam 1 raport anyaman, banyak benang lusi =
banyak pakan
c) Hanya menonjolkan salah satu efek baik itu lusi atau
pakan pada permukaan kain
d) Pada anyaman satin dengan efek lusi disebut satin
lusi dengan jumlah tetal lusi > dari pada tetal pakan.
Dan berlaku sebaliknya untuk satin pakan
e) Suatu garis tidak begitu tampak menonjol seperti
pada anyaman keper
f) Anyaman satin dapat digolongkan dalan 2 golongan yaitu satin teratur (paling
sedikit 5 gun) dan satin tak teratur (paling sedikit 4 gun)
g) Anyaman sating kurang baik untuk kain dengan kontruksi terbuka dan jarang
h) Untuk kain padat anyaman satin lebih sesuai daripada keper
i) Kombinasi faktor-faktor kontruksi kain lebih sedikit digunakan dalam anyaman
satin daripada dalam anyaman keper
j) Setiap benang lusi dalam satu raport hanya mempunyai satu titik silang
d. Dekomposisi/Konstruksi Kain Tenun
1) Pengertian
Dekomposisi kain ialah Suatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil
analisis tersebut dapat diperoleh data-data yang dapat dipakai untuk membuat
kembali kain yang sesuai dengan contoh tersebut Proses praktik dekomposisi yang
telah dilakukan untuk pengujian komposisi pada kain contoh tetal , berat panjang ,
nomor benang , jenis anyaman dan lain lain.
2) Tujuan
Dekomposisi kain ditunjukan agar bisa membuat kain dengan ukuran ataupun berat
yang sama dengan kain contoh, dan memiliki bebrapa tujuan Tujuan dekomposisi
kain:
a) Tujuan Ekonomis
Untuk menghitung biaya atau harga pokok pembuatan kain yang seperti kain
contoh.
b) Tujuan Pengawasan Mutu
Untuk dipakai sebagai alat guna menentukan mutu kain jadi maupun untuk
pengawasan mutu kain yang sedang dibuat berkenaan dengan suatu kontrak
(pesanan).
c) Tujuan Teknis
Untuk memperoleh data-data guna pembuatan kembali (meniru dengan tepat)
kain yang sesuai dengan contoh. Bahkan bila perlu membuat kain yang lebih
baik daripada kain contoh.
3) Ruang lingkup :
a. Standar ini meliputi definisi dan cara uji konstruksi kain tenun yang berlaku
untuk semua hasil tenunan
b. Konstruksi kain meliputi anyaman, nomor benang lusi dan benang pakan, tetal
lusi dan tetal pakan, mengkeret lusi dan mengkeret pakan.
4) Definisi
:
a. Anyaman adalah persilangan-persilangan dari benang-benang lusi dengan
benang-benang pakan
b. Nomor benang (Tex) adalah jumlah gram setiap seribu meter
c. Tetal lusi atau pakan adalah jumlah helai benang lusi atau pakan untuk suatu
panjang tertentu dari kain (untuk lusi ke arah lebar kain dan untuk pakan ke arah
panjang kain)
d. Mengkeret lusi atau pakan adalah perbandingan antara selisih panjang benang
dan panjang kain dengan panjang benang dinyatakan dalam persen (%)
panjang benanglusi panjang kain
x 100
i. Mengkeret lusi =
panjang benang lusi
ii. Mengkeret pakan =
e. Gramasi
Gramasi kain adalah salah satu ukuran berat kain dengan satuan gram/m 2.
pengukuran nilai berat gramasi dilakukan dengan cara ditimbang dengan
menggunakan timbangan gramasi. Selain itu sebelum dilakukan penimbangan kain
dipotong bulat dengan diameter kurang lebih 11,2 cm (alat potongnya khusus,
berbentuk bulat dan mempunyai pisau didalamnya). Fungsi gramasi kain adalah untuk
menentukan panjang kain yang dihasilkan, semakin tebal gramasi maka panjang kain
semakin pendek begitupun sebaliknya semakin tipis gramasi kain maka semakin
panjang kainnya.
f. Penomoran Benang
1) Pengertian Nomor Benang:
Nomor benang adalah merupakan suatu ukuran kehalusan atau kekasaran dari suatu
benang.
2) Sistem Penomoran Benang
Ada dua sistem untuk Penomoran Benang.
Sistem Langsung
Sistem Tidak Langsung
III.
Untuk benang katun, panjang 1 Hank = 840 yard. Setiap kali jenis penomoran tidak
disebutkan dalam hitungan, dapat dipahami bahwa itu merupakan hitungan sistem
Inggris
ALAT DAN BAHAN
a. Tetal Lusi dan Pakan
Alat
Kaca pembesar dalam skala centimeter
Jarum layar
Bahan
Kain anyaman polos
b. Mengkeret Benang Lusi dan Pakan
Alat
Meteran dalam skala milimeter
Gunting
Bahan
Kain anyaman polos
c. Nomor Benang
Alat
Meteran dalam skala milimeter
Jarum layar
Gunting
Timbangan
Bahan
Kain anyaman polos
d. Anyaman
Alat
Kaca pembesar
Jarum layar
Pensil
Kertas pola
Bahan
Kain anyaman polos
IV.
CARA KERJA
a. Tetal Lusi dan Pakan
Dengan kaca pembesar dan dibantujarum, jumlah lusi atau pakan dihitung untuk
setiap 2,5 cm
Pengujian dilakukan paling sedikit pada lima tempat secara merata
Kalau tetal lusi/pakan kurang dari 10 helai tiap cm maka perhitungan lusi/pakan
dilakukakn untuk setiap 7,5 cm
Kalau lebar kain 7,5 cm atau kurang maka seluruh benang dihitung
b. Mengkeret Benang Lusi dan Pakan
Contoh uji dopotong sejajar dengan benang-benangnya (lusi/pakan) dengan ukuran
20 cm x 20 cm
Diambil 10 helai benang lusi/pakan, masing-masing 5 helai dari kedua bagian
pinggirnya
Masing-masing benang lusi/pakan diberi pembebanan sesuai dengan SNI 08-02621989. Kondisi contoh uji untuk pengujian serat, benang dan kain kapas. Meteran
panjangnya diukur dan dihitung panjang rata-ratanya
Mengkeret lusi/pakan dapat dihitung dengan rumus
Mengkeret lusi/pakan
c. Nomor Benang
Contoh uji dipotong sejajar dengan benang-benangnya (lusi/pakan) dengan ukuran
20 cm x 20 cm
Diambil 20 helai benang lusi/pakan, masing-masing 10 dari kedua bagian
pinggirnya
Kedua puluh benang lusi/pakan tersebut diukur panjangnya lalu dengan timbangan
ditimbang beratnya. Pada waktu mengukur panjang benang tadi tegangan
benangtidak boleh terlalu besar, tetapi jangan pula kendor. Harus diberi
pembebanan sesuai dengan SNI 08-0262-1989. Contoh uji untuk pengujian serat,
benang dan kain kapas
Dan panjang dan berat benang maka nomornya dapat dihitung sesuai dengan SNI
08-0268-1989. Cara uji benang kapas.
d. Anyaman
Tentukan arah lusi dan pakan dari kain dengan berpedoman pada hal-hal berikut
o Arah lusi selalu sejajar dengan pinggiran kain
o Pada kain biasanya masih dapat diliiat bekas-bekas dari sisir yang berupa garis
lurus
o Arah garis-garis bekas sisir adalah arah lusi
o Bila salah satu arah benang dalam kain adalah benang gintir maka benang gintir
ini adalah benang lusi
o Untuk kain greu bila kedua benang adalah benang tunggal maka benang yang
diuji biasanya benang lusi
o Tetal lusi biasanya lebih tinggi dari tetal pakan
Pada kertas pola tentukan yang mana yang mewakili lusi dan mana yang mewakili
pakan
Tentukan pada kain yang mana dipakai sebagai lusi pertama dan yang mana pakan
pertama. Demikian pula pada kertas pola.
Dengan memakai kaca pembesar dan dibantu jarum, buka, dan amati lusi pertama
dan dilihat efek anyamannya pada pakan pertama, kedua, ketiga dst. Untuk efek lusi
beri tanda pada kertas pola.
Seterusnya diamati lusi kedua seperti pada cara sebelumnya
Apabila cara sebelumnya sukar maka buka pakan pertama dan diamati efeknya
terhadap lusi I,II,III dst. Untuk efek lusi beri tanda pada kertas pola
Apabila efek anyaman sudah berulang maka berarti saru raport anyaman telah
dicapai dan kertas pola kita dapat menentukan bagaimana raport anyaman kain tsb.
Anyaman dapat dituliskan dengan gambar atau sesuai SNI 08-0273-1989. Cara
menulis anyaman kain tenun.
V.
DATA PERCOBAAN
Lusi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
= 4,81 gram
= 0,090 gram
= 0,095 gram
Tetal
(helai/inchi)
Lusi
Pakan
105
108
102
99
99
Pakan
72
70
71
74
71
Panjang (cm)
Lusi
20.3
20.1
20
20
20.4
20.1
20
20.4
20
20.2
20.3
20.3
20.3
20.5
20.4
20
20.2
20.3
20.4
20.5
Pakan
20.1
20
20.2
20.2
20.3
20
20
20.1
20.1
20
20
20.1
20
20
20
20.2
20
20.2
20.2
20.1
Jumlah
513
358
404.7
401.8
Rata-rata
102.6
20.235
20.235
20.09
VI.
PERHITUNGAN
a. Mengkeret Benang Lusi dan Pakan
Panjang rataratalusi panjang kain
x 100
Benang lusi
Panjang lusi atau pakan
Benang pakan
20,23 5 cm20 cm
x 100 =1,16
20,235 cm
20,09 cm20 cm
x 100 =0, 45
20,09 cm
4,047 meter
0,06 6 gram
4,018 meter
0,0 6 7 gram
b. Nomor Benang
Benang lusi
Benang pakan
= 61,38 m/g
= 59,97 m/g
c. Gramasi
Cara I
4,57(gram)
=114 ,25 gram/m2
2
0,2 x 0,2(m )
Cara II
o Benang lusi
cm
cm
100
x 100
x
m
m 100 mengkeret lusi
cm
Nomor Benang lusi x 100
m
40,39
helai
cm
cm
100
x 100
x 100
x
cm
m
m 100 0,57
=6 6,65 g /m 2
m
cm
61,38 x 100
g
m
o Benang pakan
cm
cm
100
x 100
x
m
m 100 mengkeret pakan
cm
Nomor Benang pakan x 100
m
2 8, 1 9
helai
cm
cm
100
x 100
x 100
x
cm
m
m 100 0,54
=47,22 g/m2
m
cm
59 , 9 7 x 100
g
m
Selisih berat
{ PerhitunganCara I ( PerhitunganCara II Lusi+ Pakan ) }g/m2
114 ,25( 66 , 65+47,22
x 100 =
2
Perhitungan Cara II Lusi+ Pakan g/m
( 66,65+ 47,22 ) g /m
d. Anyaman
P
8
P
7
P
6
P
5
P
4
x x
x
x x
x
x x
x x
x x x
x
x
x x x
x x
x x
x
x x
x
x x
x
x
x
x
P
3
P
2
P
1
x x
x x x x
x x x x
x x
x x x
x x x x
L1
L2
L3
L4
L5
L6
L7
L8
VII.
DISKUSI
Dekomposisi kain merupakan suatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil
analisis tersebut dapat diperoleh data-data yang dapat dipakai untuk membuat kembali
kain yang sesuai dengan contoh tersebut. Proses dekomposisi yang telah dilakukan untuk
pengujian komposisi pada kain contoh tetal, berat panjang, nomor benang, jenis anyaman
dan lain lain.
Dekomposisi kain ditunjukan agar bisa membuat kain dengan ukuran ataupun berat yang
sama dengan kain contoh, dan memiliki beberapa tujuan yaitu tujuan ekonomis yang
berfungsi untuk menghitung biaya atau harga pokok pembuatan kain yang seperti kain
contoh, tujuan pengawasan mutu yang berfungsi untuk dipakai sebagai alat guna
menentukan mutu kain jadi maupun untuk pengawasan mutu kain yang sedang dibuat
berkenaan dengan suatu kontrak (pesanan) dan yang terakhir tujuan teknis yang berfungsi
untuk memperoleh data-data guna pembuatan kembali (meniru dengan tepat) kain yang
sesuai dengan contoh. Bahkan bila perlu membuat kain yang lebih baik daripada kain
contoh.
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa jenis
anyaman dari kain contoh uji adalah jenis anyaman satin. Hal ini didasarkan pada letak
benang lusi dan benang pakan yang empaat naik dan satu turun serta arah loncat tiga
yang diamati dengan kaca pembesar. Serta pengamatan dari bentuk fisik yaitu kain yang
mengkilat dan licin. Untuk pengujian tetal benang lusi didapatkan hasil 102,6 helai/inchi
sedangkan benang pakan didapatkan hasil 71,6 helai/inchi. Dari hasil data ini diketahui
bahwa jumlah dari benang lusi lebih banyak dari jumlah benang pakan karena pada saat
proses pertenunan, benang lusi tertarik oleh benang pakan sehingga benang lusi lebih
rapat dan berpengaruh pada jumlah tetal lusi yang panjangnya sama dengan panjang
benang pakan.Untuk rata-rata panjang lusi dan pakan yang didapatkan dari meniras kain
contoh uji dengan ukuran 20 cm x 20 cm masing-masing adalah 20,235 cm dan 20,09 cm.
Jika diamati, terjadi penambahan panjang dari lusi dan pakan. Hal ini dikarenakan pada
saat dianyam, benang lusi memiliki kerapatan yang lebih tinggi daripada pakan. Sehingga
waktu ditiras benang lusi maupun pakan merenggang sehingga benang lebih panjang dari
semula. Untuk perhitungan mengkeret benang lusi dan pakan, didapatkan hasil masingmasing yaitu 1,16% dan 0,45%. Hal ini dikarenakan pada saat proses pertenunan, benang
lusi tertarik oleh benang pakan. Oleh karena itu, masih berhubungan dengan kerapatan,
mengkeret benang lusi lebih tinggi presentasenya. Untuk nomor benang, didapatkan hasil
untuk benang lusi 61,38 m/g sedangkan pakan 59,97 m/g. Untuk penomoran benang
sendiri, semakin besar nomor benang maka semakin halus benang tersebut. Dari
perhitungan tersebut diketahui bahwa benang lusi lebih halus daripada benang pakan.
Pada gramasi, didapatkan selisih berat 0,33% antara dua cara, yaitu penimbangan dan
perhitungan. Tujuan dari gramasi sendiri adalah untuk menentukan panjang kain yang
dihasilkan, semakin tebal gramasi maka panjang kain semakin pendek begitupun
sebaliknya semakin tipis gramasi kain maka semakin panjang kainnya.Untuk
penimbangan didapatkan hasil 114,25 g/m2 sedangkan cara perhitungan didapatkan hasil
113,87 g/m2. Hasil yang tepat seharusnya selisih berat tersebut sedikit atau tidak ada
selisih sama sekali. Untuk selisih berat yang terjadi, dikarenakan faktor ketelitian sendiri
terjadi pada saat perhitungan tetal lusi maupun pakan yang kurang akurat sehingga
mempengaruhi hasil dari gramasi. Hal ini dikarenakan tetal lusi yang hasilnya lebih besar
daripada tetal pakan. Selisih dari tetal lusi cukup mendekati walaupun masih lebih besar
dari tetal pakan sehingga mempengaruhi gramasi dengan metode perhitungan. Hal
tersebut dapat berpengaruh karena tetal lusi berfungsi sebagai pembilang yang akan
dibagi dengan nomor benang yang berfungsi sebagai penyebut. Jika pembilangnya terlalu
besar dari pada penyebutnya, maka hasil yang didapat juga besar. Selain faktor tetal lusi
yang besar, bisa juga dikarenakan faktor nomor benang pakan yang terlalu kecil atau
terlalu halus. Nomor benang pakan tersebut dalam gramasi metode perhitungan berfungsi
sebagai penyebut. Kebalikan dari tetal benang lusi, nilai benang pakan yang besar akan
menghasilkan nilai perhitungan yang kecil. Karena pembilang berbanding lurus dengan
hasilnya. Namun dalam hal ini, perbedaan 0,33% selisih berat merupakan hasil
perhitungan yang cukup akurat karena tidak lebih dari 10% dan hasilnya masih tergolong
akurat.
VIII.
KESIMPULAN
Berdasarkan diskusi di atas, kesimpulan yang diambil yaitu kain contoh uji
merupakan kain anyaman satin 5V3 arah garis kanan dengan mengkeret benang lusi yaitu
1,61% dan benang pakan yaitu 0,47%, nomor benang lusi 61,38 m/g dan benang pakan
29,97 m/g serta selisih berat 0,33% merupakan perhitungan dengan hasil yang akurat
dalam menghitung dekomposisi kain pada anyaman satin.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015, 10 9). Teknologi Tekstil. Retrieved 10 10, 2016, from Teknologi Tekstil:
http://teknologitekstil.com/pengertian-benang-lusi-dan-benang-pakan-pada-kain/
Binus. (2011). Kualitas Jenis Kain. Binus Library, 34.
Tekstil, W. (2016, 6 27). WSK Tekstil. Retrieved 10 10, 2016, from WSK Tekstil:
http://wsktextile.co.id/index.php?route=module/kbm/article&kbm_article_id=10
LAPORAN PRAKTIKUM
DESAIN TEKSTIL
ANYAMAN SATIN
Anggota
: Fanny Astikasari
NIP
: 15020009
Kelompok
:1
Group/Kelas
: 2K1/Kimia Tekstil
Nama Dosen
: Dra. Ae Kusna
Asisten Dosen