Anda di halaman 1dari 21

DEKOMPOSISI ANYAMAN POLOS, ANYAMAN KEPEER, ANYAMAN SATIN

LAPORAN PRAKTIKUM DESAIN TEKSTL

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Desain Tekstil yang ditujukan oleh
Dosen :
1) Siti R. A.T., M.T.
2) Desti M ., S.ST.
3) Jantera Sekar, S.ST.

ditulis oleh

Yudha Puspa Chandra Puteri

NPM 22420032

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2022
I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud
Untuk mengetahui berbagai jenis dan ciri anyaman, anyaman polos,anyaman
keper, anyaman satin, dan anyaman cele pada kain contoh, sehingga bisa
membedakan satu anyaman dengan anyaman yang lain.
1.2 Tujuan
 Menentukan selisih berat hasil pengukuran dan hasil perhitungan.
 Menentukan besar tetal lusi dan pakan pada kain contoh.
 Menentukan nomor benang lusi dan pakan pada kain contoh.
 Besar mengkeret benang lusi dan pakan kain contoh.
 Untuk mengetahui konstruksi kain contoh.

II. Dasar Teori


Anyaman adalah proses yang terjadi dimana satu anyaman antara benang kearah
panjang kain (benang lusi/wrap) dan kearah lebar kain (pakan). Anyaman merupakan
salah satu faktor yang menentukan karakteristik suatu kain, karena itu, untuk keperluan
melengkapi identifikasi kain perlu diketahui anyaman apa yang dipakai untuk kain
tersebut. Untuk mendapatkan identifikasi kain yang dapat diproduksi, dilakukan
dekomposisi kain sampel.
Dekomposisi kain tenun dalam pertekstilan adalah suatu cara menganalisa kain
contoh, sehingga dari hasil analisa tersebut dapat diperoleh data-data yang dapat dipakai
untuk membuat kembali kain-kain yang sesuai dengan kain contoh tersebut. Proses
praktik dekomposisi yang telah dilakukan untuk pengujian komposisi pada kain contoh
yaitu tetal, berat, panjang, nomor benang, jenis anyaman dan lan-lain. Hasil dekomposisi
digunakan untuk beberapa tujuan, yaitu : 1. Tujuan ekonomis; 2. Tujuan pengawasan; 3.
Tujuan teknis.
Pada praktikum kali ini saya akan mendekomposisi kain anyaman dasar. Dalam
dekomposisi kain, hal utama yang harus diketahui terlebih dahulu adalah anyaman kain
tersebut. Anyaman kain secara sederhana terdiri dari 3 jenis anyaman, yaitu anyaman
polos, anyaman keper, dan anyaman satin.

2.1 Anyaman Polos


Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua, dan paling banyak
digunakan dari semua anyaman diantara anyaman lainnya. Penyilangan antara benang
lusi dan pakan dilakukan secara bergantian. Anyaman polos dikenal juga sebagai
anyaman plat, taffeta, dan anyaman plain. Dalam 1 raport anyaman terdapat 2 lusi dan 2
pakan untuk menenun anyaman ini kita dapat menggunakan 2 gun dengan cucukan dalam
gun 1-2-1- dst., atau 4 gun dengan cucukan 1-3-2-4 dst., gun ke 1 dan ke 2 diikat jadi
satu, begitu pula gun ke 3 dan ke 4. Untuk kain halus yang tetal lusinya tinggi sekali kita
pergunakan 6 gun dengan cucukan 1-4-2-5-3-6 dst.
Anyaman polos memiliki silangan paling banyak sehingga anyaman ini relative paling
kokoh dan tidak mudah berubah tempat dan jumlah benang yang digunakan relative lebih
sedikit, karena jika benang yang digunakan terlalu banyak maka akan menghasilkan kain
yang kaku. Namun anyaman polos dapat digunakan untuk kain yang jarang dan tipis
dengan hasil yang memuaskan dari pada anyaman yang lain.
Adapun ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos adalah:
a. Anyaman polos adalah anyaman paling sederhana, paling tua, dan paling banyak
digunakan
b. Mempunyai raport yang paling kecil dari semua jenis anyaman
c. Bekerjanya lusi dan pakan paling sederhana, yaitu : 1-naik, 1-turun
d. Ulangan raport : ke arah horizontal (lebar kain) atau ke arah pakan, diulangi sesudah 2
helai pakan, kea rah vertical (panjang kain) atau kea rah lusi, diulangi sesudah 2 helai
lusi
e. Jumlah silangan paling banyka diantara jenis anyaman lain
f. Jika factor-faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan kain menjadi
paling kuat daripada dengn anyaman lain dan letak benang lebih teguh atau tidak
mudah berubah tempat
g. Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan factor-faktor kontruksi kain
yang lain daripada jenis anyaman lainnya
h. Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis
i. Pembuatan anyaman polos menggunakan gun minimu 2 buah sesuai dengan repeat
anyaman, tetapi biasanya untuk tetal lebih tinggi digunakan minimum 4 buah gun
dengan variasi dan berat kain yang lebih besar disbanding jenis anyaman lain yaitu
antara 10 hl/”-200 hl/’ dab berat kain antara 10 g/m2-1500 g/m2
j. Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan kontruksi medium dengsn fabric
cover 51%-75%
k. Anyaman polos untuk kain padat, biasanya menggunakan benang pakan yang lebih
kasar daripada benang lusi.
Pada anyaman polos pengaruh twist sangat mempengaruhi pada saat terjadinya
beating/pemukulan pada proses pertenunan dimana arah penggintiran pada benang
mempengaruhi kain yang mempunyai susunan dan nomor benang yang sama. Untuk
penganyaman yang mempunyai arah yang berlawanan antara benang lusi dan pakan maka
menyebabkan pada saat proses pengetekan benang yang terjalin/teranyam kurang kompak
dan kurang tertutup. Jadi sebaiknya menggunakan arah gintir yang searah, untuk
mendapatkan efek yang baik/rapat.
2.2 Anyaman Kepeer
Anyaman Kepeer adalah anyaman dasar yang kedua. Silangan tiap lusi terhadap
pakan, bisa dua atas – satu bawah 2/1, 2/2, 3/2 yang dan sebagainya, dan silangan-
silangan pada lusi berikutnya meloncat 1, 2, atau 3 helai pakan, sehingga dengan cara
begitu dihasilkan kain yang berefek lusi atau pakan, yang berupa garis diagonal ( kain
terlihat garis miring atau rips miring yang tidak putus-putus, garis membentuk sudut 45°
terhadap garis horizontal).
Jika arah garis miring pada kain kepeer berjalan dari kanan bawah ke kiri atas, disebut
kepeer kiri dan jika arah garis miring yang dibentuk oleh anyaman dari kiri bawah ke
kanan atas, disebut kepeer kanan. Sedangkan untuk garis miring yang dibentuk oleh
benang lusi, disebut kepeer efek lusi atau keeper lusi dan garis miring yang dibentuk oleh
benang pakan, disebut keeper efek pakan atau keeper pakan. Garis miring dengan sudut
lebih dari 45°, disebut kepeer curam (steeptwill).
Anyaman ini relatif bisa lebih rapat daripada anyaman polos, karena itu anyaman ini
banyak dipakai untuk kontruksi kain yang lebih tebal, kontruksi padat dan dengan jumlah
benang yang lebih banyak, sehingga kain yang dihasilkan akan lebih kuat.
Nama-nama lain dari anyaman keper yang banyak digunakan, yaitu:
1) Twill (U.S.A)
2) Drill (Inggris)
3) Koper (Jerman)
Anyaman keper mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan anyaman
lain, yaitu:
a. Anyaman keper adalah anyaman dasar yang kedua,
b. Pada permukaan kain terihat garis miring atau rips miring yang tidak putus-putus,
c. 1). Jika arah garis miring berjalan dari kanan bawah kekiri atas, disebut: Keper Kiri,
2). Jika arah garis miring berjalan dari kiri bawah kekanan atas, disebut: Keper

Kanan,

d. 1). Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi, disebut: Keper efek lusi atau keper
lusi,
2). Garis miring yang dibentuk oleh benang pakan, disebut: Keper efek pakan atau
keper pakan,
e. Garis miring biasanya membentuk garis horizontal 450 terhadap garis horizontal,
f. Appearance kain pada permukaan atas dan bawah berlainan,
g. Jika raport terkecil dari anyaman keper= 3 helai lusi dan 3 helai pakan, disebut keper
3 gun,
h. Anyaman keper diberi nama menurut banyaknya gun minimum. Misalnya: keper 3
gun, keper 4 gun, keper 5 gun dan seterusnya,
i. Biasanya dibuat dalam kontruksi padat,
j. Dalam kondisi sama, kekuatan kain dengan anyaman polos lebih besar daripada
kekuatan kain dengan anyaman keper,
k. Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada dalam anyaman polos,
l. Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakkan garis miring,
m. Garis miring dengan sudut > 450, disebut keper curam (steep twill).
n. Besarnya sudut garis mirin dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan tetal pakan.

Gbr. Macam-macam sudut pada anyaman keper

2.3 Anyaman Satin


Anyaman ini mempunyai silangan-silangan yang paling sedikit dan cucukan merata,
sehingga anyaman ini menghasilkan kain yang permukaannya rata. Titik-titik silang pada
anyaman satin letaknya tersebar tidak bersinggungan satu sama lain dan setiap benang
lusi dalam satu rapot hanya mempunyai satu titik silang.
Nama-nama lain yang biasanya digunakan untuk anyaman satin, yaitu:
- Sateen, istilah umum untuk kain dalam anyaman satin 5 gun atau 8 gun. Biasanya satin
pakan.
- Satinet, istilah yang dipakai untuk kain imitasi sutera, misalnya dari bahan katun yang
dimercerisir.
- Satin, istilah yang umum dipakai pada kain-kain satin yang dibuat dari sutera filament
atau benang sintetis filamen.
- Satinetess, dibuat dari benang lusi kapas dan benang pakan wol.
- Satjin de chine, dibuat dari benang sutera alam dengan tetal sedang. Belakangan dibuat
dari benang rayon.
Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu efek pada permukaan kain, yaitu efek
lusi atau efek pakan. Anyaman satin dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu satin teratur
dan satin tidak teratur. Macam anyaman mempengaruhi juga sifat-sifat kain yang
dihasilkan, maka kadang-kadang faktor anyaman turut di perhitungkan dalam
mengevaluasi selembar kain.
Pada waktu benang-benang ditenun, lusi-lusi tepi cenderung masuk sedikit kedalam,
sehingga boleh dikatakan sifat-sifat kain yang ditepi akan berbeda dengan yang ditengah.
Karena itu sudah menjadi ketentuan umum, bahwa bagian kain pada jarak 1/10 lebar tepi,
tidak boleh diuji. Pengaruh anyaman, tetal dan nomor benang, serta pengaruh-pengaruh
mekanis dalam pertenunan, dapat mempengaruhi besar kecilnya mengkeret benang dalam
tenunan. Inilah sebagian diantara sebab-sebabnya mengapa pengujian mengkeret benang
dalam tenun menjadi penting.
Kain yang dipakai untuk pakaian, sifat-sifat kekuatannya maupun ketahanan
dipakainya, merupakan sifat-sifatyang penting, akan tetapi harus dikombinasikan dengan
kenampakan yang baik, mutu draping yang baik, pegangan yang enak dan berat yang
cocok. Sifat-sifat yang lain yang perlu ada pada kain-kain yang khusus adalah sifat tahan
air, sifat dingin atau panas, atau kemampuan untuk menahan terhadap lipatan.
Anyaman satin memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut:
1. Pada 1 rapot anyaman, banyak benang lusi sama dengan banyak benang pakan.
2. Pada kain dengan anyaman satin, suatu garis seperti pada anyaman keper tidak tanpak
jelas atau menonjol
3. Pada umumnya digunakan tetal tinggi pada lusi atau pakan, sehingga kainnya tampak
padat (solid). Tetal yang tinggi dan penggunaan benang yang arah twistnya bersamaan
dengan arah garis miring pada anyaman satin, maka permukaan kain akan tampak
smooth, rata, mengkilat dan padat.
4. Banyaknya gun minimun sama dengan jumlah benang lusi/pakan dalam 1 rapot
anyaman.
5. Anyaman satin digunakan pada semua jenis kain, tetapi tidak baik untuk kain dengan
kontruksi terbuka atau jarang.
6. Anyaman kain satin lebih sesuai daripada anyaman keper untuk kain dengan
kontruksi padat.
7. Pada anyaman satin, kombinasi dari faktor-faktor konstruksi kain lebih sedikit
digunakan daripada dalam anyaman keper.

Jenis Anyaman Satin


a. Anyaman satin teratur
Anyaman satin teratur adalah anyaman satin yang besarnya angka loncat
memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut pada aturan angka loncat.
Pada permukaan kain dengan anyaman satin teratur akan terbentuk garis-garis
miring seperti pada anyaman keper, tetapi garis tersebut kurang jelas. Sudut yang dibentuk
pada masing-masing satin berlainan besarnya, tergantung dari besarnya angka loncat dan
tetal benangnya.
Raport terkecil pada anyaman satin teratur ialah satin 5 gun, dan anyaman satin ini
paling sering digunakan, terutama pada kain-kain damast, kain lapis (veering stiffen), dll.
Dalam katun, wol, vlas maupun sautera dan rayon
Beberapa kain dalam satin 5 gun misalnya:
- Satinet, untuk kain lapis maupun meubelstoffen,
- Satjin de chine, untuk kain lapis,
- Paillette, jenis kain satin ringan,
- Satjin rips, kain satin yang tembus cahaya (doorzichtige), dll.
Keterangan gambar

a = anyaman satin pakan 5 gun, dengan angka loncat (V) = 2


b = anyaman satin pakan 5 gun, dengan angka loncat (V) = 3
c = anyaman satin lusi 5 gun, dengan angka loncat (V) = 2
d = anyaman satin lusi 5 gun, dengan angka loncat (V) = 3
Anyaman satin teratur ialah :
Satin 7 gun
Satin 8 gun
Satin 9 gun Anyaman satin teratur yang sering digunakan ialah :
satin 5 gun dan satin 8 gun. Kadang-kadang satin 7
Satin 10 gun gun,10 gun dan 12 gun digunakan pula.
Satin 11 gun
Satin 12 gun
Satin 13 gun
Untuk mengurangi (menghilangkan) kejelasan garis-garis miring pada
permukaan kain, maka digunakan benang lusi/pakan yang mempunyai putaran sama
arah dengan arahnya garis miring. Dengan cara ini kain menjadi licin, rata, dan
nampak mengkilat.
Angka loncat pada anyaman satin ternyata mempunyai hubungan dengan arah
dari garis miring yang dibentuk oleh titik-titik silang ataupun oleh benang efek (float).
1
1). Jika : V < lr, V = angka loncat, lr = jumlah lusi/pakan dalam 1 raport
2

Pada umumnya : V yang kecil, arahnya garis miring kekanan (dilihat dari bawah ke
atas),
V yang besar arahnya garis miring kekiri.
1
2). Jika : V > l,
2 r

Pada umumnya : V yang kecil, arahnya garis miring kekanan,


V yang besar arahnya garis miring kekiri.
3). Jika : V hanya mempunyai kemungkinan 2 angka, maka : V yang kecil arahnya
garis miring kenanan,
V yang besar arahnya garing miring kekiri.
b. Anyaman satin tak teratur
Anyaman satin tak teratur yang terpenting ialah satin 4 gun dan satin 6 gun. Hal ini
disebabkan keduanya tidak mempunyai angka loncat yang memenuhi syarat seperti

tercantum pada aturan angka loncat. Pada anyaman ini letaknya titik-titik silang tidak
teratur atau tidak rapi karena angka loncat yang digunakan lebih dari satu angka.
Gambar (a) adalah gambar anyaman satin pakan 4 gun. Sedangkan gamabr (b), (c), dan
(d) merupakan 1 raport anyaman satin pakan 4 gun yang masing-masing digambar dengan
cara berbeda.
Pada gambar (b), angka loncat yang digunakan ialah : 2-1-2
Pada gambar (c), angka loncat yang digunakan ialah : 1-2-3
Pada gambar (d), angka loncat yang digunakan ialah : 2-3-2
Satin tak teratur tidak mempunyai garis miring sama sekali, hal ini
menguntungkan pada kain-kain yang tidak diperlukan garis-garis miring pada permukaan
kain. Karena itu sati tak teratur kadang-kadang diterapkan (digunakan) pada satin 8 gun,
10 gun, 12 gun, dll.
III. Alat dan Bahan
1. Loop
2. Jarum
3. Penggaris
4. Kain uji
5. Timbangan dengan skala gram dan miligram
6. Gunting
7. Pensil

IV. Prosedur
1. siapkan kain uji yang kemudian digunting menjadi ukuran 10cm×10cm
2. Menentukan arah lusi dan pakan pada kain uji ( arah lusi diberi tanda panah ) dimana
lusi dicari dengan merasakan benang yang kaku dan keras karena telah diberi kanji.
Dapat juga melihatnya ke arah cahaya. Yang terlihat lurus-lurus ( dan ada
bagianbagian yang tebal) adalah benang lusi.
3. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/ tempat yang berbeda dan dicatat
tiap bagiannya, serta hitung rata-ratanya.
4. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian catat beratnya.
5. Mengambil benang lusi dari 2 sisi yang berbeda pada kain contoh uji tersebut
sebanyak 5 helai-5 helai, sehingga total benang yang diperoleh sebanyak 10 helai, lalu
menimbangnya. Demikian juga untuk benang pakannya.
6. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan (diluruskan), lalu
mencatat panjang dari masing-masing benang tersebut. Demiian pula untuk benang
pakannya, dan hitung rata-ratanya. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung
mengkeret lusi dan pakan.
7. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing data yang sudah
diperoleh.
8. Melakukan perhitungan terhadap benang lusi dan pakan untuk memperoleh selisih
berat.
9. Menggambar anyaman dari hasil kain yang diuji.

V. Data Pengamatan
5.1 Anyaman Polos
- Tabel pengamatan

No Tetal (helai/inchi) Panjang benang


Lusi Pakan Lusi Pakan
1 84 47 10,1 10,3
2 84 47 10,1 10,3
3 85 43 10,1 10,2
4 10,2 10,2
5 10,3 10,3
6 9 10,4
7 10,2 10,3
8 10,2 10,2
9 10,1 10,3
10 10,3 10,3
Σ = 253 :3 = 137 : 3 = 100,6 : 10 = 102,8 : 10
x = 84,33 = 45,66 = 10,06 = 10,28

- Berat kain sampel ( 10 x 10 cm) = 0,7165 gram


- Berat 10 helai benang lusi = 0,0142 gram
- Berat 10 helai benang pakan = 0,0157 gram
- Jumlah panjang 10 helai benang lusi = 100,6 cm = 1,006 m
- Jumlah panjang 10 helai benang pakan = 102,8 cm = 1,028 m
- Rata-rata tetal lusi = 84,33 hl/inchi = 33,20 hl/cm
- Rata-rata tetal pakan = 45,66 hl/inchi = 17,97 hl/cm
- Rata-rata panjang 10 tetal lusi = 10,06 cm = 0,1006 m
- Rata-rata panjang 10 tetal pakan = 10,28 cm = 0,1028 m
- Gambar anyaman polos

5.2 Anyaman Kepeer


- Tabel pengamatan
No Tetal (helai/inchi) Panjang benang
Lusi Pakan Lusi Pakan
1 75 67 9,7 9,6
2 74 66 9,7 9,5
3 72 66 9,5 9,6
4 9,7 9,5
5 9,7 9,6
6 9,7 9,6
7 9,6 9,6
8 9,7 9,6
9 9,7 9,5
10 9,7 9,6
Σ = 221 :3 = 199 : 3 = 96,7 : 10 = 95,7 : 10
x = 73,66 = 66,33 = 9,67 = 9,57

- Berat kain sampel ( 9,5cm x 9,5 cm) = 0,9678 gram


- Berat 10 helai benang lusi = 0,0183 gram
- Berat 10 helai benang pakan = 0,0185 gram
- Jumlah panjang 10 helai benang lusi = 96,7cm = 0,967 m
- Jumlah panjang 10 helai benang pakan = 95,7 cm = 0,957 m
- Rata-rata tetal lusi = 73,66 hl/inchi = 29 hl/cm
- Rata-rata tetal pakan = 66,33 hl/inchi = 26,11hl/cm
- Rata-rata panjang 10 tetal lusi = 9,67 cm = 0,0967 m
- Rata-rata panjang 10 tetal pakan = 9,57 cm = 0,0957 m
- Gambar anyaman kepeer
5.3 Anyaman Satin
- Tabel pengamatan
No Tetal (helai/inchi) Panjang benang
Lusi Pakan Lusi Pakan
1 138 62 10 10,1
2 146 72 10,1 10,3
3 144 63 10 10,4
4 10,1 10,5
5 10,1 10
6 10 10,3
7 10 10,5
8 10,1 10,2
9 10 10,3
10 10 10,4
Σ = 428 :3 = 197 : 3 = 100,4 : 10 = 103 : 10
x = 142,66 = 65,66 = 10,04 = 10,3

- Berat kain sampel ( 10 x 10 cm) = 0,9917 gram


- Berat 10 helai benang lusi = 0,0092 gram
- Berat 10 helai benang pakan = 0,0185 gram
- Jumlah panjang 10 helai benang lusi = 100,4 cm = 1,004 m
- Jumlah panjang 10 helai benang pakan = 103 cm = 1,03 m
- Rata-rata tetal lusi = 142,66 hl/inchi = 56,11 hl/cm
- Rata-rata tetal pakan = 65,66 hl/inchi = 25,85 hl/cm
- Rata-rata panjang 10 tetal lusi = 10,04 cm = 0,1004 m
- Rata-rata panjang 10 tetal pakan = 10,3 cm = 0,103 m
- Gambar anyaman satin

VI. Perhitungan
7.1 Anyaman Polos
1. Mengkeret
X panjang lusi− panjang kain 10,06−10
Ml= ×100 %= ×100 %=5,96 %
X panjang lusi 10,06

X panjang pakan− panjang kain 10,28−10


Mp= ×100 %= ×100 %=2,72 %
X panjang pakan 10,28

2. Nomor Benang
- Lusi

Nm=
∑ Panjang lusi (m) = 1,006 m =70,85 m/ g
berat lusi( g) 0,0142 g
Ne 1=0,59 × Nm=0,59 ×70,85=41,8 hk /lbs
1000 1000
Tex= = =14,11
Nm 70,85
9000 9000
Td= = =127,03
Nm 70,85
- Pakan

Nm=
∑ Panjang pakan(m) = 1,028 m =65,47 m/ g
berat pakan(g) 0,0157 g
Ne 1=0,59 × Nm=0,59 ×65,47=38,63 hk /lbs
1000 1000
Tex= = =15,27
Nm 65,47
9000 9000
Td= = =137,46
Nm 65,47
3. Gramasi
a. Penimbangan
100 cm× 100 cm
Berat=Berat C .U ×
ukuran C .U
100 cm× 100 cm
¿ 0,7165 gram× =71,65 gram
10 cm× 10 cm
b. Perhitungan (g/m2)

- Berat lusi =
Nm ×100 (
x tetallusi × 100 cm× 100 cm
× )
100
100−ml

×(
100−5,96 )
33,20hl /cm×100 cm ×100 cm 100
¿
70,85 ×100 cm
332.000 100
¿ × =49,8294 gram
7.085 94,04

- Berat pakan =
x tetal pakan ×100 cm ×100 cm
Nm ×100 cm (
×
100
100−mp )
¿
17,97 hl /cm×100 cm ×100 cm
65,47 m/ g ×100 cm
× (
100
100−2,72 )
179.700 100
¿ × =28,2151 gram
6.547 97,28
- Berat kain=Berat Lusi+Berat Pakan
¿ 49,8294 gram+28,2151 gram=78,04 gram

4. Selisih gramasi
Berat kain besar −Berat kainkecil
Selisih= ×100 %
Berat kain besar
78,04 gram−71,65 gram
¿ ×100 %=8,19 %
78,04 gram
5. Cover Factor
- Lusi (wrap)
1 1
Diameter lusi(d w ¿ ¿= = =0,0055 inch
28 √ N e 1 28 √ 41,8
Nw = x tetal lusi (hl/inchi) = 84,33 hl/inchi
Cw = dw × nw = 0,0055× 84,33 = 0,4638
- Pakan (fill)
1 1
Diameter pakan (d f ¿= = =0,0057 inch
28 √ N e 1 28 √ 38,63
Np = x tetal pakan (hl/inchi) = 45,66 hl/inchi
c p=d p × n p=0,0057× 45,66=0,2603
- cover factor ( % )
CF¿ ( ( c w + c f ) −( cw × c f )) × 100 %

¿ ( ( 0,4638+0,2603 )−( 0,4638× 0,2603) ) × 100 %=60,34 %

7.2 Anyaman Kepeer


1. Mengkeret
X panjang lusi− panjang kain 9,67−9,5
Ml= ×100 %= × 100 %=1,76 %
X panjang lusi 9,67

X panjang pakan− panjang kain 9,57−9,5


Mp= ×100 %= × 100 %=0,73 %
X panjang pakan 9,57
2. Nomor Benang
- Lusi

Nm=
∑ Panjang lusi (m) = 0,967 m =52,84 m/g
berat lusi( g) 0,0183 g
Ne 1=0,59 × Nm=0,59 ×52,84=31,17 hk /lbs
1000 1000
Tex= = =18,92
Nm 52,84
9000 9000
Td= = =170,32
Nm 52,84
- Pakan

Nm=
∑ Panjang pakan(m) = 0,957 m =51,73 m/g
berat pakan(g) 0,0185 g
Ne 1=0,59 × Nm=0,59 ×51,73=30,52hk /lbs
1000 1000
Tex= = =19,33
Nm 51,73
9000 9000
Td= = =173,98
Nm 51,73
3. Gramasi
a. Penimbangan
100 cm× 100 cm
Berat=Berat C .U ×
ukuran C .U
100 cm× 100 cm
¿ 0,9678 gram× =107,23 gram
9,5 cm× 9,5 cm
b. Perhitungan (g/m2)

- Berat lusi =
x tetallusi × 100 cm× 100 cm
Nm ×100
× (100
)
100−ml

×(
100−1,76 )
29 hl/cm×100 cm ×100 cm 100
¿
52,84 ×100 cm
290.000 100
¿ × =55,87 gram
5.284 98,24

- Berat pakan =
x tetal pakan ×100 cm ×100 cm
Nm ×100 cm
× (
100
100−mp )
¿
26,11hl/cm ×100 cm× 100 cm
51,73 m/ g ×100 cm
× (
100
100−0,73 )
261.100 100
¿ × =50,83 gram
5.173 99,27
- Berat kain=Berat Lusi+Berat Pakan
¿ 55,87 gram+50,83 gram=106,7 gram
4. Selisih gramasi
Berat kain besar −Berat kainkecil
Selisih= ×100 %
Berat kain besar
107,23 gram−106,7 gram
¿ ×100 %=0,49 %
107,23 gram
5. Cover Factor
- Lusi (wrap)
1 1
Diameter lusi(d w ¿= = =0,0064 inch
28 √ N e1 28 √31,17
Nw = x tetal lusi (hl/inchi) = 73,66 hl/inchi
Cw = dw × nw = 0,0064× 73,66 = 0,47%
- Pakan (fill)
1 1
Diameter pakan (d f ¿= = =0,0065inch
28 √ N e 1 28 √ 30,52
Np = x tetal pakan (hl/inchi) = 66,33 hl/inchi
c p=d p × n p=0,0065× 66,33=0,43
- cover factor ( % )
CF¿ ( ( c w + c f ) −( cw × c f )) × 100 %
¿ ( ( 0,47+ 0,43 )−(0,47 ×0,43) ) ×100 %=70 %

7.3 Anyaman Satin


1. Mengkeret
X panjang lusi− panjang kain 10,04−10
Ml= ×100 %= ×100 %=0,40 %
X panjang lusi 10,04

X panjang pakan− panjang kain 10,3−10


Mp= ×100 %= ×100 %=2,91 %
X panjang pakan 10,3

2. Nomor Benang
- Lusi

Nm=
∑ Panjang lusi (m) = 1,004 m =109,13 m/ g
berat lusi( g) 0,0092 g
Ne 1=0,59 × Nm=0,59 ×109,13=64,39 hk /lbs
1000 1000
Tex= = =9,16
Nm 109,13
9000 9000
Td= = =82,47
Nm 109,13
- Pakan

Nm=
∑ Panjang pakan(m) = 1,03 m
=55,67 m/ g
berat pakan(g) 0,0185 g
Ne 1=0,59 × Nm=0,59 ×55,67=32,84 hk /lbs
1000 1000
Tex= = =17,96
Nm 55,67
9000 9000
Td= = =161,66
Nm 55,67
3. Gramasi
a. Penimbangan
100 cm× 100 cm
Berat=Berat C .U ×
ukuran C .U
100 cm× 100 cm
¿ 0,9917 gram× =99,17 gram
10 cm× 10 cm
b. Perhitungan (g/m2)

- Berat lusi =
x tetallusi × 100 cm× 100 cm
Nm ×100
× (
100
100−ml )
¿
56,16 vhl/cm× 100 cm× 100 cm
109,13 ×100 cm
×
100
(
100−0,40 )
561.600 100
¿ × =51,66 gram
10.913 99,6

- Berat pakan =
x tetal pakan ×100 cm ×100 cm
Nm ×100 cm
× (100
100−mp )
¿
25,85hl /cm×100 cm ×100 cm
55,67 m/ g ×100 cm
× (
100
100−2,91 )
258,500 100
¿ × =47,82 gram
5.567 97,09
- Berat kain=Berat Lusi+Berat Pakan
¿ 51,66 gram+ 47,82 gram=99,48 gram
4. Selisih gramasi
Berat kain besar −Berat kainkecil
Selisih= ×100 %
Berat kain besar
99,48 gram−99,17 gram
¿ × 100 %=0,31 %
99,48 gram
5. Cover Factor
- Lusi (wrap)
1 1
Diameter lusi(d w ¿ ¿= = =0,0044 inch
28 √ N e 1 28 √ 64,39
Nw = x tetal lusi (hl/inchi) = 142,66 hl/inchi
Cw = dw × nw = 0,0044× 142,66 = 0,6277
- Pakan (fill)
1 1
Diameter pakan (d f ¿= = =0,0062 inch
28 √ N e 1 28 √ 32,84
Np = x tetal pakan (hl/inchi) = 65,66 hl/inchi
c p=d p × n p=0,0062×65,66=0,4071
- cover factor ( % )

CF¿ ( ( c w + c f ) −( cw × c f )) × 100 %
¿ ( ( 0,6277+ 0,4071 )−( 0,6277× 0,4071) ) × 100 %=77,93 %
VII. Pembahasan
7.1 Anyaman Polos
Pada praktikum dekomposisi kain ini diberikan kain contoh uji berwarna
salem, kemudian dari kain ini praktikan diminta untuk menentukan arah lusi dan
pakan, menggambar anyaman, menghitung mengkeret benang, menghitung tetal lusi
dan pakan, menghitung nomor benang dan menghitung berat benang secara
perhitungan dan penimbangan serta menghitung cover factor atau daya tutup pada
kain contoh uji.
Kain dianalisa menggunakan loop sehingga didapatkan bahwa kain merupakan
anyaman polos karena pola pada kain menunjukkan benang lusi dan pakan menyilang
secara bergantian yaitu selang-seling satu naik dan satu turun. Kemudian pada kain
dicari tetal lusi dan pakannya menggunakan cara tiras pada kain yang sudah dipotong
dengan ukuran satu inchi, lalu hitung jumlah benang lusi dan pakannya, lakukan
berulang sebanyak tiga kali kemudian rata-ratakan sehingga didapatkan tetal lusi lebih
besar dibandingkan pakan.
Kain dipotong dengan ukuran 10cm×10cm dan didapatkan berat sebesar
0,7165gram. Kemudian diambil 10 helai benang lusi dan 10 helai benang pakan dari
masing-masing sisi lalu hitung panjang dan beratnya. Dari data ini kita dapat mencari
nomor benang, sehingga didapatkan Nm lusi 70,85 dan Nm pakan 65,47 serta dapat
mencari mengkeret benang, didapatkan mengkeret lusi (ml) yaitu 5,96% dan
mengkeret pakan (mp) 2,72%.
Selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil penimbangan yang paling baik
adalah ≤ 5% atau sebesar-besarnya adalah 5%. Pada percobaan didapatkan berat kain
dengan cara penimbangan dan perhitungan sehingga mendapatkan selisih sebesar
8,19%. Hasil ini belum cukup baik karena melebihi nilai rata-rata. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
- Kesulitan dalam menentukan arah lusi, sehingga akan mempengaruhi pada saat
penimbangan, karena bila salah menentukan lusi maka hasil penimbangan akan
terbalik.
- Berat kain dan benang saat dilakukan penimbangan kurang teliti atau karena
benang atau kain sudah menyerap keringat sehingga berat kain bertambah.
- Menggunting kain 10cmx10cm harus sangat hati-hati, jangan sampai tidak rata
atau terpotong sedikitpun, karena itu akan mempengaruhi penimbangan.
- Menghitung tetal yang kurang teliti mempengaruhi pada perhitungan.
Dari hasil praktikum dapat dikatakan bahwa praktikan kurang teliti sehingga
mempengaruhi hasil perhitungan.
Dalam literatur dikatakan bahwa anyaman polos memiliki standar cover factor
berkisar 25-75%. Pada praktikum ini, praktikan mendapatkan hasil cover factor
sebesar 60,34%. Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil cover factor yang didapatkan
telah memenuhi standar. Cover factor sebesar 60,34% ini memiliki daya tutup kain
yang cukup rapat dengan diameter benang lusi dan pakan yang cukup besar sehingga
celah antara benang cukup kecil.

7.2 Anyaman Kepeer


Pada praktikum dekomposisi kain ini diberikan kain contoh uji berwarna biru
muda, kemudian dari kain ini praktikan diminta untuk menentukan arah lusi dan
pakan, menggambar anyaman, menghitung mengkeret benang, menghitung tetal lusi
dan pakan, menghitung nomor benang dan menghitung berat benang secara
perhitungan dan penimbangan serta menghitung cover factor atau daya tutup pada
kain contoh uji.
Kain dianalisa menggunakan loop sehingga didapatkan bahwa kain merupakan
anyaman kepeer karena pola pada kain menunjukkan benang lusi menyilang diatas
atau dibawah dua atau lebih benang pakan dengan silangan benang lusi sebelah kiri
atau kanannya bergeser satu atau lebih benang pakan untuk membentuk garis diagonal
atau kepeer. Kemudian pada kain dicari tetal lusi dan pakannya menggunakan cara
tiras pada kain yang sudah dipotong dengan ukuran satu inchi, lalu hitung jumlah
benang lusi dan pakannya, lakukan berulang sebanyak tiga kali kemudian rata-ratakan
sehingga didapatkan tetal lusi lebih besar dibandingkan pakan.
Kain dipotong dengan ukuran 10cm×10cm dan didapatkan berat sebesar
0,9678gram. Kemudian diambil 10 helai benang lusi dan 10 helai benang pakan dari
masing-masing sisi lalu hitung panjang dan beratnya. Dari data ini kita dapat mencari
nomor benang, sehingga didapatkan Nm lusi 52,84 dan Nm pakan 51,73 serta dapat
mencari mengkeret benang, didapatkan mengkeret lusi (ml) yaitu 1,76% dan
mengkeret pakan (mp) 0,73%.
Selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil penimbangan yang paling baik
adalah ≤ 5% atau sebesar-besarnya adalah 5%. Pada percobaan didapatkan berat kain
dengan cara penimbangan dan perhitungan sehingga mendapatkan selisih sebesar
0,49%. Hasil ini dapat dikatakan sudah benar, karena menurut literatur hasil yang
mendekati benar adalah jika selisih nya 0,..%. Dari hasil praktikum yang kedua ini
dapat dikatakan bahwa praktikan sudah cukup teliti dan mulai terampil sehingga hasil
perhitungan yang didapatkan sudah sesuai dengan standar.
Pada praktikum ini, praktikan mendapatkan hasil cover factor sebesar 70%.
Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil cover factor yang didapatkan memiliki daya tutup
kain yang sangat besar jika dibandingkan dengan anyaman polos. Cover factor ini
sangat dipengaruhi oleh kerapatan dan diameter benang lusi dan pakan hal ini
menandakan bahwa benang sangat rapat sehingga celah antara benang sangat kecil.
7.3 Anyaman Satin
Pada praktikum dekomposisi kain ini diberikan kain contoh uji berwarna biru
tua, kemudian dari kain ini praktikan diminta untuk menentukan arah lusi dan pakan,
menggambar anyaman, menghitung mengkeret benang, menghitung tetal lusi dan
pakan, menghitung nomor benang dan menghitung berat benang secara perhitungan
dan penimbangan serta menghitung cover factor atau daya tutup pada kain contoh uji.
Kain dianalisa menggunakan loop sehingga didapatkan bahwa kain merupakan
anyaman satin karena pola pada kain menonjolkan salah satu efek pada permukaan
kain yaitu efek lusi / pakan. Pada kain satin lusi, tetal lusi lebih besar dari pada tetal
pakan sedangkan pada satin pakan, tetal pakan lebih besar dari pada tetal lusi. Cara
mencari tetal digunakan cara tiras pada kain yang sudah dipotong dengan ukuran satu
inchi, lalu hitung jumlah benang lusi dan pakannya, lakukan berulang sebanyak tiga
kali kemudian rata-ratakan dan didapatkan tetal lusi lebih besar dibandingkan pakan
sehingga kain merupakan anyaman satin lusi.
Kain dipotong dengan ukuran 10cm×10cm dan didapatkan berat sebesar
0,9917gram. Kemudian diambil 10 helai benang lusi dan 10 helai benang pakan dari
masing-masing sisi lalu hitung panjang dan beratnya. Dari data ini kita dapat mencari
nomor benang, sehingga didapatkan Nm lusi 109,13 dan Nm pakan 55,67 serta dapat
mencari mengkeret benang, didapatkan mengkeret lusi (ml) yaitu 0,40% dan
mengkeret pakan (mp) 2,91%.
Selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil penimbangan yang paling baik
adalah ≤ 5% atau sebesar-besarnya adalah 5%. Pada percobaan didapatkan berat kain
dengan cara penimbangan dan perhitungan sehingga mendapatkan selisih sebesar
0,31%. Hasil ini dapat dikatakan sudah benar, karena menurut literatur hasil yang
mendekati benar adalah jika selisih nya 0,..%. Dari hasil praktikum yang ke-3 ini
dapat dikatakan bahwa praktikan sudah sangat teliti dan terampil sehingga hasil
perhitungan yang didapatkan sudah benar dan sesuai dengan standar.
Pada praktikum ini, praktikan mendapatkan hasil cover factor sebesar 77,93%.
Hal ini dapat dikatakan bahwa hasil cover factor yang didapatkan memiliki daya tutup
kain yang sangat besar jika dibandingkan dengan anyaman polos dan anyaman
kepeer. Cover factor ini sangat dipengaruhi oleh kerapatan dan diameter benang lusi
dan pakan hal ini menandakan bahwa benang sangat rapat sehingga celah antara
benang sangat kecil.

VIII. Kesimpulan
8.1 Anyaman Polos
Dari hasil praktikum dan data perhitungan dari contoh kain uji yang saya lakukan,
maka diperoleh :
- Kain contoh uji merupakan kain dengan anyaman dasar polos
- Mengkeret lusi sebesar 5,96 % dan mengkeret pakan sebesar 2,72 %
- Nm lusi yaitu 70,85 g/m dan Nm pakan yaitu 65,47 g/m
- Berat kain dengan penimbangan 71,65 gram dan dengan perhitungan 78,04
gram, dengan selisih 8,19 %, dapat dikatakan selisih antara kedua
perhitungan tersebut adalah sesuai namun kurang benar
- Mendapat cover factor sebesar 60,34 %.
8.2 Anyaman Kepeer
- Kain contoh uji merupakan kain dengan anyaman dasar kepeer
- Mengkeret lusi sebesar 1,76 % dan mengkeret pakan sebesar 0,73 %
- Nm lusi yaitu 52,84 g/m dan Nm pakan yaitu 51,73 g/m
- Berat kain dengan penimbangan 107,23 gram dan dengan perhitungan 106,7
gram, dengan selisih 0,49 %, dapat dikatakan selisih antara kedua
perhitungan tersebut sudah sesuai dan benar
- Mendapat cover factor sebesar 70 %.
8.3 Anyaman Satin
- Kain contoh uji merupakan kain dengan anyaman dasar satin
- Mengkeret lusi sebesar 0,40 % dan mengkeret pakan sebesar 2,91 %
- Nm lusi yaitu 109,13 g/m dan Nm pakan yaitu 55,67 g/m
- Berat kain dengan penimbangan 99,17 gram dan dengan perhitungan 99,48
gram, dengan selisih 0,31 %, dapat dikatakan selisih antara kedua
perhitungan tersebut adalah sudah sesuai dan benar
- Mendapat cover factor sebesar 77,93 %. Hal ini menandakan bahwa daya
tutup kain sangat rapat dibandingkan dengan kain pada anyaman polos dan
kepeer sehingga celah antara benang sangat kecil.

DAFTAR PUSTAKA

1974. Textile Design. Institut Teknologi Tekstil

2012. Bahan Ajar Praktikum Desain Tekstil 1. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai