Anda di halaman 1dari 7

Yang dimaksud dengan kontruksi kain yaitu meliputi anyaman tetal benang, crimp, nomor

benang dan berat kain.

Anyaman
Seperti yang telah dikemukakan bahwa anyaman merupakan faktor yang turut menentukan
karakteristik dari suatu kain. Karena itu untuk keperluan melengkapi identifikasi kain perlu diketahui
anyaman apa yang dipakai untuk kain tersebut. Demikian pula jika kain itu akan diproduksi kembali,
maka kain harus diketahui anyamannya. Untuk menyatakan suatu anyaman dapat dilakukan dengan
nama anyaman, atau dengan gambar atau dengan tanda. Kalau salah satu cara tersebut belum jelas, bisa
saja memakai dua cara atau ketiga-tiganya. Anyaman tekstil dapat dibagi menjadi beberapa golongan,
yaitu :

A. Anyaman Dasar, terdiri dari :


a. Anyaman Polos
Anyaman polos biasa dikenal dengan anyaman platt, taffeta dan anyaman plain. Anyaman polos
mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman, dan anyaman polos ini memiliki silangan
yang paling banyak dibandingkan dengan jenis anyaman lainnya sehingga anyaman ini relatif paling
kokoh. Karakteristik anyaman polos adalah sebagai berikut :
 Anyaman polos adalah jenis anyaman yang paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai.
 Mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman.
 Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana, yaitu 1-naik, 1-turun.
 Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain.
 Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis.
 Ulangan rapot, kearah horizontal (lebar kain) atau kearah pakan diulangi sesudah 2 helai pakan.
Pengulangan kearah vertikal (panjang kain) atau kearah lusi diulangi sesudah 2 helai lusi.
 Jika faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan kain menjadi paling kuat dari
pada anyaman lainnya dan letak benang lebih kokoh, tidak mudah berubah tempat.
 Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor kontruksi kain yang lain dari
pada jenis anyaman lainnya.
 Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran (range) lebih besar dari
anyaman lain (10 helai/inch – 200 helai/inch). Demikian juga perpencaran (range) berat kain lebih
besar dari anyaman lain (0,25 oz/yds2 – 52 oz/yds2).
 Anyaman polos lebih sesuai untuk diberi rupa (appereance) yang lain dengan cara mengubah
desain baik desain struktural maupun desain permukaan dibandingkan anyaman lain.
 Fabric cover anyaman polos pada umumnya berkisar 25% - 75%.
 Pembuatan anyaman polos menggunakan gun minimum 2 buah gun sesuai dengan repeat anyaman,
tetapi biasanya untuk tetal yang lebih tinggi menggunakan minimum 4 buah gun dengan variasi
dan berat kain yang lebih besar.

b. Anyaman Keper
Anyaman keper adalah anyaman yang permukaannya terlihat garis miring yang tidak putus-
putus. Nama lain dari anyaman keper adalah Twill (Amerika), Drill (Inggris) dan Koper (German). Ciri-
ciri dan karakteristik anyaman keper adalah sebagai berikut :
 Anyaman keper adalah anyaman dasar kedua.
 Pada permukaan kain terlihat garis miring atau rips miring yang tidak putus-putus.
 Jika garis miring berjalan dari kanan bawah ke kiri atas disebut keper kiri. Jika garis miring berjalan
dari kiri bawah ke kanan atas disebut keper kanan.
 Garis miring yang dibentuk oleh lusi disebut keper lusi. Garis miring yang dibentuk oleh pakan
disebut keper pakan.
 Garis miring membentuk sudut 45° terhadap garis horizontal.
 Permukaan kain bagian atas dan bawah kain berlainan.
 Jika repeat terkecil dari anyaman keper = 3 helai lusi dan 3 helai pakan, disebut keper 3 gun.
 Anyaman keper diberi nama menurut banyaknya gun minimum.
 Pada umumnya dibuat dalam kontruksi padat.
 Umumnya tetal lusi dibuat lebih tinggi dari pada anyaman polos.
 Pengaruh twist benang sangat besar terhadap kenampakan garis miring.
 Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi dan tetal pakan.
 Garis miring lebih dari 45° disebut keper curam.

c. Anyaman Satin
Anyaman ini mempunyai silangan-silangan yang paling sedikit dan cucukannya merata,
sehingga anyaman ini menghasilkan kain yang permukaannya rata. Titik-titik silangan pada anyaman
satin letaknya tersebar tidak bersinggungan satu sama lain dan setiap benang lusi dalam satu rapot hanya
mempunyai satu titik silang.
Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu efek pada permukaan kain, yaitu efek lusi atau
efek pakan. Anyaman satin dengan efek lusi disebut satin lusi sedangkan anyaman satin dengan efek
pakan disebut efek pakan (Pada satin lusi, tetal lusi > tetal pakan, sedangkan pada satin pakan, tetal
pakan > tetal lusi). Anyaman satin dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu satin teratur dan satin
tidak teratur. Macam anyaman mempengaruhi juga sifat-sifat kain yang dihasilkan maka kadang-
kadang faktor anyaman turut diperhitungkan dalam mengevaluasi selembar kain.
Istilah satin biasanya diperuntukan pada kain yang bahannya dari benang filament sutera atau
sintetis. Istilah satin berasal dari nama salah satu tempat di Tiongkok yang disebut “Tsenthing”. Nama-
nama lain dari anyaman satin yang biasa digunakan adalah :
 Sateen, istilah umum untuk kain katun dalam anyaman satin 5 gun atau 8 gun. Biasanya termasuk
satin pakan.
 Satinet, istilah yang dipakai untuk kain imitasi sutera, misalnya dari bahan katun yang dimercerisir.
 Satin, istilah yang umum dipakai pada kain-kain satin yang dibuat dari sutera filamen atau benang
sintetis filamen.
 Satinettes, dibuat dari benang lusi kapas dan benang pakan wol.
 Satijn de Chine, dibuat dari benang sutera alam dengan tetal sedang. Belakangan dibuat juga dari
benang rayon.
Anyaman satin memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :
 Anyaman satin adalah anyaman dasar ketiga.
 Pada satu rapot anyaman, banyak benang lusi sama dengan banyak benang pakan.
 Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu efek pada permukaan kainnya, yaitu efek lusi atau
efek pakan.
 Anyaman satin dengan efek lusi disebut satin lusi, anyaman satin dengan efek pakan disebut satin
pakan.
 Pada satin lusi, tetal lusi > tetal pakan, pada satin pakan, tetal pakan > tetal lusi.
 Pada kain dengan anyaman satin, tidak tampak jelas atau menonjol suatu garis seperti pada
anyaman keper.
 Pada umumnya digunakan tetal tinggi pada lusi atau pakan, sehingga kainnya tampak padat (solid).
 Tetal yang tinggi dan penggunaan benang yang arah twistnya bersamaan dengan arah garis miring
pada anyaman satin, maka permukaan kain akan tampak smooth, rata, mengkilat dan padat.
 Banyaknya gun minimum sama dengan jumlah benang lusi atau pakan dalam 1 rapot anyaman.
 Anyaman satin digunakan pada semua jenis kain, tetapi tidak baik untuk kain
dengan kontruksi terbuka atau jarang.
 Untuk kain dengan kontruksi padat, anyaman satin lebih sesuai daripada anyaman keper.
 Kombinasi dari faktor-faktor kontruksi kain lebih sedikit digunakan dalam anyaman satin daripada
anyaman keper.
 Anyaman satin digolongkan menjadi dua jenis yaitu satin teratur dan satin tidak teratur.
 Titik-titik silang pada anyaman satin letaknya tersebar tidak bersinggungan satu sama lain.
 Setiap benang lusi dalam satu rapot hanya mempunyai satu titik silangan.

Angka loncat pada anyaman satin disini mempunyai beberapa ketentuan yaitu:
 Besarnya angka loncat selalu lebih besar dari 1 ( V > 1 ).
 Angka loncat tidak boleh sama dengan jumlah gun dikurangi 1.
 Angka loncat tidak boleh sama dengan pembagi persekutuan terhadap bilangan yang menunjukan
jumlah benang lusi atau pakan dalam satu rapot anyaman.
 Angka loncat dan jumlah benang lusi dalam 1 rapot masing-masing tidak boleh terbagi oleh satu
angka yang sama.
Jika kita hendak membuat satin lusi, benang lusi harus bagus dan tetalnya harus tinggi supaya
benang-benang pakan tertutup betul oleh efek-efek pakan. Kombinasi satin lusi dan satin pakan dapat
dilakukan pada pembuatan kain damast atau kain jacquard.

B. Anyaman turunan, terdiri dari :


a. Anyaman turunan dari anyaman polos.
b. Anyaman turunan dari anyaman keper turunan anyaman keper .
c. Anyaman turunan dari anyaman satin.

C. Anyaman campuran.

Tetal benang

Tetal benang merupakan istilah untuk menyatakan jumlah benang lusi dan pakan setiap inch
atau cm.

Crimp
Jika suatu benang ditenun, maka akan berubah dalam panjangnya,karena terjadinya
penyilangan pada kain. Untuk menyatakan berapabesarnya perubahan itu, ada dua cara yang digunakan.
a. Crimp, yaitu persentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus menjadi panjang dalam
kain tenun terhadap panjang kain tenun.
b. Take-up, prosentase perubahan panjang benang dalam keadaan lurus menjadi panjang dalam kain
tenun terhadap panjang benang dalam keadaan lurus.
Misalnya, panjang benang lurus sebelum ditenun Pb dan panjang kain tenunnya Pk, maka :
𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝐶𝑟𝑖𝑚𝑝 = × 100 %
𝑃𝑘
𝑃𝑏 − 𝑃𝑘
𝑇𝑎𝑘𝑒 𝑈𝑝 = 𝑥 100%
𝑃𝑏
Crimp atau take-up tersebut memang tidak secara langsung mempengaruhi langsung terhadap
hasil kainnya, namun secara tidak langsung akan mempengaruhi sifat-sifat kainnya. Sebagai misal kain
yang tetal dan nomor benang lusi dan pakannya sama, tetapi crimp benang lusi tidak sama dengan crimp
benang pakan, tidak akan menghasilkan kekuatan tarik kearah pakan yang sama dengan kekuatan tarik
arah lusi.

Untuk kain-kain yang diuji ketahanan pecahnya (bursting test) keseimbangan crimp adalah
penting. Juga untuk pemakaian-pemakaian tertentu lainnya keseimbangan crimp adalah penting sekali.
Sebagai contoh kain yang dipakai untuk Conveyor belt, crimp lusi harus sekecil mungkin, dan crimp
pakan harus tinggi. Kecilnya crimp lusi diperlukan untuk mencegah mulur terlalu besar karena belt
tersebut selalu mendapat terikan. Sedangkan pakan memerlukan crimp yang besar agar belt tidak terjadi
“palung”, yaitu sisi-sisi belt akan melengkung membentuk palung pada waktu digunakan.

Nomor Benang
Nomor benang setelah menjadi kain, umumnya tidak tepat sama dengan nomor benang aslinya.
Proses-proses persiapan, pertenunan dan finishing mempengaruhi perubahan berat benang untuk
panjang yang sama. Karena itu nomor benang dari kain tenun dipakai hanya untuk memperkirakan saja
nomor benang yang dipakai.
Nomer benang (yarn count) adalah kehalusan benang yang dinyatakan dalam satuan berat setiap
panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat tertentu. Penomoran benang dibagi menjadi dua cara
yaitu :
A. Penomoran Langsung
Penomorang langsung adalah penomoran benang yang didasarkan pada berat benang setiap
panjang tertentu. Nomor benang langsung yaitu :
a. Nomor Benang Cara Denier (TD)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 9000 × 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑇𝐷 = =
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (9000 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟) 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
Contoh :
TD 1 berarti berat benang 1 gram setiap panjang benang 9000 meter.
TD 100 berarti berat benang 100 gram setiap panjang benang 9000 meter.
b. Nomor Benang Cara Tex
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 1000 × 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑇𝑒𝑥 = =
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (1000 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟) 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
Contoh :
Tex 1 berarti berat benang 1 gram setiap panjang benang 1000 meter.
Tex 100 berarti berat benang 100 gram setiap panjang benang 1000 meter.

B. Penomoran Benang Tidak Langsung


Penomoran benang tidak langsung adalah penomoran benang yang didasarkan pada panjang
benang setiap berat tertentu. Nomor benang tidak langsung yaitu :
a. Penomoran Cara Inggris
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (ℎ𝑎𝑛𝑘)
𝑁𝑒1 =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑙𝑏𝑠)
Contoh :
Ne1 1 berarti panjang benang 1 hank setiap berat benang 1 lbs.
Ne1 20 berarti panjang benang 20 hank setiap berat benang 1 lbs.
b. Penomoran Cara Metrik
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
𝑁𝑚 =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
Contoh :
Nm 1 berarti panjang benang 1 meter setiap berat benang 1 gram.
Nm 20 berarti panjang benang 20 meter setiap berat benang 1 gram.

Untuk menghitung nomer ginting benang, dapat di gunakan rumus :

1 1 1 1
= + + + … … … … + 𝑑𝑠𝑡.
𝑁𝑔𝑖𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑁1 𝑁2 𝑁3

Rumus cepat untuk menghitung konversi nomor benang :


Nomor Ne1 Nm TD Tex
5315 590
Ne1 - 0,59 𝑁𝑚
𝑇𝐷 𝑇𝑒𝑥
9000 1000
Nm 1,69 𝑁𝑒1 -
𝑇𝐷 𝑇𝑒𝑥
5315 9000
TD - 9 𝑇𝑒𝑥
𝑁𝑒1 𝑁𝑚
590 1000 𝑇𝐷
Tex -
𝑁𝑒1 𝑁𝑚 9

Berat Kain
Dalam prakteknya kain dijual atau dibeli dalam panjang dan berat. Unit-unit panjang itu
biasanya dalam bentuk potongan atau pieces. Tiap piece macam-macam, ada yang 30 yard, 40 yard, 60
yard atau lainnya.
Dalam hal berat biasanya dinyatakan dalam berat tiap yard atau dengan lebar yang tertentu, atau dalam
berat tiap yard persegi atau tiap meter persegi. Dalam program pengendalian mutu (quality control)
berat kain mempunyai tiga segi-segi pengecekan, yaitu terhadap ujung kain dari contoh yang baru,
pengecekan pieces yang pertama dan pengecekan kain-kain yang sudah di bal.
Berat kain adalah berat untuk satuan luas tertentu atau berat untuk satuan panjang tertentu dari
kain. Cara untuk menentukan berat kain adalah :
a. Dengan cara menimbang kain contoh yang telah dipotong menurut ukuran luas tertentu. Untuk
menghitung berat kain hasil penimbangan digunakan rumus :
100 × 100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = × 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝐴×𝐵
Dengan :
A = panjang kain contoh (cm)
B = lebar kain contoh (cm)
b. Dengan menghitung berat lusi per m2 dan pakan per m2, kemudian kedua berat tersebut
dijumlahkan. Untuk menghitung berat kain hasil perhitungan di gunakan rumus menghitung
berat benang lusi dan pakannya terlebih dahulu yaitu :
ℎ𝑙 100
𝑇𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑐𝑚) × 100 × 100 ×
100 − 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 =
𝑁𝑚 𝑙𝑢𝑠𝑖 × 100
ℎ𝑙 100
𝑇𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑐𝑚) × 100 × 100 ×
100 − 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 =
𝑁𝑚 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 × 100
Setelah di dapat nilai berat lusi dan berat pakannya, maka digunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui berat kain hasil perhitungan :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑖𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖 + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

Umumnya terdiri dari aminopolydimethylsiloxanes linear (Alam, Chowdhury, Sabnam, &


Islam, 2017)

Anda mungkin juga menyukai