Disusun Oleh:
Kelompok : 1 (satu)
Nama Anggota : 1. A. Salsabila N.T (15020031)
2. Chreisza Paramita (15020033)
3. Gina Fauziah (15020034)
4. Ilham Muhammad Ilyas (15020036)
5. Raka Pratama Gunawan (15020049)
Grup : 2 K2
Nama Dosen : Wulan S., S.ST, M.T.
Asisten : 1. Ir. Elly K., Bk. Teks, M.Pd.
2. Samuel M., S.ST.
1.1 Maksud
Agar dapat mengetahui dan memahami proses merserisasi pada kain selulosa
khususnya pada kain kapas.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh peregangan dari proses merserisasi dan kostisasi pada
sifat kain kapas.
II. TEORI DASAR
Setiap satuan glukosa mengandung tiga gugus hidroksil (-OH). Gugus hidroksil pada
atom karbon nomor lima merupakan alkohol primer (-CH2OH), sedangkan pada posisi 2 dan
3 merupakan alkohol sekunder (HCOH). Kedua jenis alkohol tersebut mempunyai tingkat
kereaktifan yang berbeda. Gugus hidroksil alkohol primer lebih reaktif daripada gugus
hidroksil alkohol sekunder. Gugus hidroksil merupakan gugus fungsional yang sangat
menentukan sifat kimia serat kapas, sehingga serat selulosa dinotasikan sebagai sel-OH
dalam penulisan mekanisme reaksi.
b. Struktur Fisika Serat Kapas
Serat kapas tersusun dari suatu rantai panjang anhidrida glukosa yang diorientasikan
dan diikat satu dengan lainnya melalui ikatan atau gaya hidrogen danvan der Waals. Orientasi
rantai molekul seluosa tersebut tidak semuanya sempurna, karena dipisahkan oleh bagian-
bagian disorientasi secara berselang-seling. Sesunan rantai molekul selulosa yang teririentasi
teratur disebut kristalin, sedangkan yang tidak teratur (disorientasi) disebut amorf. Dari difraksi
sinar X diketahui bahwa selulosa terdiri dari 75 % bagian kristalin dan sisanya bagian amorf.
Bagian amorf mempunyai daya serap yang lebih besar dan kekuatan yang lebih rendah
dibandingkan dengan kristalin.
Pada bagian kristalin letak dan jarak antara molekul-molekul selulosa tersusun sangat
teratur dan sejajr satu sama lain. Pada bagian amorf letak dan jarak antara molekul-molekul
selulosa tidak teratur (ada jarak antara masing-masing molekul selulosa yang besar dan kecil
). Pada jarak yang besar inilah molekul-molekul air dapat masuk sehingga volume seat akan
bertambah. Bentuk kristalin dan amorf serat kapas dapat dilihat pada Gambar 2.1.2
Gambar 2.1.3 Struktur Selulosa dengan Rantai Panjang Membentuk Bagian Kristalin dan
Amorf
Sumber: Maya Komalasari, Serat Tekstil 1, Sekolah tinggi Teknologi Tekstil, Bandung.
3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa yang lainnya
yaitu berkisar 4-13 % dengan rata – rata 7% bergantung pada jenis serat kapasnya dan rata
– rata mulur sebesar 7%
4. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau perbandingan kekuatan
saat putus dengan mulur saat putus.
5. Keliatan (toughness)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja. Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan serat-serat selulosa yang diregenerasi.
6. Mouisture regain
Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat kapas yang kering
bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi sesuai
dengan perubahan kelembaban relatif, pada kondisi
standar kandungan air serat kapas berkisar antara 7-8,5%.
7. Berat jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,5-1,56.
8. Indeks bias
Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat adalah 1,58. Sedangkan indeks
bias melintang sumbu serat adalah 1,53.
2. Sifat Kimia
1. Pengaruh asam
Serat kapas tahan terhadap asam lemah, sedangkan asam kuat akan
mengurangi kekuatan serat kapas karena dapat memutuskan rantai molekul
selulosa (hidroselulosa). Asam kuat dalam larutan menyebabkan degradasi yng cepat
sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan mengering pada serat akan menyebabkan
penurunan kekuatan.
2. Pengaruh alkali
Alkali kuat pada suhu didih air dan pengaruh adanya oksigen dalam udara
akan menyebabkan terbentuknya oksiselulosa. Alkali pada kondisi tertentu
akan mengelembungkan serat kapas.
3. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang mengakibatkan
penurunan kekuatan serat. Derajat kerusakan serat bergantung pada
konsentrasi, pH dan suhu pengerjaan.
4. Pengaruh mikroorganisme
Dalam keadaan lembab dan hangat, serat kapas mudah terserang jamur dan bakteri.
Tetapi pada kondisi kering, serat kapas mempunyai ketahanan yang
cukup baik terhadap jamur dan mikroorganisme.
Gambar diatas memperlihatkan perubahan lintang serat kapas selama merserisasi yang
berlangsung secara bertahap mulai dari bentuknya pipih hingga mencapai penggembungan
maksimum pada tahap 5. tahap 6 dan 7 menggambarkan kontraksi pada pencucian dan
pengeringan. Penggembungan mulai terjadi pada konsentrasi diatas 7% ke arah dalam dan
mencapai maksimum pada konsentrasi diatas 11% dan penggembungan ke arah luar
mencapai maksimum pada konsentrasi 13,5% beberapa literatur menyatakan pengembungan
terjadi pada konsentrasi 18% tapi itu tergantung pada perbedaan serat kapas dan metoda
yang digunakan selama penelitian.
Efek pertama dari merserisasi adalah pengedaran ikatan antara mikrofibril, sehingga
penetrasi larutan terus sampai ke ruang mikrokapiler diantara bundel rantai selulosa dan
mikrofibril menggelembung. Bila penetrasi NaOH dapat masuk diantara mikrofibril-mikrofibril
tersebut, hal ini mengakibatkan serat menggelembung dengan bebas dan terjadi slip
diantara mikrofibril-mikrofibril tersebut.
Reaksi yang terjadi pada proses merserisasi :
1. Serat sedikit menggelembung
𝑠𝑒𝑙 − 𝑂𝐻 + 𝐻2 𝑂 → 𝑂−𝐻
|
𝐻
2. Serat menggelembung
𝑠𝑒𝑙 − 𝑂𝐻 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 → 𝑠𝑒𝑙 − 𝑂𝑁𝑎 + 𝐻2 𝑂 + 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
3. Pada saat pencucian
𝑠𝑒𝑙 − 𝑂𝑁𝑎 + 𝐻2 𝑂 → 𝑠𝑒𝑙 − 𝑂𝐻 + 𝑁𝑎𝑂𝐻
2.2.1 Tujuan Merserisasi dan Kostisasi
Tujuan dari proses merserisasi adalah untuk memperbaiki kilau, stabilitas
dimensi, kekatan tarik, dan daya serap terhadap zat warna dan uap air. Sedangkan
proses kostisasi karena bahan tidak mengalami peregangan maka tidak terjadi
peningkatan kilau bahan namun bahan menjadi elastis.
3.1.1 Alat
a. Frame bercucuk g. Bejana/ panci
b. Baskom h. Piala gelas
c. Nampan plastik i. Mesin padder
d. Stopwatch j. Mesin stenter
e. Timbangan Digital k. Bak wadah NaOH
f. Gelas piala l. Sarung tangan
3.1.2 Bahan
a. Kain kapas putih
b. Asam Asetat 1:1
c. Pembasah
d. NaOH 28°𝐵𝑒
e. Es batu
f. Air
3.4 Resep
a. NaOH : 28oBe
b. Suhu : 30oC
c. Waktu : 40 detik
IV. DATA PENGAMATAN
𝑝 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑝 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = × 100%
𝑝 𝑎𝑤𝑎𝑙
16,6 − 20
= × 100%
20
= 17%
𝑝 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑝 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 = × 100%
𝑝 𝑎𝑤𝑎𝑙
17,5 − 20
= × 100%
20
= 12,5%
4.2 Kekuatan Tarik dan Mulur Kain
KEKUATAN TARIK MULUR
KAIN
(Newton) (cm)
Blanko 1 117,6 2
Blanko (kain katun)
Blanko 2 117,6 1,5
Blanko
𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 1 + 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 2
𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 =
2
117,6 + 117,6
= = 117,6
2
Kain Merser
𝑘𝑎𝑖𝑛 1 + 𝑘𝑎𝑖𝑛 2 + 𝑘𝑎𝑖𝑛 3
𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 =
3
107,8 + 117,6 + 68,8
= = 98
3
Kain Kostisasi
𝑘𝑎𝑖𝑛 1 + 𝑘𝑎𝑖𝑛 2 + 𝑘𝑎𝑖𝑛 3
𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 =
3
107,8 + 29,4 + 39,2
= = 53,9
3
4.2.2 Mulur
Blanko
𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 1 + 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 2
𝑋̅ 𝑀𝑢𝑙𝑢𝑟 =
2
2 + 1,5
= = 1,75
2
𝑋̅ 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑟
𝑀𝑢𝑙𝑢𝑟 = × 100%
7,5
1,75
= × 100% = 23,33%
7,5
Kain Merser
𝑘𝑎𝑖𝑛 1 + 𝑘𝑎𝑖𝑛 2 + 𝑘𝑎𝑖𝑛 3
𝑋̅ 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑟 =
3
3,4 + 3,7 + 3,3
= = 3,46
3
𝑋̅ 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑟
𝑀𝑢𝑙𝑢𝑟 = × 100%
7,5
3,46
= × 100% = 46,13%
7,5
Kain Kostisasi
𝑘𝑎𝑖𝑛 1 + 𝑘𝑎𝑖𝑛 2 + 𝑘𝑎𝑖𝑛 3
𝑋̅ 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑟 =
3
4,3 + 3,8 + 3,7
= = 3,93
3
𝑋̅ 𝑚𝑢𝑙𝑢𝑟
𝑀𝑢𝑙𝑢𝑟 = × 100%
7,5
3,93
= × 100% = 52,4%
7,5
V. DISKUSI
Lusi Pakan
Berdasarkan tabel di atas, kain yang dimerser memiliki selisih waktu serap yang lebih
sedikit dari kostisasi yaitu 5,3 detik, % perubahan panjang lusi yang lebih kecil dari
kain yang dikostisasi yaitu 15,5% dan pada pakan lebih besar yaitu 17%. Hal ini
disebabkan oleh tegangan yang diberikan pada kain. Kain yang dimerser diberikan
tegangan sehingga terjadi peningkatan derajat orientasi pada seratnya yang
mengakibatkan molekul-molekul serat tersusun sejajar dengan sumbu serat dan
menjadi lebih kristalin sehingga susunan molekul menjadi lebih teratur dan lebih
banyak terjadi ikatan antar molekul karena susunan molekul serat menjadi lebih rapat.
Serat yang lebih rapat menyebabkan air sukar menyerap, sehingga kain yang
dimerser memiliki selisih waktu serap yang lebih sedikit dari waktu sebelum kain
dimerser daripada kain yang dikostisasi yaitu hanya 5,3 detik dengan waktu serap 0,6
detik. Begitu juga pada % perubahan panjang pada kain yang dimerser lebih kecil dari
kain yang dikostisasi, hal ini disebabkan oleh tegangan yang diberikan. Kemudian
dilakukan evaluasi kekuatan tarik dan mulur kain dengan arah lusi (3 ×
20) 𝑐𝑚 menggunakan dinamometer yang diberi beban 100 kg dengan jarak jepit 7,5
cm.
53.9
50
Kekuatan tarik kain adalah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu
contoh uji kain hingga kain tersebut putus. Berdasarkan grafik kekuatan tarik di atas,
dapat dilihat pada kain kapas merser dan kostisasi memiliki penurunan kekuatan dari
kain kapas putih yang belum dimerser atau dikostisasi. Namun, kapas hasil
merserisasi memiliki kekuatan tarik yang lebih besar dari kapas yang dikostisasi, yaitu
98 Netwon. Hal ini disebabkan oleh adanya tegangan pada saat pengerjaan
merserisasi. Tegangan menyebabkan terjadinya peningkatan derajat orientasi pada
seratnya yang mengakibatkan molekul-molekul serat tersusun sejajar dengan sumbu
serat dan menjadi lebih kristalin sehingga susunan molekul menjadi lebih teratur dan
lebih banyak terjadi ikatan antar molekul karena susunan molekul serat menjadi lebih
rapat, yang menyebabkan serat lebih kuat. Namun kapas yang dimerser memiliki
kekuatan tarik yang lebih kecil dari blanko, hal ini mungkin disebabkan karena
tegangan yang seharusnya diberikan hingga kain dicuci hingga dinetralkan tetapi
pada percobaan tidak. Hal ini menyebabkan tidak maksimalnya serat
menggelembung.
40
30 23.33
20
10
0
Mulur kain adalah pertambahan panjang kain pada saat kain putus
dibandingkan dengan panjang kain semula yang dinyatakan dalam persen.
Berdasarkan grafik perbandingan mulur di atas, kapas yang dikostisasi memiliki
persen mulur paling tinggi yaitu 52,4%. Hal ini disebabkan karena tidak diberikannya
tegangan pada kain kapas yang dikostisasi. Tidak adanya tegangan yang diberikan
tidak menyebabkan terjadinya kenaikan derajat orientasi serat dan derajat kristalinitas
serat, bahkan terjadi disorientasi serat sehingga serat lebih mudah ditarik yang
menyebabkan mulur kain bertambah dan kekuatan kain berkurang. Pada proses ini
terjadi pemengkeretan maksimal tanpa adanya batas karena tidak diberikannya
tegangan pada bahan sehingga mulur dapat terjadi pada bahan yang biasanya
diperuntukkan produk-produk stretch.
VI. KESIMPULAN
1. Kapas yang dimerser memiliki kekuatan tarik yang lebih besar dari kostisasi (98
newton).
2. Kapas yang dikostisasi menyebabkan kain mulur (52,4%).
3. Kapas yang dikostisasi memiliki %perubahan panjang lusi yang lebih besar
(23,5%).
4. Kain yang dikostisasi memiliki daya serap yang lebih tinggi dari kain yang
dikostisasi (0,8 detik dengan selisih 15 detik dari blanko).
VII. DAFTAR PUSTAKA