DISAIN TEKSTIL 1
NPM : 15010006
Group : 2T1
Tjiptodi
2016
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara mengenali ciri-ciri dan
karakteristik turunan anyaman polos (ajour).
2. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara membedakan benang lusi
dan benang pakan pada kain turunan anyaman polos (ajour).
3. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara menghitung berat kain per
m2 .
4. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara menghitung mengkeret
benang.
5. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara menghitung nomor
benang.
6. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara menentukan fabric cover
factor.
7. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara menghitung kebutuhan
lusi dan pakan.
8. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara menggambar kain turunan
anyaman polos (ajour).
TEORI DASAR
Dalam kehidupan, kain merupakan suatu barang yang sangat dibutuhkan dari saat
manusia lahir sampai meninggal dunia. Kain dibuat dengan cara ditenun atau dirajut. Kain
tenun merupakan salah satu jenis kain tekstil tertua di dalam sejarah pakaian manusia. Bahkan
kata “tekstil”sendiri, berasal dari kata kerja bahasa latin “texere” yang artinya menenun. Kata
tekstil dalam arti sekarang adalah berarti “kain”.
Tekstil dihasilkan melalui proses “menenun” diwujudkan dalam bentuk anyaman
tertentu dari benang-benang yang berbeda arah. Kedua arah ini pada umumnya disebut arah
vertikal dan arah horizontal. Benang-benang dalam arah vertikal disebut dengan “benang lusi”.
Benang-benang yang arahnya horizontal disebut dengan “benang pakan”. Pada prakteknya,
benang lusi adalah benang-benang yang sejajar dan dipasang diatas mesin / alat tenun. Sedang
benang pakan adalah benang yang berlari ke kanan dan ke kiri dan dipasang didalam teropong
dalam bentuk gulungan diatas palet. Agar dihasilkan kain yang memiliki mutu, pola dan sifat
seperti yang dikehendaki, maka diperlukan unsur-unsur yang merupakan bangunan atau
konstruksi dari kain tersebut. Jenis kain tenun mempunyai berbagai macam variasi, yang satu
sama lain dapat berbeda mutu, sifat maupun polanya. Bahkan dengan jenis anyaman yang sama
dapat dibuat macam-macam variasi kain yang mempunyai rupa dan karakteristik berbeda.
Faktor yang mempengaruhi hal tersebut :
1. Jenis serat tekstil yang digunakan.
2. Jenis benang yang digunakan.
3. Ketentuan kain.
4. Persiapan.
5. Anyaman.
6. Pertenunan.
7. Pengubahan permukaan kain, dan sifat kain.
8. Bentuk design dan motif.
Dekomposisi Kain
Dekomposisi adalah proses perubahan menjadi bentuk yang lebih sederhana
atau bisa diartikan sebagai proses penguraian. Jadi dekomposisi kain merupakan proses
perubahan kain menjadi bentuk yang lebih sederhana untuk dianalisa. Dengan tujuan
membuat kain dengan cara menggunakan data dari hasil analisa.
a. Menentukan arah lusi dan pakan
Garis sisir sejajar dengan arah lusi
Nomor benang pakan lebih rendah dari benang lusi
Pada arah benang lusi terdapat garis miring yang naik dan turun
Benang lusi di gintir
Benang pakan single
Benang lusi teratur
Benang pakan bersudut 900 terhadap benang lusi
Nm =
TLs = x TL helai/inch
NS =
CP = mengkeret pakan
Kain Anyaman
Anyaman tekstil dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu :
ANYAMAN TURUNAN
TURUNAN ANYAMAN POLOS
Turunan anyaman polos adalah anyaman polos yang diperpanjang efek lusinya
atau efek pakannya, atau diperpanjang kedua-duanya.
Arah Perpanjangan :
Perpanjangan benang efek kearah vertical = perpanjangan efek lusi.
Perpanjangan benang efek kearah horizontal = perpanjangan efek panjang
1. Turunan anyaman polos langsung
a. Perpanjangan efek lusi
Anyamannya disebut : rusuk lusi, cannel lusi, atau rib lusi.
- Perpanjangan teratur
Perpanjangan efek lusi ini terjadi karena pada setiap mulut lusi
diluncurkan 2 atau lebih benang pakan. Cara peluncuran pakan
dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu:
1. 2 helai atau lebih benang pakan dipalet menjadi satu sehingga
dalam setiap mulut lusidiluncurkan sekaligus 2 helai pakan
atau lebih. Kerugian cara ini adalah waktu benang pakan
teralur dari palet ketika teropong diluncurkan, benang –
benang ini mungkin saling melilit satu sama lain sehingga hasil
kainnya tidak rata.
2. Setiap helai pakan diluncurkan sendiri – sendiri dalam satu
mulut lusi.
- Perpanjangan tak teratur
Pada anyaman ini perpanjangan efek lusi tidak tetap besarnya.
Misalnya 2/1, 3/1, dan lain-lain. Anyaman ini mempunyai
rusuk yang lebar berbeda – beda pada permukaan kain.
Rib Lusi
Jarum
Kegunaan jarum adalah:
Menghitung tetal lusi / pakan pada lubang lope tidak dilengkapi dengan jarum.
Mengeluarkan benang lusi / pakan pada pinggir kain dalam menentukan ukuran
kain.
Digunakan untuk membantu menentukan anyaman kain dengan jalan
menjerangkan tetalnya dengan jarum sehingga jalannya benang lusi / pakan
terlihat menjadi lebih jelas.
Mistar, untuk mengantar menarik garis diatas kain.
Kertas desain, untuk menggambar anyaman maupun rencana tenunnya.
Gunting, untuk memotong kain agar ukurannya sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Timbangan.untuk mengetahui / menghitung nomor benang, berat kain dan lain lain.
Ada dua macam timbangan yang diperlukan yaitu
Timbangan biasa dengan satuan gram (g) untuk menimbang kain.
Timbangan microbalance dengan satuan milligram (mg) untuk menimbang
benang.
Ne1 = 0,59 x Nm
1000
Tex =
𝑁𝑚
9000
Td = 𝑁𝑚
b. Cara perhitungan.
Benang lusi dan benang Pakan
ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖 100
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙( ) 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 𝑥 100 𝑐𝑚
2 𝑖𝑛𝑐ℎ 100−𝑚𝑙
Berat/m = 𝑁𝑚 𝑥 100
10. Hitung selisih berat dari hasil penimbangan. Berat kain hasil penimbangan (Bb)
dikurangi dengan berat kain hasil perhitungan (Bk), dibagi dengan beratkain hasil
penimbangan, dan dikali 100%.
Jika BP > BK
𝐵𝑃−𝐵𝐾
= 𝑥 100%
𝐵𝑃
Jika BP < BK
𝐵𝐾−𝐵𝑃
= 𝑥 100%
𝐵𝐾
Contoh Kain
1. Data percobaan
Tetal (helai/inch) Panjang (cm)
No
pakan lusi Pakan Lusi
1 75 90 10 10,1
2 75 90 10,1 10
3 75 90 10 10,1
4 10 10,2
5 10 10
6 10 10,2
7 10 10
8 10 10,1
9 10 10
10 10,1 10
11 10 10
12 10 10
13 10 10,1
14 10,1 10,2
15 10 10
16 10 10
17 10 10,1
18 10 10,1
19 10 10
20 10 10
∑ 276 240 200,3 201,2
𝑥̅ 92 80 10,05 10,06
- Benang Lusi
10,06−10
M = 𝑥 100% = 0,59 %
10,06
b) Nomor benang
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
Nm =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
Ne1 = 0,59 x Nm
1000
Tex =
𝑁𝑚
9000
Td = 𝑁𝑚
- Benang Pakan
Panjang 20 pakan setelah diluruskan = 200,3 cm = 2,003 m
Berat 20 pakan =39 mg = 0,039 g
2,003
Nm = = 51,3
0,039
- Benang Lusi
Panjang 20 lusi setelah diluruskan = 201,2 cm = 2,012 m
Berat 20 lusi = 44 mg = 0,044 g
2,012
Nm = = 45,72
0,044
= 116 g/m2
Perhitungan
100
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙(ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖/𝑖𝑛𝑐ℎ) 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 𝑥 100 𝑐𝑚
2 100−𝑚𝑙
Berat/m =
𝑁𝑚 𝑥 100
100
29,52 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖/𝑖𝑛𝑐ℎ 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 𝑥 100 𝑐𝑚
2 100−0,49
- Berat pakan /m =
51,3𝑥 100
= 57,77 g/m2
100
35,43 ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖/𝑖𝑛𝑐ℎ 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 𝑥 100 𝑐𝑚
100−0,59
- Berat lusi/m2 =
45,72 𝑥 100
= 77,87 g/m2
Selisih penimbangan
- Jika BP > BK - Jika BP < BK
𝐵𝑃−𝐵𝐾 𝐵𝐾−𝐵𝑃
= 𝑥 100% = 𝑥 100%
𝐵𝑃 𝐵𝐾
135,64−116
= 𝑥 100%
135,64
= 0,14 %
= 0,0064
1
- Cf = nf x df df = 28√26,37
= 0,0069
DISKUSI
Pada percobaan dekomposisi kain tenun Ajour (berlubang), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya :
a. Menentukan arah lusi dan pakan dengan benar
b. Gunting yang digunakan saat pemotongan kain harus tajam.
c. Pada saat praktikum diharuskan teliti dalam setiap penghitungan dan penimbangan
untuk mendapatkan hasil yang akurat.
d. Harus teliti dalam menentukan arah lusi dan arah pakan, juga tetal lusi dan tetal
pakan agar mendapatkan hasil perhitungan yang akurat.
Hal – hal yang diketahui setelah praktikum dekomposisi kain Ajour ini,
diantaranya :
a. Sifat kain yang kuat tapi cenderung kaku.
b. Jumlah tetal lusi lebih banyak dari tetal pakan.
c. Berat benang lusi dan pakan cenderung sama.
d. Benang lusi memiliki mengkeret yang lebih tinggi daripada benang pakan.
e. Nomor benang yang digunakan memiliki kecendurangan sama.
f. Anyamannya terdiri dari turunan anyaman polos yang memiliki sifat berlubang
karena terjadi pengelompokan benang lusi dan pakannya.
KESIMPULAN
Kain contoh dengan turunan anyama polos (ajour) memiliki:
1. Tetal lusi (rata-rata) = 90 helai / inch
2. Tetal pakan (rata-rata) = 75 helai / inch
3. Mengkeret lusi = 0,59 %
4. Mengkeret pakan = 0,49 %
5. Nomor benang pakan:
a. Nm = 51,3
b. Tex = 19,49
c. Td = 175,43
d. Ne1 = 30,26
6. Nomor benang lusi:
a. Nm = 45,72
b. Tex = 21,87
c. Td = 196,85
d. Ne1 = 26,97
7. Berat kain / m2:
a. Hasil penimbangan = 116 g/m2
b. Hasil perhitungan = 135,64 g/m2
c. Selisih berat kain / m2 = 14 %
8. Fabric Cover Factor
Cf% = 38 %
9. Anyaman turunan polos (ajour)
Karena kain Ajour yang berlubang banyak dipakai pada anyaman campuran
sebagai penghias. Luas lubang yang terbentuk tergantung panjang pendeknya
kelompok lusi/pakan dan tetal lusi/pakan.
DAFTAR PUSTAKA
- Jumaeri, BK. Teks. dkk. Tekstil Design, Institut Teknologi Tekstil, 1974,
Bandung
- Jumaeri, BK. Teks. Dekomposisi Kain Tenun, Institut Teknologi Tekstil,
Bandunga