Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

Evaluasi Tekstil dan Garmen 2


(Pengujian Mutu Benang Jahit)

disusun oleh
Nama : Desy Sylvia Rahman
NPM : 17040001/3G5
Jurusan : Produksi Garmen Kons. Fashion
Design
Dosen : Karlina S.,S.ST., MM.
Liana D. F., S Tr.Bns
Engkon

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2019
BAB I
PENGUJIAN MUTU BENANG JAHIT

a) Pengujian Nomor Benang


1. Maksud dan Tujuan
Melakukan pengujian terhadap benang untuk mengetahui nomor benang dihitung dari
perbandingan antara panjang benang dan berat benang.

2. Teori Dasar
Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang yang dinyatakan dalam satuan
berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat tertentu.
Banyak sistem yang dapat digunakan untuk penomoran benang, akan tetapi secara
garis besar ada dua macam yaitu penomoran yang menunjukkan panjang benang setiap berat
tertentu dan yang satu adalah kebalikannya, penomoran yang menunjukkan berat benang
setiap panjang tertentu.
Tabel 1.1 Satuan Inggris
Satuan Berat Satuan Panjang
1 pound (lbs) = 16 ounces 1 hank = 840 yard
7000 grains 768 meter
453,6 gram 1 lea = 120 yard
1 yard = 36 inch = 0,914 meter
1 inch = 2,54 cm

Tabel 1.1 Satuan Metrik


Satuan Berat Satuan Panjang
Kilogram (kg) Kilometer
Gram (g) Meter
Miligram (mg) Centimeter
Dst. Milimeter,dst

Penomoran benang dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:


a. Penomoran langsung
Penomoran benang yang didasarkan pada berat benang setiap panjang tertentu.
Nomor benang langsung yaitu nomor benang cara denier (TD) dan nomor benang cara (Tex).
b. Penomoran tidak langsung
Penomoran benang yang didasarkan pada panjang benang setiap berat tertentu.
Nomor benang tidak langsung yaitu penomoran cara Igris (Ne1) dan penomoran cara metrik.

3. Alat dan Bahan


a. Mesin Reeling
b. Penggaris
c. Neraca analitis
d. Gunting
4. Langkah Kerja
1. Memasangkan benang pada alat Reeling machine dengan melewatkanya melalui lappet,
tension, dan ikatkan pada kincir.
2. Stel panjang gulungan yang diinginkan yaitu 60 yard dan diikatkan pada kincir.
3. Menaikkan posisi main switch untuk menghidupkan mesin
4. Jika penggulung telah selesai, melepaskan benang dari kincir.
5. Benang yang telah digulung ditimbang dengan Neraca analitis.

5. Data Perhitungan

No. Berat Nm Ne1 Tex Td


(gr)

1. 0,13122 38,10 22,47 26,25 236

2. 0,13201 37,87 22,34 26,40 237

3. 0,13145 38,03 22,43 26,30 236

𝐱̅ 38 22,41 26,31 236,33

Panjang benang = 50 CM = 5 meter


Perhitungan Penomoran Benang Tidak Langsung:
𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 (𝒎)
𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 ∶
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 (𝒈)

5
𝑁𝑚1 = = 38,10
0,13122

5
𝑁𝑚2 = = 37,87
0,13201
5
𝑁𝑚3 = = 38,03
0,13145

𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 ∶ 𝑵𝒆 = 𝟎, 𝟓𝟗 × 𝑵𝒎

𝑁𝑒1 = 0,59 × 38,10 = 22,47

𝑁𝑒2 = 0,59 × 37,87 = 22,34

𝑁𝑒3 = 0,59 × 38,03 = 22,43

Perhitungan Penomoran Benang Langsung:


𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 ∶ 𝑻𝒆𝒙 =
𝑵𝒎

1000
𝑇𝑒𝑥1 = = 26,25
38,10

1000
𝑇𝑒𝑥2 = = 26,40
37,87

1000
𝑇𝑒𝑥3 = = 26,30
38,03

9000 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)


𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 ∶
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔(𝑚)
9000 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)
𝑇𝑑1 = = 236
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔(𝑚)

9000 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)


𝑇𝑑2 = = 237
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔(𝑚)

9000 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟)


𝑇𝑑3 = = 236
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔(𝑚)
● Nm
Standar Deviasi dan Koefisien Variasi
No. Nm (x-𝐱̅) (x-𝐱̅)2
1. 38,10 0,1 0,01

2. 37,87 0,13 0,0169

3. 38,03 0,03 0,0009

∑ 114 0,0278
𝐱̅ 38

√∑(x−x)² 𝑆𝐷
Sd = CV = 𝑥 100%
n−1 𝑋

√0,0278 0,0139
= = 𝑥 100%
3−1 38
0,0278
=√ 2

= 0,0139 = 0,0365%

6. Diskusi
Pada pengujian nomor benang ini perlu ketelitian pada saat penimbangan, dan
pengukuran panjang agar hasil data yang didapat lebih akurat. Sebelum menimbang pastikan
jarum penunjuk berada pada angka nol. Pada praktikum ini diperoleh hasil koefisien variasi
sebesar 0,0365% ini menadakan bahwa hasil baik karena dibawah 5%.

7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengujian nomor benang didapatkan hasil sebagai berikut:
𝐱̅ SD CV
38 0,0139 0,0365%
b) Pengujian Antihan Dan Gintiran Benang

1. Maksud dan Tujuan


Untuk mengetahui dan menghitung mutu benang jahit dilihat dari twist per inchi dan
twist per meter benang gintir dan benang single pada benang jahit.
2. Teori Dasar
Jumlah twist pada benang dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik benang, pemakaian
benang (apakah untuk lusi, pakan atau rajut) dan juga kenampakan (appearance). Arah
twist pada benang dibenakan atas : arah kanan atau arah Z dan arah kiri atau S seperti
terlihat pada gambar :

Gambar arah twist pada benang

Dalam kontruksi kain arah twist dapat mempengaruhi kenampakan (appearance)


kain.Twist pada lusi dan pakan searah akan memberikan garis twist yang bersilang an.
Hal ini akan mengurangi kilat bahan disamping memberikan pegangan yang kurang
lembut.
2.1Jumlah Twist.
Jumlah twist pada benang adalah jumlah putaran pada benang tersebut perunit
panjang dari benang dalam keadaan ada twistnya.
2.2Pengaruh Twist pada Benang
Penambahan twist menambah kekuatan benang sampai suatu titik tertentu, sesudah
itu penambahan twist akan mengurangi kekuatan.
Pada serat panjang akan dicapai kekuatan maksimum dengan twist faktor yang lebih
rendah dari pada serat-serat pendek.Pada serat panjang akan dicapai kekuatan
maksimum dengan twist factor yang lebih rendah dari pada serat-serat pendek.
3. Alat dan Bahan
a. Twist Tester
Jarak jepit: 50 cm
b. Benang jahit
c. Jarum pentul
d. Beban sesuai tabel berikut :

Ne1 Td Beban
38 0 – 139 1
38 – 24 140 – 224 2
23 – 11 225 – 529 5
10 – 15 530 – 1129 10
4,7 – 3 1130 – 1799 15
2,9 – 1,9 1800 – 2999 20
1,8 – 1,5 3000 – 4000 30

4. Langkah Kerja
a. Benang dipasang pada alat, lalu dijepit tepat pada skala nol (0) dan melihat no
benang (Nm) kita memakai beban no berapa sesuai dengan tabel beban.
b. Memasang beban rangkap untuk membuka benang rangkap,menekan power pada
posisi nol lalu dinaikan keatas kedua tombol untuk benang rangkap arah 2 lalu tekan
start. Setelah itu tuning tombol pengatur kecepatan diputar sesuai kecepatan yang di
inginkan sampai benang rangkap terbuka, lalu benang dipisahkan menjadi benang
tunggal dengan jarum.
c. Percobaan dilakukan 3 kali.
5. Data Perhitungan
Beban yang digunakan adalah 5 gram.
No ∑Putaran (gintir) TPM(∑Putaranx2) (x-𝐱̅)2
1. 349 698 16
2. 348 696 4
3. 344 688 36
∑ 2082 56
𝐱̅ 694
x̅ TPM 694 TPI 17,62
TPI = ̅̅̅̅̅̅̅̅
𝟑𝟗,𝟑𝟕
= 𝟑𝟗,𝟑𝟕 = 17,62 𝛼 = √𝐍𝐞𝟏 = = 4,73
√𝟐𝟐,𝟒𝟏

√∑(x−x)² 𝑆𝐷
Sd = CV = 𝑥 100%
n−1 𝑋

√56 3,7416
= 3−1 = 𝑥 100%
694

√56
= 2

= 3,7416 = 0,5391%

6. Diskusi
Dalam melakukan praktikum kali ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu :
- Pemberhentian putaran pembuka twist harus hati-hati agar tidak terlewat.
- Kecepatan putaran tidak boleh terlalu cepat dan tidak boleh terlalu lambat.
- Pada saat pembukaan twist dengan menggunakan jarum harus dilakukan
dengan hati-hati agar benang tidak putus tertusuk jarum.
- Beban yang digunakan harus tepat sesuai tabel beban yang telah disediakan.
- Selalu melihat jarum penunjuk untuk ketepatan skala saat melakukan
percobaan.
Pada praktikum ini diperoleh hasil koefisien variasi sebesar 0,5391% ini
menandakan bahwa hasil baik karena di bawah 5%.
7. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan perhitungan didapat kesimpulan :
Benang gintir
 Rata-rata Twist Per Meter (TPM) : 694
 Standar Deviasi TPM : 3,7416
 Koefisien Variasi TPM : 0,5391%
 Twist Per Inchi : 17,62
c) Pengujian Tebal Benang Jahit

1. Maksud dan Tujuan


Agar mengetahui berapa diameter rata-rata dari contoh uji (benang jahit)

2. Teori Dasar
Pengujian diameter benang jahit diperlukan karena benang jahit akan melalui
berbagai macam permukaan yang terbatas seperti lempeng pengatur tegangan,
lubang jarum dan sebagainya, sehingga pengetahuan tentang diameter benang jahit
penting dalam memperkirakan keadaan penjahitan.

3. Alat dan Bahan


a. Contoh uji (benang jahit)
b. Alat pengukur tebal kain (thickness tester) berdiameter 9,52±0,02mm

4. Langkah Kerja
a. Benang ditarik dan dijaga agar antihan tidak berubah
b. Empat atau lima helai benang diletakkan berdampingan pada alas alat kira-kira
ditengah-tengah penekan tersebut
c. Lakukan percobaan hingga didapatkan 4 data pengamatan

5. Data Perhitungan
No Tebal (mm) (x-𝐱̅)2
1 0,17 0
2 0,18 0,0001
3 0,17 0
√∑(x−x)² 𝑆𝐷
4 0,16 0,0001 Sd = CV = 𝑥 100%
n−1 𝐱̅

∑ 0,68 0,0002 =√
0,0002
=
0,0047
𝑥 100%
4−1 0,17
𝐱̅ 0,17 0,00005
0,0002
=√ 3

= 0,0047 = 2,7647%
6. Diskusi
Pada pengujian pengukuran tebal benang empat atau lima helai benang
jangan sampai tertumpuk harus sejajar, dan ukur di 4 titik yang berbeda, hitung rata-
rata dari 4 titik tersebut sebagai nilai diameter contoh uji (benang jahit). Pada praktikum
ini didapat hasil koefisien variasi 2,7647% ini menunjukkan hasil yang diperoleh baik
karena hasil dibawah 5%

7. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pengujian diameter benang jahit didapat data:
𝐱̅ SD CV
0,17 0,0047 2,7647%
d) Pengujian Crinkle Benang

1. Maksud dan Tujuan


 Praktikan dapat mengetahui berapa Crinkle yang terdapat pada benang contoh
uji yang diberikan.
 Praktikan dapat mengetahui dan melakukan cara pengoprasian alat uji crinkle
benang.

2. Teori Dasar
Dalam perdagangan besarnya crinkle dari suatu benang tidak terlalu
diperhatikan. Akan tetapi pengujian atau evaluasi terhadap besarnya crinkle dari suatu
benang tetap diperlukan untuk tujuan pengendalian mutu ataupun proses-proses
tekstil lainya.
Terjadinya crinkle disebabkan karena pengaruh adanya twist pada benang.
Apabila twist pada benang besar, maka crinkle yang terjadi pun akan semakin besar.
Crinkle terjadi atau terdapat pada benang single, crinkle tidak terdapat pada
benang gintir dikarenakan benang gintir terdiri dari 2 atau lebih benang dimana twist
antara benang yang satu dengan twist benang yang lain saling menetralkan.
Crinkle ini dapat diukur dengan sebuah alat yaitu Crinkle Factor Meter. Alat ini
terdiri dari sebuah papan dengan penghantar-penghantar benang yang dipasang zig-
zag disisi-sisi atas dan bawah papan. Penghantar-penghantar bagian atas berfungsi
sebagai penahan / penjepit benang. Pada bagian tengah papan terdapat skala-skala
untuk mengukur tinggi crinkle yang terjadi.
Pada benang crinkle dapat dihilangkan dengan proses pemanasan benang
atau disebut dengan Heat Set. Dengan proses tersebut benang-benang dikondisikan
dengan panas sehingga benang tidak akan mengalami crinkle lagi.
Seperti yang telah diketahui bahwa adanya crinkle disebabkan oleh adanya
antihan/gintiran yang diberikan kepada benang. Pentingnya peranan twist pada
benang banyak dari sebagian orang telah mengetahui. Demikian pula pengujian atau
pengukuran jumlah twist per inchi pada benang, apakah benang tunggal, gintir ,cable
atau benang dengan konstruksi lain yang dibuat dari serat staple atau filamen adalah
penting.
Jumlah twist pada benang adalah jumlah putaran pada benang tersebut per
unit panjang dari benang dalam keadaan ada twistnya. Bagi pengawas produksi mesin
pintal memang cukup menggunakan jumlah twist per inchi untuk menyetel mesinnya,
tanpa diperhatikan nomer benangnnya. Cara lain menyatakan jumlah twist adalah
dengan besarnya “ twist factor “ atau “ twist multiplier “yang mungkin telah
menggambarkan karakter benang karena twist meskipun tanpa menyebut nomor
benangnya.
Benang gintir yaitu benang yang terdiri dari 2 atau lebih benang tunggal dan
digintir satu sama lainnya.
Tujuan pembuatan benang gintir ialah :
- Untuk menguatkan benang supaya lebih kuat sesuai dengan penggunaannya.
- Mendapatkan sifat-sifat tertentu misalnya , lembut, kaku fleksibel dll.
- Mendapatkan benang dengan diameter yang lebih besar.
- Membuat benang hias.
- Mendapatkan benang yang lebih rata.
Factor-faktor yang mempengaruhi sifat benang gintir adalah :
- Jumlah gintiran .
- Arah gintiran benang tunggalnya.
- Kehalusan serat.
Alat yang digunakan adalah Crinkle Factor Meter dengan prinsip pengujian
melilitkan benang-benang membentuk gunung pada alat crinkle factor meter kemudian
memberikan beban pada bagian lembah atau kakinya sehingga didapat angka dari
crinkle pada benang contoh uji.

3. Alat dan Bahan


1. Crinkle Factor Meter dengan merek Keisoki.
2. Pemberat 0,5 gram.

4. Langkah Kerja

 Menyiapkan benang contoh uji.


 Memutar posisi handle pada keadaan free .
 Melilitkan benang sebanyak 5 gunung dimana untuk gunung ke-1 posisi handle pada
posisi handle crimp 1, dilanjutkan dengan crimp 1 – 5 untuk mengunci semuanya.
 Melepaskan benang pada bagian lembah kemudian mengaitkan pemberat.
 Mengamati, dan mencatat angka kringle yang diperoleh benang contoh uji.
 Dilakukan sebanyak 5 kali.
5. Data Perhitungan
Data Pengamatan
No N1 N2 N3 N4 N5
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0

6. Diskusi
Dalam percobaan kali ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
 Jumlah gintiran benang yang banyak akan menghasilkan benang yang lebih kuat
dengan sifat yang lebih kaku, dan juga akan mempunyai crinkle yang besar.
 Jumlah crinkle yang terlalu besar tidaklah diharapkan karena akan menggangu
pada proses pertenunan.
 Pada saat melakukan pengujian crinkle, setelah benang bagian bawah diberikan
pemberat maka akan terjadi kringkle pada benang. Diusahakan untuk tidak
memberikan gaya tambahan pada benang seperti memutarkan pemberat atau
menggoyangkan pemberat yang akan mengakibatkan crinkle pada benang
bertambah ataupun berkurang dari nilai sebenarnya.

7. Kesimpulan
Dari percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan, yaitu :
 Twist yang berlebihan akan menyebabkan crinkle pada benang yang akan
mengurangi nilai mutu benang.
 Benang dengan jumlah gintiran yang banyak akan menyebabkan benang memiliki
kekuatan yang tinggi.
 Nilai crinkle benang yang diuji adalah 0
e) Pengujian Kekuatan Tarik Dan Mulur Benang Jahit

1. Maksud dan Tujuan


Praktikan dapat mengetahui dan menghitung mutu benang jahit dilihat dari kekuatan
dan mulur benang jahit.

2. Teori Dasar
Benang jahit sangatlah penting bila dilihat dari kegunaannya diantaranya sbb :
a) Penjahitan (melakukan proses produksi)
b) Pembuatan kain
c) Pembuatan tali
Benang terbagi menjadi dua jenis :
1) Benang single
2) Benang double
Kegunaan benang jahit dalam proses pembuatan garmen harus sangat
diperhatikan, karena dalam proses produksi, bila keadaan benang tidak baik hal itu
dapat menghambat proses produksi sehingga hasilnya akhir tidak akan maksimal.

Hal–hal yang dapat terjadi pada proses penjahitan akibat ketidak stabilan benang:
a. Kekuatan benang
Kekuatan benang sangat penting dalam melakukan proses penjahitan, karena
ketidak kuatan benang pada proses penjahitan mengakibatkan benang tersebut
akan cepat putus.
b. Ketidak rataan pada benang
Ketidak rataan pada benang dapat menjadikan gumpalan jahitan.
c. Banyak gumpalan pada benang
Pilling bisa menghambat berjalannya benang yang masuk pada jarum sehingga
benang tersebut akan putus yang akan menyebabkan proses produksi lebih lama.
Twist yang tinggi akan menambah mulur benang sebelum putus pada waktu
penarikan. Kekuatan tarik per helai adalah besarnya gaya yang dibutuhkan untuk
memutuskan satu helai benang contoh uji, yang dinyatakan dalam satuan gram, atau
dengan kata lain kekuatan putus sehelai benang dalam bentuk lurus.
Prinsip Pengujian kekuatan tarik per helai : Sehelai benang dijepit salah satu ujungnya
sedang ujung lainnya diberi beban atau ditarik oleh suatu beban atau gaya. Besarnya gaya
maksimal yang dapat ditahan oleh benang tersebut menunjukkan kekuatan tarik per-helainya.

3. Alat dan Bahan


 Asanometer / Asano (single yarn strength tester)
Jarak jepit 50cm
Kapasitas beban = 5000& 2000 gram
Rentang pembacaan skala pada alat = 20% - 80%
 Benang jahit.

4. Langkah Kerja
1. Mengecangkan kunci pengatur mulur, kmudian pasang benang melalui pengantar
dan jepitkan pada klem atas (pasif) selanjutnya kencangkan.
2. Melepaskan kunci pengatur mulur dan pasang benang pada klem bawah (aktif)
dengan memberikan tegangan awal sampai pada batas yang ditentukan, kemudian
kencangkan.
3. Menarik handle ke belakang untuk menjalankan mesin hingga benang terputus.
4. Bila benang putus, dorong handle ke posisi tengah dan membaca skala kekuatan
(g) dan mulurnya (%/mm).
5. Mendorong handle ke arah depan, kemudian mengembalikan jarum penunjukskala
ke posisi semula sambil menarik bandul penahan roda gigi racet.

5. Data Perhitungan
No Kekuatan (gr) Mulur %
1 1160 18
2 1020 17,5
3 1000 16,6
4 1080 17,8
5 1080 17,4
6 1120 17,7
7 1000 16,5
8 1010 16,8
9 1000 16,2
10 1180 17,9
Perhitungan
No. Kekuatan Mulur(%) Kekuatan (x-𝐱̅)2 Mulur (x-𝐱̅)2
1. 1160 18 9025 0,5776
2. 1020 17,5 2025 0,0676
3. 1000 16,6 4225 0,4096
4. 1080 17,8 225 0,3136
5. 1080 17,4 225 0,0256
6. 1120 17,7 3025 0,2116
7. 1000 16,5 4225 0,5476
8. 1010 16,8 3025 0,1936
9. 1000 16,2 4225 1,0816
10. 1180 17,9 13225 0,4356
∑ 10650 172,4 43450 4,2996
𝐱̅ 1065 17,24 4345 0,42996

 Kekuatan

√∑(x−x)² 𝑆𝐷
Sd = CV = 𝑥 100%
n−1 𝐱̅

√43450 23,1607
= = 𝑥 100%
10−1 1065

√43450
= 9

= 23,1607 = 2,1747%
 Mulur
√∑(x−x)² 𝑆𝐷
Sd = CV = 𝑥 100%
n−1 𝐱̅
4,2996 0,2303
= √10−1 = 𝑥 100%
17,24

4,2996
=√ 9

= 0,2303 = 1,3358%
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑘 1.065
𝑻𝒆𝒏𝒂𝒄𝒊𝒕𝒚 = = = 40,47 𝑔/𝑇𝑒𝑥
𝑇𝑒𝑥 26,31

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑘 × 𝑁𝑚 1.065 × 38


𝑩𝒓𝒆𝒂𝒌𝒊𝒏𝒈 𝑳𝒆𝒏𝒈𝒕𝒉 = =
1000 1000

= 40,47 𝑘𝑚

6. Diskusi
Dalam percobaan kali ini sangat dibutuhkan ketelitian pada saat pembacaan skala.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat percobaan yaitu diantaranya :
 Benang harus terpasang pada tension dengan benar.
 Beban yang digunakan harus sesuai dengan benang yang diuji.
 Setiap percobaan jarum harus tepat pada angka nol agar hasil yang didapat
akurat.

Pada praktikum ini didapat hasil koefisien variasi kekuatan tarik 2,1747% dan
koefisien variasi mulur 1,3358% ini menunjukkan hasil yang diperoleh baik karena
hasil dibawah 5%. Dan hasil perhitungan tenacity dan breaking length sama yaitu
40,47 dan 40,47.

7. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan perhitungan didapatkan kesimpulan :
 Rata-rata kekuatan benang = 1065 gr.
 Standar Deviasi kekuatan benang = 23,1607
 Koefisien Variasi kekuatan benang = 2,1747 %
 Rata-rata mulur benang = 17,24 %
 Standar Deviasi mulur benang = 0,2303
 Koefisien Variasi mulur benang = 1,3358%
 Tenacity = 40,47 g/Tex
 Breaking Length = 40,47 km

Anda mungkin juga menyukai